Analisis Dampak Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Harga Karet Alam Domestik

ANALISIS DAMPAK FLUKTUASI MINYAK MENTAH
DUNIA TERHADAP HARGA KARET ALAM DOMESTIK

NURUL RAHMADHANI LUBIS

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak
Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Harga Karet Alam Domestik
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nurul Rahmadhani Lubis
H14110094

ii

ABSTRAK
NURUL RAHMADHANI LUBIS. Analisis Dampak Fluktuasi Harga Minyak
Mentah Dunia terhadap Harga Karet Alam Domestik. Dibimbing oleh DEDI
BUDIMAN HAKIM.
Karet alam merupakan salah satu komoditi unggulan subsektor perkebunan
Indonesia. Akan tetapi, selama beberapa tahun terakhir harga karet alam domestik
cenderung berfluktuasi. Salah satu faktor luar yang memengaruhi harga karet alam
domestik yaitu harga minyak mentah dunia. Tujuan dari penelitian ini yaitu
menganalisis dampak fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik serta menganalisis besar pengaruhnya
terhadap harga karet alam domestik. Penelitian ini menggunakan data deret waktu
sejak Januari 2008 sampai Desember 2013 dan dianalisis dengan menggunakan
Vector Error Correction Model (VECM). Hasil estimasi VECM menunjukkan

bahwa harga minyak mentah dunia memengaruhi harga karet alam domestik dalam
dalam jangka panjang. Variabel lain yang juga memengaruhi yaitu produksi karet
alam domestik dan inflasi Indonesia. Produksi karet alam memberikan pengaruh
paling besar tehadap harga karet alam domestik dibandingkan dengan variabel
lainnya dalam jangka panjang. Sementara itu, harga minyak mentah dunia yang
menjadi fokus dalam penelitian memberikan pengaruh yang kecil terhadap harga
karet alam domestik.
Kata kunci : deret waktu, karet alam, minyak mentah, VECM

ABSTRACT
NURUL RAHMADHANI LUBIS. Impact of World Crude Oil Price Fluctuation
on Domestic Natural Rubber Price. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM.
Natural rubber is one of the leading comodity estate crop subsector in
Indonesia. However, over the past few years the domestic natural rubber prices
tended to fluctuate. One of the external factors that affects the price of domestic
natural rubber is the price of world crude oil. The purposes of this study are to
analyze the impact world crude oil prices fluctuation and other factors that effect
the domestic natural rubber prices and to analyze determinant factors influencing
domestic natural rubber prices. This research was analyzed with VECM using time
series data from March 2008 to December 2013. The result of VECM estimation

indicates that world crude oil price affects the domestic natural rubber prices in the
long term. The other variables that also affect the domestic price of natural rubber
in the long term are the domestic natural rubber production and inflation. The
production of natural rubber gives the biggest impact in domestic natural rubber
prices. Meanwhile, the world crude oil has a small effect to domestic natural rubber
price.
Keywords : crude oil, natural rubber, time series, VECM

iii

ANALISIS DAMPAK FLUKTUASI HARGA MINYAK
MENTAH DUNIA TERHADAP HARGA KARET ALAM
DOMESTIK

NURUL RAHMADHANI LUBIS

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah analisis harga komoditi dengan judul Analisis Dampak
Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Harga Karet Alam Domestik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr
Ir Dedi Budiman Hakim MAEc selaku dosen pembimbing atas saran dan arahan
yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Sri Mulatsih MScAgr selaku dosen

penguji utama dan juga kepada Ibu Dr Eka Puspitawati selaku penguji dari komisi
pendidikan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mamak,
Kakak, Abang, Adik serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya. Skripsi ini
penulis persembahkan sepenuhnya kepada Almarhum Bapak yang penulis sayangi.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf
Departemen Ilmu Ekonomi, keluarga besar ESP 48, seluruh sahabat Isti, Yuyun,
Hanif, Emir, Evi, Melisa, Tisa, Dika sebagai tempat berbagi suka dan duka, dan
juga kepada Aga dan Faisal selaku teman sebimbingan yang saling mendukung dan
juga kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas
dukungan dan bantuannya selama empat tahun belajar disini. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Mei 2015

Nurul Rahmadhani Lubis

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Teori Harga dan Pentingnya Menjaga Stabilitas Harga
Hubungan Antara Harga Domestik dengan Harga Minyak Mentah
Hubungan Antara Harga Domestik dengan Harga Dunia
Hubungan Antara Harga Domestik dengan Produksi
Hubungan Antara Harga Domestik Komoditi dengan Nilai Tukar Riil
Hubungan Antara Harga Domestik Komoditi dengan Inflasi
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Data dan Jenis Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Model VAR/ VECM
Vector Autoregression (VAR)
Vector Error Correction Model (VECM)
Analisis Model VAR / VECM
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Terhadap Harga Karet
Domestik
Uji Stasioner Data
Pengujian Stabilitas VAR
Penentuan Lag Optimal
Uji Kointegrasi
Granger-Causality Test
Hasil Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)
Impulse Response Function (IRF)
Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
viii
viii
viii
1
1
4
5
5
6
6
6
6
7
7

9
9
9
10
11
13
13
13
14
14
14
15
17
17
17
17
18
19
19
20

21
23
24
26
26
27
27
30

viii

DAFTAR TABEL
1 Kontribusi lapangan usaha terhadap produk domestik bruto (tahun dasar 2000)
periode 2011-2014 dalam milyar rupiah
1
2 Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian
14
3 Hasil pengujian akar unit
18
4 Hasil uji stabilitas VAR

18
5 Hasil pengujian lag optimal
19
6 Hasil uji kointegrasi
20
7 Hasil analisis uji bivariate granger causality model fluktuasi harga minyak
mentah dunia terhadap harga karet alam domestik
20
8 Faktor-faktor yang memengaruhi harga karet alam domestik dalam jangka
panjang
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Produksi karet alam Indonesia tahun 2009-2013 (ton)
Persentase produksi karet alam tahun 2014 berdasarkan produsen penghasil
Nilai ekspor karet alam 10 negara eksportir terbesar di dunia
Grafik fluktuasi harga karet alam dunia, domestik dan harga minyak mentah
dunia
5 Proses terjadinya perdagangan internasional
6 Ekspektasi hubungan antara harga minyak mentah, harga input, nilai tukar,
harga komoditas (Harri et al. 2009)
7 Alur pemikiran penelitian dalam diagram
8 Hubungan antar variabel berdasarkan granger causality test
9 Hasil analisis Impulse Response Funtion (IRF)
10 Hasil analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEDV)

