Analisis Volatilitas Dan Hubungan Harga Spot-Futures Dengan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia

ANALISIS VOLATILITAS DAN HUBUNGAN HARGA SPOTFUTURES DENGAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO)
INDONESIA

ATHIKA BUDI PRIHATINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Analisis Volatilitas dan
Hubungan Harga Spot-Futures dengan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Athika Budi Prihatini
NIM H151137244

____________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

RINGKASAN
ATHIKA BUDI PRIHATINI. Analisis Volatilitas dan Hubungan Harga SpotFutures dengan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dibimbing oleh RINA
OKTAVIANI dan TANTI NOVIANTI.
Komoditi CPO merupakan komoditi perkebunan yang berperan penting
dan strategis dalam perekonomian terutama perannya dalam ekspor non migas.
Untuk itu peran CPO perlu dijaga dan ditingkatkan. Ekspor CPO tidak terlepas
dari harga CPO dan faktor makroekonomi. Dari segi harga diperlukan kestabilan
harga untuk menghindari resiko harga. Namun masalah resiko harga sulit
dihindari, untuk menguranginya dapat dilakukan melalui hedging.
Penelitian ini akan membahas mengenai harga CPO di pasar spot (fisik)
dan pasar futures (berjangka) melalui kajian volatilitas harga spot, harga futures

dan harga ekspor, hubungannya harga spot dan harga futures serta bagaimana
pengaruh harga tersebut bersama variabel lain terhadap ekspor CPO. Hasil analisis
ARCH-GARCH| menunjukkan bahwa harga spot, harga futures dan harga ekspor
CPO masih volatil selama periode Juni 2010 sampai Desember 2014, sedangkan
hubungan harga spot dan harga futures dengan Granger Causality menunjukkan
keduanya mempunyai hubungan sebab akibat (dua arah) dengan korelasi positif
yang sangat kuat. Hasil analisis VECM terkait harga terhadap penawaran ekspor
periode Juni 2009 sampai Desember 2014 menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang harga futures, harga ekspor, produksi, nilai tukar, suku bunga dan harga
minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap ekspor.
Harga yang volatil menunjukkan adanya ketidakpastian harga sehingga
mendorong pelaku pasar untuk melakukan hedging sebagai alat mitigasi resiko.
Dengan diketahuinya hubungan harga spot dan futures dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk mengambil posisi dalam transaksi kontrak berjangka.
Kontribusi harga dan variabel produksi, nilai tukar, suku bunga dan harga minyak
dunia terhadap ekspor diharapkan dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan
yang terkait dengan produksi, perdagangan dan investasi CPO. Terkait variabel
harga futures, hasilnya menunjukkan bahwa keberadaan kontrak berjangka CPO
berpengaruh terhadap ekspor, untuk itu perlu meningkatkan peran kontrak
berjangka sebagai alat mitigasi resiko sehingga transaksi kontrak berjangka juga

dapat ditingkatkan.

Kata kunci: volatilitas, harga spot-futures, ekspor CPO

SUMMARY
ATHIKA BUDI PRIHATINI. Volatility and Spot-Futures Price Relationship
Analysis to Indonesia Crude Palm Oil (CPO) Export. Supervised by RINA
OKTAVIANI and TANTI NOVIANTI.
CPO as an agricultural commodity plays important and strategic role in the
economy, especially in non-oil exports. The role of the CPO needs to be
maintained and enhanced. CPO exports depend on CPO price and macroeconomic
factors. Price stability needed to avoid the risk of price. The problem is difficult to
avoid price risks, the alternative to reduce it can be done through hedging.
This research will discuss the CPO price in the spot (physical)-futures
market and export price through the volatility, spot and futures price relationship,
how the influence of these prices along with other variables to CPO export for
periode June 2009 to December 2014. Results of ARCH-GARCH analysis,
indicate that spot prices, futures prices and the export price of CPO was volatile
during the periode, while the relationship the spot price and the futures price by
Granger Causality shows both have a causal relationship (two-way) with a very

strong positive correlation. Related to the price of the export supply, VECM
analysis showed that in the long run futures prices, export price, production,
exchange rates, interest rates, inflation and oil prices have a significant effect on
exports.
Price volatility showed price uncertainty thus encouraging market
participants to hedge as a risk mitigation tool. By knowing the relationship of spot
and futures price may be used as consideration for taking positions in futures
contracts. Contribution of price and production, exchange rates, interest rates and
oil prices on exports is expected to be used to formulate policies about CPO
production, trading and investment. Results of the futures price variable analysis,
indicating that the presence of CPO futures contracts effect on exports, it is
necessary to enhance the role of futures contracts as a mitigation tool so the
transactions can also be improved.

Keywords: volatility, spot-futures prices, CPO exports

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS VOLATILITAS DAN HUBUNGAN HARGA SPOTFUTURES DENGAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO)
INDONESIA

ATHIKA BUDI PRIHATINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Amzul Rifin, SP MA

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah harga dan ekspor CPO, dengan judul Analisis
Volatilitas dan Hubungan Harga Spot-Futures dengan Ekspor Crude Palm Oil
(CPO) Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku
ketua komisi pembimbing dan Dr Tanti Novianti, SP MSi selaku anggota komisi
pembimbing yang meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan tesis ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Amzul Rifin, SP MA selaku penguji
pada ujian tesis dan juga Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr, selaku wakil dari komisi
pendidikan atas saran dan masukannya demi perbaikan tesis ini. Ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Dr Ir Nunung Nuryartono,
MSi, Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi dan Dr Toni Irawan, SE M.App.Ec

beserta para pengelola Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi serta
seluruh dosen yang telah berbagi ilmu kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan
pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah
Pascasarjana (SPs) IPB.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada atasan dan rekan di
Bappebti khususnya Biro Analisis Pasar serta untuk teman-teman IPB Kemendag
atas segala bantuannya selama penulis menyelesaikan pendidikan di IPB.
Ungkapan terima kasih terdalam untuk suamiku Hariyadi dan anakku tercinta,
Khansa Afifah Ramadhania atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan
kesabaran yang diberikan serta orang tua yang senantiasa mendoakan sehingga
penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan dikarenakan
keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Kesalahan yang terjadi merupakan tanggung
jawab penulis. Besar harapan penulis bahwa tesis ini dapat memberikan kontribusi
dalam proses pembangunan dan bermanfaat untuk pengembangan penelitian di
masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

