Morfometri Organ Hati dan Kantung Empedu Kucing Kampung (Felis catus) dengan Teknik Ultrasonografi Dua Dimensi

ABSTRAK
KURNIAWAN PRASETYA. Morfometri Organ Hati dan Kantung Empedu
Kucing Kampung (Felis catus) dengan Teknik Ultrasonografi Dua Dimensi.
Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ
hati dan kantung empedu serta ukuran organ hati, ketebalan dinding kantung
empedu, dan diameter pembuluh darah hati pada kucing kampung (Felis catus)
melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor
kucing jantan yang sehat secara klinis dan laboratoris, berumur 3-5 tahun dan
berat badan 3-4 kg. Pemeriksaan menggunakan transduser linier dengan frekuensi
7.5 MHz. Hasil USG memperlihatkan gambaran parenkim hati bergranul kasar
yang homogen dan hypoechoic. Pada posisi transduser secara transversal organ
hati mempunyai ketebalan bagian medial sebesar 3.72 ± 0.09 cm, bagian kanan
3.69 ± 0.13 cm, dan bagian kiri 3.73 ± 0.11 cm. Pada posisi transduser secara
sagital organ hati mempunyai tiga nilai ketebalan, yaitu pada jarak terjauh, jarak
sedang, dan jarak terdekat dengan diafragma. Sonogram vena hepatika terlihat
anechoic pada bagian lumen tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar. Vena
hepatika mempunyai diameter internal 0.18 ± 0.01 cm dengan arah transduser
secara transversal, dan 0.17 ± 0.01 cm dengan arah transduser secara sagital.
Sonogram vena porta terlihat anechoic pada bagian lumen dengan garis
hyperechoic di bagian luar. Vena porta mempunyai diameter internal 0.17 ± 0.01

cm, diameter eksternal 0.30 ± 0.02 cm, dan ketebalan dinding 0.07 ± 0.01 cm
dengan arah transduser secara transversal. Pada arah transduser secara sagital vena
porta mempunyai diameter internal 0.17 ± 0.01 cm, diameter eksternal 0.31 ± 0.01
cm, dan ketebalan dinding 0.07 ± 0.01 cm. Hasil sonogram empedu
memperlihatkan kantung empedu berbentuk oval atau bulat, gambaran halus
dengan lumen anechoic dan dinding yang tipis hyperechoic dengan ketebalan
sebesar 0.08 ± 0.01 cm. Morfometri organ hati dan kantung empedu kucing
kampung (Felis catus) dapat diamati dengan baik melalui USG dua dimensi.
Kata kunci: morfometri, ultrasonografi, hati, empedu, Felis catus.

ABSTRACT
KURNIAWAN PRASETYA. Liver and Gallbladder Morphometry of an
Indonesian Domestic House Cat (Felis Catus) using Two Dimensional
Ultrasonography. Under Direction of RR. SOESATYORATIH and DENI
NOVIANA.
The aims of this study was observed and determined the sonogram and size
of liver and gallbladder in domestic cats using ultrasound examination. Animals
used were 5 healthy male cats, aged between 3-5 years with a body weight
between 3-4 kg. Examination was performed using a 7.5 MHz linear transducer.
Sonogram showed that the liver parenchym was homogeneous and hypoechoic.

