Prediksi tak bias linier terbaik empirik dalam pendugaan area kecil: studi kasus pendugaan indeks pembangunan manusia tingkat kecamatan di kabupaten Bogor

RINGKASAN
DEDY PEBRI YUSTISIANTO PRTAMA. “Prediksi Tak Bias Linier Terbaik Empirik dalam
Pendugaan Area Kecil (Studi Kasus Pendugaan Indeks Pembangunan Manusia Tingkat
Kecamatan di Kabupaten Bogor)”. Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan LA
ODE ABDUL RAHMAN.

Pendugaan area kecil merupakan suatu metode untuk menduga parameter pada area kecil
dengan memanfaatkan informasi dari luar area, dari dalam area itu sendiri, dan dari luar survei.
Metode yang dapat digunakan dalam pendugaan area kecil adalah Prediksi Tak Bias Linier
Terbaik Empirik dalam Pendugaan Area Kecil (EBLUP). Metode EBLUP digunakan untuk
menduga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor.
Diharapkan melalui EBLUP dihasilkan dugaan yang lebih baik daripada hasil pendugaan
langsung.
Nilai dugaan langsung IPM tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor seluruhnya berada di
bawah nilai IPM Kabupaten Bogor yang dikeluarkan BPS. Hal ini disebabkan oleh perhitungan
yang berbeda. Pemilihan peubah pendukung juga kurang menggambarkan IPM sehingga peubah
yang terpilih tidak berpengaruh terhadap nilai IPM. Dapat dilihat dari nilai dugaan parameter β
yang mendekati nol. Sehingga pendugaan area kecil pada IPM tingkat kecamatan di Kabupaten
Bogor menggunakan metode EBLUP belum bisa dikatakan lebih akurat karena memiliki hasil
yang relatif sama dengan pendugaan langsung.


Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Small Area Estimation (SAE), Prediksi Tak
Bias Terbaik Linear Empirik (EBLUP)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persoalan
capaian
pembangunan
manusia telah menjadi perhatian para
penyelenggara pemerintahan. Berbagai
ukuran pembangunan manusia dibuat,
namun tidak semuanya dapat digunakan
sebagai ukuran standar yang dapat
dibandingkan antar wilayah atau antar
negara. Oleh karena itu Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran
standar pembangunan manusia yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini
dibentuk berdasarkan dimensi angka harapan
hidup, dimensi pengetahuan dan dimensi
hidup layak. Sebagian besar IPM dihitung

pada tingkat kota/kabupaten.
Pendugaan area kecil sangat dibutuhkan
untuk mendapatkan informasi-informasi
pada area kecil, misalnya pada lingkup
kabupaten/kota,
kecamatan,
bahkan
kelurahan/desa. Informasi tersebut menjadi
sangat
penting
seiring
dengan
berkembangnya era otonomi daerah di
Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai
acuan menyusun sistem perencanaan,
pemantauan dan kebijakan daerah lainnya
tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk
mengumpulkan data sendiri. Metode yang
terus dikembangkan untuk menduga statistik
area kecil adalah pendugaan area kecil.

Pendugaan secara langsung pada area
kecil akan menghasilkan nilai ragam yang
besar jika contoh yang diambil berasal dari
survei yang dirancang untuk skala
besar/nasional. Hal ini disebabkan oleh
ukuran contoh yang terambil pada area
tersebut kecil. Salah satu solusi yang
digunakan adalah melakukan pendugaan
tidak langsung dengan cara menambahkan
peubah-peubah pendukung dalam menduga
parameter. Peubah pendukung tersebut
berupa informasi dari area lain yang serupa,
survei terdahulu pada area yang sama, atau
peubah lain yang berhubungan dengan
peubah yang ingin diduga.
Pendugaan tidak langsung untuk area
kecil dalam penelitian ini diterapkan untuk
kasus pendugaan IPM tingkat kecamatan di
Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
untuk menduga IPM adalah metode Prediksi

