Studi pengembangan ruang terbuka hijau dengan pendekatan konsep kota hijau di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan

STUDI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN

JAMILAH HAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Studi Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Konsep Kota Hijau di Kota Kandangan,
Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013
Jamilah Hayati
NRP A156120334

RINGKASAN
JAMILAH HAYATI. Studi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dengan
Pendekatan Konsep Kota Hijau di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh SANTUN RISMA PANDAPOTAN SITORUS dan SITI
NURISJAH.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian penting dalam penataan
ruang kota karena berperan sebagai penyeimbang ekosistem kota. Konversi lahan
hijau menjadi lahan terbangun karena pertumbuhan kota yang tidak terkendali
menimbulkan perubahan iklim dan berkurangnya kenyamanan. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah memberlakukan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang mewajibkan setiap daerah menyediakan RTH seluas 30%
dari wilayahnya. Kementerian Pekerjaan Umum mengembangkan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) untuk mendukung pelaksanaan mandat UU
tersebut.

Kota Kandangan merupakan kota yang sedang bertumbuh dan giat
membangun infrastruktur fisik. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah lahan
terbangun dari 9,54% menjadi 16,74% pada periode 2008
2010. Hal ini
cenderung diikuti oleh berkurangnya kenyamanan thermal akibat kenaikan suhu
udara rata-rata tahunan dari 26,79 oC menjadi 27,36 oC pada periode yang sama.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan
memetakan RTH eksisting Kota Kandangan, (2) Menganalisis kebutuhan RTH
berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kenyamanan thermal dan preferensi
masyarakat (3) Menyusun arahan pengembangan RTH Kota Kandangan.
Penelitian dilaksanakan di Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan Provinsi Kalimantan Selatan sejak pertengahan bulan April hingga
Oktober 2013. Pada tahap awal dilaksanakan inventarisasi RTH eksisting dan
pemetaannya. Analisis kebutuhan RTH dihitung berdasarkan luas wilayah sesuai
ketentuan UU No. 26 tahun 2007, berdasarkan prediksi jumlah penduduk hingga
20 tahun ke depan (2032) dengan standarisasi kebutuhan RTH per kapita dalam
PermenPU No. 5/PRT/M/2008, berdasarkan indeks kenyamanan thermal
menggunakan metode yang dikembangkan oleh Niewolt (1975) dan berdasarkan
preferensi masyarakat dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Pendekatan Konsep Kota Hijau dengan atribut Green Open Space digunakan

sebagai strategi untuk mencapai kebutuhan RTH tersebut. Hasilnya kemudian
diintegrasikan dalam rencana penggunaan lahan atau Zoning Regulation dari
RDTRK Kota Kandangan.
Hasil penelitian menunjukkan RTH Kota Kandangan saat ini didominasi
RTH privat berupa lahan pertanian (83,26%). RTH publik yang tersedia hanya
sebesar 0,22% dari luas wilayah Kota Kandangan. RTH publik ini terdistribusi di
wilayah pusat kota dan jalur jalan utama. Oleh karena itu, pengembangan RTH
Kota Kandangan ditekankan pada pemenuhan kebutuhan RTH publik yaitu 20%
dari luas wilayah.
Kebutuhan RTH publik Kota Kandangan berdasarkan luas wilayah adalah
739,38 ha dan berdasarkan prediksi jumlah penduduk tahun 2032 adalah 170,85
ha. Berdasarkan kenyamanan thermal, Kota Kandangan masih berada pada
kisaran nyaman, kecuali pada lahan terbangun dengan penutupan vegetasi yang
kurang. Preferensi masyarakat memberikan bobot tertinggi untuk fungsi ekologis,

distribusi yang menyebar, bentuk jalur hijau jalan, fasilitas pendukung kegiatan
rekreasi, tanaman pohon peneduh dan asal tanaman lokal.
Atribut Kota Hijau yang sesuai untuk upaya pengembangan RTH Kota
Kandangan adalah Green Open Space. Strategi pengembangan dari atribut ini
yang bisa diterapkan di Kota Kandangan yaitu membangun lahan hijau (hub) baru

dengan perluasan melalui pembelian lahan, mengembangkan koridor ruang
terbuka hijau (link), dan peningkatan kualitas RTH kota melalui refungsi RTH
eksisting. Berdasarkan Zoning Regulation strategi pengembangan RTH Kota
Kandangan ditekankan pada menjaga kesinambungan fungsi RTH eksisting
berupa lahan pertanian. Pendistribusian RTH ditempatkan berdasarkan pembagian
Bagian Wilayah Kota (BWK) menurut RDTRK Kota Kandangan, dengan model
jaringan hierarki.
Strategi dan arahan untuk pengembangan RTH Kota Kandangan adalah
intensifikasi dengan peningkatan kualitas RTH eksisting dan ekstensifikasi
melalui pembelian lahan untuk RTH. Selain itu, juga dilakukan pengukuhan
keberadaan lahan-lahan hijau produksi, konservasi dan lindung sebagai lahan
hijau abadi melalui penyesuaian Zoning Regulation (re-zoning) serta pengukuhan
jejaring hijau jalan (green corridor) dan memperluas penggunaan fungsi ekologis
untuk mengendalikan kondisi thermal kota
Kata kunci : Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), Ruang Terbuka Hijau
(RTH), RTH publik.

SUMMARY
JAMILAH HAYATI. Development of Green Open Space Study with Green City
Concept in Kandangan City, South Kalimantan. Supervised by SANTUN RISMA

PANDAPOTAN SITORUS and SITI NURISJAH.
Green Open Space (RTH) is an important part of spatial planning as a
counterweight for city ecosystem. Conversion of green land into built land by
uncontrolled urban growth have caused micro climate change and decreased
comfort. To overcome this problem, the government introduced Act No. 26/2007
about Spatial Planning, which required each county to provide 30% of its
territory as RTH. Ministry of Public Works introduced the Green City
Development Program (P2KH) to assist the implementation of the mandate of this
Act.
Kandangan is a growing city and rapidly developing physical
infrastructure. This resulted an increasing amount of built land from 9,54% to
16,74% during the period of 2008
2010. This tends to be followed by a
reduction in thermal comfort due to rising annual average air temperature 0f
26,79 oC to 27,36 oC during the same period.
This research was conducted with the aims: (1) Identifying and mapping
existing condition of Kandangan City RTH, (2) Analyzing requirements of
Kandangan city green open space based on vast territory, population, thermal
comfort dan community preferences, (3) Arranging development strategy to
increase the amount of green open space in Kandangan city.

The research was held in the Kandangan City, Hulu Sungai Selatan, South
Kalimantan since mid April to October 2013. In the early stages implemented
RTH existing inventory and mapping. Analysis of green open space requirement is
calculated based on vast territory in accordance with Act No. 26/2007, based on
predictions of population up to 20 years (2032) with green open space
requirement standard per capita as in Permen PU No. 5/PRT/M/2008, based on
thermal comfort index using the method developed by Niewolt (1975) and based
on community preferences with Analytical Hierarchy process (AHP). Green Open
Space is the attribute from Green City Concept approach which is used as a
strategy to achieve the requirement of the green open space. The result are then
integrated into the land use plan or Zoning Regulation in RDTRK of Kandangan
City.
The result showed Kandangan City RTH is currently dominated by private
RTH as agricultural land (83,26%). Pubic RTH available is only 0,22% of
Kandangan City territory. This public RTH is distributed around the city center
and main roads. Therefore, the development of Kandangan City RTH focused on
fulfilling requirement of public RTH which is 20% of its vast territory.
The requirement of Kandangan City public RTH based on vast territory is
739,38 ha and based on total population predicted by 2032 is 170,85 ha. Based
on thermal comfort, Kandangan City still in comfortably range, except on buildt

land with less vegetation cover. Community preferences give the highest weight to
ecological function, the spread distribution, the shape is green corridor,
supporting facilities for recreational activities, plant shade trees and native local
plants.