On the transverse position of the transducer, the thickness of the medial, right,
and left liver was 3.73 ± 0.10 cm, 3.75 ± 0.13 cm, and 3.72 ± 0.11 cm,
respectively. There were three thickness values measured on the sagital position
of the transduser, namely at the widest, medium and shortest distance to the
diafragma. Hepatic vein sonogram showed that the lumen was anechoic and the
outer line was hyperechoic. Hepatic vein had an internal diameter of 0.18 ± 0.01
cm on the transverse transducer position and 0.17 ± 0.01 cm on the sagital
transducer position. Sonogram of the portal vein showed that the lumen was
anechoic and the outside line was hyperechoic. Portal vein measured in the
transverse transducer position showed an internal diameter of 0.17 ± 0.01 cm,
external diameter of 0.30 ± 0.02 cm and wall thickness of 0.07 ± 0.01 cm. Portal
vein measured in the sagital transducer position showed an internal diameter of
0.17 ± 0.01 cm, external diameter of 0.31 ± 0.01 cm and wall thickness of 0.07 ±
0.01 cm. Sonogram of the gallbladder showed an oval or round, and smooth
shape. The lumen was anechoic and the wall was hyperechoic. The wall thickness
was 0.08 ± 0.01 cm. Morphometry liver and gallbladder of an Indonesian
Domestic House Cat (Felis catus) was clearly observed and determined using two
dimensional ultrasonography.
Keywords: morphometry, ultrasonography, liver, gallbladder, Felis catus.


MORFOMETRI ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU
KUCING KAMPUNG (Felis catus) DENGAN TEKNIK
ULTRASONOGRAFI DUA DIMENSI

KURNIAWAN PRASETYA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Morfometri Organ
Hati dan Kantung Empedu Kucing Kampung (Felis catus) dengan Teknik
Ultrasonografi Dua Dimensi adalah karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2012
Kurniawan Prasetya
B04080185

ABSTRAK
KURNIAWAN PRASETYA. Morfometri Organ Hati dan Kantung Empedu
Kucing Kampung (Felis catus) dengan Teknik Ultrasonografi Dua Dimensi.
Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ
hati dan kantung empedu serta ukuran organ hati, ketebalan dinding kantung
empedu, dan diameter pembuluh darah hati pada kucing kampung (Felis catus)
melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor
kucing jantan yang sehat secara klinis dan laboratoris, berumur 3-5 tahun dan
berat badan 3-4 kg. Pemeriksaan menggunakan transduser linier dengan frekuensi
7.5 MHz. Hasil USG memperlihatkan gambaran parenkim hati bergranul kasar
yang homogen dan hypoechoic. Pada posisi transduser secara transversal organ
hati mempunyai ketebalan bagian medial sebesar 3.72 ± 0.09 cm, bagian kanan
3.69 ± 0.13 cm, dan bagian kiri 3.73 ± 0.11 cm. Pada posisi transduser secara

sagital organ hati mempunyai tiga nilai ketebalan, yaitu pada jarak terjauh, jarak
sedang, dan jarak terdekat dengan diafragma. Sonogram vena hepatika terlihat
anechoic pada bagian lumen tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar. Vena
hepatika mempunyai diameter internal 0.18 ± 0.01 cm dengan arah transduser
secara transversal, dan 0.17 ± 0.01 cm dengan arah transduser secara sagital.
Sonogram vena porta terlihat anechoic pada bagian lumen dengan garis
hyperechoic di bagian luar. Vena porta mempunyai diameter internal 0.17 ± 0.01
cm, diameter eksternal 0.30 ± 0.02 cm, dan ketebalan dinding 0.07 ± 0.01 cm
dengan arah transduser secara transversal. Pada arah transduser secara sagital vena
porta mempunyai diameter internal 0.17 ± 0.01 cm, diameter eksternal 0.31 ± 0.01
cm, dan ketebalan dinding 0.07 ± 0.01 cm. Hasil sonogram empedu
memperlihatkan kantung empedu berbentuk oval atau bulat, gambaran halus
dengan lumen anechoic dan dinding yang tipis hyperechoic dengan ketebalan
sebesar 0.08 ± 0.01 cm. Morfometri organ hati dan kantung empedu kucing
kampung (Felis catus) dapat diamati dengan baik melalui USG dua dimensi.
Kata kunci: morfometri, ultrasonografi, hati, empedu, Felis catus.

