Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman

37

Lampiran

Gambar pekebunan nilam

Gambar daun nilam yang siap disuling

Gambar penampung minyak

Gambar pengambilan nilam dilapangan

Gambar kondensor (tong penyuling)

Minyak yang sudah disuling

Universitas Sumatera Utara

38

Gambar lemari timbangan


Gambar labu penyabunan

Gambar Piknometer

Gambar tabung polarimeter

Universitas Sumatera Utara

35

DAFTAR PUSTAKA
Alam, P.N. 2007.Aplikasi Proses Pengkelatanuntuk Peningkatan Mutu Minyak
Nilam Aceh.Jurnal Rekayasa Kimia dan LingkunganVol. 6 2007, No. 2,
hal. 63-66.
Amalia, E. Hadipoentyanti dan Nursalam. 2008. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma
Terhadap Pertumbahan Kalus dan Tunas Nilam Varietas Sikalang secara
In Vitro. Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu
Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor.
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB

Bandung. Bandung.
BPS

Kabupaten
Tapanuli
Selatan.
2015.
Http://www.badan-pusatstatistik.go.id/badan-pusat-statistik-tapanuliselatan/perkebunan/nilam.htm.
[15 September 2015].

Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2013. Budidaya Tanaman Nilam. Pengembangan
Sarana dan Prasarana Pembangunan perkebunan. Jawa Timur.
Dalimunthe, H. 2014. Uji Pengaruh Suhu Uap Pada Alat Penyuling MinyakAtsiri
Tipe Uap Langsung Terhadap Mutudan Rendemen Minyak Nilam.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Guenther E. The Essential Oils: Vol. 3 – Individual essential oils of the plant
families Rotaceae and Labiatae. Malabar:Krieger Publishing Company;
1972.
Halimah, D.P. 2010. Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
melalui metode fermentasi dan Hidrodistilasi serta Uji Bioaktivitasnya.

Institut Teknologi Sepuluh November http://www.distilasi-minyaknilam/minya-nilam.htm [15 September 2015]
Hernani dan Tri Marwati, 2006, Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses
Pemurnian, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor.
Kardinan, A. dan Ludi., 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma
Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetik. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Kementerian Perindustrian. 2010. Identifikasi Sifat Fisiko-Kimia Komponen
Penyusun Minyak Nilam. Jurnal Hasil Penelitian Industri, Vol.23, 2010:2.
Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Pascapanen Nilam. Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

36

Lutony, T.L dan Yeyet R. 2004. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Ma’mun. 2008. Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Jurnal Pasca Panen
Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.
Mangun, H. M. S., 2008. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso, H.B. 1990. Bertanam

Kanisius.Yogyakarta

Nilam

Bahan

Industri

Wewangian.

Sudaryani, T dan E Sugiharti. 1999. Budidaya Dan Penyulingan Nilam. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006. Minyak Nilam. Dewan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Sumarni, N.B. Aji dan Solekan. 2008. Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan
Pada Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal Teknologi, Vol. 1, 2008: 83-88.

Universitas Sumatera Utara

11


METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember-April 2016. Pengambilan
sampel dan penyulingan minyak dilakukan di desa Huta Holbung, Kecamatan
Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengujian analisis sifat Kimia
dilaksanakan di Laboratorium Kimia-Fisika, Departemen Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Sumatera Utara. Pengujian analisis sifat Fisika dilaksanakan di Badan
Riset dan Standarisasi Nasional (Baristan), Medan.

Bahan dan Alat
Dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut: tanaman
nilam (Pogostemon cablin benth.) bagian ujung, tengah dan bawah yang sudah
dikeringkan, air, minyak nilam yang telah disuling dan dibedakan antara minyak
bagian ujung, tengah dan bawah, etanol 90%, etanol 95 %, larutan pembanding,
aseton, kalium hidroksida (KOH) 0,5 N, asam khlorida (HCl) 0,5 N, indikator
phenolphthalein, larutan sukrosa anhidrat murni, khloroform, feroamonium sulfat,
bahan baku patchouli alcohol dan alpha copaene.
Dalam penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut : ketel penyuling,

kompor, bak kondensor, ember penampung, kertas putih, neraca analitik,
piknometer, refractometer, penangas air, lampu natrium, pipet tetes, gelas ukur 5
ml, tabung reaksi, labu penyabunan, polarimeter, botol penampung, buret titrasi,
penangas air, termometer, kondensor refluks, beaker glass, labu ukur, instrument
kromatografi gas cair, detector ionisasi nyala dan alat AAS.

Universitas Sumatera Utara

12

Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif atau sesuai dengan
persyaratan sampel yang diperlukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang sudah dirajang dan
terbagi menjadi bagian ujung, tengah dan bawah. Sampel diambil dari perkebunan
masyarakat di desa Huta Holbung, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Persiapan Bahan Baku

Pengambilan sampel tanaman nilamdari lapangan dilakukan pada pagi
hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak
nilam yang tinggi. Sampel tanaman nilam yang telah diambil dari lapangan
dirajang dan dipisahkan antara bagian ujung, bagian tengah dan bagian bawah.
Berikut ini adalah cara untuk mengetahui pembagian tanaman nilam:

ujung

tengah

bawah
Gambar 2. Pembagian Letak Tanaman Nilam

Setelah itu tanaman nilam yang sudah dirajang dan dipisahkan,
dikeringkan di bawah sinar matahari selama 6 jam dan di bolak-balik sebanyak 2-

Universitas Sumatera Utara

13


3 kali sehari supaya daun dapat kering, ketika malam tanaman nilam dikeringanginkan di dalam ruangan. Lama pengeringan dilakukan selama 1 minggu.
Santoso (1990) mengatakan bahwa pengeringan dapat dihentikan setelah kadar air
pada daun mencapai sekitar 12-15% dan timbul bau nilam yang keras dan khas
dibandingkan daun segarnya. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
penguapan minyak, sedangkan pengeringan yang terlalu lama akan mengundang
timbulnya cendawan sehingga kualitas minyak nilam menjadi rendah.