2
2
3
4
8
12
12
21
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Unit root test tingkat level
Unit root test tingkat first difference
Uji stabilitas VAR
Uji selang optimal
Uji kointegrasi
Uji Granger Causality
Hasil estimasi VECM
Analisis Impulse Response Function (IRF)
Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

30
31
33
34
34
35
36
38
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingginya kontribusi sektor ini
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDB pada tahun 2014 cukup besar yaitu sebanyak 12,05% dengan
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 yang mencapai 33,99%. Salah satu
subsektor pertanian yang cukup besar potensinya adalah subsektor perkebunan.
Berikut merupakan data kontribusi subsektor perkebunan terhadap sektor pertanian
dan total PDB Indonesia.
Tabel 1 Kontribusi lapangan usaha terhadap produk domestik bruto (tahun dasar
2000) periode 2011-2014 dalam milyar rupiah
Lapangan Usaha
2011
2012
2013*
2014**
Pertanian
315036,8 328279,7 339560,8
350722,2
Perkebunan
49260,4 52325,4 54629,3
57245,7
PDB Total
2464566,1 2618932 2769053 2909181,5
Kontribusi perkebunan
15,63
15,93
16,08
16,32
terhadap pertanian (%)
Kontribusi perkebunan
1,99
1,99
1,97
1,96
terhadap PDB total (%)
Keterangan: *) angka sementara , **) angka sangat sementara
Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik. (2015)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa PDB subsektor perkebunan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. PDB subsektor perkebunan pada tahun
2011 mencapai Rp 49,26 ribu milyar dan meningkat menjadi Rp 57,27 ribu milyar
pada tahun 2014. Kontribusi subsektor perkebunan terhadap sektor pertanian juga
mengalami peningkatan dari 15,63% pada tahun 2011 menjadi 16,32% pada tahun
2014. Akan tetapi, kontribusi subsektor perkebunan terhadap total PDB pada tahun
2011 hanya sebesar 1,99% dan mengalami penurunan menjadi 1,96% pada tahun
2014. Walaupun kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB total hanya
sebesar 1,96% pada tahun 2014, subsektor ini memiliki peran yang sangat penting
sebagai penyedia bahan baku industri, penyerap tenaga kerja serta penghasil devisa
bagi negara. Oleh karena peranannya yang sangat penting, subsektor perkebunan
berpotensi untuk dikembangkan menjadi subsektor yang unggul dan menjadi
kekuatan perekonomian Indonesia.
Salah satu komoditi perkebunan andalan Indonesia yaitu karet alam. Selama
beberapa tahun terakhir, produksi karet alam Indonesia cenderung mengalami
peningkatan. Produksi karet alam Indonesia pada tahun 2009 mencapai 2 440 347
ton dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 3 180 297 ton pada tahun
2013 atau meningkat sebesar 1,3% dari total produksi tahun 2009. Peningkatan
produksi karet alam tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 1.

2

3500000

Produksi (ton)

3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2009

2010

2011

2012*

2013**

Keterangan: *) angka sementara , **) angka sangat sementara
Sumber : Diolah dari Direktorat Jenderal Perkebunan. (2014)

Gambar 1 Produksi karet alam Indonesia tahun 2009-2013 (ton)
Di Indonesia, karet alam dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan
milik negara dan swasta. Menurut Ditjenbun (2014), produksi karet alam terbesar
dihasilkan oleh perkebunan karet rakyat yaitu sebanyak 2,5 juta ton dengan total
kontribusi sebesar 78,43%, diikuti oleh perkebunan karet swasta sebanyak 359 ribu
ton dengan 11,20% dan perkebunan milik negara sebanyak 331 ribu ton dengan
kontribusi sebesar 10,32%. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Produksi
karet alam yang sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat menunjukkan
bahwa komoditi karet alam memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian
di Indonesia.

11%

10%

Perkebunan Rakyat
Perkebunan Swasta

79%

Perkebunan Milik Negara

Sumber : Diolah dari Direktorat Jenderal Perkebunan. (2014)

Gambar 2

Persentase produksi karet alam tahun 2014 berdasarkan produsen
penghasil

Selain itu, sebagian besar perkebunan karet alam Indonesia dikelola oleh
perkebunan karet rakyat. Menurut Ditjenbun (2014), sebanyak 84,9% dari 3,6 juta
hektar lahan perkebunan karet alam Indonesia dikelola oleh perkebunan rakyat.
Sisanya sebesar 7,7% lahan dikelola oleh perkebunan swasta dan 7,3% dikelola
oleh perkebunan milik negara. Lahan perkebunan karet yang sebagian besar
dikelola dan dimiliki oleh rakyat menunjukkan bahwa perkebunan karet alam
memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia.

3

NILAI EKSPOR (1000 USD)

Di tingkat dunia, Indonesia merupakan negara pengekspor karet alam terbesar
kedua di dunia setelah Thailand. Pada tahun 2013, nilai ekspor karet alam Indonesia
mencapai USD 6,9 milyar dan menempatkan Indonesia sebagai pengekspor karet
alam kedua terbesar di dunia setelah Thailand dengan nilai ekspor karet alam
sebesar USD 8,2 milyar. Beberapa negara pengekspor karet alam terbesar di dunia
dapat dilihat pada Gambar 3.

