Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Nilam
Gambar 1. Tanaman Nilam
Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikan dalam:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon, spp.
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman
nilam menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan
yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan nilam ini berkisar
2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik
untuk tanaman nilam adalah 24ºC-28ºC dengan kelembaban lebih dari 75%
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
5
Jenis-Jenis Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:
1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth. atau Pogostemon patchouli)
Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam
Aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk
jenis nilam yang bermutu tinggi.
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)
Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan
pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing,
dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang
rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India
hingga Filipina.
3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth.)
Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan
atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 m.
Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh,
namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth.),
berupa semak dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol,
podsolik, dan grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase
yang baik dan pH tanah 5-7. Tanaman ini membutuhkan curah hujan atau
ketersediaan air yang cukup dengan suhu 24-28°C. Indonesia merupakan negara
Universitas Sumatera Utara
6
tropis yang mempunyai curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh
karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia
terdapat di beberapa daerah yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu,
Jawa Tengah dan Jawa Barat (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Pascapanen Nilam
Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan.
Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan),
perajangan dan penyulingan. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan
bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan
penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua
macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat
juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun
agar tetap mengandung minyak yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang
hari, sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan
minyak berkurang. Bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya,
sehingga tidak dianjurkan untuk disuling (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Jenis-Jenis Penyulingan
Penyulingan
minyak
atsiri
adalah
suatu
proses
pengambilan
(pemisahan) minyak dari bahannya dengan bantuan uap air. Pemisahan
Universitas Sumatera Utara
7
minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan
uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam alat suling terdapat
minyak
dan
air,
dimana
keduanya
bersifat
tidak
dapat
bercampur
(Ma’mun, 2008).
Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh
minyak nilam, yaitu:
1. Penyulingan dengan uap air
Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang
mendidih. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang
dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui
sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).
2. Penyulingan dengan uap dan air
Prinsip penyulingan ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah.
Pada saat penyulingan bahan yang disuling tidak berhubungan langsung
dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air
keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela
bahan.
3. Penyulingan dengan uap langsung
Pada cara ini, ketel perebusan air dipisahkan dari ketel penyuling yaitu
ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel dialirkan pada
sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Setelah mengalami kondensasi,
campuran minyak dan air dicampur pada bak pemisah cairan
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
8
Rendahnya kadar patchoulialkohol dalam minyak nilam inimenyebabkan
minyak nilam yang dihasilkankurangmemenuhi standar kualitas ekspor. Hal ini
disebabkan, pada umumnya petani nilamkurangmemperhatikan kondisi operasi
sepertiperlakuan terhadap bahan baku, proporsibatang dengan daun, cara
penyulingan, jenisbahan alat suling yang dipakai danpenambahan air umpan ketel,
serta sirkulasipendinginan yang kurang memadai.Umumnya Petani penyuling
minyak
nilammasihmenggunakan
alat
yang
biasanya
terbuat
dari drum-drum bekas sehingga minyaknilam yang dihasilkan mengandung
banyakunsur besi dalam rendemen dan sebagaiakibatnya warna minyak nilam
juga berwarnagelap (Alam, 2007).
Sifat Kimia-Fisika Minyak Nilam
Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam,
makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam.
Pada minyak nilambahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida
logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di
dalamnya. Pengotoran minyak yang terbanyak adalah karat besi (Fe2O3) yang
menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008).
Patchouli alcohol merupakansesquiterpene alkohol yang dapat diisolasi
dariminyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalamalkohol, eter atau pelarut
organik yang lain.Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37°C dankristal yang
terbentuk mempunyai titik lebur 56°C (Halimah, 2010).
Sebagaimana minyak atsiri lainnya, minyak nilam tersusun dari berbagai
senyawa kimia, antara lain patchouli alcohol, pogostol, bulnesol, nor-
Universitas Sumatera Utara
9
patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid, terpen dan lain-lain. Komposisi
kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan.
Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap
minyak (Ma’mun, 2008).