Tak Bias Linier Terbaik Empirik (EBLUP).
Evaluasi hasil pendugaan tidak langsung
dapat diketahui dengan membandingkan
nilai MSE (Mean Squared Error) penduga
langsung dengan nilai MSE penduga tidak
langsung.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan nilai dugaan IPM tingkat
kecamatan
di
Kabupaten
Bogor
menggunakan metode Prediksi Tak Bias
Linier Terbaik Empirik (EBLUP).
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia

berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang
dapat
menggambarkan
komponenkomponen yaitu angka harapan hidup yang
mewakili bidang kesehatan, angka melek
huruf, dan rata-rata lama sekolah mengukur
capaian pembangunan di bidang pendidikan
dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang
dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran
per kapita sebagai pendekatan pendapatan
yang mewakili capaian pembangunan untuk
hidup layak. (BPS 2007)
Sebelum perhitungan IPM, setiap
komponen harus dihitung indeksnya.
Formula yang digunakan sebagai berikut :


�� =




� −�

� −�

dimana � adalah indikator komponen
pembangunan manusia ke-i, i = 1,2,3 di
kecamatan ke-j, j = 1,2,3. �
adalah nilai
minimum �
dan � � adalah nilai
maksimum � .
Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung
sebagai berikut :
IPM =

(


� �1 +

� �2 +

3

� �3 )

dimana �1 adalah Indeks Angka Harapan
Hidup, �2 adalah Indeks Pendidikan, dan
�3 adalah Indeks Standar Hidup Layak.

Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah
rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup.
AHH dihitung menggunakan pendekatan tak
langsung. Ada dua jenis data yang
digunakan dalam perhitungan AHH yaitu
Angka Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih

Hidup (AMH). Paket program Mortpack
digunakan
untuk
menghitung
AHH
berdasarkan input ALH dan AMH.
Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan
model West yang sesuai dengan histori

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persoalan
capaian
pembangunan
manusia telah menjadi perhatian para
penyelenggara pemerintahan. Berbagai
ukuran pembangunan manusia dibuat,
namun tidak semuanya dapat digunakan
sebagai ukuran standar yang dapat
dibandingkan antar wilayah atau antar

negara. Oleh karena itu Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran
standar pembangunan manusia yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini
dibentuk berdasarkan dimensi angka harapan
hidup, dimensi pengetahuan dan dimensi
hidup layak. Sebagian besar IPM dihitung
pada tingkat kota/kabupaten.
Pendugaan area kecil sangat dibutuhkan
untuk mendapatkan informasi-informasi
pada area kecil, misalnya pada lingkup
kabupaten/kota,
kecamatan,
bahkan
kelurahan/desa. Informasi tersebut menjadi
sangat
penting
seiring
dengan
berkembangnya era otonomi daerah di
Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai

acuan menyusun sistem perencanaan,
pemantauan dan kebijakan daerah lainnya
tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk
mengumpulkan data sendiri. Metode yang
terus dikembangkan untuk menduga statistik
area kecil adalah pendugaan area kecil.
Pendugaan secara langsung pada area
kecil akan menghasilkan nilai ragam yang
besar jika contoh yang diambil berasal dari
survei yang dirancang untuk skala
besar/nasional. Hal ini disebabkan oleh
ukuran contoh yang terambil pada area
tersebut kecil. Salah satu solusi yang
digunakan adalah melakukan pendugaan
tidak langsung dengan cara menambahkan
peubah-peubah pendukung dalam menduga
parameter. Peubah pendukung tersebut
berupa informasi dari area lain yang serupa,
survei terdahulu pada area yang sama, atau
peubah lain yang berhubungan dengan

peubah yang ingin diduga.
Pendugaan tidak langsung untuk area
kecil dalam penelitian ini diterapkan untuk
kasus pendugaan IPM tingkat kecamatan di
Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
untuk menduga IPM adalah metode Prediksi
Tak Bias Linier Terbaik Empirik (EBLUP).
Evaluasi hasil pendugaan tidak langsung
dapat diketahui dengan membandingkan
nilai MSE (Mean Squared Error) penduga
langsung dengan nilai MSE penduga tidak
langsung.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan nilai dugaan IPM tingkat
kecamatan
di
Kabupaten
Bogor
menggunakan metode Prediksi Tak Bias
Linier Terbaik Empirik (EBLUP).
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia
berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang
dapat
menggambarkan
komponenkomponen yaitu angka harapan hidup yang
mewakili bidang kesehatan, angka melek
huruf, dan rata-rata lama sekolah mengukur
capaian pembangunan di bidang pendidikan
dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang
dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran
per kapita sebagai pendekatan pendapatan
yang mewakili capaian pembangunan untuk
hidup layak. (BPS 2007)
Sebelum perhitungan IPM, setiap
komponen harus dihitung indeksnya.
Formula yang digunakan sebagai berikut :


