Analisis Dampak Volatilitas Harga Minyak Bumi Dunia Terhadap Harga CPO Indonesia

ANALISIS DAMPAK VOLATILITAS HARGA MINYAK
BUMI DUNIA TERHADAP HARGA CPO INDONESIA

INDRI MUTIA MAULANI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Dampak
Volatilitas Minyak Bumi Dunia Terhadap Harga CPO Indonesia” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013
Indri Mutia Maulani
NIM H14090120

ABSTRAK
INDRI MUTIA MAULANI. Analisis Dampak Volatilitas Harga Minyak Bumi
Dunia Terhadap Harga CPO Indonesia. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM.
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang digunakan
banyak negara sebagai input dari berbagai kegiatan perekonomiannya. Perubahan
harga minyak dunia yang fluktuatif seringkali memengaruhi perekonomian dunia.
Lonjakan harga yang tinggi ini mengakibatkan konsumen mencari bahan bakar
alternatif yang relatif lebih murah. Indonesia sendiri tengah melakukan substitusi
untuk pengganti sumber energi minyak bumi menjadi biodiesel berupa CPO.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak volatilitas harga minyak dunia
terhadap harga CPO di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model ARCH-GARCH dan VAR/VECM. Data yang digunakan adalah
data time series bulanan 2006:1 – 2013:1. Variabel yang digunakan adalah variabel
harga minyak bumi dunia, harga CPO Indonesia, harga CPO Malaysia, dan harga
CPO Rotterdam (merepresentasikan harga CPO dunia). Volatilitas harga minyak
dunia yang diestimasi oleh model ARCH-GARCH terlihat bervariasi antarwaktu

(time varying) menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Berdasarkan hasil
estimasi VECM semua variabel signifikan pada jangka panjang. Harga CPO
Indonesia tersebut memberikan respon yang cenderung negatif terhadap volatilitas
dan harga CPO Malaysia. Sedangkan harga CPO Indonesia menunjukkan respon
yang positif terhadap harga CPO dunia.
Kata Kunci: volatilitas harga minyak bumi dunia, harga CPO, model ARCHGARCH, model VECM

ABSTRACT
INDRI MUTIA MAULANI. Analysis Impact Of The Volatility Oil World Prices On
CPO Indonesia Price. Supervised of DEDI BUDIMAN HAKIM.
Petroleum is one of the main energy source used many countries as input
from a variety of economic activities. Changes in world oil prices to high price hikes
lead to consumers looking for alternative fuels are relatively cheaper. Indonesia's own
central do substitution for substitute energy sources such as biodiesel oil CPO. This
research was conducted to analyze the impact of the volatility of world oil prices on
the prices of CPO in Indonesia. Methods of analysis used in this study was the
ARCH-GARCH model and VAR/VECM. The Data used is the time series of monthly
data 2006: 1-2013: 1. The variables used are variable in world petroleum prices, the
price of CPO Indonesia and Malaysia, and the price of CPO in Rotterdam (represents
the world's CPO price). The volatility of world oil prices which is being estimated by

the ARCH-GARCH model looks vary time varying suggests a tendency that
continues to increase. VECM estimation results based on all significant variables in
the long run. The Indonesia CPO price are likely to respond negatively to volatility
and CPO Malaysia price. While the Indonesia CPO price showed a positive response
to the CPO price in world.
Keywords: volatility of world oil price, the price of CPO, ARCH-GARCH model,
VECM model.

ANALISIS DAMPAK VOLATILITAS HARGA MINYAK
BUMI DUNIA TERHADAP HARGA CPO INDONESIA

INDRI MUTIA MAULANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Dampak Volatilitas Harga Minyak Bumi Dunia Terhadap
Harga CPO Indonesia
Nama
: Indri Mutia Maulani
NIM
: H14090120

Disetujui oleh

Dedi Budiman Hakim, PhD
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, PhD
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak
Volatilitas Harga εinyak Bumi Dunia Terhadap Harga CPO Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volatilitas harga minyak bumi dunia
dan melihat hubungannya terhadap harga minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia,
serta menganalisis hubungan antar harga CPO Malaysia dan harga CPO di pasar
Rotterdam terhadap perubahan harga CPO Indonesia.
Penyelesaian penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin
menyampaikan
ucapan terima kasih dan dan penghargaan kepada:
1. Orang tua saya yang tercinta H. Muchsin Basri (alm) dan Hj. E.
Widaningsih, kakakku Wida Hapsari S.Pt dan suami, serta adik-adikku
tercinta Linda Annisa Lisdiani dan Nahya Nazwa Naffisya yang telah
memberikan dukungan moral maupun materi serta doa bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

2. Dedi Budiman Hakim, PhD. selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si. selaku dosen penguji utama pada ujian
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik
dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Dewi Ulfah, M.Si selaku dosen penguji dari komisi akademik pada
ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan
kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Seluruh jajaran staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan
kerjasamanya.
6. Yeni Astuti A, Ika Syahfitri, Rismayani N, Hapsari Adiningsih, dan Rizki
Bagastari H sahabat-sahabat di Ilmu Ekonomi 46.
7. Ika Syahfitri, Rismayani Nursyah, Evanti A, dan M. Fauzi sebagai teman
bimbingan atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
8. Desi Puspita N, Gigih Kridaning, dan Cutra Samil sahabat-sahabat di
kosan Wisma Seroja.
9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 46.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan akan
adanya penelitian lanjutan dari pembaca yang membangun ke arah
penyempurnaan dengan tema ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Indri Mutia Maulani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

viii
viii
viii
1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

6

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

8

TINJAUAN PUSTAKA


9

Landasan Teori
Penelitan Terdahulu
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN

9
18
20
21
22

Jenis dan Sumber Data

22

Model Penelitian


22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Perkembangan Harga Minyak Bumi
Spesifikasi Model ARCH-GARCH
Analisis Volatilitas
Hasil Uji Praestimasi Data
Hasil Harga CPO dan Volatilitas dengan Estimasi VECM
Hasil IRF
Hasil FEVD
KESIMPULAN DAN SARAN

33
33
33
35
36
39
40

42
44

Kesimpulan

44

Saran

44

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

48
62

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Nomor
Volume ekspor dan impor minyak nabati dunia (2007-2011)
Hasil uji stasioner tiap variabel
Hasil uji kointegrasi
Hasil estimasi VECM