Athika Budi Prihatini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

1
1
4
6
6
7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran

9
9
17
19

3 METODE

Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Definisi Operasional

21
21
21
27

4 KERAGAAN EKONOMI INDUSTRI CPO
Profil Komoditi dan Perdagangan Kelapa Sawit
Profil Variabel yang Memengaruhi Ekspor CPO

29
29
30

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
34
Volatilitas

35
Hubungan Harga Spot CPO dengan Harga Futures
40
Analisis Pengaruh Harga Spot-Futures dan Variabel lain terhadap Ekspor
CPO
41
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

49
49
49

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

55

RIWAYAT HIDUP

80

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Perkembangan nilai ekspor CPO serta pangsanya dalam net ekspor non
migas Indonesia tahun 2009-2013
Perkembangan konsumsi minyak nabati dunia tahun 1965-2014
Volume transaksi di bursa berjangka Indonesia tahun 2013
Variabel, satuan dan sumber data
Luas areal dan produksi CPO tahun 2009-2014
Perkembangan ekspor dan impor CPO tahun 2009-2014
Hasil uji akar unit harga spot, futures dan harga ekspor CPO periode
Juni 2010 sampai dengan Desember 2014
Model ARMA/ARIMA terbaik
Hasil uji efek ARCH terhadap model rataan terbaik
Model ARCH-GARCH terbaik pada harga spot, harga futures dan
harga ekspor
Hasil uji evaluasi model ARCH-GARCH
Hasil uji kausalitas Granger harga spot-futures
Hasil uji korelasi
Hasil uji kointegrasi harga spot-futures
Hasil uji stasioneritas analisis VECM
Uji lag optimum
Hasil uji kointegrasi
Hasil estimasi VECM jangka pendek
hasil estimasi VECM jangka panjang

1
2
4
21
29
30
35
36
36
37
37
40
40
41
42
42
43
43
44

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pergerakan harga spot CPO dari 1 Juni 2010 - 31 Desember 2014
Volume ekspor CPO periode 1 Juni 2010-Desember 2014
Proses terjadinya perdagangan internasional
Kerangka pemikiran
Pergerakan harga spot dan futures CPO Juni 2010 - Desember 2014
Pergerakan nilai tukar riil Juni 2010 - Desember 2014
Pergerakan suku bunga BI rate Juni 2010 - Desember 2014
Pergerakan minyak mentah WTI dunia Juni 2010 - Desember 2014
Volatilitas harga spot CPO Juni 2010-Desember 2014
Volatilitas harga futures CPO Juni 2010-2014
Volatilitas harga ekspor Juni 2010-Desember 2014
IRF respon ekspor terhadap guncangan harga spot, harga futures, harga
ekspor dan produksi
13 IRF respon ekspor CPO terhadap guncangan nilai tukar, suku bunga
dan harga minyak dunia
14 Forecast Error Variance Decomposition

3
5
13
19
31
31
32
33
38
39
40
44
45
47

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17

Uji stasioneritas ARCH-GARCH
Plot correlogram
Uji Arima terbaik
Uji efek ARCH
Model ARCH-GARCH terbaik
Volatilitas harga spot, harga futures dan harga ekspor
Uji kausalitas Granger harga spot-futures.
Uji korelasi harga spot-futures
Uji kointegrasi harga spot-futures
Uji stasioneritas analisis VECM
Lag optimal
Uji stabilitas VAR
Uji kointegrasi VECM
Estimasi analisis VECM
Impuls Respons Function
Forecast Error Variance Decomposition

55
57
60
61
62
64
65
66
66
67
72
73
73
74
76
77

Halaman ini sengaja dikosongkan

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor andalan dan strategis
dalam perekonomian Indonesia. Peran sektor perkebunan semakin berkembang
tidak hanya terbatas sebagai komoditi tetapi telah menjadi industri yang penting
dan diperdagangkan terus menerus sehingga berpotensi untuk dijadikan investasi.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama sektor perkebunan dengan
industri yang menghasilkan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO)
beserta turunannya. Menurut GAPKI (2014), sampai tahun 2013, Indonesia telah
berhasil mengembangkan perkebunan kelapa sawit sekitar 9,2 juta ha dengan
produksi CPO sebesar 26,5 juta ton. Produksi CPO yang cukup besar tersebut
mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia, sehingga
pertumbuhan perkebunan kelapa sawit tersebut semakin mendorong
berkembangnya industri kelapa sawit .
Industri kelapa sawit memberikan berbagai manfaat baik dari segi
ekonomi dan sosial maupun lingkungan. Manfaat dari segi ekonomi yang
dimaksud adalah industri minyak sawit menghasilkan berbagai olahan produk
baku industri, bahan energi dan bahan pangan untuk kebutuhan dalam negeri dan
dunia. Selain itu juga sebagai sumber penerimaan negara melalui bea keluar,
berbagai pajak dan salah satu penyumbang devisa terbesar sedangkan manfaat
sosial dan lingkungan terkait dengan peranannya dalam menciptakan kesempatan
kerja dan penciptaan daerah yang menyerupai hutan.
Hasil analisis BPS (2008) dalam Elizabeth (2013). Industri kelapa sawit
yang menghasilkan CPO berperan sebagai penggerak (lokomotif) utama bagi
perekonomian Indonesia dengan indikator daya penyebaran sebesar 1,8 yang
menyatakan bahwa industri kelapa sawit memberikan daya dorong paling kuat
dalam penggerakan ekonomi sedangkan daya kepekaannya sebesar 0,66
menunjukkan bahwa bertumbuhnya industri kelapa sawit tidak tergantung dengan
pertumbuhan industri lainnya. Sebagai lokomotif perekonomian Indonesia,
peningkatan permintaan CPO (ekspor, tingkat konsumsi maupun investasi), akan
meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia secara keseluruhan
Tabel 1 Perkembangan nilai ekspor CPO serta pangsanya dalam net ekspor non
migas Indonesia tahun 2009-2013
Tahun
Net ekspor non migas
Ekspor CPO
($ Milyar)
($ milyar)
Share (%)
2009
25,56
5,70
22,20
2010
27,40
7,65
27,74
2011
35,43
8,78
24,84
2012
13,58
6,68
49,34
2013
15,58
4,98
31,45
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014.

