Model usaha sapi potong berbasis sumber daya lokal di kabupaten Sumedang Jawa Barat

MODEL USAHA SAPI POTONG BERBASIS SUMBER DAYA
LOKAL DI KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT

MUHAMAD FATAH WIYATNA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Usaha Sapi Potong
Berbasis Sumber Daya Lokal di Kabupaten Sumedang Jawa Barat adalah karya
saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
disertasi akhir ini.


Bogor, Februari 2012

Muhamad Fatah Wiyat na
NIM 601020071

RINGKASAN
MUHAMAD FATAH WIYATNA. Model Usaha Sapi Potong Berbasis Sumber
Daya Lokal di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Dibimbing o leh ASNATH
MARIA FUAH, EDDIE GURNADI DAN KOOSWARDHONO MUDIKDJO.

Kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang juga dikaitkan dengan
pelaksanaan otonomi daerah adalah mengembangkan daerah-daerah berpotensi
sebagai sentra produksi sapi potong. Beberapa daerah yang berpotensi dengan
prosentase populasi sapi potong dari urutan tertinggi adalah Kabupaten Ciamis
(11.33%), Tasikmalaya (10.24%), Sumedang (9.06%), Cianjur (8.93%), Subang
(6.46%), da n Purwakarta (6.38%) (Dinas Peternakan Jawa Barat 2010).
Kabupaten Sumeda ng ada lah salah satu daerah yang sangat potensial untuk
dijadikan sentra pengembangan sapi potong di Jawa Barat. Populasi sapi potong
pada tahun 2010 sebesar 32 577 ekor yang terdiri dari 11 618 ekor jantan dan

20 959 ekor betina dan tersebar pada sekitar 14 125 rumah tangga peternak
(RTP).
Beberapa permasalahan mendasar yang menentukan perkembangan sapi
potong di Kabupaten Sumedang, antara lain (a) program pengembangan sapi
potong oleh pemerintah belum berhasil optimal, (b) peternak mengalami
kesulitan dalam penyediaan pakan ternak sapi terutama pada saat musim
kemarau, (c) manajemen budidaya ternak masih tradisional.
Penelitian ini bertujuan (a) mengidentifikasi dan menganalisis potensi
sumberdaya alam dan sumber daya manusia dalam pengembangan sapi potong,
(b) mempe lajari sistem prod uks i berdasarkan pola pemeliharaan, (c) analisis
strenght, weakness, opportunity, threats (SWOT) digunakan untuk merumuskan
solusi alternatif pemecahan masalah, membuat proyeksi pengembangan, dan
menganalisis efisiensi usaha sapi potong. Penelitian ini dilaksanaka n di
Kabupaten Sumedang Jawa Barat selama 12 bulan dari bulan Mei 2008 sampai
April 2009.
Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang mempunyai potensi
pengembangan sapi potong efektif tinggi berturut-tur ut adalah Kecamatan
Buahdua de ngan nilai 7 989.20 satuan ternak (ST), Wado 6 221.9 ST, dan
Conggeang 5 904 ST, tetapi daerah tersebut ditetapkan sebagai daerah suaka
alam, resapan air menurut rencana umum tata ruang (RUTR) Kabupaten

Sumedang. Daerah yang dijadikan objek penelitian yaitu Kecamatan Ujungjaya
(3 738.26 ST) untuk pola digembalakan dan Cisitu (4 645.70 ST) untuk pola
dikandangkan. Wilayah tersebut dicanangkan sebagai sentra pengembangan
ternak sapi potong.
Strategi pengembangan sapi potong pola digembalakan, antara lain (a)
opt imalisasi sumber daya lahan hutan sebagai areal penggembalaan, ternak dan
peternak melalui pemanfaatan teknologi tepat guna dan informasi dari perguruan
tinggi, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan instansi pemerintah, (b)
meningkatkan keterampilan dan motivasi peternak melalui pelatihan manajerial
agribisnis, (c) peningkatan peran aktif stakeholders, lembaga keuangan/investor,
dan perguruan tinggi yang mendukung usaha sapi potong, (d) mengoptimalkan

kemampuan kelompok secara teknis dan manajerial. Sedangkan pada pola
dikandangkan selain rancangan pada pola digembalakan, ditamba hka n untuk
optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak, peningkatan
sarana inseminasi buatan (IB), da n opt imalisasi pemanfaatan limbah ternak untuk
meningkatkan nilai pendapatan peternak.
Hasil analisis pada pola digembalakan menunjukkan bahwa angka panen
anak (calf crop) sebesar 25%, rendahnya nilai tersebut disebabkan pengelolaan
reproduksi yang kurang optimal, jarak beranak yang cukup panjang (17.76

bulan), dan kematian anak relatif tinggi (lima persen). Kualitas pejantan yang
kurang optimal, dimana sekitar 68% pejantan berasal dari keturunan sapi loka l
setempat, sehingga terjadi inbreeding yang menyebabkan menurunnya performan
reproduksi disamping rendahnya rasio jantan : betina yaitu 1 : 25. Pada po la
dikandangkan, calf crop sebesar 30%. calving interval rata-rata 16.98 bulan
dengan tingkat kematian anak empat persen. Faktor reproduksi lainnya selain
ternak, dipengaruhi pula oleh petugas inseminator dan kualitas semen yang
tersedia. Calf crop sapi-sapi di bawah 50%, dikategorikan mempunyai
produktivitas rendah (Minish and Fox 1979).
Variabel jumlah induk, kelahiran, dan kematian berpengaruh nyata dan
masing- masing berkontribusi sebesar 0.833, 3.789, dan -40.38 satuan terhadap
populasi ternak. Sedangkan pada pola digembalakan, ko mpo nen tersebut
masing- masing 2.2, 0.79, da n
-24.7 satuan. Model persamaan tersebut
digunakan untuk memperkirakan populasi ternak pada waktu tertentu
berdasarkan koe fisien teknis yang ada, yaitu jumlah induk, tingkat kelahiran, dan
tingkat kematian anak. Daya tampung lahan digunakan untuk mengontrol
populasi melalui pengendalian jumlah penambahan induk atau dara pengganti.
Hasil analisis ekonomi sederhana untuk kedua pola pemeliharaan tersebut
(digembalakan dan dikandangkan) diperoleh nila B/C rasio masing- masing 2.42

dan 1.31. Tingginya B/C rasio pada pola digembalakan disebabkan oleh
komponen biaya pakan yang tidak diperhitungan. Sedangkan pada pola
dikandangkan cukup efisien disebabkan oleh po la integrasi pembibitan dengan
penggemukan.
Kata kunci : model, sapi potong, Kabupaten Sumedang