9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0

Sumber : Diolah dari UN Comtrade. (2014)

Gambar 3 Nilai ekspor karet alam 10 negara eksportir terbesar di dunia
Saat ini sasaran pasar komoditi karet alam Indonesia masih mengarah ke
pasar ekspor. Hal ini disebabkan oleh konsumsi dalam negeri Indonesia yang masih
sangat rendah begitu pula dengan pertumbuhan konsumsinya. Menurut BPS (2013),
sebesar 86,95% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan
sisanya dikonsumsi di dalam negeri. Tingginya tingkat konsumsi karet alam dunia
dibandingkan dengan konsumsi domestik menyebabkan komoditi karet alam
Indonesia menjadi sangat bergantung pada pasar karet alam dunia. Akan tetapi,
selama beberapa tahun terakhir pasar karet alam dunia telah mengalami fluktuasi,
terutama dari segi harga. Hal tersebut menyebabkan harga karet dunia menjadi tidak
stabil. Sama halnya dengan harga karet alam dunia, harga karet alam domestik pun
cenderung tidak stabil dan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.
Salah satu faktor luar yang memengaruhi harga karet alam yaitu harga minyak
mentah dunia. Minyak mentah disebut sebagai komoditi yang memengaruhi
perubahan dalam permintaan dan penawaran komoditi lainnya, termasuk juga
komoditi karet. Kenaikan harga minyak mentah dunia akan menyebabkan harga
karet alam baik di pasar domestik maupun pasar dunia juga mengalami peningkatan
begitupula sebaliknya. Fluktuasi harga minyak mentah dunia menjadi hal yang
cukup berpengaruh dikarenakan minyak mentah merupakan input penting dalam
proses produksi karet sintesis yang diduga merupakan subtitusi dari karet alam.
Kenaikan harga minyak mentah dunia akan menyebabkan kenaikan harga karet
sintesis dan meningkatkan permintaan karet alam, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan pada peranan karet alam yang cukup penting, baik dari sisi
kontribusinya terhadap sektor pertanian yang cukup besar maupun peranannya
dalam menciptakan lapangan pekerjaan, maka fluktuasi harga pada komoditi ini
akan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena

4

itu, analisis harga domestik karet alam merupakan suatu analisis yang penting untuk
dilakukan agar kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
pembentukan harga karet alam di pasar domestik, baik disebabkan oleh fluktuasi
harga minyak mentah dunia maupun faktor-faktor lainnya.

Rumusan Masalah

Karet Domestik

Oct-13

Jul-13

Apr-13

Jan-13

Jul-12

Oct-12

Jan-12

Apr-12

Jul-11

Oct-11

Jan-11

Karet Dunia

Apr-11

Jul-10

Oct-10

Jan-10

Apr-10

Jul-09

Oct-09

Jan-09

Apr-09

Jul-08

Oct-08

Jan-08

14
12
10
8
6
4
2
0
Apr-08

Harga ($)

Karet alam merupakan salah satu komoditi unggulan subsektor perkebunan
Indonesia. Sebagian besar hasil produksi karet alam Indonesia diekspor dan hanya
sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Sasaran pasar komoditas karet
alam Indonesia yang masih mengandalkan pasar ekspor menyebabkan komoditi
karet alam menjadi sangat bergantung pada pasar karet alam dunia. Ketergantungan
karet alam Indonesia pada pasar karet alam dunia berdampak pada harga karet
Indonesia dipengaruhi oleh harga karet alam di pasar dunia. Oleh karena itu, tren
harga karet alam dunia yang berfluktuatif juga dikuti oleh fluktuasi harga karet alam
domestik. Harga karet alam domestik dan dunia yang cenderung berfluktuasi
selama beberapa tahun terakhir dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.
Salah satu faktor eksternal yang diduga memengaruhi harga karet alam di pasar
domestik dan dunia adalah fluktuasi harga minyak mentah dunia. Berikut ini
gambar grafik yang menunjukkan fluktuasi harga karet alam, harga karet alam
dunia dan harga minyak mentah dunia.

Minyak Mentah Dunia*

Keterangan: *dalam 10 USD
Sumber : Diolah dari World Bank, Bappebti. (2015)

Gambar 4 Grafik fluktuasi harga karet alam dunia, domestik dan harga minyak
mentah dunia
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa harga karet alam di pasar
domestik dan dunia serta harga minyak mentah dunia cenderung berfluktuasi dan
memiliki pola pergerakan yang hampir sama. Menurut Harri et al. (2009), harga
minyak mentah memengaruhi harga suatu komoditas melalui dua jalur utama, yaitu
harga input (baik harga input karet alam itu sendiri maupun harga input komoditi
subtitusi karet sintesis) dan nilai tukar mata uang suatu negara.
Fluktuasi harga minyak mentah dunia memengaruhi harga karet alam karena
minyak mentah merupakan input yang penting dalam proses produksi karet sintesis

5

yang diduga merupakan subtitusi dari karet alam. Kenaikan harga minyak mentah
dunia mengakibatkan harga karet sintesis naik sehingga permintaan terhadap karet
sintesis turun. Sementara itu, permintaan terhadap komoditi karet alam meningkat
dikarenakan karet alam merupakan subtitusi dari karet sintesis sehingga harga karet
alam meningkat. Begitupula sebaliknya, penurunan harga minyak mentah akan
menurunkan harga karet sintesis sehingga permintaan karet sintesis meningkat dan
permintaan karet alam sebagai komoditi subtitusi menjadi turun. Berdasarkan
permasalahan di atas, mengacu pada pentingnya analisis mengenai harga karet alam
yang dipengaruhi harga minyak mentah dunia dan faktor lainnya, maka dirumuskan
beberapa perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik Indonesia?
2. Berapa besar pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik?

Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis dampak fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik.
2. Menganalisis besar pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktorfaktor lainnya terhadap harga karet alam domestik.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis
dampak yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia terhadap
dinamika harga karet alam domestik dan menambah wawasan penulis mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan harga karet alam domestik selain
pengaruh dari fluktuasi harga minyak mentah dunia.
2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai hubungan memengaruhi antara harga karet alam di pasar domestik
dengan harga minyak mentah dunia dan dapat menambah wawasan pembaca
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan harga karet alam di
pasar domestik.
3. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran
tentang faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan harga karet alam
domestik. Dengan demikian, pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang tepat
dan bermanfaat bagi pelaku ekonomi karet alam dan dapat digunakan dalam
merencanakan kebijakan di masa depan yang berkaitan dengan harga karet alam
di pasar domestik.