�� =



� −�

� −�

dimana � adalah indikator komponen
pembangunan manusia ke-i, i = 1,2,3 di
kecamatan ke-j, j = 1,2,3. �
adalah nilai
minimum �
dan � � adalah nilai
maksimum � .
Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung
sebagai berikut :
IPM =

(

� �1 +

� �2 +

3

� �3 )

dimana �1 adalah Indeks Angka Harapan
Hidup, �2 adalah Indeks Pendidikan, dan
�3 adalah Indeks Standar Hidup Layak.

Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah
rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup.
AHH dihitung menggunakan pendekatan tak
langsung. Ada dua jenis data yang
digunakan dalam perhitungan AHH yaitu
Angka Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH). Paket program Mortpack
digunakan
untuk
menghitung
AHH
berdasarkan input ALH dan AMH.
Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan
model West yang sesuai dengan histori

kependudukan dan kondisi Indonesia dan
negara-negara
Asia
Tenggara
pada
umumnya.
Besarnya nilai maksimum dan nilai
minimum untuk masing-masing komponen
ini merupakan besaran yang telah disepakati
oleh semua negara anggota UNDP (175
negara di dunia). Pada komponen AHH,
angka tertinggi sebagai batas atas untuk
perhitungan indeks adalah 85 tahun
sedangkan angka terendahnya adalah 25
tahun. (Publikasi BPS 2007)
Tingkat Pendidikan
Untuk
mengukur
komponen
pengetahuan penduduk digunakan dua
indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan
angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah
menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke
atas dalam menjalani pendidikan formal,
sedangkan melek huruf adalah persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin dan atau
huruf lainnya. Kedua indikator tersebut
digabung setelah masing-masing diberikan
bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot
sepertiga dan angka melek huruf diberi
bobot dua pertiga.
Ada dua batasan dipakai untuk
perhitungan indeks pendidikan sesuai
kesepakatan beberapa negara. Batas
maksimum untuk angka melek huruf adalah
100, sedangkan batas minimum 0. Hal ini
menggambarkan kondisi 100 persen atau
semua masyarakat bisa membaca dan
menulis, dan nilai 0 mencerminkan kondisi
sebaliknya. Sementara batas maksimum
untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun
dan batas minimum sebesar 0 tahun. Batas
maksimum 15 tahun mengindikasikan
tingkat pendidikan maksimum setara lulus
Sekolah Menengah Atas. (BPS 2007)
Standar Hidup Layak
Tingkat
standar
hidup
layak
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang
dinikmati oleh penduduk akibat kemajuan
ekonomi. Perhitungan didekati dengan
menggunakan pengeluaran riil per kapita
yang telah disesuaikan. Perlu dilakukan
penyesuaian sebagai berikut:
1. menghitung pengeluaran per kapita setiap
kecamatan dari data modul SUSENAS
(Y).

2. menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y1),
karena diperkirakan berdasarkan studi
bahwa data dari SUSENAS lebih rendah
sekitar 20%.
3. menghitung nilai riil Y1 dengan
mendeflasi Y1 dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) (=Y2).
Y2 =

��



* 100

4. menghitung nilai daya beli- Purchasing
Power Parity (PPP) –untuk tiap daerah
yang merupakan harga suatu kelompok
barang, relatif terhadap harga kelompok
barang yang sama di daerah yang
ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta
Selatan.
�( , )

PPP =

(�, ) ( , )

dimana ( , ) adalah pengeluaran untuk
komoditi i kecamatan j, (9, ) adalah harga
komoditi i di Jakarata Selatan, dan
( , ) adalah volume komoditi i (unit) yang
dikonsumsi di kecamatan j.
5. membagi Y2 dengan PPP untuk
memperoleh nilai rupiah yang sudah
disetarakan antar daerah (=Y3).
6. mengurangi
nilai
Y3
dengan
menggunakan formula Atkinson untuk
mendapatkan estimasi daya beli (=Y4).
Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip
penurunan
manfaat
marginal
dari
pendapatan, sedangkan formula Atkinson
yang digunakan untuk menyesuaikan nilai
Y3 adalah:
*
=
, Jika