ABSTRACT
MUHAMAD FATAH WIYATNA. Mode l of Beef Cattle Production System
Based on Local Resources in Sumeda ng West Java. Under supervision by
ASNATH M. F UAH, EDDY GURNADI, and KOOSWARDHONO MUDIKDJO
There are strategic national issue to develop beef cattle prod uction in Indo nesia.
Sumedang is one of the region in West Java which is quite potential for cattle
development and supported by Government policy. However, the implementation
of beef cattle programs and activities were not succeeded due to several
constraints including: (a) support and coordination from government was not
optimal; (b) limited feed supp ly during dry seasons, (c) low input and
management of livestock production. The study was carried out for 12 month
from May, 2008 to April, 2009, with the main aims were to identify and analyzed
the potency of local natural resources, including human resources and livestock
production system. Based on the data obtained, SWOT (strength, weakness,

opportunity, threats) analysis was made in order to formulate the alternative
solutions and strategies for a sustainable cattle development. To assess the
efficiency of this production system mode l, a simple economic analysis was made
using all the necessary economic variables to produce a mathematic model. The
results of the study indicated that three (3) districts including Buahdua, Wado, and
Congeang were very potencial for beef cattle development with the effective
values of 7 989.20 AU, 6 221.9 AU, and 5 904.0 AU respectively, although those
regions were conside red for conservation by loc al government. There were two
(2) districts i.e. Ujungjaya with carrying capacity of 3 738.26 AU and Cisitu with
carrying capacity of 4 645.70 AU were chosen for this study. Beef cattle were
raised in two (2) different ways, i.e., grazing system in Ujungjaya, while housing
system were applied by farmers in Cisitu. Each region had specific production
characteristics as described be low: (a) for grazing system, the calf crop was
relatively low as reported as 25%, calving interval 17.76 months and mortality
was 5.0%. Inbreeding become potential prob lems in this system, since sex ratio
was too low (1 : 25). On the other hands, for housing system, the reprod uctive
characteristics were slightly different from the grazing system, such as: calf crop,
30%, calving interval,16.98 moths, and the mortality rate was 4.0%. The
contribution of each variables had significantly influences the beef cattle
population in the region. From economic point of view, the values of B/C ratio

for each production pattern was 2.42 and 1.31 for grazing and housing system
respectively, of which efficient and feasible to be considered for cattle
development in Sumedang.
Key word : model, cattle, Sumedang region.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah.
Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Karya tulis dalam bentuk apapun, tanpa izin IPB.

MODEL USAHA SAPI POTONG BERBASIS SUMBER DAYA
LOKAL DI KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT


MUHAMAD FATAH WIYATNA

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
Pada
Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup

: Prof. Dr. Ir. Muladno, M.SA.
: Prof. Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc

Penguji pada Ujian Terbuka

: Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc

: Dr.Ir. Moh Yamin, M.Agr.Sc

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Disertasi

: Model Usaha Sapi Potong Berbasis Sumber Daya Lokal di
Kabupaten Sumedang Jawa Barat

Nama

: Muhamad Fatah Wiyatna

NIM

: D061020071

Program Studi/Mayor

: Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. I r. Asnath Maria Fuah, M.S.
Ketua

Prof. (Em). Dr. R. Eddie Gurnadi, M.Sc.
Anggota

Prof. (Em).Dr. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Prod uksi da n Teknologi Peternaka n

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA.


Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 31 Januari 2012

Tanggal Lulus

UJIAN TERBUKA PROGRAM DOKTOR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Hari

: Selasa, 31 Januari 2012

Waktu

: 09.00 WIB – selesai

Tempat

: Ruang Sidang Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Judul Disertasi

: Model Usaha Model Usaha Sapi Potong Berbasis Sumberdaya
Lokal di Kabupaten Sumedang Jawa Barat

Nama

: Muhamad Fatah Wiyatna

NRP

: D061020071

Mayor

: Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Asnath M. Fuah, M.Sc.
Prof (EM). Dr. R. Eddie Gurnadi, M.Sc.
Prof (EM). Dr. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc

Penguji Luar Komisi : Prof. Dr. Toto Toharmat, M.Sc.
Prof. Dr. Yamin

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhana hu Wa Ta’ala atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
disertasi dengan judul Model Usaha Sapi Potong Berbasis Sumber Daya Loka l di
Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Penyusunan disertasi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar doktor pada Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Ir.
Asnath Maria Fuah, M.S., Prof. Em. Dr. R. Eddie Gurnadi, M.Sc., dan Prof.
Em. Dr. Koswardhono Mudikdjo, M.Sc., selaku pembimbing, juga kepada Prof.
Dr. Ir. Muladno, MSA., Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc., Dr. Ir. Idat Galih
Permana, M.Sc., Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc., selaku penguji pada Ujian
tertutup dan terbuka yang telah banyak memberi arahan dan koreksi selama
proses penyelesaian karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr., selaku Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB, Dr. Ir. Rarah Ratih Adji Maheswari, DEA., selaku Ketua
Program Studi/Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Deka n dan
seluruh Staf Dosen Fakultas Peternakan IPB, atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk bisa melanjutkan studi di IPB. Kepada Rektor Universitas
Padjadjaran (UNPAD) dan Dekan Fakultas Peternakan UNPAD yang telah
memberi kesempatan tugas belajar dan bantuan dana untuk penyelesaian studi di
IPB Bogor, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Pendididkan Nasional
(DITJEN DIKTI), atas bantuan beasiswa dana penelitian yang diberikan sehingga
penulis mampu menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana di IPB. Kepada
teman-teman satu angkatan da n diluar angka tan yang tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas dukungan moril da n do’a
bahkan bantuan materiil, selama penulis mengikuti pendidikan di IPB. Kepada
Bapak dan Ibu, Papap almarhum dan Mamah Mertua, Kakak-kakak dan Adikadik di Sumedang dan Subang beserta Keluarga Besar, hormat dan terima kasih

atas dukungan moril dan doa yang senantiasa diberikan selama ini. Akhirnya
dengan segala kerendahan hati dan hormat serta kasih, penulis persembahkan
karya ini untuk istri tercinta Inna Samsuminar yang tidak pernah berhenti dan
menyerah mendorong penulis menyelesaikan studi, serta anak-anakku Syifa,
Hamzah dan Nizar yang selalu berdo’a dan mendorong penulis dalam masa- masa
penyelesaian studi di IPB-Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2012