Penyulingan Minyak Nilam
Penyulingan tanaman nilam dilaksanakan dengan metode penyulingan
dengan uap air (kukus): bahan yang akan disuling adalah tanaman nilam kering
yang berasal dari ujung, tengah dan bawah masing-masing sebanyak 1,3 kg
dimasukkan kedalam tong penyuling yang telah diisi dengan air, dipasang
penyekat pemisah tanaman nilam dan air, lalu tong ditutup rapat. Tong penyuling
dipanaskan menggunakan kompor. Penyulingan dilaksanakan setelah air mendidih
selama 4-6 jam. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang
dikandung oleh bahan yang disuling. Uap yang dihasilkan dari tong penyuling
dialirkan melalui pipa menuju kondensor (pendingin), sehingga uap terkondensasi
menjadi air kembali. Cairan campuran antara air dan minyak ditampung pada
sebuah bak pemisah cairan. Pada bak inilah terjadi pemisahan antara air dan
minyak, hal ini disebabkan perbedaan berat jenisnya.

Rendemen hasil penyulingan nilam dengan uap air (kukus), dihitung
dengan rumus berikut:

�=

�1
� 100%
�2
Universitas Sumatera Utara

14

Keterangan:
R

= Rendemen (%)

B1

= Berat Minyak yang dihasilkan (gram)


B2

= Berat daun nilam yang disuling (gram)

Minyak nilam yang diperoleh dari penyulingan tersebut dibandingkan
nilainya dengan standar SNI 06-2385-2006, seperti yang tercantum pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Nilam
No.

Jenis Uji

Satuan

1
2
3
4


Warna
Bobot Jenis, 25º/25ºC
Indeks Bias
Kelarutan dalam etanol 90%

-

5
6
7
8
9
10

Bilangan Asam
Bilangan Ester
Putaran Optik
Patchouli alcohol
Alpha copaene
Kandungan besi (Fe)

%
%
mg/kg

Syarat
Kuning muda–coklat kemerahan
9.950 - 0.975
1.507 - 1.515
Larutan jernih dalam perbandingan
volume 1 s/d 10
Maksimum 8
Maksimum 20
(-)48º - (-)65º
Minimal 30
Maksimal 0,5
Maksimal 25

(SNI, 2006).

Uji Minyak Nilam
1. Warna
Metode ini didasarkan pada pengamatan visual dengan menggunakan
indra penglihatan (mata) langsung, terhadap contoh minyak nilam.Prosedurnya
adalah dengan meneteskan minyak nilam menggunakan pipet gondok ke kertas
berwarna putih, tunggu hingga minyak meresap kedalam kertas. Setelah

Universitas Sumatera Utara

15

minyak meresap ke kertas, diamati warnanya dengan mata langsung, jarak
pengamatan antara mata dan contoh 30 cm.

2. Penentuan Bobot Jenis
Perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu
yang sama. Prosedurnya adalah piknometer berkapasitas 5 ml dicuci dan
dibersihkan kemudian dibasuh dengan etanol agar larut. Timbang piknometer
kosong berkapasitas 5 ml dalam lemari timbangan dan biarkan selama 5 menit
untuk mendapatkan berat akurat. Kemudian piknometer kosong diisi dengan
sampel minyak nilam sebanyak 5 ml dan hindari adanya gelembunggelembung udara, timbang kembali piknometer kedalam lemari timbangan dan
biarkan selama 5 menit. Hasil yang diperoleh dihitung dengan rumus berikut:

d=
Keterangan:

�1 − �0
v

v

= Volume piknometer (ml)

�1

= Massa, piknometer beisi sampel (g)

�0

= Massa, piknometer kosong (g)

3. Penentuan Indeks Bias
Metode ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang
ada pada refraktometer. Sampel minyak diteteskan sebanyak 3 tetes kedalam
prisma kerja yang ada pada refraktometer dan hindari adanya gelembunggelembung udara. Hasil diperoleh jika sinar gelap dan terang berada pada
posisi garis yang terdapat pada lensa refraktometer.

Universitas Sumatera Utara

16

4. Penentuan Kelarutan dalam Etanol
Kelarutan minyak nilam dalam etanol absolut atau etanol 90% membentuk
larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan-perbandingan seperti sifat
yang dinyatakan. Prosedurnya adalah dengan membuat larutan pembanding
(0,5 ml larutan AgNO3 0,1 N, 50 ml larutan NaCl 0,0002 N, 1 tetes asam nitrat
HNO3 encer 25%). Larutan pembanding ini dibandingkan dengan sampel
minyak sebanyak 1 ml yang ditetesi dengan etanol 90% hingga larutan bening.
Hasil uji akan membentuk larutan jernih atau opalensi ringan, apabila ditambah
etanol sebanyak sepuluh kali volume sampel yang diuji.

5. Penentuan Bilangan Asam
Jumlah milligram kalium hidroksida (KOH) yang diperlukan untuk
menetralkan asam-asam bebas yang terdapat dalam 4 gram minyak nilam.
Prosedurnya adalah dengan menimbang 4 gram minyak nilam yang dilarutkan
dalam 5 ml etanol netral pada labu saponifikasi. Tambah 5 tetes larutan
fenolftalein sebagai indikator warna. Kemudian larutan di titrasi dengan kalium
hidroksida (KOH) 0,1 N sampai warna merah muda. Hasil yang diperoleh
dihitung dengan rumus berikut:
�������� ���� =

Dengan :

56,1 x V x N


56,1

= Bobot setara KOH

V

= Volume larutan KOH yang diperlukan (ml)

N

= Normalitet larutan KOH (N)

M

= Massa contoh yang diuji

Universitas Sumatera Utara

17

6. Penentuan Bilangan Ester
Penyabunan ester-ester dengan larutan alkali standar dan menitrasi
kembali kelebihan alkali tersebut. Prosedurnya adalah sampel sebanyak 4 gram
dimasukkan kedalam labu pada kondensor refluks, kemudian ditambahkan 25
ml larutan kalium hidroksida (KOH) 0,5 N dan 5 ml etanol. Panaskan larutan
selama 1 jam, biarkan larutan hingga dingin. Setelah itu ditambahkan 5 tetes
larutan fenoptalein dan dititrasi dengan HCL 0,5 N sampai diperoleh
perubahan warna.
Bilangan Ester dihitung dengan rumus :