Green City attribute which is used for RTH development efforts in
Kandangan City is Green Open Space. Development strategy that can be applied
in Kandangan City is building green open spaces (hub) with expansion through
the acquisition of new land, developing green corridor (link), and quality
improvement through refunction of existing RTH. Based on Zoning Regulation,
Kandangan City development strategy focused on maintaining continuity of
existing RTH function as agricultural land. The requirement of RTH is distributed
by the division part of the city (BWK) according to RDTRK of Kandangan City, as
a hierarchical network model.
Strategies and referrrals for development of Green Open Space of
Kandangan City are intensification by increasing the quality of existing RTH and
extensification by acquisition of new land for RTH. Other efforts are inauguration
of the green lands for production, conservation and preservation as eternal green
lands by reconciliation of Zoning Regulation (re-zoning), inauguration of green
lane network (green corridor), and expand the use of ecological function to

manage the thermal condition of the city.
Keywords

: Green City Development Program, Green Open Space, Public
Green Open Space

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STUDI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN


JAMILAH HAYATI

Tesis
sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Setia Hadi, MS

Judul Tesis : Studi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Dengan Pendekatan
Konsep Kota Hijau Di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan
Nama
: Jamilah Hayati
NIM

: A156120334

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir. Santun R.P. Sitorus
Ketua

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Anggota

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 21 November 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan proposal penelitian
ini. Proposal penelitian ini disusun dengan judul Studi Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau Dengan Pendekatan Konsep Kota Hijau Di Kota Kandangan,
Kalimantan Selatan .
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Santun R.P.
Sitorus selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Siti Nurisjah MSLA selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. Selain itu penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Setia Hadi MS selaku dosen penguji
luar komisi dan Dr. Khursatul Munibah MSc selaku pemimpin sidang atas
masukan yang diberikan pada pelaksanaan ujian tesis. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ir H A Syakhfiani, MSc beserta staf Dinas
Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan, Ir H Tarjidinnoor, MT beserta staf
Dinas Pekerjaan Umum, Dedi Hamdani, ST MT dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta Bapak Abdul Khair
beserta staf dari Laboratorium Proteksi Hama Penyakit Tanaman Sungai Raya dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan segenap responden
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
suami Syaifullah dan anakku M Zulkarnain Akbari serta kakak, nenek dan ibu
mertua atas kesetiaan, kesabaran, dukungan dan doanya selama penulis menjalani
perkuliahan. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terima kasih kepada rekanrekan seperjuangan Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Kelas Khusus
Bappenas angkatan 2012 atas dukungan fisik dan moril yang diberikan selama
menjalani studi.
Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, dan secara khusus bermanfaat bagi upaya
pengembangan RTH di kawasan perkotaan, khususnya Kota Kandangan.

Bogor, November 2013
Jamilah Hayati
A156120334

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

xii
xiii
xiv

1
3
4
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kota Hijau
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Pengertian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Jenis-jenis RTHKP
Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Kenyamanan Thermal
Fenomena Urban Heat Island
Temperature Humidity Index
Keterkaiatan RTH dengan UHI
Analytical Hierarchy Process

7
8
8
9
9
12
14
14
17
17
18

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Tahapan Penelitian
Tahap Persiapan
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Analisis Kebutuhan
Tahap Penyusunan Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan

20
21
21
21
22
22
25

KONDISI UMUM
Letak Geografis dan Administrasi
Kondisi Fisik Kota Kandangan
Topografi
Tanah
Hidrologi
Iklim
Kondisi Sosial Kota Kandangan
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Penggunaan Lahan

28
30
30
31
31
32
32
32
32
34

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi RTH Eksisting Kota kandangan
Kebutuhan RTH Kota Kandangan
Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kebutuhan RTH Berdasarkan Indeks Kenyamanan Thermal (THI)
Suhu Udara
Kelembaban Relatif
Indeks Kenyamanan Thermal (THI)
Preferensi Masyarakat Kota Kandangan
Penyusunan Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
Pendekatan Konsep Kota Hijau
Analisis Ketersediaan Lahan untuk RTH Berdasarkan Zoning
Regulation
Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
Konsep Pengembangan
Pengintegrasian Kebutuhan RTH ke dalam Zoning Regulation
Tahapan Pencapaian Kebutuhan RTH Publik Kota Kandangan

37
40
40
42
44
44
47
49
51
55
55
58
61
61
67
72

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

73
74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

75
79
91

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Klasifikasi jenis RTH kawasan perkotaan
Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk
Definisi skor pembobotan AHP
Indeks Random
Matriks data dan metode analisis
Proporsi luas wilayah kecamatan terhadap luas Kota Kandangan
Luas dan proporsi kelas lereng Kota Kandangan
Perubahan penggunaan lahan Kota Kandangan periode 2008 - 2010
Proporsi penggunaan lahan di Kota Kandangan
Klasifikasi RTH Kota Kandangan
Neraca kebutuhan dan ketersediaan RTH publik Kota Kandangan
berdasarkan luas wilayah
Prediksi pertambahan jumlah penduduk Kota Kandangan hingga tahun
2032
Neraca kebutuhan dan ketersediaan RTH publik Kota Kandangan
Fluktuasi harian suhu udara Kota Kandangan
Fluktuasi harian kelembaban relatif Kota Kandangan
Fluktuasi rata-rata harian THI Kota Kandangan
Proporsi penambahan RTH Kota Kandangan berdasarkan nilai THI
Hasil perhitungan AHP untuk penentuan prioritas pengembangan RTH
publik Kota Kandangan
Luasan lahan untuk penambahan RTH publik berdasarkan strategi
Pengembangan dari atribut Green Open Space
Luas penggunaan lahan berdasarkan Zoning Regulation Kota Kandangan
Arahan pengembangan RTH publik berdasarkan zonasi penggunaan
Lahan dalam Zoning Regulation

10
13
19
19
23
29
30
34
38
39
41
42
43
45
47
50
51
54
59
61
71

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

Perubahan proporsi penggunaan lahan di Kota Kandangan
Kerangka Pikir Penelitian
Tipologi RTH
Pola RTH yang mengikuti pola tata ruang kota
Fenomena UHI secara Spasial
Wilayah lokasi penelitian
Alat yang digunakan untuk pengamatan suhu udara dan kelembaban
Relatif
Struktur hierarki pengembangan RTH Kota Kandangan
Tahapan pelaksanaan penelitian
Batas wilayah Kota Kandangan
Peta kontur Kota Kandangan
Kondisi sempadan Sungai Amandit
Kurva pertumbuhan jumlah penduduk Kota Kandangan
Tingkat kepadatan penduduk tiap desa di Kota Kandangan
Kondisi komplek perumahan di Kota Kandangan
Peta penggunaan lahan Kota Kandangan tahun 2010
Kondisi kebun campuran di Kota Kandangan
Kondisi persawahan di Kota Kandangan
Peta penyebaran RTH publik Kota Kandangan
Peta distribusi rata-rata harian suhu udara Kota Kandangan
Peta distribusi rata-rata harian kelembaban relatif Kota Kandangan
Areal perdagangan dan jasa Kota Kandangan
Peta distribusi rata-rata harian indeks kenyamanan Kota Kandangan
RTH publik Kota Kandangan yang paling banyak dikunjungi
Kondisi jalur hijau jalan Kota Kandangan
Kondisi fasilitas olahraga dan taman pemakaman umum
Peta pengembangan RTH Kota Kandangan berdasarkan strategi dari
atribut Green Open Space
Peta Zoning Regulation Kota Kandangan Tahun 2010 2029
Model jaringan hierarki RTH Kota Kandangan
Penyebaran RTH berdasarkan model jaringan hierarki
Bentuk tajuk jenis tanaman peneduh
Pola penanaman jalur hijau jalan tanpa median
Pola penanaman jalur hijau jalan dengan median