Saat ini Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit (CPO)
terbesar di dunia sehingga CPO mampu memberikan kontribusi pada devisa
negara dan menjadi pendorong ekspor non migas. Peranan ekspor CPO dalam
ekspor netto non-migas semakin penting seperti yang terlihat pada Tabel 1, pada

2
tahun 2009 kontribusi ekspor CPO mencapai 22,20 persen dari net ekspor non
migas dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun meskipun mengalami
penurunan pada tahun 2013 yang diduga akibat lemahnya mata uang rupiah
terhadap US dollar.
Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia. Kontribusi
Indonesia terhadap suplai CPO dunia tahun 2013 adalah 52,9 persen dari total
suplai dunia, lebih tinggi dari Malaysia yang kontribusinya sebesar 33,5 persen
Negara penyuplai CPO lainnya adalah Thailand 3,5 persen dan Kamboja 1,6
persen sisanya 8,5 persen dari negara-negara lainnya (GAPKI, 2014). Suplai CPO
Indonesia dan Malaysia mencapai 89 persen terhadap suplai dunia.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, konsumsi minyak nabati
dunia juga meningkat setiap tahunnya termasuk CPO. Dari Tabel 2 dapat dilihat
bahwa konsumsi CPO pada tahun 2000 mencapai 23,642 juta ton dan pada tahun
2014 naik menjadi 62,267 juta ton, dengan laju pertumbuhan rata-rata 11,67
persen per tahun. Keadaan ini tercermin dari perkembangan pangsa minyak
nabati, dimana pangsa minyak kedelai cenderung menurun dari tahun ke tahun,
sebaliknya minyak sawit cenderung meningkat setiap tahun dengan pangsa pasar
sebesar 42,1 persen pada tahun 2014. Konsumsi CPO yang semakin meningkat
dan lebih besar dibanding minyak nabati lainnya, memperlihatkan semakin
diminatinya CPO di pasar internasional sehingga mampu mendorong permintaan
CPO dan memperlihatkan pentingnya posisi Indonesia dalam perdagangan CPO
dunia.
Tabel 2 Perkembangan konsumsi minyak nabati dunia tahun 1965-2014
Minyak Nabati
Konsumsi (ribu ton)
1965
1980
1990
2000
2010
2014
Kedelai
3.120
9.935 13.667 27 814 43.690
48.692
CPO
776
3.882 10.465 23 642 47.774
62.267
Rapeseed
1.297
2.452
6.198 13 379 23.163
25.464
Bunga matahari
35
1.731
6.047
8 151 11.817
15.195
Sumber: GAPKI, 2014

Permintaan produk kelapa sawit yaitu CPO untuk berbagai kebutuhan
seperti bahan baku industri utama seperti industri pangan (minyak goreng)
maupun untuk kebutuhan industri non-pangan (kosmetik dan farmasi) dan bahan
bakar nabati (biofuel) akan terus mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya jumlah populasi manusia dan semakin langka serta mahalnya
energi fosil, sehingga peluang bagi untuk lebih meningkatkan ekspor minyak
kelapa sawit guna meningkatkan devisa dari komoditas kelapa sawit juga akan
meningkat.
Perdagangan CPO, terutama ekspor tidak terlepas dari harga CPO. Harga
CPO sendiri berhubungan erat dengan jumlah produksi, konsumsi dalam negeri,
kebijakan pemerintah dan harga internasional. Adanya globalisasi menyebabkan
pergerakan harga tidak hanya berhubungan dengan faktor supply dan demand saja
tetapi juga kondisi makroekonomi. Integrasinya perekonomian dunia dapat
mempengaruhi kondisi ekonomi makro jika terjadi goncangan pada ekonomi
dunia, perubahan kondisi ekonomi makro terutama pada faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga akan mengakibatkan fluktuasi harga terjadi terus
menerus. Fluktuasi harga komoditi juga dapat mempengaruhi perdagangan
komoditi melalui ekspor dan impor, dalam hal ini komoditi CPO. Tinggi

3
rendahnya harga akan menentukan besar kecilnya permintaan dan penawaran
CPO.

Sumber : Bappebti, 2014

Gambar 1 Pergerakan harga spot CPO dari 1 Juni 2010 - 31 Desember 2014
Masalah yang sering dihadapi dalam perdagangan komoditi adalah harga
yang selalu berfluktuasi, sehingga resiko yang dihadapi oleh petani dan produsen
produk maupun prosesor dan konsumen menjadi sangat besar. Perlu tindakan
untuk mengurangi resiko akibat fluktuasi harga tersebut, salah satunya melalui
hedging (lindung nilai) di pasar berjangka. Perdagangan berjangka merupakan
bentuk lain dari kegiatan asuransi yang diciptakan berdasarkan mekanisme pasar
yaitu dengan membentuk pasar turunan atau derivatif dari pasar komoditi fisiknya,
dengan melakukan transaksi di dua pasar tersebut secara bersamaan dengan posisi
yang berlawanan (jual atau beli) untuk jumlah dan jenis komoditi yang sama,
maka kedua pasar ini akan saling menutupi kerugian yang diderita pada salah satu
pasar. Perdagangan berjangka ini dapat memberikan manfaat ekonomi berupa
pengalihan resiko yang tidak diinginkan melalui kegiatan hedging (lindung nilai)
dan merupakan sumber referensi harga yang dapat dipercaya melalui
pembentukan harga (price discovery) di dalam bursa berjangka.
Hedging atau lindung nilai merupakan suatu mekanisme proteksi terhadap
risiko fluktuasi harga. Hedging (lindung nilai) dapat dilakukan melalui instrumen
derivatif, salah satu instrumen derivatif yang sudah diterbitkan dan mulai banyak
digunakan sebagai instrumen pengelolaan resiko harga serta dinilai paling efektif
adalah kontrak berjangka atau futures contract yang diperdagangkan di bursa
berjangka. Perdagangan berjangka komoditi di Indonesia mulai dikenal pada
1990-an dan telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 1997 yang kemudian
diamandemen dengan UU No. 10 Tahun 2011. Pada tahun 2000 berdiri Bursa
Berjangka Jakarta (BBJ) sebagai bursa berjangka pertama, dengan semakin
berkembangnya perdagangan berjangka, pada tahun 2009 berdiri lagi satu bursa
berjangka yaitu Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Komoditi yang
diperdagangkan sebagai kontrak berjangka antara dua bursa tersebut hampir
serupa yaitu komoditi perkebunan, pertambangan dan keuangan. Meskipun
demikian masing-masing bursa memiliki kontrak unggulan yang diperdagangkan.
Dalam perdagangan berjangka, komoditi perkebunan merupakan salah satu
kontrak berjangka yang diminati termasuk di Indonesia. Instrumen komoditi
perkebunan dianggap penting karena peranannya dalam berbagai sektor primer
maupun sekunder di seluruh dunia, selain itu komoditi tersebut juga
diperdagangkan secara terus-menerus pada bursa komoditas di seluruh dunia