Halaman
5
36
37
38

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nomor
Halaman
Produksi minyak bumi dan konsumsi minyak Indonesia (2000-2010)
2
Perkembangan harga minyak bumi dunia (2000-2012)
3
Kurva Permintaan
11
Kurva Penawaran
12
Pembentukan harga internasional
16
Kerangka pemikiran operasional
21
Perkembangan harga minyak bumi dunia selama periode 2006:1-2013:1 32
Volatilitas harga minyak bumi dunia
35
Hasil impulse respone function (IRF) volatilitas
40
Hasil forecast error variance of decomposition (FEVD)
41

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nomor
Estimasi model peramalan ARIMA (3,1,2)
Hasil pengujian efek ARCH
Estimasi pemilihan model ARCH-GARCH (1,3)
Hasil uji stasioneritas tiap variabel
Hasil uji optimum lag
Hasil uji stabilitas VAR
Hasil uji kointegrasi
Estimasi model VECM
Hasil Impulse Response Function
Variance Decomposition of CPO_INA

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
47
47
48
49
53
53
54
55
57
58

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber energi dewasa ini merupakan input yang saling terkait dengan
pembangunan ekonomi, terutama dalam proses produksi. Pada aktivitas ekonomi
baik dalam skala mikro maupun skala makro sangat dipengaruhi oleh
permasalahan akan kebutuhan energi. Dukungan input yang baik dalam kegiatan
ekonomi akan mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik,
dibandingkan dengan aktifitas ekonomi yang tidak didukung oleh input yang baik.
Sehingga dapat dikatakan dengan keberadaan input yang baik berupa sumber
energi yang memadai dapat menunjang kegiatan ekonomi yang ada.
Setiap tahunnya, kebutuhan akan sumber energi mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan konsumsi dunia terhadap energi pun mengalami
peningkatan. Energi total yang dikonsumsi dunia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2000, konsumsi energi dunia tercatat sejumlah
9.382,4 ribu TOE (Tones of Oil Equivalent) dan terus meningkat dalam sebelas
tahun terakhir hingga menembus jumlah 12.002,4 ribu TOE pada akhir tahun
2011. Munculnya negara-negara industri baru seperti China dan India
diperkirakan akan menambah nilai tingkat konsumsi energi dunia.
Peningkatan konsumsi terhadap energi juga terjadi di Indonesia. Pada
periode yang sama, konsumsi energi Indonesia mengalami peningkatan dari 98,4
ribu TOE ke 140 ribu TOE. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa
Indonesia saat ini masih sangat tergantung dengan ketersediaan energi. Aktivitas
sehari-hari tidak dapat lepas dari penggunaan energi. Penggunaan energi
diprediksi akan terus meningkat seiring dengan rencana pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu diperlukan perhatian
pemerintah agar mampu menjaga ketersediaan energi yang cukup untuk
menopang rencana mereka. (British Petroleum,2010).
Kebutuhan energi dunia saat ini banyak disokong oleh minyak bumi atau
minyak mentah (oil). Total konsumsi energi dunia hampir 34 persen
pemenuhannya berasal dari minyak bumi (BP 2010). Sementara sisanya, dipenuhi
dari gas alam, batu bara dan nuklir. Tidak dapat dipungkiri, salah satu faktor
penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak bumi. Kinerja dari harga
minyak bumi dunia menjadi tolok ukur bagi perekonomian dunia karena perannya
yang dianggap penting dalam fungsi produksi. Bahan bakar minyak (BBM) yang
merupakan produk olahan dari minyak bumi masih menjadi sumber energi utama
dalam proses produksi bagi sebagian besar negara-negara industri di dunia. Untuk
kasus di Indonesia, total kebutuhan akan energi yang disokong oleh minyak bumi
hingga 42,5 persen. Hal ini menunjukkan besarnya kebutuhan energi kita terhadap
minyak bumi.
Cadangan minyak bumi Indonesia menunjukkan nilai yang semakin
menurun setiap tahunnya. Data dari Ditjen MIGAS Indonesia tahun 2011
menyatakan produksi minyak bumi Indonesia pada tahun 2000 sebesar 1.456 ribu
barel per hari terus mengalami penurunan menjadi 1.003 ribu barel tahun 2008,
dan terus menurun hingga 986 ribu barel pada tahun 2010. Produksi minyak
domestik sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
puncaknya tahun 2003 menjadi negara net-importir minyak.

2

1500

1456

(ribuan barel per hari)

1387

1400
1289

1300
1176 1306 1295
1289 1304
1270 1264
1130
1240
1232
1207
1090

1200
1100

1143 1160
996

1000

1003 990
972

produksi
konsumsi

986

900
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(tahun)
Sumber: Ditjen MIGAS Indonesia (diolah).

Gambar 1 Produksi minyak bumi dan konsumsi minyak Indonesia (2000-2010)
Penurunan produksi dari tahun ke tahun yang dialami oleh Indonesia
diikuti oleh peningkatan konsumsi minyak bumi, hal ini dapat dilihat pada
Gambar 1. Konsumsi Indonesia sebesar 1.143 ribu barel per hari pada tahun 2000
terus mengalami peningkatan sampai tahun 2010 dengan konsumsi sebesar 1.304
ribu barel per hari. Peningkatan ini diprediksi akan terus terjadi karena beberapa
faktor antara lain karena terus meningkatnya jumlah penduduk Indonesia
(BP2010). Penurunan produksi Indonesia ini menyebabkan Indonesia harus keluar
dari anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) pada
tahun 2009. Keanggotaan Indonesia dicabut karena sudah tidak mampu lagi
mencukupi kebutuhan minyak bumi dalam negerinya sendiri. Sebagai negara netimportir membuat Indonesia harus membeli minyak dari pasar internasional yang
harganya tidak bisa diintervensi.
Beberapa periode terakhir harga minyak bumi dunia mengalami perubahan
yang cukup fluktuatif. Minyak bumi jenis West Texas Intermediete (WTI) maupun
Brent menunjukkan fluktuatif yang sangat besar. WTI dikenal juga sebagai Texas
light sweet, yang merupakan kelas minyak mentah yang digunakan sebagai
patokan dalam penentuan harga minyak dunia. Komoditas ini mendasari kontrak
berjangka minyak di Chicago Mercantile Exchange. Sedangkan jenis
Brentbersumber dari Laut Utara. Brent Crude juga dikenal sebagai Brent Blend,
London Brent dan minyak Brent. Brent adalah patokan harga terkemuka global
untuk minyak mentah untuk daerah Atlantic. Perbedaan lainnya dari kedua jenis
minyak bumi ini adalah kandungan sulfur dari WTI lebih rendah yaitu sebesar
0,24% dibanding jenis Brent yang mengandung sulfur sebesar 0,37% (Wikipedia
2013)
Berdasarkan data dari U.S Energy Information Administrattion
menunjukkan harga WTI sebesar 31,52 US Dollar pada tahun 2000 dan 28,56 US
Dollar untuk jenis brent pada waktu yang sama. Dalam kurun waktu dua belas
tahun harganya melambung mencapai 94,11 US Dollar untuk jenis WTI dan 91,15
US Dollar untuk jenis Brent pada akhir Desember 2012. Kenaikan harga minyak