ABSTRACT
KURNIAWAN PRASETYA. Liver and Gallbladder Morphometry of an
Indonesian Domestic House Cat (Felis Catus) using Two Dimensional

Ultrasonography. Under Direction of RR. SOESATYORATIH and DENI
NOVIANA.
The aims of this study was observed and determined the sonogram and size
of liver and gallbladder in domestic cats using ultrasound examination. Animals
used were 5 healthy male cats, aged between 3-5 years with a body weight
between 3-4 kg. Examination was performed using a 7.5 MHz linear transducer.
Sonogram showed that the liver parenchym was homogeneous and hypoechoic.
On the transverse position of the transducer, the thickness of the medial, right,
and left liver was 3.73 ± 0.10 cm, 3.75 ± 0.13 cm, and 3.72 ± 0.11 cm,
respectively. There were three thickness values measured on the sagital position
of the transduser, namely at the widest, medium and shortest distance to the
diafragma. Hepatic vein sonogram showed that the lumen was anechoic and the
outer line was hyperechoic. Hepatic vein had an internal diameter of 0.18 ± 0.01
cm on the transverse transducer position and 0.17 ± 0.01 cm on the sagital
transducer position. Sonogram of the portal vein showed that the lumen was
anechoic and the outside line was hyperechoic. Portal vein measured in the
transverse transducer position showed an internal diameter of 0.17 ± 0.01 cm,
external diameter of 0.30 ± 0.02 cm and wall thickness of 0.07 ± 0.01 cm. Portal
vein measured in the sagital transducer position showed an internal diameter of
0.17 ± 0.01 cm, external diameter of 0.31 ± 0.01 cm and wall thickness of 0.07 ±

0.01 cm. Sonogram of the gallbladder showed an oval or round, and smooth
shape. The lumen was anechoic and the wall was hyperechoic. The wall thickness
was 0.08 ± 0.01 cm. Morphometry liver and gallbladder of an Indonesian
Domestic House Cat (Felis catus) was clearly observed and determined using two
dimensional ultrasonography.
Keywords: morphometry, ultrasonography, liver, gallbladder, Felis catus.

MORFOMETRI ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU
KUCING KAMPUNG (Felis catus) DENGAN TEKNIK
ULTRASONOGRAFI DUA DIMENSI

KURNIAWAN PRASETYA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2012

Judul
Nama
NIM

: Morfometri Organ Hati dan Kantung Empedu Kucing Kampung
(Felis catus) dengan Teknik Ultrasonografi Dua Dimensi
: Kurniawan Prasetya
: B04080185

Disetujui oleh

Drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si
Pembimbing I

Drh. Deni Noviana, Ph.D
Pembimbing II


Diketahui oleh

Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “Morfometri Organ Hati dan Kantung Empedu Kucing
Kampung (Felis catus) dengan Teknik Ultrasonografi Dua Dimensi”. Penulisan
skripsi merupakan tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis sampaikan kepada drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si dan
drh. Deni Noviana, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, dan pendampingan sejak persiapan penyusunan usulan
penelitian, pelaksanaan penelitian, seminar, sampai penulisan skripsi ini selesai.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Fadjar Satrija,
MSc, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik atas semua bimbingan dan

arahannya; seluruh dosen dan staf Bagian Bedah dan Radiologi FKH IPB; drh. M
Fakhrul Ulum, M.Si; drh. Devi Paramitha atas bantuan selama pelaksanaan
penelitian; PT. Karindo Alkestron atas pinjaman seperangkat alat USG. Kepada
teman-teman satu penelitian (Ayip Fadil, Hastin Utami Damayantie) atas
kerjasama dan bantuannya selama penelitian. Serta teman-teman seperjuangan di
Bagian Bedah dan Radiologi (Rio, Andi, Erli, Medy, Kholis, Ruri, Ajeng, Lynn,
Nengsih, dan Yiyi) atas bantuan dan kebersamaannya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta Ibu
Djuwatin, Bapak Sumarno, Wahyulia Cahyanti, Nurmawan Rosyid Ridha, dan
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada
hentinya. Terakhir teman-teman Avenzoar Angkatan 45 yang sama-sama berjuang
menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang
berkepentingan.