4
Salah satu komoditi perkebunan yang telah menjadi kontrak berjangka di berbagai
bursa internasional termasuk di Indonesia adalah Crude Palm Oil (CPO) atau
Minyak Kelapa Sawit.
Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu kontrak berjangka yang
diunggulkan dan digunakan sebagai sarana lindung nilai bagi para pelaku usaha
maupun spekulator yang terlibat di dalamnya karena CPO merupakan komoditi
yang bersifat global sebagai bahan baku utama industri, sehingga banyak
diperdagangkan di dunia. Di Indonesia kontrak berjangka CPO hanya
diperdagangkan di BKDI dan kontrak CPO masih merupakan kontrak unggulan
dibandingkan komoditi lain yang juga diperdagangkan oleh BKDI.
Tabel 3 Volume transaksi di bursa berjangka Indonesia tahun 2013
Kontrak
Volume (lot)
Share (%)
CPO
795.296
63,04
Olein
88.295
7,00
Gold
203.433
16,13
Lainnya
174.460
13,83
Sumber: Bappebti, 2014.

Saat ini kontrak berjangka CPO hanya diperdagangkan di Bursa Komoditi
dan Derivatif Indonesia (BKDI) dengan kode kontrak CPOTR, standar kontrak
yang diperdagangkan berukuran 1 lot adalah 20 ton dalam mata uang rupiah.
Kontrak CPO di BKDI memiliki volume transaksi tertinggi untuk komoditi
multilateral seperti yang terlihat dalam Tabel 3, selain itu CPO BKDI telah
dijadikan salah satu acuan untuk penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO.
Perumusan Masalah
Adanya globalisasi mengakibatkan perekonomian dunia semakin terbuka
dan hampir tanpa batas, dimana antar negara memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang erat satu sama lain. Salah satu bentuk keterkaitan dan
ketergantungan tersebut dalam hal perdagangan internasional. Saat ini arus
perdagangan barang dan jasa melalui kegiatan ekspor dan impor antar negaranegara di berbagai belahan dunia semakin meningkat. Indonesia, sebagai negara
berkembang yang menganut perekonomian terbuka, juga aktif dalam perdagangan
internasional khususnya kegiatan ekspor terutama ekspor non-migas. Komoditi
unggulan ekspor non-migas sebagian besar berasal dari komoditi sektor pertanian,
khususnya subsektor perkebunan.
Sub sektor perkebunan sebagai salah satu sektor strategis dan potensial
dalam perekonomian perlu dikembangkan karena memiliki peluang yang luas
dengan berbasis sumber daya alam terbarukan dan tersedia sumber daya manusia
sebagai tenaga kerja dan konsumen akhir yang terus berkembang. Di masa
mendatang peran perkebunan khususnya komoditi kelapa sawit, diharapkan masih
akan terus meningkat seiring dengan perkembangan komoditas perkebunan yang
telah menjadi industri. Industri kelapa sawit memberikan kontribusi yang besar
bagi ekspor non migas. Dari tahun ke tahun jumlah ekspor CPO cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi CPO dunia, sehingga nilai
ekspor CPO mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan
negara dalam bentuk devisa.

5

Sumber: Kemendag, 2015

Gambar 2 Volume ekspor CPO periode 1 Juni 2010-Desember 2014
Besarnya ekspor ini tidak terlepas dari pergerakan harga CPO. Adanya
pergerakan harga yang berfluktuasi akan berdampak pada kinerja ekspor CPO
terutama untuk penawaran ekspor. Seiring dengan semakin pentingnya peran
komoditi CPO bagi perekonomian Indonesia, pemerintah perlu menjaga bahkan
meningkatkan kontribusi dari komoditi CPO. Kestabilan dan peningkatan harga
CPO menjadi penting untuk menjadi perhatian Pemerintah, karena selain untuk
mencukupi kebutuhan dalam negeri yaitu sebagai bahan baku utama dari industri
minyak goreng, CPO juga memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara
melalui kegiatan ekspor. Oleh karena itu perlu memperhatikan bagaimana
pengaruh harga dan variabel lain seperti produksi CPO, nilai tukar dan harga
minyak dunia terhadap ekspor CPO. Bila produksi meningkat maka penawaran
ekspor juga akan meningkat. Variabel nilai tukar sangat penting karena harga
barang-barang ekspor di pasar internasional dihitung dengan menggunakan satuan
mata uang asing. Ekspor CPO juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak
bumi, karena selain minyak bumi merupakan faktor produksi penting dalam
industri, peran minyak nabati sebagai sumber bahan bakar alternatif di masa
datang juga semakin meningkat.
Bagi para pelaku pasar yang terlibat dalam perdagangan CPO, harga
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Fluktuasi harga dapat mengurangi
keuntungan yang ingin dicapai, untuk meminimalisir risiko harga yang
berfluktuasi tersebut dapat memilih alat mitigasi resiko dengan melakukan
hedging (lindung nilai) di bursa berjangka atau futures exchange. Hedging
dilakukan dengan membeli atau menjual kontrak berjangka. Kontrak berjangka
adalah kontrak standar untuk membeli atau menjual komoditi dimana, jumlah,
mutu, jenis, tempat dan waktu penyerahan dikemudian hari telah ditetapkan
terlebih dahulu. Perdagangan dalam kontrak berjangka berkaitan dengan jual beli
komoditas dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak yang ada.
Kegiatan hedging yang efektif, akan menghindarkan produsen (termasuk
petani) dari kemungkinan turun/rendahnya harga komoditi pada saat panen atau
yang disimpan digudang jika terjadi peningkatan harga input. Hedging juga dapat
melindungi prosesor terhadap naiknya harga bahan baku atau turunnya nilai
persediaan dan melindungi pedagang/eksportir dari kenaikan harga komoditi yang
telah dikontrak mereka untuk penyerahan kemudian namun belum dibeli.
Hedging (lindung nilai) dapat dilakukan karena adanya keterkaitan yang
erat antara harga komoditi di pasar spot dengan harga di pasar futures. Di pasar