3
bumi yang sangat signifikan inipun dirasakan pula oleh Indonesia sebagai salah
satu konsumen minyak bumi terbesar di Asia Tenggara.

120

(Dollars per Barrel)

100
80
60
WTI
40

Brent

20
0
2000

2004

2008

2012

(tahun)
Sumber: U.S Energy Information Administrattion (diolah).

Gambar 2 Perkembangan Harga Minyak Bumi Dunia (2000-2012)
Minyak bumi yang merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian
dunia merupakan input yang penting untuk berbagai kegiatan industri. Bagi
perekonomian dunia, kinerja dari harga minyak bumi dapat dijadikan sebagai
tolak ukur dikarenakan perannya yang dianggap penting dalam fungsi produksi.
Produk olahan dari minyak bumi yang berupa BBM merupakan sumber energi
utama dalam proses produksi pada sebagian besar industri di negara-negara dunia,
termasuk di Indonesia. Penggunaan energi dari minyak bumi di Indonesia sendiri
pada tahun 2003 masih sekitar 54.4 persen, pada gas bumi sebesar 26.5 persen,
batubara sebesar 14.1 persen, tenaga air sebesar 3.4 persen, panas bumi sebesar
1.4 persen sedangkan penggunaan energi lainnya termasuk bahan bakar nabati
hanya sekitar 0.2persen (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2006).
Minyak bumi merupakan bahan bakar yang paling banyak digunakan oleh
hampir seluruh negara dunia. Permintaan terhadap minyak yang tinggi ini
menyebabkan peningkatan harga minyak bumi dunia. Lonjakan harga yang tinggi
ini mengakibatkan konsumen mencari bahan bakar alternatif yang relatif lebih
murah. Selain itu, adanya pembatasan produksi minyak bumi oleh OPEC dan
beberapa negara produsen lainnya menyebabkan supply minyak bumi di pasar
dunia menjadi menurun. Peningkatan harga dan pembatasan produksi minyak
bumi ini membuat negara-negara konsumen minyak bumi mencari alternatif
bahan bakar yang lebih murah selain minyak bumi.
Saat ini sebagian besar negara di dunia sedang menghadapi masalah energi
yang semakin nyata dan parah, termasuk Indonesia. Masalah yang berkenaan
dengan energi nasional diantaranya adalah adanya kecenderungan konsumsi
energi fosil yang semakin besar, energi mix yang belum seimbang, harga minyak
dunia yang tidak menentu serta persediaan energi fosil yang semakin terbatas.

4
Salah satu permasalahan yang sedang dialami oleh Indonesia adalah perubahan
harga minyak bumi yang tidak menentu. Hal ini tidak lepas dari besarnya
ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi berupa minyak bumi.
Bioenergi merupakan salah satu alternatif bagi Indonesia yang memiliki
sumber daya alam berlimpah. Hal ini selanjutnya digunakan untuk menyusun
langkah – langkah strategis untuk mengatasi masalah energi nasional termasuk di
dalamnya adalah pengembangan energi terbarukan. Selain sumber energi
alternatif seperti angin, surya, gelombang dan lainnya, pengembangan energi
terbarukan juga akan mengarah pada sumber alternatif lain seperti bahan bakar
nabati khususnya yang berasal dari komoditas – komoditas pertanian dan
perkebunan. Komoditas pertanian yang dibudidayakan masyarakat Indonesia dan
potensial untuk sumber bahan bakar nabati antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak
pagar, tebu, sagu dan ubi kayu.
Minyak nabati adalah minyak alami yang diekstrak dari produk tumbuhtumbuhan dan limbah biomassa. Jenis minyak yang termasuk dalam minyak
nabati yang banyak diproduksi oleh Indonesia adalah minyak kelapa sawit atau
Crude Palm Oil (CPO). CPO yang dihasilkan dari komoditi perkebunan kelapa
sawit kini telah menjadi primadona dan komoditi ekspor andalan Indonesia. Hal
ini diindikasikan dengan banyaknya perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan
di daerah luar pulau Jawa seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Selain itu
komoditi ini juga memiliki keunggulan komparatif dilihat dari segi budidaya,
karena tanaman ini merupakan jenis tanaman tropik dan dari segi luas area total
sampai tahun 2006, Indonesia mempunyai areal kelapa sawit terluas di dunia,
yaitu 6,594 juta hektar. Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit berperan
sebagai penerimaan negara dari sektor non-migas yang cukup besar. Industri
kelapa sawit di Indonesia juga menarik banyak perhatian mengingat kontribusinya
yang sangat besar bagi perekonomian.
Konsumsi CPO dunia yang semakin meningkat merefleksikan terjadinya
peningkatan permintaan dunia terhadap CPO. Konsumsi dari CPO umumnya
digunakan untuk pembuatan margarin, minyak masak, dan lemak kompleks.
Selain itu, beberapa turunan CPO dapat juga digunakan untuk industri, yaitu
sebagai bahan pembuat sabun dan untuk bahan bakar biodiesel.Bila ditinjau
terhadap kesiapan ketersediaan bahan baku, maka kelapasawit merupakan bahan
yang paling potensial untuk dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel di Indonesia. Hanya saja pemanfaatan CPO di Indonesia sebagai bahan
baku untuk produksi biodiesel perlu dilaksanakan secara bijaksana dan hati-hati,
karena fungsinya saat ini sebagian besar masih digunakan untuk bahan baku
minyak goreng yang termasuk bahan makanan. Perkembangan CPO sebagai
bahan alternatif sumber energi akan lebih besar terasa kontribusinya bila saja
dapat dikembangkan lahan kelapa sawit yang dikhususkan untuk produksi
biodiesel, terpisah dari lahan kelapa sawit saat ini yang diperuntukkan sebagai
bahan baku minyak goreng, kosmetik dan ekspor.
Adanya isu tentang kelestarian lingkungan, membuat biodieselmenjadi
bahan bakar alternatif utama yang banyak digunakan dunia. Peningkatan
konsumsi biodieseldunia ini memiliki konsekuensi semakin tingginya permintaan
terhadap CPO. Produksi biodieselyang berasal dari CPO saat ini terkonsentrasi di
Malaysia dan Indonesia sebagai negara-negara produsen kelapa sawit terbesar di
dunia dengan pangsa pasar 82,9 persen dari produksi dunia. Produksi CPO dari