�=

56,1(�1 − �0 )N
m

Dengan :
56,1

= Bobot setara KOH

�1

= Volume HCl yang digunakan dalam penentuan blanko (ml)

�0

= Volume HCl yang digunakan untuk contoh (ml)

m

= Massa dari contoh yang diuji (g)

N

= Normalitas HCl

7. Putaran Optik
Metode ini didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar
terpolarisasi diputar oleh lapisan minyak pada suhu tertentu. Prosedurnya adalah
dengan mengisi tabung polarimeter, hindari adanya gelembung-gelembung udara
dalam tabung. Letakkan tabung didalam polarimeter dan bacalah putaran optik
dekstro (+) atau levo (-). Dengan menggunakan thermometer yang disisipkan pada

Universitas Sumatera Utara

18

lubang ditengah-tengah periksalah bahwa suhu minyak dalam tabung adalah 20ºC.
Catat hasil pembacaan disekitar 0,08º.

8. Penentuan patchouli alcoholdan alpha copaenemenggunakan kromatografi gas
cair (GLC).
Pemisahan patchouli alcohol dan alpha copaene dari campuran
menggunakan kromatografi gas cair. Kadar patchouli alcohol dan alpha copaene
dihitung dengan membandingkan luas puncaknya dengan luas seluruh komponen.
Kadar ����ℎ���� ����ℎ�� =
Kadar ���ℎ� ������� =

Ap
�100%
A

Ap
�100%
A

Dengan :
Ap

= Luas puncak patchouli alcohol/alpha copaene

A

= Jumlah komponen yang ada

9. Penentuan Kadar Besi (Fe)
Membandingkan nilai absorban larutan contoh terhadap kurva standar.
Kadar besi (Fe) dihitung menggunakan kurva kalibrasi.

Universitas Sumatera Utara

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Penyulingan Minyak Nilam
Berdasarkan proses penyulingan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata
hasil rendemen minyak nilam yang disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut
dapat dilihat bahwa sampel minyak nilam yang berasal dari bagian ujung
memiliki rata-rata rendemen tertinggi yaitu 3,62%, sedangkan sampel minyak
nilam yang berasal dari bagian tengah memiliki rata-rata rendemen 2,34% dan
rata-rata rendemen minyak terendah berasal dari sampel minyak nilam bagian
bawah dengan rata-rata rendemen 1,48%.
Tabel 2. Hasil Rendemen Penyulingan Minyak Nilam
No. Nama Sampel
Berat Sampel

Rata-rata

Input (gram)

Output (gram)

Rendemen (%)

1

Ujung

3900

141,3

3,62%

2

Tengah

3900

91,44

2,34%

3

Bawah

3900

57,87

1,48 %

Tanaman nilam yang terletak pada bagian ujung memiliki rendemen
minyak lebih banyak dibandingkan yang terletak pada bagian tengah dan bagian
bawah. Hal ini dipengaruhi oleh daun yang berada di bagian ujung biasanya
merupakan daun yang masih muda sehingga kelenjar minyaknya lebih banyak.
Sedangkan daun yang berada pada bagian bawah tergolong daun yang sudah tua.
Pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak
akan menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap atau
hilang (Mangun 2008dalam Dalimunthe 2008).
Waktu pemanenan nilam juga berpengaruh terhadap jumlah minyak yang
dihasilkan. Menurut Santoso (1990) waktu pemanenan nilam harus dilakukan pagi

Universitas Sumatera Utara

20

atau sore hari, dan jangan pada siang hari. Sebab pemanenan nilam pada siang
hari akan menyebabkan terjadinya proses metabolisme pada sel-sel daun sehingga
menekan atau mengurangi laju pembentukan minyak, terjadinya proses transpirasi
daun yang lebih cepat dan kondisi daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek.
Menurut Kardinan dan Ludi (2004), kadar minyak nilamspesies P cablin
Benth. idealnya adalah sebesar 2,5-5,0%, sedangkan rendemen minyak nilam
yang dihasilkan pada sampel minyak yang berasal daribagian tengah dan bawah
masih dibawah 2,5%. Rendahnya rendemen minyak pada bagian tengah dan
bawah adalah karena komposisi batang dan cabang yang lebih banyak dari daun.
Batang dan cabang memiliki rendemen lebih rendah dibandingkan daun
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Pengujian Minyak Nilam di Laboratorium
1. Warna
Hasil pengujian warna dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 3. Pengamatan Visual Warna Minyak Nilam(SNI 06-2385-2006 Kuning
Muda-Coklat Kemerahan)
No.

Nama Sampel

Warna

1

Ujung

Kuning Muda

2

Tengah

Kuning Kemerahan

3

Bawah

Kuning Kemerahan

Berdasarkan pengamatan pada warna yang telah dilakukan, diketahui
bahwa sampel pada bagian ujung memiliki warna kuning muda, sedangkan pada
bagian tengah dan bawah memiliki warna kuning kemerahan. Sampel minyak

Universitas Sumatera Utara

21

yang berasal dari bagian tengah dan bawah memiliki warna yang lebih gelap
dibandingkan warna sampel minyak yang berasal bagian ujung.
Penyebab lebih gelapnya minyak yang berasal dari sampel yang terletak
pada bagian tengah dan bawah adalah karena berasal dari bagian ranting dan
batang. Bagian ranting dan batang ini banyak mengandung bahan pengotor
(kotoran, debu, pasir) dan besi(Fe). Hal ini sesuai dengan pernyataan Alam (2007)
yang menyatakan bahwa warna minyak nilam yang gelap (kecoklatan-coklat tua)
disebabkan oleh kandungan Fe dan kotoran yang terkandung didalamnya lebih
tinggi.
Warna dari hasil sampel minyak nilam ini memenuhi standar SNI 062385-2006 yang syaratnya minyak nilam harus memiliki warna kuning mudacoklat kemerahan.