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Nilam
Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi
kandungan minyak hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat
pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyulingan minyak nilam
sangat tergantung dari mutu daunnya. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain
kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan
nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan
menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap (Mangun dalam
Dalimunthe, 2008).
Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu
minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan
untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Banyak faktor yang mempengaruhi
kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan,
panen dan pasca panen (Amalia dan Nursalim, 2008).
Sementara itu masih banyak ditemui minyak nilam yang diproduksi di
Indonesia mempunyai kadar patchouli alkohol yang masih rendah yaitu dibawah
30%. Hal ini disebabkan antara lain karena penanganan pasca panen bahan
sebelum disuling belum baik, peralatan dan cara sederhana, waktu penyulingan
yang singkat yaitu 3-4 jam (waktu penyulingan optimal 5-6 jam) dan pengaruh
Universitas Sumatera Utara
10
daerah asal bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya harga dan tidak
memenuhi permintaan pasar (Kementerian Perindustrian, 2010).
Dalam perdagangan, standar mutu minyak atsiri dinyatakan dalam sifat
organoleptik dan sifat fisika-kimia. Pemberlakuan standar mutu merupakan faktor
penting dalam menghadapi persaingan perdagangan, terutama di dunia
internasional. Disamping itu, penerapan standar mutu minyak atsiri dapat
mengurangi praktek-praktek pemalsuan minyak nilam dengan bahan-bahan lain
(Ma’mun, 2008).
Manfaat Minyak Nilam
Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air
sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang
lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah
minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam
industri wangi-wangian, kosmetik dan sebagainya. Minyak nilam juga dapat
digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan
minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bias digantikan oleh
minyak
apapun
sehingga
sangat
penting
dalam
dunia
perfumery
(Lutony dan Yeyet, 2004).
Minyak nilam sangat bermanfaat untuk perawatan kulit yang rusak.
Minyak ini akan menghalangi terjadinya kulit yang rusak. Minyak ini akan
menghalangi terjadinya kulit keriput dan pecah-pecah. Juga sangat membantu
mengurangi depresi, gelisah dan stress (Agusta, 2000).
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Nilam
Gambar 1. Tanaman Nilam
Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikan dalam:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon, spp.
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman
nilam menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan
yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan nilam ini berkisar
2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik
untuk tanaman nilam adalah 24ºC-28ºC dengan kelembaban lebih dari 75%
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
5
Jenis-Jenis Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:
1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth. atau Pogostemon patchouli)
Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam
Aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk
jenis nilam yang bermutu tinggi.
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)
Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan
pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing,
dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang
rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India
hingga Filipina.
3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth.)
Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan
atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 m.
Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh,
namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth.),
berupa semak dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol,
podsolik, dan grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase
yang baik dan pH tanah 5-7. Tanaman ini membutuhkan curah hujan atau
ketersediaan air yang cukup dengan suhu 24-28°C. Indonesia merupakan negara
Universitas Sumatera Utara
6
tropis yang mempunyai curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh
karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia
terdapat di beberapa daerah yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu,
Jawa Tengah dan Jawa Barat (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Pascapanen Nilam
Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan.
Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan),
perajangan dan penyulingan. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan
bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan
penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua
macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat
juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun
agar tetap mengandung minyak yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang
hari, sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan
minyak berkurang. Bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya,
sehingga tidak dianjurkan untuk disuling (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Jenis-Jenis Penyulingan
Penyulingan
minyak
atsiri
adalah
suatu
proses
pengambilan
(pemisahan) minyak dari bahannya dengan bantuan uap air. Pemisahan
Universitas Sumatera Utara
7
minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan
uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam alat suling terdapat
minyak
dan
air,
dimana
keduanya
bersifat
tidak
dapat
bercampur
(Ma’mun, 2008).
Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh
minyak nilam, yaitu:
1. Penyulingan dengan uap air
Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang
mendidih. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang
dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui
sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).
2. Penyulingan dengan uap dan air
Prinsip penyulingan ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah.
Pada saat penyulingan bahan yang disuling tidak berhubungan langsung
dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air
keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela
bahan.