6

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis hubungan memengaruhi antara harga
harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor lainnya terhadap harga karet alam di
pasar domestik. Harga karet alam yang digunakan dalam analisis ini adalah harga
karet alam jenis TSR 20 yang merupakan jenis karet alam yang paling banyak
diproduksi dan diekspor Indonesia sedangkan harga minyak mentah yang
digunakan yaitu harga rata-rata minyak mentah dunia. Analisis yang menjadi
perhatian utama dalam penelitian ini yaitu analisis mengenai pengaruh harga
minyak mentah dunia terhadap harga karet alam domestik Indonesia. Selain
menganalisis hubungan dan pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap harga
karet alam domestik, penelitian ini juga mencoba menganalisis faktor-faktor lain
yang juga memengaruhi harga karet alam domestik Indonesia.
Variabel yang diteliti adalah harga bulanan karet alam domestik Indonesia,
rata-rata harga bulanan minyak mentah dunia dan variabel-variabel lainnya seperti
harga karet alam dunia, produksi karet alam domestik, nilai tukar dan inflasi
Indonesia dalam kurun waktu Januari 2008 sampai dengan Desember 2013. Ekspor
tidak termasuk variabel yang diteliti karena variabel ekspor hanya digunakan untuk
menghubungkan harga karet alam di pasar domestik dengan harga karet alam di
pasar dunia.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Teori Harga dan Pentingnya Menjaga Stabilitas Harga
Harga merupakan sinyal yang digunakan oleh para pelaku ekonomi dalam
mengambil keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dimilikinya. Harga yang
berlaku di pasar merupakan harga yang terjadi akibat perpotongan antara kurva
permintaan dan penawaran. Titik perpotongan antara kurva penawaran dan
permintaan ini dinamakan titik keseimbangan (equilibrium) yang menunjukkan
harga keseimbangan (equilibrium price) dan kuantitas keseimbangan (equilibrium
quantity) yang terjadi. Harga keseimbangan terjadi ketika kuantitas barang yang
diminta oleh konsumen sama dengan kuantitas barang yang ditawarkan oleh
produsen. Apabila kuantitas barang yang diminta oleh konsumen tidak sama dengan
kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen maka harga yang terjadi pada
kondisi tersebut disebut dengan harga tidak seimbang (disequilibrium price).
Adanya kelebihan atau kekurangan permintaan dan penawaran komoditi di pasar
menyebabkan keadaan yang tidak seimbang. Hal ini terjadi karena kelebihan
permintaan suatu komoditi akan mendorong harga komoditi tersebut untuk naik dan
kelebihan penawaran akan mendorong harga komoditi tersebut untuk turun.
Permintaan yang berlebih akan mendorong harga untuk naik begitu pula sebaliknya
permintaan yang berkurang akan mendorong turun harga dan harga akan terus
berubah sampai akhirnya kembali ke titik keseimbangan (equilibrium).

7

Sementara itu, harga domestik komoditi dapat diartikan sebagai suatu
kesepakatan harga yang timbul dari transaksi perdagangan komoditi antar pelaku
ekonomi dalam pasar domestik suatu negara. Harga domestik suatu komoditi
terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran komoditi yang terjadi di pasar
domestik. Selain itu, harga domestik suatu komoditi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal lainnya, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Analisis harga domestik suatu komoditi merupakan suatu analisis yang
penting dilakukan untuk mengetahui proses dan faktor-faktor yang memengaruhi
pembentukan harga domestik suatu komoditi. Hal ini dikarenakan perubahan harga
domestik dari berbagai komoditas akan memengaruhi kondisi dari para pelaku
ekonomi di negara tersebut, baik produsen, konsumen serta masyarakat luas. Secara
teoritis, harga akan memengaruhi surplus yang akan didapatkan dan pada akhirnya
juga akan memengaruhi kesejahteraan dari para pelaku ekonomi di suatu negara.
Hubungan Antara Harga Domestik dengan Harga Minyak Mentah
Harga komoditi lain yang saling terkait dapat memengaruhi permintaan suatu
komoditi. Keterkaitan antar dua komoditi dapat bersifat subtitusi (saling
menggantikan) ataupun bersifat komplementer (saling melengkapi). Jika
keterkaitan antar dua komoditi bersifat subtitusi, maka kenaikan harga komoditi
lain akan meningkatkan permintaan terhadap komoditi tersebut. Begitu pula
sebaliknya, penurunan harga komoditi lain akan menurunkan permintaan terhadap
komoditi tersebut. Misalnya, komoditi subtitusi dari karet alam adalah karet
sintesis. Kenaikan harga karet sintesis akan meningkatkan permintaan terhadap
karet alam, sebaliknya penurunan harga karet sintesis akan menurunkan permintaan
terhadap karet alam.
Jika keterkaitan antar dua komoditi bersifat komplementer, maka kenaikan
harga komoditi lain akan menurunkan permintaan terhadap komoditi tersebut.
Begitu pula sebaliknya, penurunan harga komoditi lain akan meningkatkan
permintaan terhadap komoditi tersebut. Sebagai contoh, karet alam dan karet
sintesis adalah barang komplemen. Kenaikan harga karet sintesis akan menurunkan
permintaan terhadap karet sintesis, dengan demikian permintaan akan karet alam
juga akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya.
Fluktuasi harga minyak mentah dunia memengaruhi harga karet alam karena
minyak mentah merupakan input yang penting dalam proses produksi karet sintesis
yang merupakan subtitusi dari karet alam. Kenaikan harga minyak mentah dunia
mengakibatkan harga karet sintesis naik sehingga permintaan terhadap karet
sintesis turun. Sementara itu, permintaan terhadap komoditi karet alam meningkat
dikarenakan karet alam merupakan subtitusi dari karet sintesis. Permintaan karet
alam yang meningkat akan mengakibatkan harga karet alam juga ikut meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa harga karet alam
domestik berhubungan positif dengan harga karet alam minyak mentah.
Hubungan Antara Harga Domestik dengan Harga Dunia
Sebagai negara pengekspor karet kedua terbesar didunia, harga karet alam
domestik Indonesia juga dipengaruhi oleh harga karet alam dunia melalui
mekanisme perdagangan internasional. Menurut Lipsey et al. (1995), suatu negara
akan mengekspor produk-produk yang harga dunianya lebih besar daripada harga
yang berlaku di pasar domestik, dengan asumsi ada perdagangan luar negeri.