5
negara Indonesia adalah sebesar 43,3 persen sedangkan Malaysia menyumbang
39,6 persen dari produksi CPO dunia. (Sumber: Malaysia Palm Oil Board, 2012).
Produksi minyak nabati dunia sampai tahun 2009 masih didominasi oleh
minyak kelapa sawit dan minyak kedelai. Dalam perdagangan internasional,
sebelum tahun 1990-an, perdagangan minyak nabati dunia didominasi oleh
minyak kedelai yang banyak diproduksi di kawasan Amerika Utara dan Selatan.
Setelah tahun 1990-an, adanya perubahan iklim global mengakibatkan terjadinya
kekeringan di negara pemasok minyak kedelai terbesar dunia sehingga pasokan
minyak kedelai di pasar dunia menjadi turun. Hal ini mengakibatkan perdagangan
minyak nabati dunia beralih didominasi oleh CPO sebagai barang substitusi dari
minyak kedelai yang banyak diproduksi di negara-negara kawasan Asia Tenggara,
terutama Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan Tabel 1 dapat kita lihat bahwa minyak kelapa sawit (CPO)
memegang peranan utama dalam perdagangan minyak nabati dunia. Hal ini
terlihat dari volume ekspor dan impor minyak kelapa sawit yang memiliki
nilaitertinggi yaitu pada sisi impor sebesar 26,45 juta ton pada tahun 2007 dan
34,54 juta ton pada tahun 2011. Berdasarkan Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa dari
sisi ekspor, minyak kelapa sawit memiliki nilai ekspor ke dunia sebesar 27,21 juta
ton pada tahun 2007 dan 35,52 juta ton pada tahun 2011. Minyak yang memiliki
volume ekspor dan impor tertinggi kedua ialah minyak kedelai dengan jumlah
impor pada tahun 2007 dan 2011 masing-masing sebesar 9,09 dan 9,14 juta
tondan ekspornya masing-masing pada tahun 2007 dan 2011 yaitu sebesar 9,84
dan 9,48 juta ton. Adapun minyak yang lain tidak memiliki peran dominan dalam
perdagangan minyak nabati dunia.
Tabel 1 Volume ekspor dan impor minyak nabati dunia tahun 2007-2011
(dalam juta metrik ton)
Jenis Minyak
Impor
Ekspor
2007

2011

2007

2011

Minyak kelapa sawit

26.45

34.54

27.21

35.52

Minyak kanola

1.47

2.34

1.65

2.36

Minyak kedelai

9.09

9.14

9.84

9.48

Minyak bunga matahari

3.23

3.55

3.98

4.06

Sumber : Oilseed & Products: World Market & Trade, USDA (2012).

Hal ini menjadi penting untuk diteliti sebab fluktuasi harga minyak dunia
yang merupakan sektor vital sebagai sumber energi dunia sangat berpengaruh
terhadap perkembangan harga dari substitusinya, termasuk komoditas CPO.
Penurunan persediaan minyak bumi dunia juga menyebabkan terjadinya
peningkatan harga yang cukup signifikan terhadap komoditas ini. Harga minyak
dunia yang terus berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap tahunnya ini
menyebabkan banyak negara mencari alternatif solusi untuk sumber energi dunia.

6
Minyak nabati terutama minyak dari kelapa sawit (CPO) digunakan oleh banyak
negara sebagai alternatif pengganti sumber energi mereka disamping penggunaan
minyak bumi. Akibat dari perubahan konsumsi minyak bumi menjadi minyak
nabati ini menyebabkan terjadinya perubahan harga yang dirasakan juga oleh
komoditas minyak nabati. Dalam penelitian ini minyak nabati yang menjadi topik
utama yaitu CPO yang banyak diproduksi oleh Indonesia. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai integrasi antara volatilitas harga minyak bumi
terhadap harga CPO Indonesia.
Volatilitas sendiri adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga
selama periode tertentu. Volatilitas harga dapat diukur dengan standar deviasi dan
koefisien variasi harga dari komoditas yang bersangkutan. Manfaat dari volatilitas
harga yaitu dapat menganalisis tingkat tingkat resiko harga. Dalam analisis
volatilitas ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan peningkatan harga dalam
periode yang pendek dan tidak mengukur tingkat harga, namun dengan mengukur
derajat variasi dari suatu periode ke periode berikutnya. Volatilitas yang tinggi
mencerminkan karakteristik penawaran dan permintaan yang tidak biasa. Untuk
itu berdasarkan dari keterangan volatilitas harga maka dalam penelitian ini
mencoba menganalisis hubungan fluktuasi harga minyak bumi dengan harga CPO
Indonesia dilihat dari volatilitasnya, tidak dengan tingkat harganya.
Perumusan Masalah
Minyak bumi dunia memiliki peran yang sangat vital dalam proses produksi
barang-barang Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia akan menyebabkan
produksi Indonesia secara kesuluruhan menurun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh harga minyak dunia terhadap
negara yang merupakan net-eksportir minyak dan net-importir minyak. Negara
yang mengekspor minyak tentunya mendapat rezeki yang besar dengan
peningkatan harga minyak dunia karena pendapatan dari penjualan minyaknya
akan meningkat. Sementara, negara pengimpor minyak tentunya harus merana
karena uang yang mereka keluarkan untuk membeli minyak akan meningkat.
Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mengalami perubahan
status dari negara net-eksportir menjadi negara net-importir. Untuk itu menarik
untuk dibahas mengenai fluktuasi harga minyak bumi dengan melihatnya dari segi
volatilitas harga minyak bumi dunia.
Untuk mengatasi permasalahan pemenuhan energi negara yang sebelumnya
banyak menggunakan minyak bumi, Indonesia mencari alternatif sumber energi
lain berupa energi berupa biodiesel yang berasal dari CPO. Pemahaman dan
ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai volatilitas harga sangat
berguna untuk merumuskan tindakan antisipasi yang lebih efektif karena konsep
volatilitas berkaitan erat dengan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan. Hal ini menjadi penting untuk diteliti sebab penurunan
persediaan minyak bumi dunia juga menyebabkan terjadinya fluktuasi harga
minyak bumi dan juga peningkatan harga yang cukup signifikan terhadap
komoditas CPO. Akibat dari perubahan konsumsi minyak bumi menjadi minyak
nabati ini menyebabkan terjadinya perubahan harga yang dirasakan juga oleh
komoditas minyak nabati. Perubahan harga ini sangat dirasakan terutama untuk
komoditas CPO yang merupakan komoditas ekspor utama dari perdagangan
minyak nabati Indonesia saat ini.