3. Penyulingan dengan uap langsung
Pada cara ini, ketel perebusan air dipisahkan dari ketel penyuling yaitu
ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel dialirkan pada
sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Setelah mengalami kondensasi,
campuran minyak dan air dicampur pada bak pemisah cairan
(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
8
Rendahnya kadar patchoulialkohol dalam minyak nilam inimenyebabkan
minyak nilam yang dihasilkankurangmemenuhi standar kualitas ekspor. Hal ini
disebabkan, pada umumnya petani nilamkurangmemperhatikan kondisi operasi
sepertiperlakuan terhadap bahan baku, proporsibatang dengan daun, cara
penyulingan, jenisbahan alat suling yang dipakai danpenambahan air umpan ketel,
serta sirkulasipendinginan yang kurang memadai.Umumnya Petani penyuling
minyak
nilammasihmenggunakan
alat
yang
biasanya
terbuat
dari drum-drum bekas sehingga minyaknilam yang dihasilkan mengandung
banyakunsur besi dalam rendemen dan sebagaiakibatnya warna minyak nilam
juga berwarnagelap (Alam, 2007).
Sifat Kimia-Fisika Minyak Nilam
Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam,
makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam.
Pada minyak nilambahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida
logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di
dalamnya. Pengotoran minyak yang terbanyak adalah karat besi (Fe2O3) yang
menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008).
Patchouli alcohol merupakansesquiterpene alkohol yang dapat diisolasi
dariminyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalamalkohol, eter atau pelarut
organik yang lain.Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37°C dankristal yang
terbentuk mempunyai titik lebur 56°C (Halimah, 2010).
Sebagaimana minyak atsiri lainnya, minyak nilam tersusun dari berbagai
senyawa kimia, antara lain patchouli alcohol, pogostol, bulnesol, nor-
Universitas Sumatera Utara
9
patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid, terpen dan lain-lain. Komposisi
kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan.
Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap
minyak (Ma’mun, 2008).
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Nilam
Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi
kandungan minyak hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat
pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyulingan minyak nilam
sangat tergantung dari mutu daunnya. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain
kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan
nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan
menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap (Mangun dalam
Dalimunthe, 2008).
Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu
minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan
untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Banyak faktor yang mempengaruhi
kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan,
panen dan pasca panen (Amalia dan Nursalim, 2008).
Sementara itu masih banyak ditemui minyak nilam yang diproduksi di
Indonesia mempunyai kadar patchouli alkohol yang masih rendah yaitu dibawah
30%. Hal ini disebabkan antara lain karena penanganan pasca panen bahan
sebelum disuling belum baik, peralatan dan cara sederhana, waktu penyulingan
yang singkat yaitu 3-4 jam (waktu penyulingan optimal 5-6 jam) dan pengaruh
Universitas Sumatera Utara
10
daerah asal bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya harga dan tidak
memenuhi permintaan pasar (Kementerian Perindustrian, 2010).
Dalam perdagangan, standar mutu minyak atsiri dinyatakan dalam sifat
organoleptik dan sifat fisika-kimia. Pemberlakuan standar mutu merupakan faktor
penting dalam menghadapi persaingan perdagangan, terutama di dunia
internasional. Disamping itu, penerapan standar mutu minyak atsiri dapat
mengurangi praktek-praktek pemalsuan minyak nilam dengan bahan-bahan lain
(Ma’mun, 2008).
Manfaat Minyak Nilam
Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air
sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang
lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah
minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam
industri wangi-wangian, kosmetik dan sebagainya. Minyak nilam juga dapat
digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan
minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bias digantikan oleh
minyak
apapun
sehingga
sangat
penting
dalam
dunia
perfumery
(Lutony dan Yeyet, 2004).
Minyak nilam sangat bermanfaat untuk perawatan kulit yang rusak.
Minyak ini akan menghalangi terjadinya kulit yang rusak. Minyak ini akan
menghalangi terjadinya kulit keriput dan pecah-pecah. Juga sangat membantu
mengurangi depresi, gelisah dan stress (Agusta, 2000).
Universitas Sumatera Utara