Muhamad Fatah Wiyatna

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang, pada tanggal 23 Oktober 1969, sebagai anak ke
dua da ri tiga be rsauda ra dari ayah T. Mulya na da n Ibu Asih Juariyah Pendidika n
sarjana ditempuh di Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Universitas Padjadjaran,
lulus tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis diterima di program Magister pada
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis memperoleh
kesempatan untuk melanjutkan ke Program Doktor pada Program Studi Ilmu Ternak
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Saat ini penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, sejak tahun 1997 dalam bidang Produksi Ternak.
Karya ilmiah berjudul “Model Usaha Sapi Potong Berbasis Sumberdaya
Lokal di Kabupaten Sumedang” akan diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Ternak Edisi 11
Januari 2012, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian Program S3 di IPB.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ….………………………………………….............

iii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………...................

v

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah . ...........................................................................
Tujuan Penelitian . ...............................................................................
Kerangka Pemikiran ………………………………………………….
Manfaat Penelitian ……………………………………………………

1
3
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Sapi Potong di Indonesia ...........................................
Sistem Produksi Usaha Sapi Potong ..................................................
Produktivitas Sapi Potong ……………………………………………
Karakteristik Produksi ....................................……………………….
Karakteristik Reproduksi .....................................................................
Kendala dan Peluang Pengembangan Sapi Potong ………………….
Strategi Pengembangan Sapi Potong …………………………………
Agribisnis dan Farming System ………………………………………
Pengelolaan Limbah ………………………………………………..
Daya Dukung Lahan …………………………………………………..
Model Pengembangan Sapi Potong ……………………………………

7
9
11
12
13
13
14
16
18
19
20

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
Metode Pengumpulan Data ................................................................
Prosedur Penelitian ................................................................................
Analisis Data …………………………………………………………..
Analisis Model Usaha Ternak Sapi Potong ............................................

23
23
24
25
28

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah ………….....................................................
− Sistem Penggunaan Lahan ……………………………………...
Potensi Sumberdaya Peternakan …………………………………
− Peternakan Secara Umum ……………………………………
− Ternak Sapi Potong ……………………..……………………..
ii

30
33
34
35
36



Program Pemerintah dalam Pengembangan Sapi Potong……

Pola Pemeliharaan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang ……………
Pola Digembalakan ………………………………………………..
− Karakteristik Wilayah ………...…………….………………...
− Karakteristik Reproduksi ………......…….................…..........
− Karakteristik Produksi ………………........................…...........
Pola Dikandangkan …………………………………......................
− Karakteristik Wilayah ……..…………….................................
− Karakteristik Reproduksi ………....………...............................
− Karakteristik Produksi ………………..…...................................
Karakteristik Peternak Sapi …………………………………...................
Kapasitas Tampung Ternak ……………………………..........................
Analisis SWOT Peternaka n Sapi Potong di Sumedang ……...................
− Identifikasi Faktor Internal- Eksternal Pola Penggembalaan…...
− Alternatif Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten
Sumedang......................................................................................
− Identifikasi Faktor Internal- Eksternal Pola Dikandangkan ..........
− Alternatif Strategi Pengemba ngan Sapi Potong di Kabupaten
Sumedang..................................................................................
Proyeksi Pengembangan Populasi Sapi Potong ………………………...
Pola Digembalakan …………………………………………...........
Pola Dikandangkan ………………………………………......….....
Analisis Ekonomi ....................................................................................
Strategi Penyediaan Pakan ..............................................................
Jenis Hijauan ..................................................................................
Agribisnis Peternakan Ramah Lingkungan ....................................

38
39
39
39
40
42
44
44
45
46
47
48
50
51
53
57
60
64
64
68
72
73
74
77

PEMBAHASAN UMUM ..........................................................................

80

SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….......

84

DAFTAR PUSTAKA……………………..........................………...........

85

LAMPIRAN ................................................................................................

86

iii

DAFTAR TABEL

1

Halaman
Populasi ternak sapi potong di Indonesia tahun 2002-2010 ………….. ……. 7

2

Perkembangan populasi sapi potong di Jawa Barat tahun 2004-2008 ………. 9

3

Bobot hidup Sapi Madura, Sapi Bali, da n Sapi PO/SO menurut umur
dan jenis kelamin (kg) ………………………………………………………. 12

4

Karakteristik reproduksi sapi-sapi lokal di Indonesia …………………......... 13

5

Luas wilayah Kabupaten Sumeda ng berdasarkan kelompok ketinggian
tempat di atas permukaan laut (DPL) ............................................................. 30

6

Komposisi pendud uk berdasarkan kelompok umur …………......………….

32

7

Luas da n jenis penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang ..........................

33

8

Penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang tahun 2005-2009................... 34

9

Jumlah populasi ternak ruminansia di Kabupaten Sumedang ………........

36

10 Populasi sapi potong berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Sumedang
tahun 2000-2009 …………………………………………………….…

36

11 Jumlah petani yang menerapkan system pemeliharaan sapi
berdasarka n tujuan usaha…………………………………………………

37

12 Karakteristik usaha pe ternaka n po la digemba lakan .....................................

40

13 Populasi sapi potong di Kecamatan Ujungjaya berdasarkan struktur
umur reproduksi…………………………………………………………..

41

14 Karakteristik reproduksi dan produktivitas anak sapi potong
di Kecamatan Ujungjaya ………………………………………………..

41

15 Bobot tubuh rata-rata sapi potong pada berbagai tingkat umur
dan jenis kelamin di Kecamatan Ujungjaya……………………………….

43

16 Karakteristik wilayah dan populasi ternak di Kecamatan Cisitu ……………. 44
17 Populasi ternak sapi potong berdasarkan struktur umur
dan jenis kelamin fase reproduksi di Kecamatan Cisitu ……….…………... 47
18 Karakteristik reproduksi sapi potong ……………………………………….. 46
19 Rata-rata bobot sapi potong berdasarkan umur da n jenis kelamin ……….… 47
20 Kapasitas peningkatan ternak ruminansia pada tiap kecamatan di Kabupaten
Sumedang ....................................................................................................
49
21 Proyeksi pengembangan sapi potong pola digembalakan ………………..