7
Selain dari pengaruh volatilitas harga minyak bumi, perkembangan hargaCPO
Indonesia juga terjadi karena adanya pengaruh dari harga CPO Malaysia sebagai
negara pesaing dan CPO Rotterdam yang merepresentasikan harga CPO dunia.
Secara empiris harga yang terbentuk di pasar forward Rotterdam dan yang
terbentuk di Malaysia digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi
penjual dan pembeli CPO untuk memberikan penawaran harga di pasar spot
Indonesia. Berdasarkan informasi tersebut barulah kemudian harga di pasar
Indonesia terbentuk. Karena adanya keterkaitan antara penetapan harga pada CPO
Indonesia dengan harga CPO Malaysia dan harga CPO di pasar Rotterdam maka
pada penelitian ini pula akan menjelaskan bagaimana hubungan antara harga
CPO-CPO tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
“Analisis Dampak Volatilitas Harga εinyak Bumi Dunia Terhadap Harga CPO
Indonesia”.
Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diangkat pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana analisis volatilitas harga minyak bumi dunia selama periode
2006:1-2013:1?
2. Bagaimana hubungan antara volatilitas harga minyak bumi terhadap
perkembanganharga CPO Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara harga CPO lainnya terhadap perkembangan
harga CPO Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis volatilitas harga minyak bumi dunia selama periode 2006:12013:1.
2. Menganalisis hubungan antara volatilitas harga minyak bumi terhadap
harga CPO Indonesia.
3. Menganalisis hubungan antara harga CPO lainnya terhadap perkembangan
harga CPO Indonesia.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri juga bagi pihak-pihak lain, seperti :
1. Memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara
volatilitas harga minyak bumi dan minyak kelapa sawit (CPO).
2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi dalam
menentukan kebijakan yang terkait dengan harga minyak bumi dunia dan
harga CPO Indonesia.
3. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai dampak volatilitas harga minyak
bumi dengan perkembangan harga minyak kelapa sawit (CPO).

8
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya memfokuskan pada minyak bumi dan CPO tanpa
memasukkan produk olahannya. Harga minyak bumi dunia yang akan digunakan
di sini adalah harga minyak bumi jenis West Texas Intermediete yang merupakan
acuan harga minyak bumi dunia. Penelitian ini tidak membedakan ketika terjadi
kenaikan harga atau penurunan harga minyak dunia. Yang menjadi perhatian
dalam penelian ini yaitu bagaimana volatilitas dari harga minyak bumi dunia.
Sedangkan untuk variabel CPO, harga yang digunakan yaitu harga CPO Indonesia
dan Malaysia sebagai produsen utama di dunia serta harga CPO Rotterdam yang
menjadi acuan harga CPO dunia. Selain menganalisis hubungan dan pengaruh dari
volatilitas harga minyak bumi terhadap perkembangan harga CPO Indonesia,
penelitian ini juga mencoba menganalisis hubungan harga CPO lainnya terhadap
harga CPO Indonesia.
Variabel yang diteliti adalah harga rata-rata bulanan komoditas tersebut di
pasar domestik (untuk CPO Indonesia dan CPO Malaysia) dan pasar dunia (untuk
minyak bumi dan CPO Rottedam) dari 2006:1 hingga 2013:1.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Harga
Dalam perekonomian pasar, harga merupakan tanda atau sinyal yang
mengarahkan keputusan ekonomi dalam melakukan alokasi terhadap sumber daya
yang langka. Jadi, jika terjadi fluktuasi harga di suatu pasar dan dapat segera
ditangkap oleh pasar lain maka perubahan tersebut dapat digunakan sebagai sinyal
dalam pengambilan keputusan harga bagi produsen. Harga pasar mempunyai dua
fungsi utama, yaitu sebagai:
1)

2)

Pemberi informasi tentang jumlah komoditas yang sebaiknya
dipasok oleh produsen untuk memperoleh keuntungan maksimum
dan
Penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan
kepuasan maksimum (Nicholson, 2002).

Untuk setiap barang dalam perekonomian, harga barang memberikan
jaminan bahwa penawaran dan permintaan berada dalam keseimbangan. Harga
suatu komoditas di pasar ditentukan oleh kurva permintaan dan kurva penawaran
komoditi tersebut yang saling berpotongan. Pada kondisi tersebut kuantitas barang
yang diminta oleh pembeli sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual
sehingga tercapai kondisi keseimbangan harga pasar (equilibrium price).
Sementara itu, jika terjadi kondisi dimana kuantitas barang yang diminta oleh
pembeli tidak sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual maka harga
yang terjadi pada kondisi tersebut disebut dengan harga disekuilibrium. Adanya
kelebihan permintaan atau penawaran yang terjadi di pasar akan menyebabkan
keadaan disekuilibrium dan harga akan terus berubah sampai kembali ke titik
ekuilibrium. Kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya kelebihan permintaan
yang mendorong harga untuk naik atau kelebihan penawaran yang menyebabkan
harga menjadi turun.
Berkaitan dengan peningkatan harga minyak dunia selain karena faktor
spesifik dari setiap komoditas, yaitu resiko geopolitik, kondisi iklim dan cuaca
serta gagal panen, peningkatan harga suatu komoditas juga diakibatkan oleh faktor
penawaran dan permintaan yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang
memberikan pengaruh pada peningkatan harga komoditas adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan ekonomi telah mendorong permintaan akan berbagai
komoditas,
2) Biofuel telah mendorong permintaan akan berbagai tanaman pangan
yang dapat dikonversi menjadi biofuel, misalnya untuk CPO,
3) Respon penawaran yang lambat,
4) Keterkaitan di antara berbagai komoditas, dan
5) Tingkat suku bunga yang rendah dan depresiasi nilai US Dollar.
Teori Barang Substitusi
Apabila kedua barang memiliki fungsi yang sama dan dapat saling
menggantikan, maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang substitusi.
Hubungan antara kedua barang tersebut bersifat negatif, yaitu: apabila konsumsi