3
6
9
14
15
20
24
26
27
29
30
31
33
33
34
35
35
36
39
46
48
49
50
52
57
58
59
60
62
64
65
66
66

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nama Desa/Kelurahan dalam wilayah Kota Kandangan dan luasnya
Peta Kelerengan Kota Kandangan

Kepadatan penduduk Kota Kandangan pada masing-masing desa/
Kelurahan
Peta penggunaan lahan Kota Kandangan tahun 2008
Identifikasi RTH Publik Kota Kandangan
Peta fluktuasi suhu harian Kota Kandangan
Peta fluktuasi kelembaban relatif Kota Kandangan
Peta fluktuasi THI Kota Kandangan
Ikhtisar fluktuasi harian suhu, kelembaban relatif dan THI Kota
Kandangan

79
80

81
82
83
84
86
88
90

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

  
 
  ( 


)    
           
 
            
            !"
(     # $% &'!     ,
  (  
  ),  
   (  
 
  
 *.      


( 

)  
  


 + !" ,%& -./0. , yaitu sebagai pusat
pertumbuhan bagi wilayah  !".

Keinginan menjadikan Kab. HSS sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah
Banua Lima tersebut diiringi berbagai upaya pembangunan, terutama
pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan dan pusat pelayanan, antara lain
pembangunan kawasan Terminal Antar Kota, pembangunan Pasar Sentra
Agribisnis, pembangunan gedung Rumah Sakit H. Hasan Basry baru dan
pembangunan jalan lingkar luar kota. Selain itu, berkembang pula beberapa
kawasan pemukiman baru. Sitorus ./ %1 (2011) menyatakan perkembangan
sektor-sektor ekonomi menyebabkan kebutuhan sumberdaya lahan meningkat
untuk penyediaan sarana pendukung sehingga meningkatkan alih fungsi lahan
ruang terbuka hijau (RTH) menjadi penggunaan lain atau lahan terbangun yang
mengurangi keberadaan RTH di perkotaan.
Konversi lahan menjadi lahan terbangun mengakibatkan berkurangnya
kuantitas dan kualitas RTH. Miller (1986) 2%" Irwan (2008) menyatakan bahwa
bangunan beton dan jalan aspal menyerap panas sepanjang hari dan
melepaskannya secara lambat pada malam hari. Pusat kota tidak hanya lebih
panas dari pinggir kota tetapi juga kurang nyaman, mengandung banyak polusi,
kurang sinar matahari, kurang angin dan kelembabannya rendah. Suhu udara dan
kelembaban adalah salah satu elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan
manusia. Menurut Niewolt (1975) 2%" Rushayati ./ %. (2011) kenyamanan
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan
lingkungan yang dinyatakan secara kuantitatif melalui hubungan kelembaban
udara dan suhu udara yang disebut dengan 3."4.0/0. 5"!2!/6 72.8 (THI).
Menurut hasil penelitian Mom (1947) 2%" Effendy (2007) indeks kenyamanan
di Indonesia berada pada kisaran 20-26.
Ditjen Penataan Ruang (2008) menyebutkan fungsi utama RTH adalah
fungsi ekologis yang di antaranya yaitu sebagai pengatur iklim mikro agar sistem
sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
penyerap polutan dan penahan angin. Fracillia (2007) menyebutkan tanaman
pohon, semak dan rumput memperbaiki suhu udara kota dengan mengontrol
radiasi matahari. Daun menahan, memantulkan, menyerap dan meneruskan radiasi
matahari. Selama matahari bersinar, daun menahan radiasi matahari dan
menurunkan suhu. Tanaman juga memperbaiki suhu udara panas dengan
evapotranspirasi.

2

Joga dan Ismaun (2011) menyatakan bahwa persaingan dalam pemanfaatan
lahan saat ini lebih banyak berdimensi ekonomi dibandingkan ekologis. Hal ini
menjadi salah satu penyebab konversi RTH di daerah perkotaan makin tidak
terkendali. Kenaikan kebutuhan lahan yang pesat untuk pembangunan
infrastruktur fisik dan pemukiman tidak dimbangi dengan penyediaan lahan yanng
memadai. Akibatnya terjadi mekanisme pasar dengan persaingan yang semakin
ketat, di mana lahan alami (RTH) di lokasi strategis dianggap tidak mempunyai
nilai ekonomi sehingga terancam fungsi ekologisnya. Pemberlakuan Undangundang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, mengubah paradigma
pembangunan selama ini. Undang-undang ini mengamanatkan setiap daerah
menyediakan RTH seluas 30% dari luas wilayahnya untuk menyeimbangkan
ekosistem kota baik sistem hidrologi, klimatologi, menyediakan udara bersih,
keanekaragaman hayati dan estetika. RTH ini terdiri atas RTH publik yang
dikelola oleh pemerintah daerah seluas 20% dan RTH privat yang dimiliki oleh
masyrakat dan swasta.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (Ditjen
Penataan Ruang) mulai tahun 2011 mengembangkan prakarsa Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program ini merupakan salah satu langkah
nyata Pemerintah bersama pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten
dalam memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang, sekaligus sebagai
jawaban atas tantangan perubahan iklim di Indonesia (Kementerian PU 2012).
Salah satu pengertian Kota Hijau menurut Kementerian PU (2012) adalah kota
yang mengutamakan keseimbangan ekosistem hayati dengan lingkungan
terbangun sehingga tercipta kenyamanan bagi penduduk kota yang tinggal di
dalamnya maupun bagi para pengunjung kota. Pengembangan Kota Hijau berbasis
pada memperkuat karakter lokal, tingkat kepadatan lingkungan, bentuk pola ruang
yang efektif, aksesibilitas dan pilihan moda transportasi, di mana RTH menjadi
komponen penting penyatu dalam tata ruang kota (infrastruktur hijau).
Sejak Maret 2012, Pemkab HSS telah mencanangkan Gerakan Kandangan
Bersih dan Hijau sebagai upaya untuk mewujudkan Kandangan menjadi Kota
Hijau. Keseriusan Pemkab. HSS dalam program ini ditandai dengan kegiatan
penanaman pohon yang dipimpin langsung oleh Bupati HSS di wilayah Kota
Kandangan, seperti di Kawasan Pondok Pesantren Darul Ulum, sekitar lokasi
Rumah Sakit H. Hasan Basry yang baru, dan dan beberapa ruas jalan di pusat
kota. Menyadari pentingnya peran masyarakat untuk menjaga keberlanjutan usaha
pengembangan RTH tersebut, Pemkab. HSS berusaha melibatkan masyarakat
serta pihak swasta untuk turut berpartisipasi. Pemkab. HSS juga telah membentuk
forum komunikasi untuk memupuk kesadaran lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di areal sempadan sungai, dipimpin oleh Lurah Kandangan Kota.
Keseriusan upaya Pemkab. HSS saat ini belum didukung oleh perencanaan
yang memadai. Kegiatan pengembangan RTH sifatnya masih insidentil,
tergantung kebutuhan dan ketersediaan anggaran dan lokasi pengembangan pada
tahun berjalan. Belum ada perencanaan penataan RTH yang sifatnya terpadu dan
menyeluruh untuk dijadikan arahan dalam upaya pengembangan RTH di Kota
Kandangan. Kendati telah diuraikan dalam Revisi Rencana Detail Tata Ruang
Kota (RDTRK) Kota Kandangan Tahun 2010 - 2029, namun rencana tersebut
belum memperhatikan hal-hal penting untuk mencapai fungsi dan tujuan yang
diinginkan seperti disebutkan oleh Nurisjah (2005) sebagai berikut:

3

1.
2.
3.
4.