65

22 Koefisien teknis proyeksi pengembangan pola digembalakan ...................

66

23 Proyeksi pengembangan sapi potong pola dikandangkan ………………..
iii

69

24 Koefisien teknis sapi potong pola dikandangkan .......................................

70

25 Pola tanam dan ketersediaan limbah pertanian sebagai hijauan pakan
berdasarkan musim tanam ..........................................................................

75

26 Jenis hijauan pakan yang diberikan pada ternak ........................................

76

iv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Diagram alir penelitian ……………………………………………………

5

2

Bagan alir sistem produksi sapi potong menurut Leave (1989) .....................

11

3

Konsep pengembangan sistem produksi ternak (Wilson 1998)....................... 15

4

Sistem agribisnis (Saragih 1998)…………………………………………….. 17

5

Sistem usaha tani berkelanjutan (Devendra da n Chantalakhana 1992) ……

18

6

Grafik Jumlah curah hujan selama tahun 2009 (BPS 2010) ...........................

31

7

Grafik peruba han luas lahan garapan da n hutan (ha) ....................................... 35

8

Pola tanam tumpangsari……………………………………………………… 73

9

Hijauan pakan yang berasal dari hutan, seperti cebreng, kaliandra…………

74

10 Konsep agribisnis peternakan ramah lingkungan …………………………… 79

v

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Peta Kabupaten Sumedang ...............................................…………

89

2

Komposisi hijauan pakan ………………………………………….

90

3

Rumusan strategi pengembangan sapi potong pola digembalakan ….

91

4

Rumusan strategi pengembangan sapi potong pola dikandangkan......

92

5

Daftar kuisioner peternak ………………………………………..

93

6

Analisis ekonomi proyeksi pengembangan sapi potong
pola digembalakan …………………..…………………………….

101

Analisis ekonomi proyeksi pengembangan sapi potong
pola dikandangka n …………………..…………………………….

102

7

vi

PENDAHULUAN
Latar belakang

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber
daya manusia dan alam yang sangat potensial dalam menunja ng pembangunan
ekonomi serta mempunyai faktor daya saing komparatif yang sangat kuat. Salah
satu subsektor yang dijadikan program unggulan pemerintah adalah peternakan.
Subsektor peternakan mempunyai potensi dan pe luang ya ng cukup besar untuk
dikembangkan karena didukung oleh kondisi agroklimat yang cocok untuk
berbagai komoditas ternak, sumber daya manusia, tersedianya sarana dan
prasarana penunjang yang tersebar hamper di setiap kabupaten/kota, adanya
lembaga pendukung seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, perbankan,
organisasi profesi, dan perusahaan peternakan, serta potensi pasar yang besar
termasuk di dalamnya adalah peluang ekspor bagi komoditas peternakan.
Kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dikaitkan dengan
pelaksanaan Otonomi Daerah adalah mengembangkan daerah-daerah berpotensi
sebagai sentra produksi sapi potong. Beberapa daerah yang berpotensi dengan
persentase populasi sapi potong dari urutan tertinggi adalah Kabupaten Ciamis
(11.33%), Tasikmalaya (10.24%), Sumedang (9.06%), Cianj ur (8.93%), Subang
(6.46%), Purwakarta (6.38%). (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2010).
Data pop ulasi tersebut mencakup usaha pe ternaka n rakyat da n perusahaan yang
bergerak di bidang usaha pembibitan (breeding), pembesaran (rearing), dan
penggemukan (feedlot). Sebaran lokasi yang jauh dari konsumen umumnya
berorientasi pada kegiatan perbibitan dan pembesaran. Hal ini terutama didukung
oleh kondisi ketersediaan sumber daya alam sebagai sarana produksi yang
menyebabkan rendahnya biaya produksi. Sedangkan di wilayah-wilayah yang
mendekati pusat pasar (konsumen), seperti Kabupaten Bandung, Sumedang,
Purwakarta, Bekasi, dan Kabupaten Bogor, usaha peternakan sapi potong
berkembang ke arah usaha penggemukan (feedlot).
Kabupaten Sumedang adalah salah satu daerah yang sangat potensial
untuk dijadikan sentra pengembangan sapi potong di Jawa Barat. Populasi sapi

2
potong pada tahun 2010 sebesar 32 577 ekor yang terdiri dari 11 275 ekor jantan
dan 18 305 ekor betina dan tersebar pada sekitar 14 125 Rumah Tangga Peternak
(RTP). Potensi pengembangan ternak ruminansia efektif sebesar 114 000 Satuan
Ternak (ST) dan kebiasaan masyarakat secara turun menurun memelihara ternak
sapi merupakan kekuatan yang besar untuk pengembangan ternak sapi potong di
daerah ini. Agribisnis sapi potong merupakan prioritas dalam mengembangkan
komoditas unggulan setelah tanaman pangan (Wiyatna 2008).
Pada tingkat peternak, ciri-ciri sistem pemeliharaan sapi potong yang
masih tradisional, bersifat usaha sambilan, jumlah kepemilikan rendah, dan
pemberian pakan seadanya tanpa memperhatikan kebutuhan ternak merupakan
faktor- faktor yang turut menghambat perkembangan sapi potong di Kabupaten
Sumedang. Disamping itu tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak dalam
manajemen pemeliharaan sapi potong yang renda h juga merupakan penghambat
dalam penerapan teknologi usaha pengembangan sapi potong di daerah ini.
Pemeliharaan sapi-sapi betina

induk

dianggap

peternak

kurang

menguntungkan karena jangka waktu yang cukup lama unt uk mendapatka n hasil
usaha yaitu anak sapi yang dihasilka n. Kegagalan reprod uks i yang sering terjadi
akan merugikan peternak dengan bertambahnya jarak beranak (calving interval),
sedangkan peternak membutuhkan biaya rutin untuk pemeliharaan sapi tersebut.
Pada akhirnya sering terjadi penjualan ternak sapi pinjaman oleh peternak dengan
alasan kebutuhan yang mendesak. Dengan demikian pemerintah perlu mengkaji
kembali paket bantuan ternak sehingga ternak sapi tersebut tidak menjadi
tambahan beban keluarga, bahkan sebaliknya dapat menunjang pemenuhan
kebutuhan peternak.
Dalam hal ketersediaan pakan, umumnya peternak sapi potong di
beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang mengalami kesulitan
mendapatkan pakan terutama pada saat musim kemarau. Kondisi ini nyata terlihat
pada wilayah yang padat ternak ruminansia seperti kecamatan Tanjungsari dan
Pamulihan sebagai sentra sapi perah. Peternak akan mencari sumber-sumber
pakan ke wilayah lain seperti Bandung dan Garut secara berkelompok
menggunakan kendaraan roda empat. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya

3
konsumsi pakan dan lebih jauh menyebabkan produktivitas ternak menjadi
rendah (Sudaryanto 2006).
Kajian penelitian terhadap potensi dan strategi yang dapat memperbaiki
kondisi peternaka n di Kabupaten Sumedang masih terbatas, sehingga kerjasama
pihak perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi
peternakan ini sangat diharapkan terwujud. Harapan kerjasama tersebut dapat
meningkatkan pendapatan peternak dan pemerintah setempat.

Perumusan Masalah
Beberapa permasalahan mendasar yang dapat dirumuskan dan dinilai
menentukan terhadap perkembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang, antara
lain :
1)

Pengetahuan dan keterampilan peternak dalam manajemen usaha sapi potong
masih rendah.

2)

Peternak mengalami kesulitan dalam penyediaan pakan hijauan secara cukup
sepanjang tahun, terutama pada saat musim kemarau.

3)

Kelembagaan di tingkat petani ternak belum berkembang kearah usaha yang
professional yang dapat meningkatkan pendapatan usaha peternakan.

4)

Penelitian mengenai potensi wilayah Kabupaten Sumedang masih terbatas,
termasuk kurangnya penerapan teknologi aplikasi dalam kegiatan budidaya
ternak sapi potong.

Tujuan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini bertujuan :
1.

Mengidentifikasi dan menganalisis po tensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia dalam pengembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang.

2.

Mempelajari sistem produksi berdasarkan pola pemeliharaan sapi potong di
Kabupaten Sumedang, dan melakukan analisis SWOT, serta merumuskan
solusi alternatif pemecahan masalah pengembangan sapi potong di
Kabupaten Sumedang.

4
3.

Membuat proyeksi pengembangan sapi potong dalam kurun waktu lima
tahun kedepan dengan menggunakan asumsi-asumsi koe fisien teknis.

4.

Merancang model usaha peternakan sapi potong berbasis sumber daya loka l
dan pendekatan agribisnis di Kabupaten Sumedang.

Kerangka Pe mikiran
Dalam merencanakan pengembangan ternak di suatu daerah, kondisi yang
terlebih dahulu perlu dianalisis adalah potensi sumber daya yang tersedia, yang
mencakup ketersediaan lahan da n paka n, tenaga ke rja, dan potensi ternak yang
akan dikembangkan. Sistem produksi ternak merupakan suatu tranformasi dari
input yang tersedia menjadi output. Untuk dapat mengembangkan sistem
produksi secara efisien diperlukan suatu keahlian manajemen dalam menekan
resiko yang merugikan unt uk mencapa i tujuan. Identifikasi potensi dan sumber
daya yang tersedia dengan cara menganalisis semua faktor yang berkaitan dengan
usaha sapi potong yang menyangkut kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman
pada suatu daerah perlu dilakukan untuk merumuskan strategi pengembangan
usaha sapi po tong sesuai de ngan kebutuhan masyaraka t.
Beberapa pola yang dapat diterapkan sebagai alternatif solusi adalah (1)
Menyertakan pola usaha penggemukan dalam paket pemberian bantuan ternak
sapi potong, (2) Pemerintah memfasilitasi penyediaan pakan hijauan da n
konsentrat yang diperlukan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan, (3)
Menyertakan sistem pengelolaan limbah ternak yang dapat memberikan manfaat
langsung mengurangi permasalahan peternak misalnya menjadi sumber energi
(biogas) da n pupuk or ganik yang dibutuhkan dalam kegiatan tanaman pangan.
(Sutanto 2002).
Oleh ka rena itu dengan mengidentifikasi dan menghitung potensi wilayah,
hasil analisis SWOT terhadap kondisi peternakan di Kabupaten Sumedang, dapat
dirumuskan strategi pengembangan usaha peternakan sapi potong yang efekt if
dan efisien. Untuk itu diperlukan berbagai data dan informasi yang mendukung
meliputi data teknis, non teknis, produksi dan manajemen serta kelembagaan

5
yang ada di tingkat petani. Di samping itu berbagai pola dan penerapan usaha
yang saat ini dilakukan peternak akan dipelajari dan merupakan data pendukung
dalam mengembangkan model yang tepat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapka n dapat menjadi :
1.

Sumber informasi bagi pemangku kebijakan dalam program pengembangan
sapi potong di Kabupaten Sumedang pada daerah lain yang memiliki
karakteristik hampir sama.

2.

Teknologi yang diintroduksi dalam peternakan sapi potong tersebut dapat
diterapkan oleh peternak dan dirasakan manfaatnya secara berkelanjutan.

3.

Penerapan model usaha sapi potong di tingkat peternak dapat meningkatkan
produktivitas ternak dan pendapatan peternak.

Metode dan pendekatan yang dilakukan adalah melalui beberapa tahapan berbasis
input, proses, dan luaran sebagaimana yang disajikan pada Gambar 1.
Pengembangan usaha
sapi potong

• Identifikasi potensi saat ini
• Ketersediaan sumber daya dan
permasalahan



Analisis potensi
- Kapasitas tampung lahan
- SWOT
- Persepsi
• Solusi alternatif
Sumber daya lahan
Sumber daya
i

Sumber daya ternak
Strategi
pengembangan
perumusan model

Penerapan teknologi
pakan dan pengolahan
limbah

• Meningkatnya produktivitas ternak
• Meningkatnya pendapatan peternak

Gambar 1 Diagram alir penelitian

6
Berdasarkan data dan hasil analisis berbagai komponen diperoleh informasi
tentang

pola

pemeliharaan sapi

potong

yang

dilaksanaka n saat

ini.