2. Bobot Jenis
Nilai bobot jenis minyak atsiri didefenisikan sebagai perbandingan antara
berat minyak dengan berat air pada volume minyak dan volume air yang sama
pula. Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat yang terkandung
didalamnya.
Pada hasil pengujian bobot jenis minyak nilam yang ada pada grafik di
bawah ini diperoleh hasil bahwa bobot jenis minyak nilam tertinggi terletak pada
bagian bawah yaitu 0,9815 diikuti bagian tengah yaitu 0,9792, sedangkan bobot
jenis terendah terletak pada sampel minyak bagian ujung yaitu 0,9768.
Hasil pengujian dari bobot jenis disajikan pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara

22

Bobot jenis (SNI 0,950-0.975)

0,985
0,98

0,9815

0,975
0,97
0,965

0,9792

0,96
0,9768

0,955
0,95

Ujung

Tengah

Bawah

Gambar 3. Grafik Bobot Jenis Minyak Nilam

Pengujian bobot jenis minyak nilam ini tidak memenuhi standar
SNI 06-2385-2006 yang persyaratannya nilai dari bobot jenis minyak nilam antara
0,950-0,975.
Faktor yang menyebabkan tingginya bobot jenis minyak yang berasal dari
sampel tengah dan bawah adalah karena terdapat ranting dan batang yang cukup
banyak ketika proses penyulingan. Sudaryani dan Sugiharti (1999) menyatakan
bahwa bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya, sehingga tidak
dianjurkan untuk disuling.

3. Indeks Bias
Metode penentuan indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung
sudut bias minyak yang dipertahankan. Pengujian indeks bias menggunakan alat
refraktometer.
Hasil Pengujian dari indeks bias dapat disajikan pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara

23

Indeks bias
(SNI 1,507-1,515)

1,53
1,52
1,51
1,5
1,49
1,48
1,47
1,46
1,45

1,5046
1,5043
1,5034
Ujung

Tengah

Bawah

Gambar 4. Grafik Indeks Bias Minyak Nilam

Pada pengujian indeks bias yang telah dilakukan, diperoleh hasil rata-rata
nilai indeks bias tertinggi terletak pada minyak yang berasal dari bawah yaitu
1,5046, diikuti minyak yang berasal dari bagian tengah yaitu 1,5043. Nilai indeks
bias terendah terletak pada minyak yang berasal dari ujung yaitu 1,5034.
Berdasarkan standar SNI 06-2385-2006, nilai indeks bias minyak nilam
yang diuji belum memenuhi standar karena nilai indeks bias yang diuji belum
mencapai 1,507-1,515. Dalam penelitian Harimurti dkk(2012) diperoleh hasil,nilai
indeks bias dapat berpengaruh dengan adanya kandungan air yang terikut dalam
minyak atsiri. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai
indeks biasnya. Hal ini disebabkan sifat dari air yang mudah untuk membiaskan
cahaya yang datang. Selain itu, besarnya indeks bias minyak nilam juga
ditentukan

oleh

metode

pemrosesan,

umur

minyak

nilam

dan

rasio

komponenkomponen dalam minyak nilam.

Universitas Sumatera Utara

24

4. Kelarutan dalam Etanol 90%
Hasil Pengujian kelarutan dalam etanol minyak nilam disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4. Kelarutan Minyak Nilam dalam Etanol 90%
No. Nama Sampel
Kelarutan Dalam Etanol 90%
1

Ujung

Bening

2

Tengah

Bening

3

Bawah

Bening

Pada tabel hasil pengujian kelarutan dalam etanol 90% diatas diperoleh
hasil bahwa sampel uji minyak yang berasal dari bagian ujung, tengah dan bawah
memiliki kelarutan dalam etanol berwarna bening, warna sampel ini lebih bening
dari larutan pembanding. Suatu larutan dapat dikatakan bening apabila sinar bias
cahaya dapat melewati larutan.
Guenther (1972) dalam Harimurti, dkk (2012) mengatakan bahwa
kelarutan minyak dalam alkohol/etanol ditentukan oleh jenis komponen kimia
yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung
persenyawaan terpen beroksigen lebih mudah larut daripada senyawa terpen yang
tidak mengikat oksigen. Semakin tinggi kandungan terpen, maka daya larutnya
akan semakin rendah. Dapat disimpulkan bahwa semakinkecil kelarutan minyak
nilam pada etanol (ditandai dengan warna yang semakin bening) maka kualitas
minyak nilam semakin baik.
Berdasarkan standar SNI 06-2388-2006 kelarutan minyak nilam dalam etanol
90% sudah memenuhi standar. Hal ini karena larutan yang dihasilkan bening
dalam perbandingan volume 1:10.

Universitas Sumatera Utara

25

Gambar 5. Hasil Pengujian Kelarutan dalam Etanol 90%

5. Bilangan Asam
Hasil pengujian bilangan asam dapat dilihat dari grafik berikut:
Bilangan asam
8
7
6
5
4
3
2
1
0

(SNI maksimal 8)

5,323
4,676
3,273

Ujung

Tengah

Bawah

Gambar 6. Grafik Nilai Bilangan Asam Minyak Nilam

Berdasarkan grafik, rata-rata bilangan asam terendah terletak pada bagian
ujung yaitu 3,273 disusul bagian tengah yaitu 4,676. Sedangkan rata-rata bilangan
asam tertinggi terdapat pada sampel yang terletak pada bagian bawah yaitu 5,323.
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.
Kenaikan bilangan asam akan mempengaruhi kualitas minyak nilam dimana
senyawa-senyawa asam tersebut akan mengubah aroma khas dari minyak
nilam.Guenther (1972) dalam Harimurti, dkk (2012) mengatakan bahwa sebagian
komponen minyak nilam dan minyak atsiri pada umumnya, jika kontak dengan

Universitas Sumatera Utara

26

udara atau berada pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi
dengan udara (oksigen) sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Oksidasi
komponen-komponen minyak nilam terutama dari golongan aldehid dapat
membentuk gugus asam karboksilat sehingga bilangan asam suatu minyak atsiri
akan meningkat.
Bilangan asam pada sampel yang diteliti sudah memenuhi standar SNI 062385-2006 dimana persyaratan bilangan asam maksimal 8. Nilai bilangan asam
pada sampel yang diuji adalah dibawah 8.