Bogor, Oktober 2012
Kurniawan Prasetya


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kucing
Anatomi Hati dan Kantung Empedu
Ultrasonografi
Pengertian Dasar Ultrasonografi
Karakteristik Transduser
Interaksi Ultrasound dengan Jaringan
Interpretasi Gambar
Ultrasonografi Normal Organ Hepatobiliari Kucing
Pemanfaatan dalam Dunia Medis
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Hewan Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Adaptasi Kucing
Pemeriksaan Fisik Hewan
Pengambilan dan Pengujian Darah
Persiapan Kucing
Teknik Pencitraan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Laboratoris
Sonogram Organ Hati dan Empedu
Ukuran Sonogram Organ Hati dan Empedu
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi



























10 
16 
18 
19 
19 
19 
22
24

DAFTAR TABEL
1
2
3

Hasil pemeriksaan fisik kucing
Hasil pemeriksaan darah lengkap kucing
Hasil pengukuran sonogram organ hati dan empedu normal pada
kucing kampung (Felis catus)

9
10 
17 

DAFTAR GAMBAR
1

Transduser sector/curved (A) Transduser linear (B); Transduser
phased array (C)
2 Sonogram organ hati normal kucing secara sagital (A) dan
transversal (B)
3 Sonogram kantung empedu normal pada kucing
4 Sonogram organ hati dengan arah transduser transversal. (A)
Sonogram bagian kanan hati; (B) Sonogram bagian medial hati
5 Sonogram organ hati bagian kiri dengan arah transduser transversal
6 Sonogram organ hati dengan arah transduser sagital. (A) Sonogram
bagian kanan hati; (B) Sonogram bagian medial hati
7 Sonogram organ hati bagian kiri hati dengan arah transduser sagital
8 Sonogram pembuluh darah pada hati kucing. (A) Arah potongan
sagital; (B) Arah potongan transversal
9 Sonogram pembuluh darah vena hepatika pada hati kucing. (A)
Tampilan color flow Doppler; (B) Tampilan tanpa color flow
Doppler
10 Sonogram pembuluh darah vena porta pada hati kucing. (A)
Tampilan color flow Doppler; (B) Tampilan tanpa color flow
Doppler
11 Sonogram kantung empedu. (A) Transduser diarahkan secara
transversal. (B) Transduser diarahkan secara sagital




11 
12 
13 
13 
14 
15 
15 
16 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pemeriksaan fisik kucing