Pengembangan model yang efektif dan efisien bertujuan meningkatkan
produktivitas ternak dan pendapatan peternak. Data yang diperoleh dianalisis
untuk menentukan suatu model yang efisien, aplikatif, dan menguntungkan.
Disamping itu komponen-komponen mode l yang ditentukan harus memiliki
kapasitas penentu keberlanjutan usaha pada kawasan dimaksud, sehingga
berdampak terhadap eko nomi wilayah. Gambar 1 menunjukkan kerangka acuan
penelitian ini.

Dalam mengembangkan suatu kawasan, maka terlebih dahulu

harus melakukan ide ntifikasi pot ensi wilaya h dan po la usaha yang ada, hasil
tersebut digunakan untuk

menentukan strategi pengembangan terhadap

komponen model seperti ternak, manusia, lahan, serta teknologi. Model yang
dibentuk harus dapa t diaplikasikan secara berkelanjutan untuk meningkatkan
produktivitas ternak dan meningkatkan pendapatan peternak.

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembanga n Sapi Potong di Indonesia
Sapi potong merupakan penyuplai terbesar daging dari ternak jenis
ruminansia bagi masyarakat Indonesia. Secara proporsional 69 % daging ternak
ruminansia dihasilkan oleh sapi, kemudian domba 12 %, kambing 11%, dan
kerbau 8 persen (Ditjen Peternakan

2010).

Data pop ulasi ternak sapi di

Indonesia dalam sembilan tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabe l 1 Populasi ternak sapi potong di Indonesia dari tahun 2002 – 2010
No

Tahun

1
2002
2
2003
3
2004
4
2005
5
2006
6
2007
7
2008
8
2009
9
2010
Rataan

Populasi
(ekor)
11 297 625
10 504 128
10 532 889
10 569 312
10 875 125
11 514 871
12 256 604
12 760 000
13 358 000

Perubahan populasi
(%)
-7.02
0.27
0.35
2.89
5.88
6.44
4.10
6.44
2.42

Sumber : Ditjen Peternakan (2010)
Upa ya untuk memenuhi kebutuhan daging, dilakukan impor sapi potong
pada tahun 2008, impor sapi bakalan mencapai 570 000 ekor, sapi bibit 1 300
ekor, dan daging 45 708.5 ton (Ditjen Peternakan 2009). Salah satu penyebab
menurunnya populasi ternak adalah menurunnya daya dukung lahan untuk usaha
ternak karena konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian sehingga
ketersediaan pakan terbatas (Haryanto

2004). Disamping faktor pakan,

manajemen reproduksi yang belum efisien da n jumlah pe motongan yang tidak
terkontrol juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap penurunan
kuantitas dan kualitas sapi potong yang ada (Tawaf dan Kuswaryan 2006).
Pemerintah melalui Direktorat jendral Peternakan telah menetapkan
Program Kecukupa n Daging 2010 (PKD 2010), sebelumnya bernama Program

8
Swa-Sembada Daging, mengacu kepada salah satu program Departemen
Pertanian yaitu Program Ketahanan Pangan. Dalam PKD 2010, diharapkan
produksi dalam negeri mampu memberikan konrtribusi kecukupan daging
sebesar 90-95 persen dan sisanya 5-10 persen dari impor (Tawaf dan Kuswaryan
2006). Pada tahun 2005 pemerintah telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang melibatkan unsur- unsur pe merintah,
dunia usaha, perguruan tinggi, professional, LSM, dan masyarakat untuk : (1)
meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan, (2) menciptakan
kesempatan usaha dan kerja baru, (3) membangun ketahanan pangan dan
kebutuhan pokok lain, (4) meningkatkan daya saing, (5) melestarikan lingkungan,
dan (6) membangun daerah (Krisnamurti 2006).
Pemerintah menetapkan program Percepatan Pencapaian Swa-Sembada
Daging Sapi 2010, melalui tujuh langkah operasional yakni ; (1) optimalisasi
akseptor dan kelahiran melalui Inseminasi buatan (IB) dan kawin alam; (2)
pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) dan pengendalian pemotongan sapi
betina produktif; (3) perbaikan mutu dan penyediaan bibit; (4) penanganan
gangguan reproduksi dan kesehatan hewan; (5) intensifikasi kawin alam; (6)
pengembangan pakan local, serta (7) pengembangan SDM dan Kelembagaan.
Pelaksanaan P2SDS difokuskan di 18 provinsi yang dikelompokkan dalam tiga
daerah prioritas berdasarkan potensi sumberdaya (lahan, ternak, SDM, teknologi,
sarana pendukung, pola budidaya, dan pasar) yaitu : (1) daerah prioritas IB yaitu
propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali; (2)
daerah campuran IB dan kawin alam yaitu Propinsi NAD, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Gorontalo; (3) daerah prioritas Kawin Alam
yaitu propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengggara.
Program-program pada intinya bertujuan meningkatkan produksi daging dalam
negeri untuk mengatasi kesenjangan antara demand da n suplai (Tawaf dan
Kuswaryan 2006).
Di Jawa Barat, peningkatan populasi sapi selama lima tahun (2004-2008)
berkisar antara 1-9 % dengan rata-rata 6.2 % (Tabel 2). Jumlah pemotongan yang
cukup tinggi mengakibatkan kondisi populasi sapi bervariasi dengan sedikit
penurunan selama periode tersebut.

9
Tabe l 2 Perkembangan populasi sapi potong di Jawa Barat tahun 2004-2008
No

Tahun

Populasi
Kenaikan/
Pemotongan
(ekor)
Penurunan (%)
(ekor)
1
2004
232 949
282 353
2
2005
234 840
0.81%
256 981
3
2006
254 243
8.26%
273 163
4
2007
272 264
7.09%
270 569
5
2008
295 554
8.55%
270 569
Rataan
257 970
6.18%
270 727
Sumber : Diolah dari Dinas Peternakan Jawa Barat 2010