6. Bilangan Ester
Hasil pengujian bilangan ester dapat dilihat dari gambar grafik berikut:

Bilangan ester
(SNI maksimal 20)

17
15
13
11
9
7
5
3
1

15,78
12,44

10,32

Ujung

Tengah

Bawah
Gambar

7. Grafik Nilai Bilangan Ester Minyak Nilam

Pada hasil pengujian diperoleh bahwa rata-rata nilai bilangan ester
tertinggi terdapat pada sampel minyak yang terletak pada bawah yaitu 15.78,
kemudian diikuti sampel pada bagian tengah yaitu 12.44. Sedangkan sampel
minyak nilam dengan rata-rata bilangan ester terendah terletak pada bagian ujung
yaitu 10,32. Agusta (2000) mengatakan bahwa jika minyak atsiri mengandung

Universitas Sumatera Utara

27

lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alkohol, keton, fenol, dan ester
lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui
bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu
penyakit. Jadi semakin tinggi nilai bilangan ester dari sampel yang diuji maka
gugus aktif yang berfungsi melawan penyakit juga lebih tinggi.
Akan tetapi, dalam penelitian Harimurti, dkk (2012) diperoleh hasil bahwa
nilai bilangan ester yang terlalu tinggi, justru mengindikasikan adanya pemalsuan
dalam minyak nilam.Bilangan ester pada sampel yang diteliti sudah memenuhi
standarSNI 06-2385-2006 dimana persyaratan bilangan ester maksimal 20.

Gambar 8. Hasil Pengujian Bilangan Ester
7. Putaran Optik
Putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat.
Metode ini didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar terpolarisasi
diputar oleh lapisan minyak pada suhu tertentu. Berikut hasil data dari pengujian
bilangan optik:

Universitas Sumatera Utara

28

Putaran Optik (SNI (-)48º - (-)65º)
0
-10
-20

-48,96

-30

-51,26

-40
-50

-58,16

-60
-70
Ujung

Tengah

Bawah

Gambar 9. Grafik Pengujian Putaran Optik

Dari hasil pembacaan putaran optik pada polarimeter diperoleh hasil nilai
putaran optik terendah terletak pada sampel pada bagian ujung yaitu (-)48,96º,
kemudian pada sampel pada bagian tengah yaitu (-)51.26º. Sedangkan nilai
putaran optik tertinggi terletak pada sampel pada bagian bawah yaitu 58,16º.
Nilai-nilai ini sudah memenuhi standar putaran optik SNI 06-2388-2006 yaitu()48º - (-)65º.
Pada minyak atsiri bahan yang mengotorinya antara lain adalah debu,
oksida logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi
di dalamnya yang menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008). Jadi
tingginya nilai putaran optik diakibatkan oleh warna minyak yang gelap akibat
tingginya kadar besi dan kotoran. Kotoran yang terdapat pada minyak memiliki
molekul yang struktur dan ukurannya lebih tinggi dari molekul dan struktur
penyusun minyak nilam sehingga berpengaruh terhadap pembacaan polarimeter.

Universitas Sumatera Utara

29

Gambar 10. (a) polarimeter, (b) tabung polarimeter

8. Patchouli alcohol
Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak
nilam, makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu
minyak nilam (Ma’mun, 2008).Semakin tinggi kadar Patchouli alcohol dapat
meningkatkan harga jual dipasaran.
Berdasarkan

hasil

analisa

komponen

minyak

atsiri

dengan

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KGSM) untuk mengetahui komponen
senyawa penyusun minyak atsiri Pogostemon cablin Benth. diperoleh hasil
pembacaan kadungan patchouli alcohol minyak nilam:
Tabel 5. Hasil Analisis Patchouli Alcohol
No. Nama Sampel
Patchouli Alcohol
1

Ujung 1

27,30%

2

Tengah 1

34,56%

3

Bawah 1

37,30%

Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa kadar patchouli alcohol terendah
terletak pada bagian sampel yang terletak pada bagian ujung dengan rata-rata
kadar patchouli alcohol27,3%. Pada sampel bagian tengah rata-rata kadar

Universitas Sumatera Utara

30

patchouli alcohol-nya adalah34,56%. Dan kadar patchouli alcoholtertinggi
terletak pada sampel bagian bagian bawah rata-rata 37,3%.
Berdasarkan standar SNI 06-2385-2006, kadar patchouli alcoholyang ideal
adalah diatas 30%. Bagian sampel yang terletak pada bagian ujung belum
memenuhi standar karena kandungan patchouli alcohol-nya masih dibawah 30%.
Sedangkan kadar patchouli alcoholpada sampel bagian tengah dan bawah sudah
memenuhi standar SNI 06-2385-2006.
Kandungan Patchouli alcohol tertinggi terletak pada akar dan batang.
Tetapi mutu rendemen dari akar dan batang nilam lebih rendah bila dibandingkan
dengan yang berasal dari daun (Sudaryani dan Sugiharti, 1999). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Halimah (2010) yang menyatakan bahwa patchouli alcohol
mempunyai persentase terbesar pada batang, tapi sangat sedikit pada daun.
Minyak yang berasal dari ujung memiliki kadar patchouli alcohollebih
rendah karena bahan baku penyulinganyang hampir seluruhnya daun. Berbeda hal
dengan minyak yang berasal dari bagian bawah, pada proses penyulingan minyak
yang berasal dari bagian bawah mengandung lebih banyak ranting dan batang
dibandingkan daun.
Dapat disimpulkan bahwa minyak yang berasal dari ujung memiliki kadar
patchouli alcoholrendah, tetapi memiliki nilai dan mutu rendemen yang tinggi.
Sedangkan minyak yang berasal dari bagian bawah mengandung kadar patchouli
alcoholyang tinggi, tetapi memiliki nilai dan mutu rendemen yang rendah.