Luas minimum yang diperlukan,
Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH,
Bentuk yang dikembangkan, dan
Distribusinya dalam kota.
Menurut Dahlan (1992), pendekatan untuk pembangunan RTH kota di
Indonesia memandang RTH sebagai bagian dari suatu kota. Oleh karena itu,
untuk penghitungan kebutuhan luasannya mempertimbangkan aspek:
1. Persentase, yaitu luasan RTH ditentukan dengan menghitungnya dari luasan
kota.
2. Perhitungan per kapita, yaitu luasan RTH ditentukan berdasarkan jumlah
penduduknya.
3. Berdasarkan isu utama yang muncul, misalnya berdasarkan tujuan
pemenuhan kebutuhan akan oksigen, air dan kebutuhan lainnya.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyusun arahan
bagi perencanaan pengembangan RTH di Kota Kandangan dalam upaya
mendukung perwujudan Kota Kandangan sebagai Kota Hijau. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penghitungan kebutuhan luasan RTH sebagai dasar
perencanaan dan mempertimbangkan preferensi masyarakat sebagai karakter lokal
yang sangat berperan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

Perumusan Masalah
Hingga saat ini, lebih dari 80% RTH di Kota Kandangan, didominasi oleh
lahan pertanian berupa tegalan/kebun campuran dan sawah. Jenis RTH ini rentan
mengalami konversi menjadi lahan terbangun, terutama dengan semakin tingginya
intensitas pembangunan. Selama periode 2008
2010, terjadi peningkatan
proporsi lahan terbangun dari 9,54% menjadi 16,74% (Gambar 1). Jika tidak
dikendalikan, kualitas dan kuantitas RTH di daerah ini cenderung akan semakin
menurun sejalan dengan meningkatnya intensitas pembangunan.

56,41

60,00
48,17
50,00
40,00

34,05

35,09
2008

30,00
16,74

20,00

2010

9,54
10,00
0,00
Kebun Campuran

Sawah

Terbangun

Sumber: Bappeda HSS (2009) dan citra

(2010)

Gambar 1 Perubahan proporsi penggunaan lahan Kota Kandangan
periode 2008 - 2010

4

Kota Kandangan berada di daerah dataran rendah aluvial yang terkadang
berawa-rawa dengan ketinggian 0 25 m di atas permukaan laut (Bappeda HSS
2009). Hal ini berakibat suasana yang tidak nyaman karena udara yang panas dan
lembab. Data iklim dari Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(Lab Proteksi TPH) Sungai Raya menunjukkan suhu udara rata-rata tahunan Kota
Kandangan meningkat dari 26,79 OC dan kelembaban rata-rata tahunan 86,03%
pada tahun 2008 menjadi 27,36 OC dan 88,33% pada tahun 2010. Oleh karena itu,
keberadaan RTH sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
fisik/9:;? ini. Bila RTH menurun, tentu akan berakibat menurunnya
kenyamanan.
Peningkatan intensitas pembangunan cenderung diiringi dengan
menurunnya kualitas dan kuantitas RTH. Oleh karena itu, perlu upaya
pengendalian dalam bentuk perencanaan sejak awal. Perencanaan ini bertujuan
untuk mengendalikan konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun, terutama di
wilayah-wilayah yang kenyamanan 9:;?nya kurang. Dengan demikian,
meskipun pembangunan terus berjalan, namun suasana nyaman di dalam kota
akan terus terjaga.
Salah satu upaya yang telah ditempuh Pemerintah Daerah Kab. HSS untuk
memenuhi kebutuhan RTH Kota adalah menginventarisasi RTH publik yang
berada dalam pengelolaan pemerintah daerah dan menetapkannya dalam Surat
Keputusan Bupati HSS. Hanya saja, inventarisasi RTH publik ini masih dalam
bentuk data tabular, sehingga tidak diketahui distribusi spasial dan luasannya.
Atas dasar perumusan masalah di atas, disusun pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi RTH eksisting Kota Kandangan?
2. Berapa prakiraan kebutuhan RTH kota yang akan datang untuk meningkatkan
kenyamanan melalui pendekatan konsep Kota Hijau?
3. Bagaimana arahan pengembangan RTH Kota Kandangan berdasarkan
kebutuhan tersebut?

Tujuan Penelitian
Upaya pengembangan RTH publik perlu perencanaan yang bisa dijadikan
arahan agar bisa berhasil dengan baik. Karena itulah penelitian ini dilakukan,
sebagai tahapan awal dari proses perencanaan pengembangan RTH di Kota
Kandangan, dengan tujuan umum yaitu menyusun arahan pengembangan RTH
Kota Kandangan untuk memenuhi tuntutan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dengan pendekatan Konsep Kota Hijau. Tujuan antara dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan memetakan RTH eksisting Kota Kandangan.
2. Menganalisis kebutuhan RTH Kota Kandangan berdasarkan luas wilayah,
jumlah penduduk, kenyamanan 9:;? dan preferensi masyarakat.
3. Menyusun arahan pengembangan RTH Kota Kandangan.

5

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai data dan bahan informasi spasial mengenai kondisi eksisting RTH
Kota Kandangan
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kab. HSS untuk upaya
pengembangan RTH Kota Kandangan dengan Konsep Kota Hijau

Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya permasalahan akibat
pembangunan yang tidak terkendali. Meningkatnya jumlah lahan terbangun akibat
pembangunan infrastruktur fisik berakibat berkurangnya kualitas dan kuantitas
RTH Kota Kandangan. Hal ini cenderung diikuti oleh berkurangnya kenyamanan
@ABCDEF akibat kenaikan suhu udara kota. RTH dengan berbagai fungsinya
diharapkan dapat menjawab permasalahan ini. Oleh karena itu, Pemerintah dalam
UU No. 26 tahun 2007 mengamanatkan setiap daerah untuk menyediakan 30%
wilayahnya sebagai RTH demi menjaga kelangsungan ekosistem kota. Amanat
UU No. 26 tahun 2007 ini dijabarkan oleh Kementerian PU dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 5/PRT/M/2008 dan diwadahi dalam
wujud Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH).
Di pihak lain, data mengenai kondisi eksisting RTH Kota Kandangan masih
minim, terutama terkait dengan jumlah, tipologi dan penyebarannya di dalam
kota. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap RTH
eksiting Kota Kandangan sebagai tahap awal. Untuk menjawab tujuan kedua,
yaitu prakiraan kebutuhan RTH Kota Kandangan, dilakukan analisis kebutuhan
RTH ditinjau dari luas wilayah, jumlah penduduk dan indeks kenyamanan
@ABCDEF. Preferensi masyarakat dipertimbangkan sebagai karakter lokal menurut
pendekatan Konsep Kota Hijau. Pendekatan konsep Kota Hijau juga digunakan
untuk menentukan atribut dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai RTH
30%, Selanjutnya disusun konsep perencanaan penataan RTH Kota Kandangan.
Peta GHIJIK LBKMFE@JHI dalam RDTRK Kota Kandangan digunakan untuk melihat
ketersediaan lahan potensial untuk pengembangan RTH. Arahan pengembangan
disusun dengan mengakomodasi kebutuhan RTH dan memperhatikan lahan
tersedia (Gambar 2).