8

DA

SA

DB

S

SB

PB
P*

P*
PA

M

X

QA1 QA QA2
Negara A

QB1 QB QB2

Q*
Dunia

Negara B

Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 5 Proses terjadinya perdagangan internasional
Keterangan:
PA : harga karet alam di negara A (eksportir)
PB : harga karet alam di negara B (importir)
P* : harga dunia karet alam
X
: kelebihan penawaran karet alam yang akan diekspor negara A
M : kelebihan permintaan karet alam yang akan diimpor negara B
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa harga karet alam di negara A
sebesar Pa lebih rendah daripada harga karet alam di pasar dunia dan pasar negara
B. Adanya perbedaan harga tersebut menjadi insentif bagi negara A untuk menjual
kelebihan penawaran karet alam yang dimilikinya kepada negara B yang
mengalami kelebihan permintaan karet alam. Pertemuan antara kelebihan
penawaran di negara A dan kelebihan permintaan di negara B membentuk harga
keseimbangan di pasar dunia. Negara A mendapat keuntungan karena harga dunia
lebih mahal daripada harga domestik negara tersebut dan negara B mendapat
keuntungan karena harga dunia lebih murah daripada harga domestiknya. Akan
tetapi, dengan adanya hukum satu harga (The Law of One Price) yang menyebutkan
bahwa harga komoditi yang sama akan dijual dengan harga yang sama pada waktu
yang sama dan tempat berbeda (Krugman et al 2009) dalam Nugraheni (2014),
maka harga karet alam di negara A yang sebelumnya sebesar Pa akan naik
mengikuti harga karet alam yang berlaku di pasar dunia. Hal ini terjadi karena
kelebihan penawaran di pasar negara A telah berkurang karena aktivitas ekspor
yang dilakukan negara tersebut. Sebaliknya, harga karet alam di negara B akan
turun mengikuti harga karet alam yang berlaku di pasar dunia dikarenakan
kelebihan permintaan karet alam di negara tersebut telah tercukupi melalui kegiatan
impor yang dilakukannya.
Hukum The Law of One Price ini mengasumsikan bahwa tidak ada hambatan
dalam perdagangan yang dapat menyebabkan harga domestik dan harga dunia
menjadi berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara harga karet alam dunia dengan harga karet alam
domestik. Selain itu, berdasarkan penelitian (Maklumat 2005) dalam Zebua (2008),
variabel harga karet alam Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga karet alam dunia.

9

Hubungan Antara Harga Domestik dengan Produksi
Ketika harga suatu komoditi naik maka produsen punya insentif untuk
meningkatkan produksinya dan ketika harga komoditi tersebut rendah maka
konsumen memiliki insentif untuk mengonsumsi lebih banyak (Stiglitz 1993).
Sebaliknya, ketika harga suatu komoditi turun maka produsen akan menurunkan
produksinya dan ketika harga komoditi tersebut naik maka konsumen yang akan
menurunkan konsumsinya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa harga domestik memiliki hubungan negatif dengan produksi.
Hubungan Antara Harga Domestik Komoditi dengan Nilai Tukar Riil
Menurut Mankiw (2007), nilai tukar riil merupakan harga relatif dari
komoditi-komoditi antara dua negara. Jika nilai tukar riil suatu negara terdepresiasi,
maka harga komoditi domestik menjadi lebih murah dan barang luar negeri menjadi
lebih mahal. Sebaliknya jika nilai tukar riil suatu negara terapresiasi, maka harga
komoditi luar negeri menjadi lebih murah. Secara matematis, nilai tukar riil dapat
dituliskan sebagai berikut :
RER = e x (P/P*)
Keterangan :
RER : nilai tukar riil
e
: nilai tukar nominal
P
: tingkat harga dalam negeri
P* : tingkat harga luar negeri
Persamaan di atas menunjukkan bahwa apabila nilai tukar riil terapresiasi,
maka harga komoditi domestik relatif lebih mahal dan harga produk luar negeri
menjadi lebih murah. Sebaliknya, apabila nilai tukar terdepresiasi maka harga
domestik menjadi lebih murah dan harga produk luar negeri menjadi lebih mahal.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa harga domestik suatu
komoditi berhubungan negatif dengan nilai tukar riil negara tersebut.
Hubungan Antara Harga Domestik Komoditi dengan Inflasi
Inflasi merupakan salah satu faktor dari variabel makroekonomi yang
berdampak langsung terhadap harga komoditas, dimana kenaikan harga komoditas
secara umum akan memengaruhi harga dari komoditi lainnya. Menurut Lipsey et
al. (1995), perubahan harga suatu komoditi merupakan perubahan relatif terhadap
harga-harga lainnya.
Saat terjadi inflasi, kenaikan harga relatif dari suatu komoditi mengandung
arti bahwa harga komoditi tersebut mengalami kenaikan lebih besar daripada
tingkat harganya. Dalam situasi inflasi, harga suatu komoditi tertentu sering
dikaitkan dengan harga rata-rata semua komoditi lainnya. Salah satu komoditi yang
sering dikaitkan sebagai penyebab terjadinya inflasi yaitu kenaikan harga minyak
mentah. Harga minyak mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti dengan naiknya
biaya produksi. Biaya produksi yang meningkat akan menyebabkan harga komoditi
secara umum meningkat. Kenaikan biaya produksi menyebabkan harga karet alam
di pasar domestik juga mengalami kenaikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa harga domestik suatu komoditi berhubungan positif dengan inflasi.