9. Alpha copaene
Alpha copaene adalah nama lain dari hidrokarbon cair yang ditemukan
pada sejumlah tanaman penghasil minyak atsiri. Pada sampel minyak yang diuji,

Universitas Sumatera Utara

31

tidak ditemukan kandungan alpha copaene, karena biasanya kandungan alpha
copaene ditemukan pada minyak yang berasal dari daun yang terkena hama atau
penyakit. Pengujian alpha copaenememenuhi standar SNI 06-2385-2006 karena
nilai alpha copaeneyang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,5 mg/kg.

10. Kadar besi (Fe)
Penentuan kadar besi (Fe) dilakukan dengan membandingkan nilai absorban
larutan yang diuji terhadap kurva standard, hasil pengujiannya tersaji pada gambar
grafik berikut:
Kadar Besi
(SNI Maksimal 25 mg/kg)
70
60
61,483

50
40
30
20
10

18,849

15,448

0
Ujung

Tengah

Bawah

Gambar 11. Hasil Pengujian Kadar Besi

Pada hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel pada bagian ujung
memiliki rata-rata kadar besi 18,849 mg/kg, sedangkan sampel minyak yang
berasal dan tengah memiliki rata-rata kadar besi 15,448 mg/kg. Rata-rata kadar
besi tertinggi terdapat pada sampel minyak yang berasal dari bawah yaitu 61,483
mg/kg. Sampel minyak yang berasal dari ujung dan tengah memenuhi standarSNI
06-2388-2006, kadar maksimal kandungan besi yang diperbolehkan adalah

Universitas Sumatera Utara

32

maksimal 25 mg/kg. Sedangkan pada sampel minyak pada bagian bawah tidak
memenuhi standar SNI 06-2388-2006.
Sudaryani

dan

Sugiharti

(1999)

menyatakan

bahwa

hal

yang

mempengaruhi tingginya kadar besi dan rendahnya mutu minyak nilam adalah
karena penanganan pasca panen yang masih dilakukan secara tradisional dan
sederhana. Sampel minyak yang terletak pada bagian bawah dekat dengan tanah
banyak mengandung kotoran dan debu yang memicu meningkatkan kadar besi.
Selain itu hal yang paling mempengaruhi tingginya kadar besi adalah penggunaan
drum-drum penyulingan. Alam (2007) menyatakan bahwa umumnya petani
penyuling minyak nilam masih menggunakan alat yang biasanya terbuat dari
drum-drum bekas sehingga minyak nilam yang dihasilkan mengandung banyak
unsur besi dalam rendemen dan sebagai akibatnya warna minyak nilam juga
berwarna gelap.Semakin tinggi kadar besi juga dapat merusak senyawa-senyawa
kimia yang bermanfaat dalam minyak.

Universitas Sumatera Utara

33

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Sampel minyak yang berasal dari daun yang terletak pada bagian ujung
memiliki hasil rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan sampel minyak
yang berasal dari bagian tengah dan bawah tetapi lebih sedikit mengandung
patchouli alcohol dibandingkan sampel bagian tengah dan bawah.
Berdasarkan uji sifat Kimia-Fisika minyak nilam, diketahui bahwa uji
warna, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, dan putaran
optik masing-masing sampel sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006.
Sedangkan untuk uji bobot jenis dan indeks bias masing-masing sampel belum
memenuhi standar SNI 06-2385-2006.
Kadar patchouli alcohol yang memenuhi standar hanya sampel minyak
yang berasal dari bawah sedangkan sampel yang berasal dari ujung dan tengah
belum memenuhi standar.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bagian ujung, tengah
dan bawah tanaman nilam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada sampel
tanaman nilam bagian ujung memiliki rendemen yang tinggi namun kandungan
patchouli alcohol-nya rendah, sampel tanaman nilam bagian tengah memiliki
rendemen yang standar dan kadar patchouli alcoholyangtidak terlalu tinggi.
Sedangkan pada bagian sampel tanaman bagian bawah memiliki bobot jenis tinggi
dan rendemen rendah, namun memiliki kadar patchouli alcoholyang tinggi. Untuk
mendapatkan kualitas minyak yang baik adalah dengan menyuling hampir

Universitas Sumatera Utara

34

keseluruhan bagian tanaman, namun mengurangi proporsi batang agar bobot jenis
minyak yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

Saran
Kepada

penelitian

selanjutnya

disarankan

untuk

memperhatikan

penggunaan tong penyuling yang digunakan dalam proses penyulingan minyak.
Tong penyulingan yang berkarat berpengaruh terhadap tinggi kadar besi dalam
minyak yang mengakibatkan kualitas minyak berkurang.

Universitas Sumatera Utara

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Nilam

Gambar 1. Tanaman Nilam

Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikan dalam:
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Pogostemon

Spesies

: Pogostemon, spp.

(Kardinan dan Ludi, 2004).
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman
nilam menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan
yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan nilam ini berkisar
2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik
untuk tanaman nilam adalah 24ºC-28ºC dengan kelembaban lebih dari 75%
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Universitas Sumatera Utara

5

Jenis-Jenis Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:
1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth. atau Pogostemon patchouli)
Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam
Aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk
jenis nilam yang bermutu tinggi.
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)
Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan
pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing,
dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang
rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India
hingga Filipina.
3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth.)
Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan
atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 m.
Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh,
namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth.),
berupa semak dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol,
podsolik, dan grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase
yang baik dan pH tanah 5-7. Tanaman ini membutuhkan curah hujan atau
ketersediaan air yang cukup dengan suhu 24-28°C. Indonesia merupakan negara