10
barang yang satu meningkat, maka konsumsi barang lain akan menurun karena
sifatnya yang saling menggantikan. Konsumen mengganti konsumsi barang yang
satu dengan barang yang lain karena berbagai alasan, seperti karena harga yang
naik atau kelangkaan barang tersebut. Contoh barang substitusi adalah minyak
tanah dan gas elpiji. Karena harga gas elpiji semakin meningkat, maka konsumen
beralih mengonsumsi minyak tanah.
Barang substitusi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan
derajat penggantiannya, yaitu:
a. Substitusi sempurna
Dua barang dikatakan memiliki substitusi sempurna apabila penggunaan
barang tersebut dapat digantikan satu sama lainnya tanpa mengurangi kepuasan
konsumen dalam menggunakannya contohnya, gula pasir. Konsumen tidak
mempermasalahkan mengenai asal gula pasir tersebut, gula lokal atau gula impor,
gula yang diproduksi di Jawa atau luar Jawa. Konsumen tidak dapat merasakan
perbedaan dalam hal kepuasan dari mengonsumsi gula pasir tersebut.
b. Substitusi dekat
Apabila kedua barang dapat saling menggantikan, tetapi memberikan
perbedaan kepuasan bagi konsumen, maka barang tersebut dikategorikan sebagai
substitusi dekat. Contohnya, konsumsi terhadap daging sapi dan daging ayam.
Konsumen memperoleh manfaat terpenuhinya kebutuhan protein hewani, tetapi
konsumen tidak merasakan kepuasan yang sama antara mengonsumsi daging sapi
dengan mengonsumsi daging ayam.
c. Substitusi jauh
Apabila dua barang dapat saling menggantikan hanya dalam kondisi
terpaksa saja, maka kedua barang tersebut dikategorikan sebagai substitusi jauh.
Konsumen tidak akan menggantikan konsumsi barang tersebut dengan barang lain
dalam kondisi normal. Contohnya, konsumsi nasi dengan sagu. Walaupun sagu
dapat menggantikan fungsi nasi, tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
akan mengonsumsi sagu apabila masih terdapat nasi.
 Pengaruh adanya barang substitusi pada mekanisme pasar
Jika dimisalkan y adalah barang pengganti (substitusi) dari x, maka
ketika Px↑ akan menyebabkan Qx↓ dan Qy↑.
Analisis Permintaan dan Penawaran
Sugiarto et al. (2007) berpendapat bahwa analisis permintaan dan
penawaran merupakan alat yang penting untuk:
1) Memahami respon harga dan kuantitas suatu komoditas terhadap
perubahan variabel-variabel ekonomi seperti teknologi, selera
konsumen, harga komoditas lain, dan harga faktor produksi,
2) Menganalisis interaksi yang kompetitif antara penjual dan pembeli
dalam menghasilkan harga dan kuantitas suatu komoditas,
3) Menunjukkan kebebasan yang diberikan pasar kepada konsumen dan
produsen,
4) Menganalisis efek berbagai intervensi kebijakan pemerintah di pasar,
seperti pengendalian harga, kuota, pajak subsidi, dan lain-lain.

11
Teori Permintaan
Permintaan pasar untuk suatu komoditi adalah kuantitas total permintaan
barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial. Permintaan pasar atau permintaan
agregat atas suatu komoditi menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang
diminta per periode waktu, pada berbagai harga alternatif, oleh semua individu di
dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua
faktor yang menentukan permintaan individu, dan selanjutnya pada jumlah
pembeli komoditi tersebut di pasar.
Kurva permintaan melihat hubungan jumlah barang yang diminta hanya
sebagai fungsi harganya dan menganggap variabel lainnya adalah tetap (ceteris
paribus). Kurva permintaan mempunyai slop yang negatif dari kiri atas ke kanan
bawah, dimana jika terjadi penurunan harga akan menambah jumlah komoditi
yang diminta. Perubahan harga barang yang diminta terhadap jumlahnya
digambarkan sebagai pergerakan sepanjang kurva permintaan. Sedangkan
perubahan variabel lain seperti harga barang lain, pendapatan, dan selera
digambarkan sebagai pergeseran kurva permintaan. Penawaran pasar komoditi
tergantung pada semua faktor yang menentukan penawaran produsen secara
individu dan, seterusnya, pada jumlah produsen dalam pasar. (Widyasari 2010)
P

P

P1
P2
P3

Q1

Q2

Q3

Q
Pergerakan kurva permintaan akibat
pengaruh harga

D2
D
D1
Pergeseran kurva permintaan
pengaruh bukan harga

Sumber: Nicholson (2002).

Gambar 4 Kurva permintaan

Teori Penawaran
Penawaran adalah jumlah produk yang mampu dan bersedia untuk dijual
oleh produsen dengan harga tertentu. Semakin tinggi harga maka semakin banyak
produk yang bersedia ditawarkan oleh produsen. Penawaran pasar atau penawaran
agregat dari suatu komoditi memberikan jumlah alternatif dari penawaran

12
komoditi dalam periode waktu tertentu pada berbagai harga alternatif oleh semua
produsen komoditi tersebut dalam pasar.
Menurut Djojodipuro (1991) kurva penawaran menunjukkan berbagai
jumlah barang yang seorang penjual bersedia menawarkan dengan berbagai harga,
ceteris paribus. Dalam keadaan ini, maka kurva tersebut naik dari kiri bawah ke
kanan atas. Berdasarkan segi jumlah, kurva penawaran menunjukkan harga
minimum yang mendorong penjual untuk menjual dalam berbagai jumlah. Penjual
mau menerima harga yang lebih tinggi untuk jumlah tertentu tapi tidak lebih
rendah.

P

P
P1
P2

S2

S1
S3

P

P3

Q1

Q2

Q3

Q
Pergerakan kurva penawaran akibat
pengaruh harga

Q1
Q2
Q3
Q
Pergeseran kurva penawaran

Sumber: Nicholson (2002).