22

PENDAHULUAN
Kucing (Felis catus) merupakan hewan kesayangan yang sangat digemari
oleh manusia karena memiliki kemampuan beradaptasi yang baik, daya
reproduksi yang tinggi dan perawatan yang mudah. Dalam kehidupan sehari-hari
kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan selalu dekat dengan
manusia. Kucing memiliki hubungan yang dekat dengan kehidupan manusia sejak
ribuan tahun yang lalu melalui proses domestikasi (Suwed & Budiana 2006).
Meskipun perawatannya mudah, hewan ini sangat rentan dengan berbagai
penyakit seperti penyakit respirasi, urogenital, dan pencernaan. Beberapa kasus
seperti adanya benda asing, penyakit peradangan, perforasi, dan tumor
memungkinkan adanya perubahan ukuran, struktur, dan volume suatu organ.
Suatu tindakan medis sering dilakukan pada kucing baik untuk perawatan,
penanganan kesehatan, dan pengobatan. Sebelum dilakukan penanganan lebih
lanjut diperlukan suatu diagnosis terhadap gangguan kesehatan tersebut. Seorang
dokter hewan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan tepat harus
melakukan pemeriksaan yang teliti, oleh sebab itu diperlukan alat bantu
penunjang diagnosis. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah ultrasonografi
(USG).
Ultrasonografi merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam
kedokteran manusia, tetapi dengan adanya modifikasi alat, USG telah banyak
digunakan oleh dokter hewan untuk mendiagnosis penyakit hewan. Di Indonesia,
penggunaan USG pada hewan sudah banyak digunakan untuk melihat jaringan
dan pengukuran diameter, ketebalan, dan volume suatu organ. Keberadaan alat
USG sangat membantu dokter hewan dalam mendiagnosis berbagai macam
penyakit pada kucing. Ultrasonografi telah dianggap sebagai salah satu teknik
pencitraan yang paling baik untuk evaluasi organ di rongga perut atau abdomen
(Arambulo & Wrigley 2003; Gaschen 2009). Ultrasonografi dapat digunakan
untuk mengevaluasi jaringan parenkim hati sehingga sangat berguna dalam
membedakan kelainan lokal dengan kelainan difus (Kumar et al. 2008; Gaschen
2009).
Sistem hepatobiliari merupakan suatu sistem organ yang terdiri dari dua
organ utama yaitu hati dan kantung empedu. Hati merupakan organ terbesar di
dalam tubuh dan memiliki lebih kurang 1500 fungsi biokimia esensial. Organ hati
dan kantung empedu berperan penting dalam proses pencernaan makanan,
metabolisme nutrisi, detoksikasi, dan sintesis substansi penting bagi tubuh
(Rothuizen & Meyer 2000; Silva et al. 2010). Gangguan organ hepatobiliari
merupakan salah satu penyakit abdomen yang sering terjadi pada kucing.
Beberapa gangguan yang sering muncul diantaranya hepatomegali, hepatitis,
kongesti vena porta, sirosis hati, tumor primer, metastasis, malignant lymphoma,
cholelithiasis, cholecystitis, dan cholangitis (Meyer 2000; Twet & Meyer 2001;
Sharon 2009). Tidak sedikit penyakit ini yang menyebabkan kematian pada
kucing, sehingga dalam kesempatan ini dilakukan penelitian tentang keadaan
organ hati dan empedu kucing kampung (Felis catus) melalui pemeriksaan USG.
Parameter yang akan diamati berupa gambaran karakteristik dan ukuran organ hati
dan kantung empedu kucing kampung (Felis catus).

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sonogram
organ hati dan kantung empedu serta ukuran atau lebar organ hati, ketebalan
dinding kantung empedu, dan diameter pembuluh darah vena porta dan vena
hepatika pada kucing kampung (Felis catus) melalui pemeriksaan USG.

Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
memberikan gambaran ultrasonografi karakteristik dan ukuran organ hati dan
kantung empedu pada kucing kampung (Felis catus). Selain itu hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai data pembanding keadaan organ hati dan kantung empedu
kucing kampung (Felis catus) dengan kucing ras yang lain.

TINJAUAN PUSTAKA
Kucing
Kucing (Felis catus) adalah karnivora kecil yang telah dijinakkan selama
ribuan tahun, termasuk dalam keluarga Felidae. Hewan ini dekat dengan manusia
karena memiliki daya adaptasi yang baik. Selain itu, manusia membutuhkan
kucing untuk mengontrol binatang kecil pengganggu atau tikus yang merusak
tanaman (Lipinski et al. 2007). Menurut Fowler (1993) kucing diklasifikasikan ke
dalam :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Carnivora
Sub Ordo
: Conoidea
Famili
: Felidae
Sub Famili
: Felinae
Genus
: Felis
Spesies
: Felis catus
Kucing yang sehat cenderung terlihat lincah, mempunyai rambut yang
cerah, sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Menurut Widodo et al. (2011)
kucing sehat memiliki suhu tubuh berkisar antara 38.0 oC – 39.3 oC, frekuensi
pernapasan 26-48 kali/menit, dan frekuensi nadi 110-130 kali/menit.