10

Penelitian Terdahulu
Harri et al. (2009) meneliti hubungan antara minyak, nilai tukar dan harga
komoditas dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Penelitian ini menunjukkan hubungan antara harga komoditas primer pertanian,
nilai tukar dan minyak mentah. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu harga
komoditas (jagung, katun, kedelai) memiliki hubungan dengan harga minyak
mentah tetapi tidak untuk gandum. Selain itu, nilai tukar juga memainkan peran
penting dalam menentukan harga suatu komoditas.
Sang et al. (2012) meneliti model volatilitas dan ketergantungan harga
return spot karet alam Thailand terhadap faktor iklim, nilai tukar dan pasar minyak
mentah dunia dengan menggunakan model Vector Autoregressive Moving Average
Process with Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity
(VARMA-GARCH) dan Copula-basedGARCH model. Hasil penelitian ini
menunjukkan faktor iklim, fluktuasi nilai tukar dan pasar minyak mentah secara
signifikan memengaruhi harga return dari karet alam Thailand di pasar dunia.
Volatilitas harga return karet alam Thailand paling dipengaruhi oleh fluktuasi nilai
tukar dan faktor iklim. Sementara itu, fluktuasi harga minyak mentah memiliki
pengaruh yang paling kecil terhadap volatilitas harga return karet alam Thailand.
Chintia (2013) meneliti dampak guncangan harga minyak mentah dunia
terhadap harga beras domestik dengan menggunakan model vector error
correction. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka pendek harga
beras domestik dipengaruhi oleh harga beras domestik itu sendiri, harga beras
impor, dan harga minyak mentah dunia. Pada jangka panjang harga beras domestik
dipengaruhi oleh harga beras dunia, harga beras impor, dan produksi beras. Selain
itu, berdasarkan analisis Impulse Response Function (IRF) yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa harga beras domestik memberikan respon yang fluktuatif
dengan shock dari semua variabel.
Aji (2010) meneliti analisis integrasi harga minyak bumi, minyak kedelai,
CPO, minyak goreng domestik dan tandan buah segar kelapa sawit dengan
menggunakan granger causality test dan model vector error correction. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi integrasi diantara harga minyak bumi,
minyak kedelai, CPO, minyak goreng domestik dan TBS kelapa sawit. Pengaruh
harga minyak bumi terhadap harga tersebut tidak terlalu besar, hal ini menunjukkan
bahwa konversi energi dari minyak bumi ke minyak nabati belum begitu besar.
Fitrianti (2009) meneliti analisis integrasi pasar karet alam antara pasar fisik
di Indonesia dengan pasar berjangka dunia dengan menggunakan vector error
correction model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga minyak mentah
dan nilai tukar yen berpengaruh signifikan positif terhadap pembentukan harga
karet alam di bursa Singapore Comodity Exchange (SICOM) sedangkan nilai tukar
rupiah berpengaruh signifikan negatif. Nilai tukar Singapura sendiri tidak
mempengaruhi harga karet alam di bursa SICOM.
Rahmillah (2013) meneliti pengaruh guncangan harga kedelai internasional
terhadap harga kedelai domestik dengan menggunakan model VECM. Hasil dari
studi ini adalah pada jangka pendek, harga kedelai internasional (USA dan China)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga kedelai domestik. Variabel yang
berpengaruh terhadap harga kedelai domestik pada jangka pendek adalah variabel

11

harga kedelai itu sendiri. Pada jangka panjang, harga kedelai USA secara signifikan
berpengaruh positif terhadap harga kedelai domestik dan nilai tukar riil secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap harga kedelai domestik.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari
suatu variabel terhadap variabel lain dengan menggunakan data time series dapat
dilakukan dengan menggunakan Vector Autoregressive (VAR), Vector Error
Correction Model (VECM), Vector Autoregressive Moving Average Process with
Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (VARMA-GARCH)
dan Copula-basedGARCH model. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah VECM untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen dalam jangka panjang dan jangka pendek. Analisis
pengaruh harga minyak mentah dan variabel lainnya terhadap harga komoditi
berdasarkan penelitian terdahulu dilakukan dengan menggunakan variabel harga
minyak mentah, nilai tukar, faktor iklim, harga komoditi impor, harga komoditi
dunia, produksi komoditi serta harga komoditi subtitusi. Dengan demikian, analisis
dampak fluktuasi harga minyak mentah dan faktor-faktor lainnya terhadap harga
karet alam domestik dianalisis dengan menggunakan variabel harga minyak mentah
dunia, harga karet alam dunia, produksi karet alam, nilai tukar riil dan inflasi.

Kerangka Pemikiran
Harga karet alam domestik yang berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang
memengaruhi harga karet alam yaitu harga karet alam periode sebelumnya.
Berdasarkan teori pembentukan harga, harga suatu komoditi dibentuk oleh
kekuatan permintaan dan penawaran terhadap komoditi tersebut. Dari sisi
permintaan, harga karet alam domestik Indonesia ditentukan oleh harga karet alam
periode sebelumnya sedangkan dari sisi penawaran, harga karet alam domestik
ditentukan oleh produksi karet alam. Selain itu, harga domestik karet alam
dipengaruhi oleh harga karet alam dunia melalui mekanisme perdagangan
internasional yaitu melalui kegiatan ekspor impor. Adanya kelebihan produksi karet
alam domestik dibandingkan dengan konsumsi domestik menyebabkan suatu
negara mengekspor kelebihan produksinya keluar negeri. Ketika suatu negara
mengekspor kelebihan produksi karet alam di negaranya keluar negeri, karet alam
yang ditawarkan di pasar domestik negara tersebut menjadi berkurang sehingga
harga karet domestik naik.
Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi harga karet alam dunia
maupun dalam negeri adalah berfluktuasinya harga minyak mentah dunia. Menurut
Harri et al. (2009), harga minyak mentah memengaruhi harga suatu komoditas
dengan berbagai jalur.

12

Minyak Mentah

Nilai Tukar

Harga Input

Biofuel

Harga Komoditi
Gambar 6 Ekspektasi hubungan antara harga minyak mentah, harga input, nilai
tukar, harga komoditas (Harri et al. 2009)
Minyak mentah dunia memengaruhi harga karet alam melalui beberapa
kemungkinan jalur utama, yaitu harga input (baik harga input karet alam itu sendiri
maupun harga input komoditi subtitusi karet sintesis) dan nilai tukar. Fluktuasi
harga minyak mentah dunia memengaruhi harga karet alam disebabkan karena
minyak mentah merupakan input penting dalam proses produksi karet sintesis yang
diduga merupakan subtitusi dari karet alam. Kenaikan harga minyak mentah dunia
mengakibatkan harga karet sintesis naik sehingga permintaan terhadap karet
sintesis turun. Sementara itu, permintaan terhadap komoditi karet alam meningkat
dikarenakan karet alam merupakan subtitusi dari karet sintesis. Selain dipengaruhi
oleh harga minyak mentah, harga karet alam domestik juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lainnya seperti inflasi. Ketika dalam situasi inflasi, harga suatu komoditi
tertentu sering dikaitkan dengan harga rata-rata semua komoditi lainnya. Adanya
inflasi cenderung meningkatkan biaya produksi komoditi sehingga harga-harga
komoditi di pasar domestik suatu negara cenderung mengalami kenaikan. Secara
ringkas, kerangka pemikiran tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 7.
Produksi
Karet Alam