Gambar 5 Kurva penawaran

Teori Integrasi Pasar
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi
pasar yaitu adalah dengan melakukan analisis integrasi pasar. Melalui analisis
integrasi pasar kita dapat mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap
perubahan harga sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang tepat dan
cepat. Pasar yang terintegrasi akan membentuk harga kesetimbangan yang
berkaitan secara langsung (Aji, 2010).
Definisi dari integrasi pasar adalah kondisi yang dihasilkan akibat tindakan
pelaku pemasaran serta lingkungan pemasaran yang mendukung terjadinya
perdagangan meliputi infrastruktur pemasaran dan kebijakan pemerintah,
sehingga menyebabkan harga di suatu pasar ditransformasikan ke pasar lainnya.
Adanya informasi pasar yang mendukung menyebabkan perubahan yang terjadi di
suatu pasar seperti adanya perubahan harga akan ditransmisikan ke pasar lain
dengan perubahan harga. Hal ini dapat digunakan oleh produsen sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

13
Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, integrasi pasar dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu integrasi pasar horizontal (spasial) dan integrasi
vertikal. Integrasi horizontal (spasial) merupakan tingkat keterkaitan hubungan
antara suatu pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial
memiliki konsep bahwa pasar-pasar yang terpisah secara geografis memiliki
keterkaitan harga dimana harga yang terjadi merupakan pengaruh dari harga di
pasar lain yang saling berinteraksi. Dua pasar dapat dikatakan terintegrasi secara
spasial jika diantara lokasi pasar terjadi perdagangan dan harga pada daerah
importir sama dengan harga pada daerah eksportir ditambah dengan biaya
transportasi dan biaya transfer lainnya.
Pasar dikatakan terintegrasi jika dihubungkan oleh sebuah proses arbitrase.
Jika perbedaan harga antara dua pasar lebih rendah dari biaya transaksi, maka
seorang produsen akan berfikir untuk menghentikan perdagangan. Integrasi pasar
vertikal adalah tingkat keeratan hubungan antara pasar produsen dengan pasar
pedagang atau ritel. Pasar produsen adalah pasar dimana penawaran produsen
berinteraksi dengan permintaan dari pedagang. Sedangkan pasar ritel adalah pasar
yang merupakan bertemunya permintaan konsumen akhir dengan penawaran dari
pedagang. Suatu pasar dikatakan terintegrasi vertikal jika harga pada suatu
lembaga pemasaran ditransformasikan ke lembaga pemasaran lain dalam satu
rantai pemasaran.
Integrasi pasar vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan
direfleksikan pada perubahan harga di pasar lain secara vertikal dalam produk
yang sama (Suparmin, 2005). Pada pasar yang terintegrasi secara vertikal,
intervensi pada suatu pasar akan berdampak nyata terhadap pasar lainnya, atau
sebaliknya pada pasar yang tidak terintegrasi vertikal intervensi pada suatu pasar
tidak akan berpengaruh nyata terhadap pasar lainnya.
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antar subyek ekonomi
negara yang satu dengan subyek ekonomi negara lain yang mencakup barang
maupun jasa. Adapun subyek yang dimaksud adalah penduduk, perusahaan ekspor
dan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen
pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan. Teori perdagangan
internasional merupakan teori yang mencoba mempertanyakan mengapa sebuah
negara menginginkan untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain.
Berikut ini disampaikan beberapa teori perdagangan internasional.
a. Teori Pra-Klasik Merkantilisme
Merkantilisme merupakan aliran ekonomi yang tumbuh dan
berkembang pesat pada abad XVI sampai dengan XVIII di Eropa Barat.
Merkantilisme merupakan ajaran yang berkeyakinan bahwa perekonomian
suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan surplus perdagangan.
Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimalkan
impor, sehingga surplus perdagangan akan meningkat (Rahardja & Manurung
2008).
Kebijakan ini diadaptasi kembali oleh banyak negara dalam bentuk Neo
Merkantilisme. Ciri utamanya yaitu pemeliharaan surplus perdagangan, bila
perlu melakukan proteksi. Kebijakan proteksi dilakukan untuk melindungi dan
mendorong ekonomi industri nasional dengan menggunakan kebijakan tarif

14
dan non tarif. Kebijakan ini dilakukan negara-negara Barat agar negara
eksportir memperhatikan kelestarian alam dimana setiap produknya
mempunyai green label ataupun pemerhatian terhadap hak asasi manusia. Hal
ini merupakan salah satu cara yang dilakukan negara kapitalis untuk
menghambat ekspor dari negara berkembang. Contoh konkret adalah isu
perusakan lingkungan yang dilakukan oleh Indonesia yaitu memperluas
perkebunan kelapa sawit dengan cara membuka hutan. Isu ini dilontarkan
Amerika untuk melindungi perdagangan minyak jagungnya di pasaran dunia
sehubungan dengan adanya peningkatan ekspor CPO ke beberapa negara.
Kebijakan ini juga pernah diterapkan oleh Indonesia dalam bentuk larangan
ekspor CPO dan penetapan harga patokan ekspor CPO untuk melindungi
industri minyak goreng dalam negeri.
b. Teori Klasik
1). Teori Absolute Advantage
Teori keunggulan absolut dikemukakan oleh Adam Smith. Menurutnya
perdagangan akan meningkatkan kemakmuran jika dilaksanakan melalui
mekanisme perdagangan bebas Melalui mekanisme perdagangan bebas, para
pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya
peningkatan efisiensi. Setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan
internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang jika
negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Hady 2001).
2). Teori Comparative Advantage
Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh David Ricardo yang
dikenal dengan model Ricardian. Teori ini didasarkan pada nilai tenaga kerja,
yaitu harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang
diperlukan untuk memproduksinya (Hady 2001). Konsep penting dalam model
Ricardian adalah perbedaan sumber daya dan teknologi yang dimiliki oleh tiap
negara menciptakan keunggulan bagi negara tersebut (comparative advantage).
Ricardo membuktikan bahwa bila dua wilayah yang saling berdagang masingmasing mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki
keunggulan komparatif, maka kedua wilayah tersebut akan mendapatkan
keuntungan. Atas dasar keunggulan komparatif maka berkembang suatu
fenomena yang kemudian disebut spesialisasi yaitu setiap negara memproduksi
sesuatu yang paling dikuasainya. Suatu negara dikatakan mempunyai
keunggulan komparatif dalam memproduksi suatu komoditi kalau biaya
pengorbanannya (opportunity cost) dalam memproduksi barang tersebut
(dalam satuan barang lain) lebih rendah daripada negara-negara lainnya
(Krugman & Obstfeld 2000).
c. Teori Modern
Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa dalam kenyataannya
perdagangan tidak hanya menunjukkan perbedaan produktivitas tenaga kerja
namun juga mencerminkan perbedaan sumber daya di tiap negara yaitu karena
adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara.
Dapat dikatakan bahwa suatu negara sebaiknya mengekspor barang
yang menggunakan faktor produksi yang melimpah dan mengimpor barang