Kenaikan/
penurunan (%)
-0.090
0.063
-0.009
0.000
-0.009

Penyebabnya antara lain adalah jumlah sapi potong yang masuk sebagai bibit
cukup tinggi dan pada kondisi lain pemotongan sapi cenderung mengalami
penuruna n yaitu rata-rata 0.009 persen per tahun (BPS 2009)
Sistem Produksi Usaha Sapi Potong
Sistem produksi sapi potong umumnya dikelompokkan menjadi dua po la
berdasarkan pemeliharaan yaitu (1) pola pembibitan dan perbesaran dan (2) pola
penggemukan. Sebagaian besar peternakan rakyat di Indonesia termasuk ke
dalam kategori pola pembibitan dan perbesaran. Kedua pola peternakan rakyat ini
umumnya menerapkan sistem pemeliharaan tradisional dengan memanfaatkan
sumberdaya manusia dan pakan yang tersedia (Preston and Leng 1987).
Pemeliharaan ternak sapi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam sistem usaha tani tradisional, sehingga ternak sapi merupakan salah satu
sumber pendapatan bagi petani dan sekaligus sebagai tabungan yang dapat
digunakan jika diperlukan, seseorang yang terlibat dalam aktivitas usaha ternak
akan mendapat insentif sebagai ke untungan da ri usaha ternaknya de ngan cara :
(1) memanfaatkan lahan yang tidak tergarap, (2) memanfaatkan hasil ikutan
limbah pertanian yang tidak bernilai menjadi lebih bernilai (daging/kerja), (3)
membantu kebutuhan protein hewani keluarga, (4) memanfatkan ternak sebagai
sumber tenaga kerja, dan (5) meningkatkan serta memperbaiki kesuburan tanah
(Dasuki 1981).
Tujuan usaha pe meliharaan ternak sapi antara lain adalah menambah
pendapatan bagi petani penerimaan usaha tani keseluruhan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha tani ternak,

yaitu ; (1) skala kepemilikan

ternak, (2) kombinasi cabang usaha, (3) Umur dan pengetahuan petani, dan (4)

10
efisiensi usaha (Dasuki 1981). Pengertian efisiensi yaitu kemampuan
seseorang/ individu

untuk

melakuka n atau

menghasilka n sesuatu tanpa

pemborosan waktu, tenaga, biaya dan sebagainya (Arifin 1986).
Menurut laporan Wiyatna (2002), sebagian besar usaha peternakan sapi di
Kabupaten Sumedang dilakukan secara tradisional, jumlah kepemilikan kecil (1-3
ekor), seba gai usaha sambilan sehingga kontribusi terhadap pendapatan yang
berasal dari usaha tani relatif kecil. Apabila faktor- faktor pendukung efisiensi
dipertimbangkan, usaha sapi potong di wilayah ini memiliki keunggulan
dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Santosa et al. (2000) melaporkan
bahwa pendapatan usaha dari pemeliharaan sapi potong di wilayah Kabupaten
Sumedang lebih besar dibandingkan Kabupaten Subang dan Ciamis. Dengan
kepemilikan sekitar 1.7 ST sapi potong tiap keluarga
menghasilkan penerimaan bersih sebesar

peternak

dapat

Rp 599 223.26/ST/tahun. Hal ini

disebabkan besarnya ketersediaan hijauan sehingga dapat menekan biaya pakan
dan tenaga kerja. Dengan demikian usaha ternak sapi potong di Kabupaten
Sumedang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan wilayah Utara
(Kabupa ten Subang) da n wilayah selatan (Kabupaten Ciamis). Pendapatan
tersebut akan lebih besar jika skala kepemilikan ternak dan manajemen usaha
ditingkatkan sehingga efisiensi usaha lebih tinggi.
Secara sederhana, sistem produksi sapi potong melibatkan ternak, tanaman,
dan tanah yang saling berinteraksi dengan manusia serta lingkungannya dapat
dilihat pada Gambar 2. Sistem produksi sapi potong dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, sosial, dan lingkungan, hal ini akan mempengaruhi tingkat input yang
digunakan dalam produksi sapi potong dan akhirnya mempengaruhi tingkat
output yang dihasilka n.

11

Ekonomi

Input

Sosial

Lingkungan

Sistem Produksi
Sapi Potong

Out Put

Sistem produksi
usaha tani lain

Gambar 2 Arah alir sistem produksi sapi potong menurut Leaver (1989)
Pada kondisi yang sama sistem produksi sapi potong juga dipengaruhi
oleh sistem usaha tani lain, sehingga aloka si input produksi dipengaruhi oleh
input usaha tani lain dan sebaliknya sistem usaha tani lain dipengaruhi sistem
produksi sapi potong (Leaver 1989).

Produktivitas Sapi Potong
Ditinjau dari dinamika populasi, produktivitas ternak diartikan sebagai
perkembangan populasi ternak dalam periode waktu tertentu (umumnya satu
tahun) dan sering dinyatakan dalam persen (%), apabila dibandingkan dengan
populasi ternak secara keseluruhan (Basuki 1998). Produktivitas ternak sapi

dapat dinilai melalui dua indikator, pertama, performan produksi diantaranya
penampilan bobot hidup dan pertambahan bobot badan; kedua, performan
reproduksi diantaranya produksi anak (calf crop) dalam satu tahun. Calf crop
adalah angka yang menggambarkan jumlah anak lepas sapih yang diproduksi
dalam satu tahun terhadap jumlah induk dalam persen. Calf crop dipengaruhi
oleh jumlah anak sekelahiran, presentase induk yang melahirkan dalam total
populasi induk, persentase kematian (mortalitas) pada saat anak belum
disapih, dan jarak beranak. Jarak kelahiran dipengaruhi oleh lama kebuntingan
dan jarak antara melahirkan dan perkawinan berikutnya (service period).

12

Service period dipengaruhi oleh keterampilan peternak dalam mengawinkan
ternak yang ditunjukan oleh besarnya angka service per conception dan waktu
menyusui (Fraser 1979).
Karakteristik Produksi
Pertumbuhan seekor ternak diartikan sebagai pertambahan bobot tubuh per
satuan waktu, meliputi perubahan ukuran otot daging, tulang, dan organ-organ
internal lainnya. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh bangsa ternak, jenis
kelamin, jumlah dan kualitas pakan serta fisiologi lingkungan ternak (Soeparno
1998). Bobot hidup beberapa jenis sapi berdasarkan umur dan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabe l 3

Bobot hidup Sapi Madura, Sapi Bali, dan sapi PO/SO menurut umur
dan jenis kelamin (kg)
Uraian

Bobot lahir
- Jantan
- Betina
Bobot 1 tahun
- Jantan
- Betina
Bobot umur 2 tahun
- Jantan
- Betina
Bobot umur 3 tahun
- Jantan
- Betina
Dewasa
- Jantan
- Betina
Sumber : Hutasoit, 1974.