Universitas Sumatera Utara

6

tropis yang mempunyai curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh
karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia
terdapat di beberapa daerah yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu,
Jawa Tengah dan Jawa Barat (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Pascapanen Nilam
Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan.
Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan),
perajangan dan penyulingan. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan
bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan
penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua
macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat
juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun
agar tetap mengandung minyak yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang
hari, sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan
minyak berkurang. Bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya,
sehingga tidak dianjurkan untuk disuling (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Jenis-Jenis Penyulingan
Penyulingan

minyak

atsiri

adalah

suatu

proses

pengambilan

(pemisahan) minyak dari bahannya dengan bantuan uap air. Pemisahan

Universitas Sumatera Utara

7

minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan
uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam alat suling terdapat
minyak

dan

air,

dimana

keduanya

bersifat

tidak

dapat

bercampur

(Ma’mun, 2008).
Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh
minyak nilam, yaitu:
1. Penyulingan dengan uap air
Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang
mendidih. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang
dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui
sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).
2. Penyulingan dengan uap dan air
Prinsip penyulingan ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah.
Pada saat penyulingan bahan yang disuling tidak berhubungan langsung
dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air
keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela
bahan.
3. Penyulingan dengan uap langsung
Pada cara ini, ketel perebusan air dipisahkan dari ketel penyuling yaitu
ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel dialirkan pada
sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Setelah mengalami kondensasi,
campuran minyak dan air dicampur pada bak pemisah cairan
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Universitas Sumatera Utara

8

Rendahnya kadar patchoulialkohol dalam minyak nilam inimenyebabkan
minyak nilam yang dihasilkankurangmemenuhi standar kualitas ekspor. Hal ini
disebabkan, pada umumnya petani nilamkurangmemperhatikan kondisi operasi
sepertiperlakuan terhadap bahan baku, proporsibatang dengan daun, cara
penyulingan, jenisbahan alat suling yang dipakai danpenambahan air umpan ketel,
serta sirkulasipendinginan yang kurang memadai.Umumnya Petani penyuling
minyak

nilammasihmenggunakan

alat

yang

biasanya

terbuat

dari drum-drum bekas sehingga minyaknilam yang dihasilkan mengandung
banyakunsur besi dalam rendemen dan sebagaiakibatnya warna minyak nilam
juga berwarnagelap (Alam, 2007).

Sifat Kimia-Fisika Minyak Nilam
Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam,
makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam.
Pada minyak nilambahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida
logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di
dalamnya. Pengotoran minyak yang terbanyak adalah karat besi (Fe2O3) yang
menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008).
Patchouli alcohol merupakansesquiterpene alkohol yang dapat diisolasi
dariminyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalamalkohol, eter atau pelarut
organik yang lain.Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37°C dankristal yang
terbentuk mempunyai titik lebur 56°C (Halimah, 2010).
Sebagaimana minyak atsiri lainnya, minyak nilam tersusun dari berbagai
senyawa kimia, antara lain patchouli alcohol, pogostol, bulnesol, nor-

Universitas Sumatera Utara

9

patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid, terpen dan lain-lain. Komposisi
kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan.
Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap
minyak (Ma’mun, 2008).

Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Nilam
Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi
kandungan minyak hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat
pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyulingan minyak nilam
sangat tergantung dari mutu daunnya. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain
kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan
nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan
menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap (Mangun dalam
Dalimunthe, 2008).
Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu
minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan
untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Banyak faktor yang mempengaruhi
kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan,
panen dan pasca panen (Amalia dan Nursalim, 2008).
Sementara itu masih banyak ditemui minyak nilam yang diproduksi di
Indonesia mempunyai kadar patchouli alkohol yang masih rendah yaitu dibawah
30%. Hal ini disebabkan antara lain karena penanganan pasca panen bahan
sebelum disuling belum baik, peralatan dan cara sederhana, waktu penyulingan
yang singkat yaitu 3-4 jam (waktu penyulingan optimal 5-6 jam) dan pengaruh

Universitas Sumatera Utara

10

daerah asal bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya harga dan tidak
memenuhi permintaan pasar (Kementerian Perindustrian, 2010).
Dalam perdagangan, standar mutu minyak atsiri dinyatakan dalam sifat
organoleptik dan sifat fisika-kimia. Pemberlakuan standar mutu merupakan faktor
penting dalam menghadapi persaingan perdagangan, terutama di dunia
internasional. Disamping itu, penerapan standar mutu minyak atsiri dapat
mengurangi praktek-praktek pemalsuan minyak nilam dengan bahan-bahan lain
(Ma’mun, 2008).

Manfaat Minyak Nilam
Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air
sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang
lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah
minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam
industri wangi-wangian, kosmetik dan sebagainya. Minyak nilam juga dapat
digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan
minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bias digantikan oleh
minyak

apapun

sehingga

sangat

penting

dalam

dunia

perfumery

(Lutony dan Yeyet, 2004).
Minyak nilam sangat bermanfaat untuk perawatan kulit yang rusak.
Minyak ini akan menghalangi terjadinya kulit yang rusak. Minyak ini akan
menghalangi terjadinya kulit keriput dan pecah-pecah. Juga sangat membantu
mengurangi depresi, gelisah dan stress (Agusta, 2000).

Universitas Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar
yang cukup penting diperdagangan dunia. Indonesia memiliki 40 jenis minyak
atsiri yang dapat diperdagangkan, namun hanya sekitar 14 jenis yang diekspor,
seperti: minyak nilam, minyak pala, minyak sereh wangi, minyak kenanga,
minyak akar wangi, minyak kayu putih, minyak cengkeh, minyak lada, minyak
jahe (Halimah, 2010).
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok
tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di
samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat
dibuat dalam bentuk sintesis. Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar
dalam penghasil devisa negara diantara minyak atsiri lainnya. Namun produksi
minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal.
Minyak nilam merupakan komoditi ekspor non migas. Minyak nilam ini sudah
popular di kanca internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan
masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini
merupakan prospek bisnis yang menjanjikan karena minyak nilam ini diminati
oleh beberapa negara (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2013).
Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai fungsi
dan kegunaan yang luas karena wanginya yang khas maka sering digunakan
sebagai parfum untuk pakaian, karpet, barang-barang tenun, industri sabun, dan
kosmetik. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan “fiksatif”, yaitu