6
futures harga suatu komoditas selalu berfluktuasi dan biasanya mengikuti
perkembangan harga di pasar spot. Dalam jangka panjang fluktuasi harga atau
yang biasa disebut dengan resiko harga dapat mempengaruhi produksi, konsumsi
dan distribusi. Pergerakan harga di pasar spot dan futures pada dasarnya berjalan
searah (paralel) walaupun pada saat-saat tertentu posisinya membesar atau
mengecil. Hubungan harga pasar spot dan futures menunjukkan informasi yang
saling mempengaruhi kedua pasar tersebut dan sinyal bagi pembentukan harga
(price discovery) di bursa berjangka. Perbedaan harga antara pasar spot dengan
pasar futures disebut basis. Faktor yang mempengaruhi basis tersebut diakibatkan
oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran, letak geografis, sarana
transportasi, biaya gudang, kualitas. Dengan semakin mendekatnya bulan
penyerahan suatu kontrak berjangka harga di pasar spot umumnya mendekati
harga di pasar futures.
Uraian pentingnya peran CPO tersebut yang membuat komoditi ini
menarik untuk dianalisa terutama dilihat dari sisi perkembangan harga yang selalu
berfluktuasi dari tahun ke tahun dan hubungannya terhadap ekspor CPO, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimanakah volatilitas harga spot, harga futures dan harga ekspor CPO?
2. Bagaimanakah hubungan harga spot dan harga futures CPO di Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh harga spot, harga futures CPO serta variabel lainnya
terhadap ekspor CPO di Indonesia?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
Menganalisis volatilitas harga spot, harga futures dan harga ekspor CPO.
Menganalisis hubungan harga spot dan harga futures CPO di Indonesia
Menganalisis pengaruh harga spot dan harga futures CPO serta variabel lain
terhadap ekspor CPO di Indonesia.
Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Bagi Peneliti dan akademisi, dapat menjadi salah satu sumbangan keilmuan
dalam pengembangan ilmu terkait harga spot, harga futures dan ekspor CPO
serta memberikan inspirasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
bagaimana hubungan harga spot dan harga futures CPO dan informasi
mengenai sejauh mana perubahan beberapa variabel memengaruhi ekspor
CPO sehingga mampu mengambil kebijakan yang tepat dalam rangka
meningkatkan ekspor CPO Indonesia.
Bagi Praktisi, dapat memberikan masukan dan informasi bagi investor yang
ingin menginvestasikan uangnya di pasar berjangka komoditi khususnya
komoditi CPO dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan
pengambilan keputusan yang baik dalam berinvestasi pada pasar komoditi
sebagai sarana mengurangi risiko.

7
Ruang Lingkup Penelitian
1.

2.

3.

4.

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
Pada penelitian ini difokuskan untuk menganalisis volatilitas harga spot,
futures, dan ekspor CPO, hubungan harga spot dan harga futures CPO serta
pengaruh harga spot, future dan variabel lain dengan ekspor CPO.
Analisis volatilitas dan hubungan harga spot-futures menggunakan data
harian kecuali untuk volatilitas harga ekspor menggunakan data bulanan
dengan periode waktu 1 Juni 2010 – 30 Desember 2014.
Analisis pengaruh harga spot, future dan variabel lain dengan ekspor CPO
dilihat dari penawaran ekspor dengan menggunakan data bulanan dengan
variabel lain yang diamati terdiri dari harga ekspor CPO, produksi CPO, nilai
tukar, suku bunga, inflasi dan harga minyak dunia (WTI).
Metode yang digunakan dalam menganalisis volatilitas menggunakan metode
ekonometrika ARCH-GARCH, untuk menganalisis hubungan harga spot dan
harga futures CPO menggunakan metode Granger Causality, sedangkan
untuk mengetahui pengaruh harga dan variabel lain terhadap ekspor dengan
metode VECM

8

Halaman ini sengaja dikosongkan

9

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Volatilitas
Volatilitas menunjukkan seberapa banyak dan seberapa cepat nilai berubah
dari waktu ke waktu, misalnya harga komoditas. Konsep tersebut mungkin
tampak jelas, namun definisi yang tepat dari volatilitas sulit dipahami dan
pengukuran volatilitas sangat rentan terhadap subjektivitas. Dalam teori ekonomi,
volatilitas memiliki dua konsep, yaitu variability dan uncertainty. Variability
menggambarkan pergerakan secara keseluruhan, sedangkan uncertainty
menggambarkan perubahan yang tidak dapat diprediksi.
Volatilitas adalah variasi nilai fluktuasi terhadap nilai rata-rata pada data
(misal data variabel ekonomi) yang terjadi sepanjang waktu. Fluktuasi harga yang
cepat mengakibatkan terjadinya volatilitas. Penyebab fluktuasi harga menurut
Tangerman (2011) dibedakan dua yaitu faktor tradisional (cuaca, stok, harga
energi, pembangunan ekonomi makro, dan pertumbuhan permintaan), dan faktor
insidentil (bioenergi dan hambatan ekspor)
Karakteristik komoditas pertanian pada umumnya memiliki tingkat
volatilitas yang tinggi. Menurut Tangerman (2011) ada tiga alasan yang dapat
menjelaskan hal ini yaitu: (1) produksi pertanian bervariasi dari waktu ke waktu
akibat faktor alam seperti cuaca dan hama, (3) elastisitas harga pada permintaan
dan penawaran relatif kecil, khusus pada sisi penawaran terjadi dalam jangka
pendek, dan (3) produksi sangat bergantung pada waktu sehingga penawaran tidak
dapat terlalu merespon perubahan harga dalam jangka pendek, walaupun hal itu
dapat dilakukan disaat siklus produksi telah tercapai. Selain faktor alami dan
kondisi elastisitas permintaan dan penawaran tersebut, Jordaan et al (2007)
menambahkan bahwa tingkat volatilitas harga produk pertanian juga dapat
disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume perdagangan, saham
perdagangan, dan nilai tukar.
Dalam studi finansial, volatilitas adalah kecepatan naik turunnya return
investasi yang dilakukan. Investasi dapat berupa reksadana, saham, emas, obligasi
dan instrumen lainnya. Semakin tinggi volatilitasnya maka kepastian return suatu
investasi akan semakin rendah namun nilainya semakin besar, sedangkan bila nilai
volatilitasnya rendah maka resikonya cenderung stabil namun returnnya rendah
(Pratama, 2011).
Lindung Nilai (Hedging)
Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat
popular dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu
fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging
merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh
turun-naiknya harga. Menurut Sunaryo (2009) prinsip hedging adalah menutupi
kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging.
Sebelum melakukan hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah
melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan sejumlah tertentu
instrumen hedging. Portfolio yang terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-