15
yang menggunakan faktor produksi yang langka di negaranya. Namun ekspor
dan impor untuk komoditi tersebut hanya dapat dilakukan bila penggunaan
faktor produksi telah dilakukan secara intensif (Krugman & Obstfeld 2000).
d. International Competitive of Nation Porter’s Diamond
Pada era global yang makin kompetitif diperlukan keunggulan dalam
biaya produksi dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu
bangsa bersumber pada beberapa keunggulan berikut:
1). Keunggulan karena faktor produksi (factor conditions)
Faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara yang memberikan
kontribusi terhadap keunggulan kompetitif adalah SDM, SDA, iptek,
permodalan dan prasarana.
2). Keunggulan karena faktor permintaan (demand conditions)
Skala dan tingkat pertumbuhan pasar domestik maupun internasional
merupakan salah satu faktor penunjang peningkatan daya saing. Skala pasar
yang makin membesar dapat menurunkan biaya produksi per unit.
3). Keunggulan karena jaringan kerja industri (related and supporting
industry)
Untuk menjaga dan dan memelihara kelangsungan keunggulan daya
saing maka perlu dijaga kontak dan koordinasi dengan supplier.
4). Keunggulan karena strategi perusahaan dan struktur persaingan pasar (firm
strategy, structure and rivalry)
Strategi perusahaan, struktur organisasi dan kondisi persaingan antara
perusahaan domestik yang sangat ketat dan tidak adanya proteksi pemerintah
akan memaksa perusahaan memperbaiki kondisi internalnya. Hal ini mampu
mendorong perusahaan bekerja efisien dan produktif sehingga dapat bersaing
di pasar global.
Teori perdagangan internasional menunjukkan bahwa tiap negara
memiliki perbedaan sumber daya dalam memproduksi suatu barang sehingga
menciptakan keunggulan komparatif dan spesialisasi pada tiap negara yang
berimplikasi pada perbedaan harga untuk komoditi yang sama. Perbedaan
harga menjadi dasar terjadinya arus perdagangan antar negara.
Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor diantaranya adalah berikut ini:
1) Harga Internasional
Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga
domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi
bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh:
 Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya
inflasi di pasar domestik akan menyebabkan harga dipasar domestik
menjadi naik. Jika ditinjau dari pasar internasional secara riil harga
komoditi tersebut akan terlihat semakin menurun.
 Harga di pasar internasional semakin meningkat, dimana harga
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan
permintaan impor suatu komoditas di pasar dunia meningkat. Jika harga
komoditas di pasar domestik tersebut stabil, maka selisih harga
internasional dan harga domestik semakin besar, akibatnya akan
mendorong ekspor komoditi tersebut.
2) Nilai tukar uang

16
3) Kuota ekspor impor
4) Kebijakan tarif dan non tarif
Kebijakan tarif dan non tarif dimaksudkan untuk menjaga harga produk
dalam negeri dalam tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat
atau mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut.
Teori Harga Internasional
Minyak bumi dunia saat ini telah menjadi salah satu input penting dalam
kegiatan produksi ekonomi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam
mejalankan kegiatannya, sebagai contoh adalah industri pesawat terbang yang
menggunakan avtur (produk turunan dari minyak bumi) sebagai bahan bakar
utamanya. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari minyak bumi tidak lepas dari
kegiatan kita, sebagai contoh adalah bensin yang digunakan untuk kebutuhan
transportasi masyarakat sekarang. Konsumsi terhadap minyak ini tentunya akan
mempengaruhi harga minyak yang berlaku. Dalam skala besar permintaan dari
banyak negara untuk memenuhi kebutuhan minyak domestiknya akan
menciptakan agregat permintaan yang akan mempengaruhi harga minyak dunia.
Selain pengaruh dari permintaan negara-negara pengonsumsi minyak,
harga minyak juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan yang ditawarkan oleh
negara-negara penghasil minyak. Minyak bumi dunia banyak dipasok dari negaranegara Timur Tengah, Amerika dan Rusia. Jadi, pasokan yang disediakan oleh
negara-negara tersebut menjadi sangat vital dalam pemenuhan kebutuhan minyak
dunia. Selain permintaan dan penawaran, harga minyak juga dipengaruhi oleh
keadaan geopolitik negara-negara yang menjadi pemasok utama minyak dunia.
Harga minyak dunia ditentukan dari permintaan dan penawaran dari
negara-negara eksportir (produsen) dan negara-negara importir (konsumen).
Harga internasional yang terbentuk merupakan interaksi dari permintaan dan
penawaran masing-masing negara.
Px/Py

Px/Py

Px/Py
��

So
P3
P2

M

E’

N

Do

X
Keseimbangan
di negara X
(a)

ε’
��

P1

Keseimbangan
internasional
(b)

��

N’
��

X
Keseimbangan
di negara Y
(c)

Sumber: Salvatore (2007).

Gambar 6 Pembentukan harga internasional

X

17
Pembentukan harga internasionel dapat dilihat pada Gambar 6. Pada
Gambar 6 menunjukkan bagaimana keseimbangan internasional terjadi. Salvatore
(1997) menjelaskan bahwa harga internasional terbentuk dari harga domestik
negara pengekspor dan pengimpor komoditi (minyak). Kurva De dan Se
melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk minyak di negara 1
(eksportir). Sedangkan kurva Di dan Si melambangkan kurva permintaan dan
penawaran untuk minyak di negara 2 (importir). Panel (a) menunjukkan bahwa
dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi
dan konsumsi di titik C berdasarkan harga di P1. Pada panel (c) memperlihatkan
bahwa negara 2 akan melakukan produksi dan konsumsinya di titik A berdasarkan
harga relatif P3.
Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara
tersebut, harga relatif minya