Harga
Minyak
Mentah
Dunia

Harga
Karet
Alam

Konsumsi
Karet Alam

Ekspor
Karet
Alam

Nilai Tukar

Keterangan : Cetak tebal = tidak diteliti

Gambar 7 Alur pemikiran penelitian dalam diagram

Harga
Karet Alam
Domestik

Inflasi
Indonesia

13

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian-penelitian terdahulu dan kerangka
pemikiran yang telah disusun, maka dapat ditarik dugaan sementara (hipotesis)
penelitian sebagai berikut :
1. Harga minyak mentah dunia berpengaruh positif terhadap harga karet alam
domestik. Ketika harga minyak mentah dunia naik, maka harga karet sintesis
yang diduga merupakan subtitusi dari karet alam akan ikut naik. Sementara itu,
permintaan karet sintesis akan turun dan permintaan karet alam meningkat.
Permintaan karet alam yang meningkat akan menaikkan harga dari karet alam
domestik.
2. Harga karet alam dunia berpengaruh positif terhadap harga karet alam domestik.
Ketika harga karet alam di pasar dunia mengalami kenaikan, maka harga karet
alam di pasar domestik juga ikut mengalami kenaikan.
3. Produksi karet alam Indonesia berpengaruh negatif terhadap harga karet alam
domestik. Produksi meningkat menyebabkan harga karet alam domestik
mengalami penurunan (ceteris paribus).
4. Inflasi berpengaruh positif terhadap harga karet alam domestik. Saat terjadi
inflasi, harga komoditi secara umum mengalami kenaikan sehingga biaya
produksi meningkat. Kenaikan biaya produksi menyebabkan harga karet alam
domestik mengalami kenaikan.
5. Nilai tukar riil suatu negara berpengaruh negatif terhadap harga domestik karet
alam. Ketika nilai tukar rupiah terdepresiasi, maka harga karet alam domestik
cenderung menjadi relatif lebih murah dibandingkan harga karet alam dunia.
Sebaliknya, ketika nilai tukar rupiah terapresiasi, maka harga karet alam
domestik cenderung menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga
karet alam dunia.

METODE PENELITIAN
Data dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah dalam bentuk data deret waktu (time series)
dengan periode waktu bulanan dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2013.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti), World Bank, UN Comtrade, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank
Indonesia, instansi pemerintah atau lembaga-lembaga terkait lainnya yaitu
Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan
(ditjenbun), studi literatur dan internet. Data dan sumber data yang digunakan
sebagai variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

14

Tabel 2 Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian
Nama Variabel
Simbol
Satuan
Sumber
Harga karet alam domestik
HKDom
Rp/kg Bappebti
Harga minyak mentah dunia
HMMD
$/bbl World Bank
Harga karet alam dunia
HKD
$/kg World Bank
Produksi karet alam
PK
Ton
Badan Pusat Statistik
Inflasi
INF
%
Bank Indonesia
Nilai tukar Riil
NTR
Rp/$ Bank Indonesia

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Analisis dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6. Rumusan
masalah pertama dan kedua yaitu mengenai pengaruh fluktuasi harga minyak
mentah dan faktor-faktor lainnya terhadap harga karet alam domestik serta
mengukur besar pengaruh dari harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik dianalisis dengan menggunakan model
Vector Error Correction Model (VECM).
Model VAR/ VECM
Analisis dampak fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor-faktor
lainnya terhadap harga karet alam domestik akan dianalisis dengan mengunakan
model vector autogression (VAR) atau vector error correction model (VECM).
Analisis dengan model VAR atau VECM mencakup tiga analisis utama yaitu
Granger Causality Test, Impulse Response (IRF) dan Forecasting Error
Decomposition of Variance (FEDV).
Vector Autoregression (VAR)
Menurut Firdaus (2011), pemodelan VAR termasuk dalam pemodelan
multivariate time series. Variabel eksogen dan endogen dalam pemodelan ini tidak
dapat dibedakan karena model VAR menjadikan semua variabel bersifat endogen
(variabel yang nilainya ditentukan dalam model). Sesuai dengan Sims dalam
Firdaus (2011), variabel yang digunakan dalam persamaan VAR dipilih
berdasarkan teori ekonomi yang relevan dan sesuai dengan pemilihan lag dalam
model. Secara matematis model VAR dapat ditulis dalam bentuk persamaan umum
seperti dibawah ini (Enders, 2004):
Yt = A0 + ∑��= Ai Yt-1 + Ɛt
Keterangan:
Yt = Vektor variabel tak bebas yang berukuran (n x 1)
A0 = Vektor dari variabel-variabel eksogen, termasuk konstanta
(Intersep) dan tren yang berukuran (n x 1)
k
= Jumlah lag dalam sistem persamaan,
Ɛt
= Vektor sisaan berukuran (n x 1)
At = Matrik parameter berukuran n x n untuk setiap i = 1, β …
Model umum VAR yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
HKDomt = f (HMMDt ; HKDt ; PKt ; INFt ; NTRt)

15

Model persamaan VAR dalam bentuk notasi matriks :

Ln_HKDomt �


Ln_HMMDt


Ln_HKDt
=� +�
Ln_PKt


Ln_INFt
[ Ln_NTRt ] [� ] [�

Keterangan :
HKDomt
HMMDt
HKDt
PKt
INFt
NTRt

:
:
:
:
:
:































_� � �−


Ln_HMM��−


Ln_HK��−
+ �
� +
Ln_P �−


Ln_IN��−
� ] [ Ln_NT��− ] [� ]