Anatomi Hati dan Kantung Empedu
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh anjing dan kucing. Hati berada
di rongga abdomen di belakang diafragma. Beratnya dapat mencapai 3% dari
berat badan total, sedangkan pada hewan yang sedang tumbuh dapat mencapai 5%

3
dari berat badan. Hati anjing dan kucing dewasa terdiri dari lobus lateral sinistra,
lateral dekstra, medial, kuadratus, dan kaudatus (Kealy 2000). Ukuran lobus
terbesar terdapat pada lobus lateral sinistra yang berukuran 30%-40% dari seluruh
hati. Jika dilihat dari pandangan dorsoventral, posisi hati akan terlihat ke kanan.
Kantung empedu, saluran empedu, dan pembuluh darah masuk ke dalam hati pada
hilus di bagian atas kanan dari kuadran abdomen (Rothuizen 2008).
Hati menerima suplai darah dari arteri hepatika yang merupakan cabang dari
arteri celiaca. Vena porta merupakan gabungan dari percabangan drainase saluran
pencernaan, pankreas, dan limpa (Dyce et al. 2002). Fungsi hati pada pencernaan
adalah menyaring material yang diserap oleh saluran pencernaan sebelum material
tersebut beredar secara sistemik. Bakteri, toksin atau racun, sel darah merah yang
sudah tua, dan agen infeksius lainnya yang masuk melalui saluran pencernaan
akan difagosit pada sinusoid hati. Nutrisi seperti glukosa, asam amino, serta
beberapa vitamin dan mineral yang juga diserap melalui pencernaan akan
disimpan atau mengalami metabolisme di hati (Bill 2002).

Ultrasonografi
Pengertian Dasar Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah suatu teknik diagnosis pencitraan struktur
internal organ atau jaringan yang dihasilkan oleh gelombang suara berfrekuensi
tinggi (ultrasound) sebesar 2-20 MHz yang dihantarkan oleh suatu medium
(Widmer et al. 2004; Noviana et al. 2012). Menurut d’Anjou (2008) ultrasound
tidak dapat berpindah dari medium udara atau disebut juga acoustic barrier.
Medium terbaik untuk penghantaran ultrasound adalah cairan. Aplikasi diagnosis
USG bersifat nonradiasi ionisasi karena hanya memanfaatkan gelombang suara.
Selain itu juga bersifat non-invasive karena tidak ada substansi atau bahan apapun
yang dimasukkan ke dalam tubuh hewan (Noviana et al. 2012).

Karakteristik Transduser
Alat bantu yang digunakan untuk mentransmisikan ultrasound tersebut
disebut transduser atau probe. Di dalam sebuah transduser terdapat kristal
piezoelektrik yang mempunyai kemampuan untuk mengubah gelombang listrik
menjadi gelombang suara berfrekuensi tinggi yang disebut ultrasound pulse
(Mannion 2006). Terdapat tiga tipe utama transduser ultrasound, yaitu linear,
sector/curved, dan phased array. Transduser linear memiliki deretan kristal yang
disusun sejajar membentuk suatu garis sehingga pancaran ultrasound yang
dihasilkan bergerak lurus. Transduser sector/curved memiliki deretan kristal yang
disusun menyerupai bulan sabit dan menghasilkan lapang pandang menyerupai
kerucut. Transduser phased array juga menghasilkan lapangan pandang
menyerupai kerucut tapi dikeluarkan oleh titik fokal yang lebih kecil
dibandingkan dengan transduser sector biasa (Bates 2004).

4

Gambar 1 Transduser sector/curved (A) Transduser linear (B); Transduser
phased array (C) (Noviana et al. 2012).
Transduser dengan frekuensi tinggi (7.5-10 MHz) dipergunakan untuk
superficial imaging, misalnya otot, tendon, mata, jantung dan abdomen kucing,
abdomen anjing kecil (