Madura

Bali

PO

14
14

16
16

20
20

90
70

110
90

120
90

180
130

220
170

230
180

250
180

320
240

330
250

300 – 305
180 – 220

400 – 554
300

400 – 550
300 – 408

Bobot hidup umumnya digunakan sebagai indikator pertumbuhan seekor
ternak. Bobot hidup sapi-sapi lokal menurut jenis kelamin pada berbagai tingkat
umur dari beberapa laporan penelitian disajikan pada Tabel 3.
Perbedaan laju pertumbuhan antar bangsa dan individu ternak di dalam
suatu bangsa disebabkan oleh perbeda an ukuran tubuh de wasa, bangsa ternak
yang besar akan lahir lebih berat, tumbuh lebih cepat dan bobot tubuh lebih berat
saat mencapai kedewasaan dari pada bangsa ternak yang kecil (Tulloh 1978).

13

Karakteristik Reproduksi.
Kemampuan reproduksi seekor ternak akan berpengaruh terhadap
penampilan produksi dari ternak tersebut, terutama mengenai jumlah anak yang
dilahirkan. Terdapat empat hal yang menjadi kendala reproduksi ternak sapi
potong, yaitu; (1) lama bunting yang panjang, (2) panjangnya interval dari lahir
sampai estrus pertama, (3) tingkat konsepsi rendah, (4) kematian anak sampai
umur sapih yang tinggi (Toelihere 1983). Perbedaan penampilan reproduksi
bangsa ternak bias dipengaruhi oleh keragaman lingkungan yang meliputi
keragaman genetik, ketersediaan nutrisi, dan tatalaksana reproduksi. Aktivitas
reproduksi dan jarak beranak, 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik dan
lingkungan, mencakup tatalaksana pakan dan kesehatan. Karakteristik reproduksi
sapi-sapi lokal di Indonesia yang dilaporkan beberapa peneliti dapat dilihat pada
Tabe l 4.

Tabe l 4

Karakteristik reproduksi sapi-sapi lokal di Indonesia
Uraian

Madura

Fertilitas
+
Umur pubertas (bln)
24-30
Umur beranak pertama, (th)
3–4
S/C
1.7 – 2
Lama kebuntinga n (hari)
270
Jarak beranak (hari)
420
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (1977).

Bali

PO/SO

+++
18-24
2.3
1.2 – 1.8
270 – 300
330-550

++
20-24
3.4
1.3
289
526

Kendala dan Peluang Penge mbanga n Sapi Potong
Pengemba ngan sapi po tong di suatu wilayah, secara umum harus
memperhatikan tiga faktor, yaitu pertimbangan teknis, sosial dan ekonomis.
Pertimbangan teknis
berkesinambungan,

mengarah pada kesesuaian pada sistem produksi yang
ditunjang

oleh

ke mampuan

manusia,

dan

ko ndisi

agroekologis. Pertimbangan sosial mempunyai arti bahwa eksistensi ternak di
suatu daerah dapat diterima oleh sistem sosial masyarakat dalam arti tidak
menimbulkan konflik sosial. Pertimbangan ekonomis mengandung arti bahwa

14
ternak yang dipelihara harus menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian
daerah dan bagi peternak yang memelihara (Santosa 1997). Disamping ketiga
faktor tersebut terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
peternakan antara lain: infrastruktur, keterpaduan dan koordinasi lintas sektoral,
perkembangan penduduk serta kebijakan pengembangan wilayah atau kebijakan
pusat da n daerah. (Saragih 2001).
Dalam pembangunan peternakan nasional, peternakan rakyat ternyata
masih memegang peranan sebagai aset terbesar, tetapi sampai saat ini tipologinya
masih bersifat sambilan (tradisional) yang dibatasi oleh skala usaha kecil,
teknologi sederhana, dan produknya berkualitas rendah (Soehadji 1995). Sudrajat
(2003)

menyatakan

bahwa

beberapa

kendala

yang

dijumpai

dalam

pengembangan sapi potong adalah : (1) Penyempitan lahan pangonan, (2)
Kualitas sumberdaya manusia rendah, (3) produktivitas ternak rendah, (4) Akses
ke pemodal sulit, (5) Koordinasi lintas sektoral belum kondusif, dan (5)
Penggunaan teknologi masih rendah.

Strategi Penge mbanga n Sapi Potong
Sejak dikeluarkannya UU No. 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang, maka
semua kegiatan pembangunan yang menggunakan,

memanfaatkan, dan

mengelola sumberdaya alam yang berada di darat, laut dan udara harus
menyesuaikan de ngan rencana pe nataan ruang, seba gai suatu strategi nasional
dalam memanfaatkan, menggunakan kekayaan sumberdaya alam dan mendorong
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara nasional dan
berkelanjutan.
Pengembangan sapi potong merupakan upaya untuk meningkatkan
produksi ternak secara kuantitas maupun kualitas, meningkatkan kecernaan bahan
pakan, membangun sistem agribisnis peternakan, mengembangkan penggunaan
sumberdaya yang tersedia, dan meningkatkan nilai tambah dan pendapatan bagi
peternak sebagai pengelola usaha peternakan tersebut (Gurnadi 1998).

15

Sumber input :
• Lahan
• Iklim
• Tenaga Kerja
• Modal





TRANSFORMASI
Keahlian manajamen
o Kerugian
o Rekording
o Intervensi
o Tujuan pe ternak
Stabilitas & keberlanjutan

Standar
Produksi

Output
Gambar 3 Konsep pengembangan sistem produksi ternak (Wilson 1998)
Program perencanaan pengembangan ternak pada suatu daerah, perlu
dianalisis po tensi sumberda ya yang tersedia, yang mencakup ke tersediaan lahan
dan pakan, tenaga kerja, dan potensi ternak yang akan dikembangkan. Sistem
produksi ternak merupakan suatu tranformasi dari input yang tersedia menjadi
out put. Untuk dapat mengembangkan sistem produksi secara efisien diperlukan
suatu keahlian manajemen dalam menekan resiko yang merugikan untuk
mencapai tujuan. Identifikasi potensi dan sumberdaya yang tersedia dengan cara
menganalisis semua faktor yang berkaitan dengan usaha sapi potong yang
menyangkut kelemahan, kekuatan, peluang dan tantangan pada suatu daerah
perlu dilakukan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha sapi potong
sesuai de ngan kebutuhan masyaraka t (Wahyono dan Hardianto 2004).

16
Tujuan pengembangan peternakan sapi potong antara

lain (1)

menin