10
nya disebut portfolio hedging. Portfolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih
rendah dibanding risiko aset awal.
Hedging adalah membeli dan menjual kontrak berjangka untuk menutupi
risiko atas perubahan harga di pasar spot atau pasar fisik (Roger, 2000). Hedging
adalah suatu kegiatan pengambilan posisi di pasar berjangka yang berlawanan
dengan posisinya di pasar fisik, dengan mengambil posisi yang berlawanan antara
pasar berjangka dan pasar fisik maka kerugian yang timbul akibat adanya
fluktuasi harga di pasar fisik dapat dikurangi dengan keuntungan yang diperoleh
di pasar berjangka, atau sebaliknya.
Kebutuhan hedging juga dirasakan semakin besar khususnya oleh
perusahaan-perusahaan umum yang kerap melakukan ekspor dan impor. Hedging
juga dapat mengurangi kemungkinan bangkrut, memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah, menjalin kerjasama yang
lebih baik dengan pemasok, dan memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan
pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah karena risiko yang dirasakan oleh
pemberi pinjaman lebih rendah.
Pengertian hedging di pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian
akibat fluktuasi harga. Hedging ini dapat dilaksanakan melalui bursa berjangka
dengan membuka kontrak beli atau jual atas suatu komoditas sejalan dengan
perdagangan komoditas tersebut di pasar fisik. Para pelaku hedging ini biasa
disebut hedger yang terdiri atas 1)hedger pembeli (hedge long) misalnya eksportir
dan pabrikan 2) hedger penjual (hedge short) misalnya produsen dan petani.
Hedger pembeli umumnya berencana akan membeli komoditas di pasar fisik di
masa yang akan datang. Untuk melindungi transaksinya dari fluktuasi misalnya
kenaikan harga di masa mendatang, hedger membeli kontrak berjangka saat ini
dengan posisi buy (beli). Hedger penjual bertujuan melindungi diri dari penurunan
harga komoditas.
Perdagangan Berjangka dan Bursa Berjangka Komoditi
Pasar berjangka (futures market) merupakan alternatif pasar yang dapat
dimanfaatkan untuk mengubah tingkat risiko suatu aktiva pada saat diperoleh
suatu informasi baru. Kecepatan dalam mengubah posisi saat informasi baru
diperoleh dibutuhkan untuk mencapai tujuan investasi dengan lebih efisien.
Kecepatan ini tercermin pada pasar berjangka dengan pertimbangan likuiditas,
biaya transaksi, kecepatan pelaksanaan, dan leverage, sehingga pengubahan
portofolio dengan perdagangan berjangka akan lebih mudah dan murah
dibandingkan dengan pasar tunai (Fabozzi, 2000)
Di Indonesia Perdagangan Berjangka diatur dalam undang-undang dalam
UU No. 32 Tahun 1997 yang kemudian diamandemen dengan UU No. 10 Tahun
2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Terdapat dua fungsi utama dan
manfaat ekonomi dari pasar berjangka yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko
(risk management) melalui kegiatan lindung nilai dimana dapat memastikan harga
komoditas dimasa yang akan datang dan sebagai sarana pembentukan harga (price
discovery) dimana harga yang terbentuk secara transparan akibat permintaan dan
penawaran di bursa berjangka.
Bursa komoditi sebagai bagian dari pasar berjangka komoditi
mempertemukan pembeli dan penjual untuk memperdagangkan kontrak berjangka
atas komoditi. Pada mulanya, bursa komoditi digunakan oleh petani dan produsen