6

Permasalahan perkotaan akibat pembangunan yang tidak terkendali
(Meningkatnya jumlah lahan terbangun diikuti menurunnya kualitas dan kuantitas
RTH di Kota Kandangan)
Berkurangnya
kenyamanan NOPQRST

UU/Peraturan mengenai
penataan RTH

Kondisi Eksisting RTH
Kota Kandangan

UU No. 26 tahun 2007

Jumlah

PermenPU No.
5/PRT/M/2008

Tipologi

Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH)

Penyebaran

Analisis Kebutuhan RTH Kota Kandangan
(berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kenyamanan NOPQRST dan preferensi
masyarakat)

UVWXWY ZPY[TSNXVW

Konsep Kota Hijau

Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
Gambar 2 Kerangka pikir penelitian

\
]^_JAUAN PUSTAKA
Konsep Kota Hijau
K`abcd K`ef Hghfi

jiakil mglfefnoclfpfaqg `lcr dcneijoirfa p`ef sfaq
ocqgei kcdfe mfa ocngjdlgpfbg ecnrfmfd egjoilasf ocnofqfg dcnjfbflfrfa
dcnp`effa bcdcneg pcjfkcefat ofahgn, dcnjipgjfa pijirt pcbcahfaqfa b`bgfl, mfa
ocnpinfaqasf lifbfa nifaq ecnoipf rghfi (RTH) bcnef uca`jcaf dcniofrfa gplgj
(Enafvg 2012). Kcjcaecngfa PU (2011) jcaqfnegpfa K`ef Hghfi bcofqfg p`ef
sfaq nfjfr lgaqpiaqfa mcaqfa jcjfauffepfa bckfnf cucpegu mfa cugbgca
bijocnmfsf fgn mfa cacnqg, jcaqinfaqg lgjofrt jcacnfdpfa bgbecj enfabd`nefbg
ecndfmit jcahfjga pcbcrfefa lgaqpiaqfat jcabgacnqgpfa lgaqpiaqfa flfjg mfa
oifefat ocnmfbfnpfa dcncakfaffa mfa dcnfakfaqfa p`ef sfaq ocndgrfp dfmf
dngabgd-dngabgd dcjofaqiafa ocnpclfahiefa.
Sclfahieasf Kcjcaecngfa PU (2012) jcahclfbpfa fengoie sfaq mgdcnlipfa
iaeip jcvihimpfa p`ef rghfi sfgeiw
1. dcncakfaffa mfa dcnfakfaqfa p`ef (Green Planning and Design), sfaq
ocneihifa jcagaqpfepfa piflgefb ncakfaf efef nifaq mfa nfakfaq p`ef sfaq
lcogr bcabgegu ecnrfmfd fqcamf rghfit idfsf fmfdefbg mfa jgegqfbg ecnrfmfd
dcniofrfa gplgj.
2. dcjofaqiafa nifaq ecnoipf rghfi (Green Open Space) iaeip jcagaqpfepfa
piflgefb mfa pifaegefb RTH bcbifg mcaqfa pfnfpecngbegp p`ef/pfoidfecat
mcaqfa efnqce RTH 30%.
3. Green Community, sfgei dcaqcjofaqfa hfngaqfa pcnhfbfjf dcjcngaefrt
jfbsfnfpfe, mfa miagf ibfrf sfaq bcrfe.
4. dcaqinfaqfa mfa dcaq`lfrfa lgjofr mfa bfjdfr (Green Waste), mcaqfa
jcacnfdpfa xyz{ |}~y.
5. dcaqcjofaqfa bgbecj enfabd`nefbg ocnpclfahiefa (Green Transportation)
sfaq jcam`n`aq vfnqf iaeip jcaqqiafpfa enfabd`nefbg diolgp nfjfr
lgaqpiaqfat bcnef ocnhflfa pfpg mfa ocnbcdcmf mflfj hfnfp dcamcp€
6. dcagaqpfefa piflgefb fgn (Green Water) mcaqfa jcacnfdpfa p`abcd
cp`mnfgafbc mfa xyz{ z‚{ƒƒ.
7. Green Energy, sfgei dcjfauffefa bijocn cacnqg sfaq cugbgca mfa nfjfr
lgaqpiaqfat jgbflasf lgbengp ecafqf binsf, ecafqf faqgat mbo€
8. Green Building, sfgei dcacnfdfa ofaqiafa rghfi („zyy‚ …†‡ˆ†‚„), efjfa
fefd ‰z{{ƒ „}zˆy‚) mfa efjfa Šcnegpfl (‹yz†Œ}‡ „}zˆy‚).
Kcbclinirfa fengoie K`ef Hghfi gag jcnidfpfa bfei pcbfeifa sfaq gaecqnfl,
ecnjfbip mflfj pfgefaasf mcaqfa dcaqcjofaqfa cp`a`jg l`pfl bcofqfg mfjdfp
gpiefa mfng dcnvihimfa jfbgaq-jfbgaq fengoie. K`abcd K`ef Hghfi ocnbgufe
iagŠcnbfl, jcakfpid ocnofqfg bcpe`n pcrgmidfat oipfa bcpcmfn dcaqcjofaqfa
RTH bfhf, ecefdg iaeip jcvihimpfa pgacnhf rghfi sfaq mfdfe jcahfvfo uiaqbg
cp`l`qg. K`ef Hghfi jcnidfpfa jcefu`nf mfng p`ef ocnpclfahiefat sfaq
ocnlfamfbpfa dcacnfdfa dngabgd-dngabgd dcjofaqiafa ocnpclfahiefa€ Tilfaq
diaqqiaq p`abcd K`ef Hghfi gag fmflfr pcocnfmffa Rifaq Tcnoipf Hghfi (RTH).
Kfncaf gei, Pcjcngaefrt lcvfe Kcjcaecngfa Pcpcnhffa Ujij jcakfafaqpfa
Pn`qnfj Pcaqcjofaqfa K`ef Hghfi ‰P2KH) mcaqfa eihifa:

8

‘”’•“’– —”’Ž ‘˜“’ ‘™”–”–Žš’ ›—œ””ž’Ž RTH 30 % ( 20 %
›”Ÿ•‘ ž’Ž  ¡ ¢ ›—£’“) –‘’•”– ¤›•¤Ž“’– RTR¥ K˜“’/K’Ÿ”›’“Ž
2. MŽŽ‘’“‘’Ž ›’—“–›’– ›¤’Ž‘” ‘›Ž“Ž’Ž ž’•’¤ ¤›•¤Ž“’– ’Žž’
™’” ›—‘˜“’’Ž (K¤Ž“—’Ž ¦U 2011).
LŽ‘”› ‘’Ÿ”›’“Ž§‘˜“’ ž’•’¤ P2KH ž–Ÿ”“‘’Ž ž’•’¤ K¤Ž“—’Ž PU
(2011) š’“”¨
1. K’Ÿ”›’“Ž : IŸ”‘˜“’ ‘’Ÿ”›’“Ž –Ÿ’’ ‘’œ’–’Ž ›—‘˜“’’Ž
2. K˜“’
: B’“’– ’ž¤Ž–“—’– (©ª«¬ ­ª®¯)
K˜“’ H’” (Ÿ—‘•’Ž”“’Ž° ¤—”›’‘’Ž ‘˜“’ š’Ž žŸ’Ž”Ž žŽ’Ž “ž’‘
¤Ž‘– ’“’” ¤Ž˜—Ÿ’Ž‘’Ž ’–“ ‘˜“’-œ•’š’™ (±ª«¬²³¯´ªµ¶), ¤•’Ž‘’Ž “—”–¤Ž—”– ¤¤”›”‘ –¤”’ ‘•˜¤›˜‘ ’–“ ¤•›”“ ¤’Ž”–’, •Ž‘”Ž’Ž
“—Ÿ’Ž”Ž· –”¤Ÿ— ž’š’ ’•’¤, •Ž‘”Ž’Ž ž’Ž ‘”’•“’– ›—’–’—’Ž’ ›—‘˜“’’Ž¸
K’—Ž’ “”· ›Ž¤Ÿ’Ž’Ž K˜“’ H’” Ÿ—’—“ ›¤Ÿ’Ž”Ž’Ž ¤’Ž”–’ ‘˜“’ š’Ž
‘’š’ Ž–’“¹ ž’•’¤ ¤•’‘”‘’Ž ›—”Ÿ’™’Ž ž’Ž —’‘’Ž ‘˜•‘“¹ ž’— –•”—”™
›¤’Ž‘” ‘›Ž“Ž’Ž ‘˜“’ (K¤Ž“—’Ž PU 2011). K˜Ž–› ž’–’—
›Ž¤Ÿ’Ž’Ž K˜“’ H’” Ÿ—Ÿ’–– ›’ž’ ¤¤›—‘”’“ ‘’—’‘“— •˜‘’•, “Ž‘’“
‘›’ž’“’Ž •Ž‘”Ž’Ž· ŸŽ“”‘ ›˜•’ —”’Ž š’Ž ¹‘“¹, ’‘––Ÿ•“’– ž’Ž ›•™’Ž
¤˜ž’ “—’Ž–›˜—“’–, ‘’œ’–’Ž “—Ÿ’Ž”Ž ž’Ž Ÿ’Ž”Ž’Ž Ÿ—“› º’¤›”—’Ž· ž ¤’Ž’
RTH ¤Ž’ž ‘˜¤›˜ŽŽ ›Ž“Ž ›Žš’“” ž’•’¤ —’“’ —”’Ž ‘˜“’ (Ž¹—’–“—”‘“”—
™’”) (K¤Ž“—’Ž PU 2012). DŽ’Ž ž¤‘’Ž· ŸŽ“”‘ ‘’“’Ž P2KH ’‘’Ž
ž––”’‘’Ž žŽ’Ž ‘˜Žž– ž’Ž ‘–’›’Ž ‘’Ÿ”›’“Ž§‘˜“’ ¤’–Ž-¤’–Ž.
1.

MŽŽ‘’“‘’Ž

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Pengertian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
P”—Ž˜¤˜™’ž (1995) ¤Ž’—“‘’Ž RTH –Ÿ’’ –ŸŽ“’Ž

•’™’Ž “—Ÿ”‘’
“’Ž›’ Ÿ’Ž”Ž’Ž š’Ž ¤¤›”Žš’ ”‘”—’Ž· ŸŽ“”‘· ž’Ž Ÿ’“’– ˜¤“—– “—“Ž“”
žŽ’Ž –“’“”– ›Ž”’–’’Ž ’›’ ›”Ž» š’Ž ž ž’•’¤Žš’ “—ž’›’“ ““”¤Ÿ”™’Ž ™’”
Ÿ—‘’š” ž’Ž “’Ž’¤’Ž “’™”Ž’Ž (¼¯³¯¶¶ª½¾ ¿µµ®¬ ¼¾½¶«), žŽ’Ž ››˜™˜Ž’Ž
–Ÿ’’ “”¤Ÿ”™’Ž ›Žº— ”“’¤’ ž’Ž “”¤Ÿ”™’Ž •’ŽŽš’ (›—ž”· –¤’‘·
——”¤›”“’Ž· ž’Ž “”¤Ÿ”™’Ž ›Ž”“”› “’Ž’™ •’ŽŽš’) –Ÿ’’ “”¤Ÿ”™’Ž ›•Ž‘’›·
–—“’ ŸŽž’-ŸŽž’ •’Ž š’Ž ”’ –Ÿ’’ ›•Ž‘’› ž’Ž ›Ž”Ž’Ž ¹”Ž– RTH
š’Ž Ÿ—–’Ž‘”“’Ž¸ MŽ”—”“ D“Ž PŽ’“’’Ž R”’Ž (2007) R”’Ž “—Ÿ”‘’ ™’”
’ž’•’™ ’—’ ¤¤’Ž’Ž/’•”— ž’Ž§’“’” ¤Ž•˜¤›˜‘· š’Ž ›Ž”Ž’’ŽŽš’ •Ÿ™
Ÿ—–¹’“ “—Ÿ”‘’, “¤›’“ “”¤Ÿ”™ “’Ž’¤’Ž· Ÿ’‘ š’Ž “”¤Ÿ”™ –º’—’ ’•’¤’™
¤’”›”Ž š’Ž –Ž’’ ž“’Ž’¤.
N”—–’™ (2005) ¤Žš’“’‘’Ž —”’Ž “—Ÿ”‘’ ™’” (RTH) –”’“” ‘˜“’ ’ž’•’™
—”’Ž-—”’Ž “—Ÿ”‘’ (µ¼¯¶ À¼½±¯À) ž Ÿ—Ÿ’’ “¤›’“ œ•’š’™ ›—‘˜“’’Ž š’Ž
–º’—’ ˜›“¤’• ž”Ž’‘’Ž –Ÿ’’ ž’—’™ ›Ž™’”’Ž ž’Ž Ÿ—¹”Ž– ž’•’¤
¤Žž”‘”Ž ‘”’•“’– •Ž‘”Ž’Ž œ•’š’™ ›—‘˜“’’Ž¸ MŽ”—”“ D›ž’— (2007)
R”’Ž T—Ÿ”‘’ H’” K’œ’–’Ž P—‘˜“’’Ž š’Ž –•’Ž”“Žš’ ž–Ž‘’“ RTHKP
’ž’•’™ Ÿ’’Ž ž’— —”’Ž “—Ÿ”‘’ –”’“” ‘’œ’–’Ž ›—‘˜“’’Ž š’Ž ž– ˜•™
“”¤Ÿ”™’Ž ž’Ž “’Ž’¤’Ž ”Ž’ ¤Žž”‘”Ž ¤’Ž¹’’“ ‘˜•˜, –˜–’•, Ÿ”ž’š’,
‘˜Ž˜¤ ž’Ž –““‘’. S’¤–”ž (2010) ¤Ž•’–‘’Ž “””’Ž ›¤ŸŽ“”‘’Ž RTH ž
œ•’š’™ ›—‘˜“’’Ž š’“”¨
1. MŽŽ‘’“‘’Ž ¤”“” •Ž‘”Ž’Ž ™ž”› ›—‘˜“’’Ž š’Ž Žš’¤’Ž· –’—, Žž’™·
Ÿ—–™ ž’Ž –Ÿ’’ –’—’Ž’ ›Ž’¤’Ž •Ž‘”Ž’Ž ›—‘˜“’’Ž

9

2.