Harga karet alam domestik Indonesia
Harga minyak mentah dunia
Harga karet alam dunia
Produksi karet alam Indonesia
Inflasi Indonesia
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Vector Error Correction Model (VECM)
VECM merupakan model VAR yang terestriksi (restricted VAR). Model
VAR yang terestriksi ini digunakan untuk variabel yang nonstasioner namun
terkointegrasi. Jika data tidak stasioner di level namun stasioner di first difference,
maka harus diuji kointegrasi data tersebut. Apabila terdapat kointegrasi, maka
model yang digunakan adalah model Vector Error Correction Model (VECM).
Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel
endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap
membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. Berikut persamaan umum
VECM secara matematis:

Δyt =

0x

+

1x +

Πx yt-1 ∑�−
�= �� Δ yt-i + Ɛt

Keterangan :
yt
= vektor variabel
=
vektor intersep
0x
= vektor koefisien regresi
1x
t
= time trend
Πx
= αx ’ dimana b’ mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang
yt-1
= variabel in-level
= matrix koefisien regresi
ix
k-1
= ordo VECM dari VAR
Selanjutnya dari persamaan diatas dibentuk persamaan sebagai berikut :



HKDomt = αt0 + ∑�= � HKDomt-1 + ∑�= � HMMDt-1 + ∑�= �



PKDt-1 + ∑�= �� PKt-1 + ∑�= �� INFt-1 + ∑�= �� NTRt-1 +
Ɛt

16

Keterangan :
αt0
, , δ, , , ρ
��
i

: Konstanta
: Parameter dari HKDomt,; HMMDt ; HKDt ; PKt ; INFt ;
NTRt
: error term
: Panjang lag (ordo) i=1,2,3,4,dst

Sebelum melakukan estimasi VAR atau VECM terlebih dahulu dilakukan
beberapa pengujian sebagai berikut :
Uji Stasioneritas Data
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah uji stasioneritas data. Hal ini
dilakukan karena data ekonomi time series pada umumnya memiliki tren tidak
stasioner (mengandung akar unit). Uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Augmented Dicky Fuller (ADF). Jika nilai t-statistik ADF
lebih kecil daripada tabel MacKinnon maka keputusannya adalah tolak H0 yang
berarti bahwa tidak terdapat unit root sehingga dapat disimpulkan data deret waktu
tersebut stasioner. Hal ini juga berlaku sebaliknya jika nilai t-statistik ADF lebih
besar daripada tabel MacKinnon maka keputusannya adalah tidak tolak H0 yang
berarti bahwa terdapat unit root sehingga dapat disimpulkan time series tersebut
tidak stasioner.
Penentuan Lag Optimal
Langkah kedua yang harus dilakukan dalam membentuk model VAR yang
baik adalah penentuan jumlah lag yang digunakan dalam model. Pengujian panjang
lag optimal dilakukan dengan menggunakan kriteria Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Information Criterion (SIC) dan Hannan-Quinn Criterion.
Menurut Enders (2004), penentuan lag optimal dalam analisis VAR penting
dilakukan karena variabel endogen dari variabel eksogen dalam sistem persamaan
akan digunakan sebagai variabel eksogen. Nilai lag yang optimum yaitu nilai
dengan kriteria terkecil.
Uji Stabilitas
Langkah yang harus dilakukan berikutnya adalah menguji stabilitas VAR.
Stabilitas VAR perlu diuji karena jika hasil estimasi stabilitas VAR tidak stabil
maka analisis IRF dan FEVD menjadi tidak valid. Uji stabilitas dihitung dengan
menghitung akar-akar dari fungsi polinominal. Jika semua akar dari polinominal
tersebut berada di dalam unit circle atau jika nilai absolutnya lebih kecil dari 1,
maka model VAR tersebut dianggap stabil.
Uji Kointegrasi
Langkah selanjutnya yaitu uji kointegrasi untuk menentukan apakah variabelvariabel yang tidak stasioner mengalami kointegrasi atau tidak. Kointegrasi
merupakan suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang tidak
stasioner secara individual tetapi stasioner jika dikombinasikan. Salah satu syarat
tercapainya keseimbangan jangka panjang yaitu galat keseimbangan harus
berfluktuasi di sekitar nol.

17

Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain Engel-Granger
Cointegration Test, Johansen Cointegration Test dan Cointegration Regression
Durbin Watson Test. Jika uji kointegrasi dilakukan dengan menggunakan Johansen
Cointegration Test, hipotesis diambil dengan membandingkan antara trace statistic
dengan critical value yang digunakan. Trace statistic lebih besar dari critical value
menunjukkan terdapat kointegrasi dalam persamaan tersebut.
Analisis Model VAR / VECM
Menurut Arsana dalam Firdaus (2011) analisis VAR bagi deskripsi data,
peramalan, inferensi stuktural dan analisis kebijakan dapat dilakukan melalui
Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition
(FEDV).
1. Impulse Response Function (IRF)
IRF merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan respon
suatu variabel endogen terhadap suatu gejolak variabel tertentu (Amisano dan
Gianinni 1997) dalam Maulani (2013). IRF digunakan untuk melihat pengaruh
gejolak satu variabel terhadap variabel yang lain dan berapa lama pengaruh tersebut
berlangsung. Selain itu, IRF bertujuan untuk mengisolasi suatu guncangan agar
lebih spesifik. Jika suatu variabel tidak dapat dipengaruhi oleh suatu guncangan,
maka guncangan spesifik tersebut tidak dapat diketahui melainkan guncangan
secara umum. Hasil IRF sangat sensitif terhadap pengurutan (ordering) variabel
yang didasarkan pada faktorisasi cholesky. Variabel yang memiliki nilai prediksi
terhadap variabel lain diletakkan di depan berdampingan satu sama lainnya.
Variabel yang tidak memiliki nilai prediksi terhadap variabel lain diletakkan paling
belakang.
2. Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Analisis FEVD digunakan untuk menjelaskan kontribusi dari masing-masing
variabel terhadap gejolak yang ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama
yang diamati. FEDV bertujuan untuk menjelaskan persentase kontribusi masingmasing guncangan variabel terhadap variabel lainnya. FEVD menghasilkan
informasi mengenai relatif pentingnya masing-masing inovasi acak (random
innovation structura