11
untuk melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi harga. Hingga saat ini, selain
dimanfaatkan oleh petani dan produsen, bursa komoditi juga dimanfaatkan oleh
spekulator yang melakukan pembelian dan penjualan kontrak berjangka untuk
mendapatkan keuntungan serta menyediakan likuiditas terhadap sistem
perdagangan berjangka.
Bursa berjangka adalah suatu organisasi berdasarkan keanggotaan dan
berfungsi menyediakan fasilitas untuk menyelenggarakan kegiatan kontrak
berjangka yang terawasi sesuai dengan UU dan peraturan-peraturan perdagangan
berjangka yang berlaku, selain itu bursa komoditi bisa diartikan sebagai
amanat/kontrak/order terhadap komoditi tertentu yang memiliki batasan waktu
tertentu (Ferlianto, 2006).
Bursa memperdagangkan kontrak berjangka untuk berbagai komoditas,
seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, atau produk-produk finansial seperti
mata uang (currency), bahkan indeks seperti indeks saham. Sebagai pasar yang
terorganisasi, transaksi di Bursa hanya dilakukan anggota bursa yang terdiri dari
Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka. Para pengguna Bursa yang bukan
anggota Bursa tetapi ingin memanfaatkan Bursa untuk tujuan lindung nilai
hedging) atau investasi (spekulasi) harus menyalurkan keinginannya tersebut
melalui anggota Bursa yang berstatus Pialang Berjangka.
Kontrak Berjangka
Mekanisme futures kontrak adalah pertama kali investor menyetor
sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan futures
selanjutnya. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan
memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan
position limits. Nilai dari kontrak futures di masa mendatang dipengaruhi oleh
intrumen induknya yang ada di pasar spot.
Menurut Hull (2008), kontrak futures merupakan sebuah perjanjian antar
dua pihak untuk membeli atau menjual aset pada suatu periode tertentu di masa
yang akan datang dengan kepastian harga yang telah disepakati sebelumnya.
Harga sebuah kontrak futures akan berlawanan dengan harga pasar spot, harga
bisa lebih tinggi atau lebih rendah. Pada kontrak futures diperlukan sejumlah
initial margin, yang merupakan jumlah nominal uang yang perlu disetor oleh
investor kepada broker.
Dengan menggunakan kontrak berjangka diharapkan dapat melakukan
pencegahan risiko terhadap pergerakan harga pada pasar spot yang tidak
diinginkan. Jika pasar berjangka dan pasar tunai bergerak bersamaan, setiap
kerugian yang diderita oleh hedgers pada satu posisi dapat diimbangi dengan laba
pada posisi lainnya. Oleh karena itu laba dan kerugian diharapkan memiliki nilai
yang sama.
Harga Spot dan Futures
Harga spot merupakan harga yang terjadi di pasar fisik untuk komoditi yang
langsung diperjualbelikan pada waktu dan tempat tertentu. Harga tersebut terjadi
atas kesepakatan bersama penjual dan pembeli termasuk didalamnya persayaratan
penyerahan atau standar komoditi yang diperjualbelikan. Harga spot terbentuk
karena adanya permintaan dan penawaran sehingga bila terdapat perubahan dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran maka harga spot

12
akan berubah.
Harga futures merupakan harga yang terjadi di bursa berjangka pada waktu
tertentu dengan penyerahan kemudian. Harga terbentuk dari harapan-harapan para
pelaku berdasarkan prediksi permintaan dan penawaran komoditi. Harga futures
merupakan harga kontrak futures yaitu sebuah kontrak berjangka yang bersifat
mengikat bagi kedua belah pihak untuk membeli ataupun menjual suatu aset
finansial maupun non finansial tertentu yang penyerahannya dilakukan dimasa
yang akan datang dengan harga yang ditetapkan sekarang (Rambey, 1999)
Hubungan antara Harga Spot dan Harga Futures
Harga spot dan harga futures mempunyai hubungan saling mempengaruhi.
Kedua harga tersebut cenderung memiliki pergerakan searah dengan fluktuasi
yang tidak selalu sama, namun hal tersebut tidak selalu terjadi. Pergerakan searah
itulah yang dijadikan oleh hedger untuk melindungi perdagangan komoditas di
pasar spot dengan cara mengambil posisi yang berlawanan antara pasar spot dan
futures.
Harga spot merupakan acuan bagi harga futures, namun hal tersebut tidak
selalu terjadi karena tidak semua harga futures bereaksi terhadap perubahan harga
spot. Sebaliknya harga futures merupakan sinyal harga untuk pasar spot. Pengaruh
perubahan harga futures untuk harga spot pada umumnya tergantung pada waktu
penyerahan yang terjadi pada perdagangan berjangka. Harga futures akan
terpengaruh kuat oleh harga spot bila penyerahan akan jatuh tempo, otomatis
harga futures mencerminkan harga spot. Apabila waktu penyerahan lebih lama
maka harga spot tidak terlalu terpengaruh karena faktor-faktor yang
mempengaruhi harga spot saat ini belum tentu berlaku di kemudian hari.
Harga futures bisa juga terbentuk oleh harapan-haraan para pelaku bursa
berjangka. Harga futures suatu komoditi tertentu merupakan proyeksi kekuatan
permintaan dan penawaran suatu komoditi tertentu dari para penjual dan pembeli
serta perubahan-perubahan pada harga futures merupakan perbaikan-perbaikan
terus menerus dari perkiraan itu sendiri.
Berdasarkan spot-futures parity theorem, dalam kontrak futures harga dari
futures dengan harga spot akan semakin mendekati harga yang sama pada saat
semakin mendekati tanggal jatuh tempo, dan pada akhirnya harga dari futures
dengan spot akan menjadi sama, sehingga pada saat itu basis akan menjadi nol,
kejadian ini disebut dengan gejala konvergen (Hull, 2008).
Perdagangan Internasional
Proses perdagangan internasional antara dua negara tercipta apabila terdapat
perbedaan dalam permintaan dan penawaran suatu komoditas. Setelah terjadi
perdagangan, kekuatan permintaan dan penawaran tersebut menentukan harga
relatif (pada saat keseimbangan) di masing-masing negara. Gambar 3 merupakan
proses terciptanya harga relatif keseimbangan dengan adanya perdagangan
(dengan menggunakan kurva permintaan dan kurva penawaran), melalui analisis
keseimbangan parsial (Salvatore, 1997). Pada analisis keseimbangan parsial
tersebut diasumsikan tidak adanya biaya transportasi pada proses perdagangan
antara dua negara.

13

Sumber: Salvatore, 1997

Gambar 3 Proses terjadinya perdagangan internasional
Teori Permintaan Ekspor
Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor yang
mempengaruhi permintaan. Permintaan ekspor suatu negara merupakan selisih
antara produksi atau penawaran domestik dikurangi dengan konsumsi atau
permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan stok tahun
sebelumnya (Salvatore, 1997). Faktor - faktor yang memengaruhi permintaan
yaitu :
1. Pendapatan
Kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan sehingga akan
menyebabkan kurva permintaan naik ke kanan atas.
2. Selera dan preferensi
Selera adalah detereminan non harga, oleh karena itu biasanya diasumsikan
bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang memengaruhi perilaku.
3. Harga barang-barang yang berkaitan: substitusi dan komplemen
Jika harga barang substitusi naik maka permintaan komoditi akan meningkat,
jika harga komoditi komplementer naik maka permintaan komoditi akan
turun.
4. Perubahan dugaan tentang harga relatif dimasa depan
Jika semua harga naik 10 persen per tahun, dan bahwa situasi ini diduga akan
terus berlangsung, laju inflasi yang telah diantisipasi sepenuhnya tidak
mempunyai pengaruh terhadap posisi posisi kurva permintaan akan suatu
komoditas.
5. Penduduk.
Kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan pendapatan
konstan) akan meningkatkan permintaan
Teori Penawaran Ekspor
Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah
yang ditawarkan oleh produsen pada konsumen dalam suatu pasar dalam tingkat
harga dan waktu tertentu. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif, jika
penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun karena jumlah komoditas
yang ada lebih besar dari yang diinginkan oleh konsumen (Nicholson, 1995).