M
.

Jenis-Jenis RTHKP
P
RTH
,

-

RTH
,

. S
RTH
. RTH
-

,

D

, RTH

,

. S

, RTH

(

,
RTH

),
D
(D

RTH

P

R

TH

S

:D

M
P

R
,
RTH F
TH P

RTH

R

(2008)

G

3 T

G

RTH

RTH
RTH
RTH T
RTH P
RTH

(2008),
RTH P

RTH
2008). S
3.

D

(2007)

(T

D
5

, RTH J
1). S
RTH P

.

Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
RTH
,
(N
2005):
1. F

,

RTH
(R
-

(

,

,
.

,

10

T
Fisik
RTH

No.

1 RTH
Alami

2 RTH
Non
Alami
(Binaan)

S
2.

:D

1 K

RTH
Klasifikasi RTH Menurut:
Ditjen Penataan Ruang
Depdagri (2007)
(2008)

Jenis RTH

ÁÂÁÃ ÄÅÆÁÇÁ ÁÈÁÂ
ÁÂÁÃ ÉÊÇÁÃ ËÁÌÁ
ÊÇÁÃ ÈÅÃÍÊÃÎ
ÏÃÇÁÃÎ ÁÈÁÂ ÆÏÐÏËÇÅ ÎÊÃÊÃÎ,
ÑÊÒÅÇ, ÈÏËÏÃÎ ÍÁÃ ÈÏÂÑÁÉ
CÁÎÁË ÁÈÁÂ
RTH PÏÒÁËÁÃÎÁÃ
TÁÂÁÃ ÈÅÃÎÒÊÃÎÁÃ ÐÏËÒÁÃÇÕËÁÃ PÏÒÁËÁÃÎÁÃ ÓÊÂÁÉ ÔÅÃÎÎÁÈ
ÍÁÃ ÎÏÍÊÃÎ ÒÕÂÏËÆÅÁÈ
HÁÈÁÂÁÃ ÐÏËÒÁÃÇÕËÁÃÖ
ÐÏËÇÕÒÕÁÃ ÍÁÃ ÇÏÂÐÁÇ ÊÆÁÉÁ
TÁÂÁà ×ÇÁÐ
TÁÂÁÃ ÁÇÁÐ ÑÁÃÎÊÃÁÃ
RTH TÁÂÁÃ ÍÁÃ ÜÊÇÁÃ
TÁÂÁÃ ÈÅÃÎÒÊÃÎÁÃ ÐÏËÊÂÁÉÁÃ TÁÂÁÃ ÓT
TÁÂÁÃ ÓØ
ÍÁÃ ÐÏËÂÊÒÅÂÁÃ
KÕÇÁ
TÁÂÁÃ ÙÏÈÊËÁÉÁÃ
TÁÂÁÃ ÙÏÚÁÂÁÇÁÃ
TÁÂÁÃ ÒÕÇÁ
TÁÂÁÃ ÙÕÇÁ
TÁÂÁÃ ËÏÒËÏÁÆÅ
KÏÑÊÃ ËÁÌÁ
KÏÑÊÃ ÑÅÃÁÇÁÃÎ
LÁÐÁÃÎÁÃ ÕÈÁÉËÁÎÁ
LÁÐÁÃÎÁÃ ÊÐÁÚÁËÁ
HÊÇÁÃ ÒÕÇÁ
HÊÇÁÃ ÙÕÇÁ
KÁÄÁÆÁÃ ÍÁÃ ÛÁÈÊË ÉÅÛÁÊ
SÁÑÊÒ ÜÅÛÁÊ ÝÞßààá âàãä )
RTH JÁÈÊË HÅÛÁÊ åÁÈÁÃ
JÁÈÊË ÐÏÃÎÁÂÁà ÛÁÈÁÃÖ ÂÏÍÅÁà PÊÈÁÊ åÁÈÁÃ
ÛÁÈÁÃÖ ËÏÈ ÒÏËÏÇÁ ÁÐÅ, ÐÅÐÁ ÎÁÆ MÏÍÅÁà åÁÈÁÃ
ÍÁÃ ÐÏÍÏÆÇËÅÁÃ
JÁÈÊË ÐÏÛÁÈÁÃ ÒÁÒÅ
ËÊÁÃÎ ÍÅ ÑÁÄÁÉ ÛÁÈÁÃ ÈÁÌÁÃÎ
RTH FÊÃÎÆÅ TÏËÇÏÃÇÊ
RTH ÆÏÂÐÁÍÁÃ ËÏÈ ÒÏËÏÇÁ ÁÐÅ
JÁÈÊË ÍÅ ÑÁÄÁÉ ÇÏÎÁÃÎÁÃ ÇÅÃÎÎÅ ÛÁÈÊË ÉÅÛÁÊ ÛÁËÅÃÎÁÃ ÈÅÆÇËÅÒ
(SUTT ÍÁÃ æUTET)
ÇÏÎÁÃÎÁÃ ÇÅÃÎÎÅ
SÏÂÐÁÍÁÃ ÆÊÃÎÁÅ, ÐÁÃÇÁÅ,
RTH SÏÂÐÁÍÁÃ ÆÊÃÎÁÅ
ÑÁÃÎÊÃÁÃÖ ÆÅÇÊ ÍÁÃ ËÁÄÁ
RTH ÆÏÂÐÁÍÁÃ ÐÁÃÇÁÅ
RTH PÏÃÎÁÂÁÃÁÃ ÆÊÂÑÏË
ÁÅË ÑÁÒÊçÂÁÇÁ ÁÅË
PÏÂÁÒÁÂÁÃ ÊÂÊÂ
PÏÂÁÒÁÂÁÃ
DÁÏËÁÉ ÐÏÃÌÁÃÎÁ (ÑÊèèÏË éÕÃÏ)
ÈÁÐÁÃÎÁÃ ÊÍÁËÁ
PÁËÒÅË ÇÏËÑÊÒÁ
RTH PÏËÇÁÃÅÁà êÏËÒÕÇÁÁà LÁÉÁà ÐÏËÇÁÃÅÁà ÐÏËÒÕÇÁÁÃ
T
T
H
B

(2007)

(2008)

F

RTH
RTH

RTH

(
3.