Universitas Sumatera Utara

2

peningkatan bau wangi untuk kosmetika maupun untuk minyak wangi
(Sumarni dkk., 2008).
Dalam dunia perdagangan minyak nilam dikenal dengan nama minyak
patchouli oil. Nilam merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri yang
cukup penting peranannya, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai
sumber pendapatan petani. Ekspor minyak nilam mencapai 700–1500 ton per
tahun. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, pada saat ini
Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar dunia dengan kontribusi
sekitar 70-90% (Hernani dan Marwati, 2006).
Tapanuli Selatan merupakan salah satu provinsi di Sumatera Utara sebagai
sentra penghasil minyak nilam. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli
Selatan (2015) menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan nilam di Tapanuli
Selatan mencapai 18 ha. Lahan Perkebunan nilam yang ada hampir seluruhnya
merupakan perkebunan masyarakat. Potensi nilam di Tapanuli Selatan pada tahun
2012 mencapai 6 ton, namun mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu hanya
mampu mencapai 3 ton.
Merosotnya volume ekspor nilam dan peranannya disebabkan oleh kurang
insentifnya petani terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil dan
sebagainya. Alasan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa perkembangan luas
tanaman nilam diliputi suasana ketidakpastian dan tidak pernah menunjukkan
trend kenaikan. Ketidakpastian pembudidayaan nilam ini jelas akan berpengaruh
terhadap produksi minyak yang dihasilkan (Santoso, 1990).
Semua bagian tanaman nilam yaitu batang, cabang dan daun mengandung
minyak atsiri. Mutu minyak dari batang dan cabang umumnya lebih rendah

Universitas Sumatera Utara

3

dibandingkan yang berasal dari daun. Namun bobot jenis minyak nilam yang
berasal dari cabang dan batang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak
nilam yang berasal dari daun (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Namun dalam proses penyulingan minyak nilam, para petani tidak
menyuling minyak nilam dalam bentuk daun saja ataupun batang saja. Akan tetapi
para petani cenderung merajang tanaman nilam menjadi tiga bagian yaitu bagian
ujung, tengah dan bawah. Pada bagian ujung, lebih banyak terdapat daun-daun
yang masih muda; bagian tengah terdapat daun, ranting, dan batang; sedangkan
pada bagian bawah terdapat sedikit daun dan lebih banyak ranting dan
batang.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh bagian
tanamanterhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bagian tanaman
terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kualitas minyak nilam sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pemanfaatan dan
penyulingan minyak nilam.

Hipotesis
Ada perbedaan antara kualitas minyak nilam yang berada pada bagian
ujung, tengah dan bawah tanaman.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ADE YULISA LUBIS: Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin
Benth.) Berdasarkan Bagian Tanaman. Dibimbing oleh RIDWANTI
BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok
tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di
samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat
dibuat dalam bentuk sintesis.Namun masih sedikit yang menanam atau berkebun
nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagian tanaman nilam yang
mempunyai kualitas minyak yang paling bagus. Metode penelitian ini adalah
dengan mengambil sampel tanaman bagian ujung, tengah dan bawah yang telah di
suling kemudian dihitung rendemennya dan dibandingkan nilainya dengan
standar SNI 06-2385-2006. Adapun standar yang dinilai adalah warna, bobot
jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester,
putaran optik, patchouli alcohol, alpha copaene dan kandungan besi.
Dari hasil penelitian ini hanya uji warna, kelarutan dalam etanol 90%,
bilangan asam, bilangan ester, dan putaran optik, alpha copaeneyang sudah
memenuhi standar SNI 06-2385-2006.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
ini adalah bagian ujung, tengah dan bawah tanaman nilam mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Untuk mendapatkan kualitas minyak yang baik adalah dengan
menyuling hampir keseluruhan bagian tanaman, namun mengurangi proporsi
batang agar bobot jenis minyak yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

Keywords : Tanaman nilam, patchouli alcohol, penyulingan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ADE YULISA LUBIS: Differences in quality of patchouli oil (Pogostemon cablin
Benth.) based in part on the plant. By RIDWANTI BATUBARA DAN
AFIFUDDIN DALIMUNTHE

Patchouli plants (Pogostemon cablin Benth.) is a group of essential oil
producing plants, have a good prospects because beside the high price, until now
the oil can’t be made in the form of synthesis. But, only a few farmers are planting
or gardening, while patchouli oil has a good prospects.
This study aims to determine the patchouli plant parts that have a good
quality oil. This research was took samples of plants the tip, middle and bottom of
distilled and compared in rate with SNI 06-2385-2006 standard. The standard was
color, density, the refractive index, solubility in 90% etanol, acid levels, ester
levels, optical rotation, patchouli alcohol, alpha copaene and rate of Fe.
The results of this research were color, solubility in 90% etanol, acid
levels, ester levels, optical rotation and alpha copaene complied with SNI 062385-2006 standard. The conclusion of this research is the part of plants (tip,
middle, and top) of patchouli have advantages and disadvantages.To get a good
quality oil is distilling almost all the part of plants. But deduct the proportion of
stems till the resulting of density is not too high.

Keyword: Patchouli, patchouli alcohol, distilation

Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon
cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN

SKRIPSI

Oleh :
Ade Yulisa Lubis
121201001/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon
cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN

SKRIPSI

Oleh :
Ade Yulisa Lubis
121201001/Teknologi Hasil Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
Berdasarkan Bagian Pada Tanaman
Nama
:Ade Yulisa Lubis
NIM
: 121201001
Program Studi : Kehutanan
Jurusan
: Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Ridwanti Batubara, S.Hut, MP)
(Afifuddin Dalimunthe, SP, MP)
Ketua
Anggota

Mengetahui

(Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D)
Dekan Fakultas Kehutanan

Tanggal Lulus:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ADE YULISA LUBIS: Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin
Benth.) Berdasarkan Bagian Tanaman. Dibimbing oleh RIDWANTI
BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok
tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di
samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya bel