14
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas adalah harga
komoditas tersebut, harga komoditas substitusi, harga faktor produksi, tingkat
teknologi, pajak, subsidi, dan harapan yang akan datang (Lipsey et al, 1995).
1. Harga komoditas yang bersangkutan
Suatu teori dasar ekonomi menyatakan bahwa harga sejumlah komoditas
mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu
semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, ceteris
paribus. Hal ini karena peningkatan harga komoditas menyebabkan
peningkatan keuntungan yang akan memacu peningkatan produksi maupun
penjualan hasil produksinya. Jadi pada peningkatan harga dari suatu komoditas
akan menyebabkan peningkatan penawaran komoditas tersebut. Dengan
demikian perubahan harga suatu komoditas akan menyebabkan pergerakan
sepanjang kurva penawaran.
2. Harga komoditas substitusi
Perubahan harga pada komoditas substitusi akan mempengaruhi jumlah
penawaran pada komoditas yang bersangkutan. Peningkatan harga komoditas
substitusi akan menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditas yang
bersangkutan.
3. Harga faktor produksi
Harga suatu faktor produksi merupakan harga yang harus dikeluarkan
perusahaan. Dengan meningkatnya harga faktor produksi maka keuntungan
yang diterima perusahaan akan berkurang. Hal ini akan berakibat perusahaan
mengurangi produksinya.
4. Tingkat teknologi
Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Jika perusahaan
menggunakan teknologi baru, fungsi produksi akan bergeser ke atas yang
berarti produksi meningkat dan kurva biaya akan bergeser ke bawah yang
berarti biaya produksi berkurang. Keuntungan yang akan diperoleh menjadi
lebih besar.
5. Pajak
Pajak mempengaruhi penawaran secara negatif, jika pajak meningkat maka
akan diikuti oleh penurunan penawaran. Pajak biasanya dikeluarkan dari
kebijakan ekonomi pemerintah dalam suatu negara.
6. Subsidi
Subsidi berupa insentif dan bantuan pemerintah yang dikeluarkan guna
melindungi produsen atau konsumen. Kebijakan subsidi dapat mempengaruhi
penawaran suatu komoditas. Bila subsidi diberikan untuk melindungi produsen
maka penawaran dapat meningkat.
7. Harapan harga yang akan datang
Untuk komoditas ekspor, penawaran komoditas bersangkutan akan
dialokasikan untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam negri dan luar
negeri. Apabila masih terdapat sisa yang belum terjual, maka sisa ini akan
menjadi persediaan (stok) dan akan dijual pada tahun berikutnya.
Harga Ekspor
Harga ekspor relatif komoditi yang rendah atau lebih murah merupakan
harga yang diinginkan oleh setiap negara. Harga yang murah akan meningkatkan
permintaan komoditi/produk yang diekspor ke negara tujuan. Pada hakikatnya

15
makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit
permintaan terhadap barang tersebut. Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan,
bahwa:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain
yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya
apabila harga barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian
terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang, sehingga
memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik
harganya.
Nilai Tukar
Menurut Moosa (2003), nilai tukar merupakan salah satu variabel
terpenting dalam suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Nilai
tukar merupakan harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Secara umum terdapat tiga sistem nilai tukar mata uang yaitu nilai tukar tetap,
nilai tukar mengambang terkendali dan nilai tukar mengambang bebas. Penerapan
masing-masing sistem nilai tukar mata uang disesuaikan dengan kondisi
perekonomian masing-masing negara. Jika ditelaah dari cara perhitungannya
maka terdapat dua jenis nilai tukar mata uang yakni nilai tukar nominal dan nilai
tukar riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Nilai
tukar tersebut dapat disebut juga kurs bilateral karena hanya membandingkan nilai
mata uang dua negara. Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat.
Para ekonom membedakan nilai tukar/kurs menjadi dua yaitu kurs
nominal dan kurs riil. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang telah
dikoreksi dengan harga relatif yakni harga-harga di dalam negeri dibandingkan
dengan harga-harga di luar negeri atau dengan kata lain harga di luar negeri
dengan harga domestik yang diukur dengan mata uang lokal (Dornbuche et al.,
2008) dan merupakan kurs yang relevan untuk mengukur daya saing
perekonomian suatu negara (Moosa, 2003). Nilai tukar riil adalah determinasi
kunci dari seberapa banyak ekspor dan impor suatu negara. Perubahan ini
mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk membeli lebih banyak
barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari negara lain (Mankiw et al,
2012). Kurs riil adalah kurs nominal yang sudah dikoreksi dengan harga-harga
barang didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga barang di luar negeri.
Kurs riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
dimana ϵ dalah kurs riil, e adalah kurs nominal, P adalah tingkat harga domestik
dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.
Lipsey et al (1997) menjelaskan perdagangan antar negara dapat terjadi
hanya jika pertukaran mata uang dari satu negara ke negara lain dimungkinkan.
Hal tersebut karena pembayaran internasional memerlukan pertukaran mata uang
antara satu orang yang mempunyai mata uang tertentu dan membutuhkan mata
uang lain. Nilai tukar menyatakan nilai satu mata uang terhadap mata uang
lainnya atau harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing. Nilai tukar
adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor suatu komoditas.

16
Nilai tukar akan memengaruhi harga ekspor. Antara nilai tukar dengan ekspor
terdapat hubungan positif yang artinya depresiasi nilai tukar akan menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah komoditas-komoditas hasil produksi dalam negeri
yang diperdagangkan di pasar dunia. Depresiasi mata uang domestik terhadap
mata uang asing akan menyebabkan harga komoditas hasil produksi domestik di
pasar dunia menjadi relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan harga
komoditas lainnya. Dengan demikian, hal tersebut tersebut akan meningkatkan
konsumsi masyarakat terhadap komoditas terse