F

,

RTH,
,
.C

,

11

ëìíîïìîí RTH ðñòó ôõöëöôò÷ øîùñú ùöïôòñû, öùôòìöìñë ïñüñëñòý, öòùñúþ ëôíìñ
ïôòðñøñòñò
4. Fîòóëö ëÿëöñû, ðñöìî õîòóëö ùñò øñòõññì RTH, ëô ñíñ ûñòóëîòó ùñò ìöùñï
ûñòóëîòó, îòìîï ôòöòóïñìñò ïîñûöìñë ïôúöùîñò øñëðñíñïñì ôíïÿìññò
Cÿòìÿúòðñ ñùñûñú RTH ëôñóñö ëîñìî ìôøñì ôòöòóïñìñò ôòóôìñúîñò ùñò
ïôëôúñìñò÷ ôíëÿëöñûöëñëö, ùñò ôíôïíôñëö, ùñò ôíìôøîòðñ ñòóóÿìñ ùñíö ëîñìî
ïÿøîòöìö.
Dôùñóíö (2007) øôòôûñëïñò ëô ñíñ ëôøöì õîòóëö RTHKP ñùñûñú ëôñóñö
ôíöïîì:
ñ. Pôòóñøñòñò ïôôíñùññò ïñüñëñò ûöòùîòó ôíïÿìññòþ
 Pôòóôòùñûö ôò ôøñíñò ùñò ïôíîëñïñò ìñòñú÷ ñöí ùñò îùñíñþ
. Tôøñì ôíûöòùîòóñò ûñëøñ òîõìñú ùñò ïôñòôïñíñóñøñò úñðñìöþ
ù Pôòóôòùñûö ìñìñ ñöíþ ùñò
ô. Sñíñòñ ôëìôìöïñ ïÿìñ.
Môòîíîì Döìôò Pôòñìññò Rîñòó (2008), RTH øôøöûöïö õîòóëö ðñòó ìöùñï
ìôíûñûî ñîú ôíôùñ ùôòóñò ôòùññì Nîíöëñú, ùôòóñò ûôöú ìôíôíöò ö, ðñöìî
ëôñóñö ôíöïîì:
ñ. Fîòóëö îìñøñ (öòìíöòëöïý ðñöìî õîòóëö ôïÿûÿóöë
 øôøôíö ñøöòñò ôòóñùññò RTH øôòñùö ñóöñò ùñíö ëöëìôø ëöíïîûñëö
îùñíñ (ñíî-ñíî ïÿìñ)þ
 ôòóñìîí öïûöø øöïíÿ ñóñí ëöëìôø ëöíïîûñëö îùñíñ ùñò ñöí ëô ñíñ ñûñøö ùññì
ôíûñòóëîòó ûñò ñíþ
 ëôñóñö ôòôùîúþ
 íÿùîëôò ÿïëöóôòþ
 ôòðôíñ ñöí úîñòþ
 ôòðôùöñ úñöìñì ëñìüñþ
 ôòðôíñ ÿûîìñò øôùöñ îùñíñ, ñöí ùñò ìñòñú÷ ëôíìñþ
 ôòñúñò ñòóöò
 îòóëö ìñøñúñò ôïëìíöòëöïý ðñöìî
 Fîòóëö ëÿëöñû ùñò îùñðñ:
- øôòóóñøñíïñò ôïëíôëö îùñðñ ûÿïñûþ
- øôíîñïñò øôùöñ ïÿøîòöïñëö üñíóñ ïÿìñþ
- ìôøñì íôïíôñëöþ
- üñùñú ùñò ÿôï ôòùöùöïñò÷ ôòôûöìöñò÷ ùñò ôûñìöúñò ùñûñø
øôøôûññíö ñûñø
 Fîòóëö ôïÿòÿøö:
- ëîøôí íÿùîï ðñòó öëñ ùöîñû, ëôôíìö ìñòñøñò îòóñ, îñú÷ ùñîò÷
ëñðîí øñðîí
- öëñ øôòñùö ñóöñò ùñíö îëñúñ ôíìñòöñò÷ ôíïôîòñò÷ ïôúîìñòñò ùñò
ûñöòûñöò
 Fîòóëö ôëìôìöïñ:
- øôòöòóïñìïñò ïôòðñøñòñò÷ øôøôíöòùñú ûöòóïîòóñò ïÿìñ ñöï ùñíö
ëïñûñ øöïíÿ úñûñøñò íîøñú÷ ûöòóïîòóñò ôíøîïöøñø, øñîîò
øñïíÿ ûñòëôïñ ïÿìñ ëô ñíñ ïôëôûîíîúñò
- øôòëìöøîûñëö ïíôñìööìñë ùñò íÿùîïìööìñë üñíóñ ïÿìñþ
- ôøôòìîï õñïìÿí ïôöòùñúñò ñíëöìôïìîíñûþ

12


   

 
    
 
  

 
 
M  RTHKP
 D

(2007)  



:
. S   





 

 S  



  


  
 
. S  



  
 





 M




 
 
 

. M
     

 




. S  

 
 
 -  
!, 
"   
. S   

  
 
 M






 
. M

   



 
M
 D
!
P
 R  (2008)   RTH 

 
 

#
. M     ( 



  

 $%&'()*+), 



 
  
   (
 
, 
!, 

  -   
! (    , ,
 M  
    (
!   !   

 (&$%&'()*+), 




     


, 


  
  



 
   


  

  

 


 
     ( 
 

 

  
).

-

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
D (1992)
   

   
 
 

  -TH  
#
1. RTH  
   
-


 !.
B
 



, RTH
 
 

  
 . P

    
 #
. P


, 
  RTH  

 


   
 .
 P

  
 
, 
  RTH  

 

!  
 .
. B

      . M
   

  
RTH      
 ! 



 

 
  
 
.
2. S
 
    
      
   RTH
.
P 



,  
   
 




 

   


   

 +&.*%/+ (
 ,   
 RTH .
D
!
P
 R  (2008)
!
 

 


 RTH 
" 
 



:
1. P


 -TH 
  "

K




 
! 
   UU N 26  2007

  P
 R . P


 RTH 
  "
 






 



:
. RTH 

 



RTH 
  -TH 


13

P

RTH
20% RTH
RTH

. A

30%
RTH

.

.
2.

P
U

TH
RTH
RTH
RTH
2.

T

T

Tipe RTH

0,5

71 E>@38 =9:13835 6D,
?371>@ FBB C 300 4

T3435
K9?3;35

9.000

0,3

T3435
K9I343835

24.000

0,2

P943=3435
T3435 KG83

71@9@>31=35
144.000

1,2
0,3

H>835 =G83

71@9@>31=35

4,0

>58>= M>5:@1M>5:@1 89?8958>

71@9@>31=35

12,5

30.000 0123

P
F

Lokasi

1.250

3

:P

Luas
minimal/
2
kapita (m )

T3435 6D

2.500 0123

S

Luas
minimal/
2
unit (m )

71 895:3; 5:35
RT, ?371>@ ABB C 200 4

2

480.000 0123

(2008)
,

1,0

T3435 6T

5

2

250

250 0123

120.000 0123

R
20

TH

1

4

P

2 P

Unit
Lingkungan

No.

3.

.D
I

(2006)

R

71=9;35

(2007)

TH
RTH
,
D

(1992)

RTH
RTH

M

.

. L
,

RTH
A

14

,
(2005)

N
RTH

TH

o
o
o
o

.

RTH
G

S

:T
G

4)

IPB (1993)
4 P

N

2005)

RTH

S
S

M

. (2011)

M
RTH
. B
RTH
. RTH
200
15

.

Kenyamanan Thermal
Fenomena Urban Heat Island
M
(2002)
(UHI)
(UCL)
(
). R

E

(2007)
(

(2011)

UHI

)

15

(

)
(
),
. D
(G

S

:

(2002)

E

G

5).

(2007)

5 F

UHI

S

P
I
1.

2008)
P

B
P

,

A
2.

B
B

O

,

P
,
P
.

3.

S
S

K
,
,

,

.S

16

4.

5.

1.

2.

NOPQORPSQPT UVWX QWYPNPSPT YWTNZNZQ QUSP [PT\ ]W^PQOT SOT\\O _Z\P ]W^PQOT
^WTOT\QPS.
SZ^RW` KWVW^RPRPT
DO YW`QUSPPT P