NILAI VO2MAX MAHASISWA KOBE JEPANG LEBIH TINGGI DARIPADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(1)

commit to user

NILAI VO2MAX MAHASISWA KOBE JEPANG LEBIH TINGGI DARIPADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Sadewa Yudha Sukawati G 0007151

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Nilai VO2max Mahasiswa Kobe Jepang Lebih Tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Sadewa Yudha Sukawati, NIM/G0007151/VII, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Jumat, Tanggal 17 Desember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Balgis, dr., M. Sc., CM. FM

NIP : 19640719 199903 2 003 ( ______________________ )

Pembimbing Pendamping

Nama : dr. Yuliana Heri Suselo

NIP : 19800718 200604 2 001 ( ______________________ )

Penguji Utama

Nama : DR. Kiyatno, dr., M. Or., PFK., AIFO

NIP : 19480118 197603 1 002 ( ______________________ )

Penguji Pendamping

Nama : Arif Suryawan, dr., AIFM

NIP : 19580327 198601 1 001 ( ______________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., M.S NIP : 19660702 199802 2 001 NIP: 19481107 197310 1 003


(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 19 November 2010

Sadewa Yudha Sukawati NIM. G 0007151


(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Sadewa Yudha Sukawati, G 0007151, 2010. Nilai VO2Max Mahasiswa Jepang

lebih Tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Faktor genetik, lingkungan dan nutrisi mempengaruhi nilai

VO2max.

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk membandingkan nilai VO2max

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mahasiswa Universitas Kobe Jepang.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (FK UNS). Cara pengambilan sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pencuplikan dengan metode simple random sampling. Sampel diuji dengan sepeda ergometer. Hasil VO2max dibandingkan dengan mahasiswa Kobe Jepang. Data

diolah dengan SPSS 17.0 menggunakan analisis uji t, dan mann Whitney. Derajat

kemakanaan yang digunakan α<0,05.

Hasil Penelitian : Perbedaan hasil VO2max absolut 0,26 poin dengan p=0,011.

Perbedaan hasil VO2max relatif 3,0 poin dengan p=0,003.

Simpulan : Nilai VO2max absolut dan relatif mahasiswa FK UNS lebih rendah

daripada mahasiswa Kobe.


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Sadewa Yudha Sukawati, G 0007151, 2010. VO2Max Values of Students of

Japan Kobe University Higher than Students of Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background : Genetic factor, environment, and nutrition were influenced the

value of VO2max.

Objective : The purpose of this study to compare the value of VO2max Medical

Faculty Sebelas Maret University Surakarta students with Japan Kobe University students.

Methods : This study was an analitic observational study with cross sectional

design. The study subjects were 30 samples from students of Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta (FK UNS). The sampling mode with inclusion and exclusion criteria. Sampling technique with simple random sampling method. The samples were assesed using the ergocycle. The results of VO2max were compared to Kobe students’ results. The data were analyzed by

SPSS 17.0 using t test analysis, and Mann Whitney test. The confident interval α <0.05.

Results : The differentiation of absolute VO2max value is 0.26 ponts with p =

0,011. The differentiation of relative VO2max value is 3.0 with p = 0.003.

Conclusion : The values of FK UNS students are lower than Kobe students.


(6)

commit to user

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Nilai VO2Max Mahasiswa Universitas Kobe Jepang Lebih Tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu :

1. Prof. DR. A.A Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas.

2. Muthmainah, dr., M. Kes selaku Ketua Tim Skripsi yang memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Balgis, dr., M. Sc., CM. FM selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan dan motivasi bagi penulis. 4. DR. Kiyatno, dr., M. Or., PFK., AIFO selaku penguji utama yang telah

memberikan masukan dan rekomendasi bagi penulis.

5. Yuliana Heri Suselo, dr., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.

6. Arif Suryawan, dr., AIFM selaku penguji pendamping yang telah memberikan masukan kepada penulis.

7. Seluruh Staf Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah sabar melayani kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Ayah, ibu dan keluarga penulis tercinta, terima kasih atas doa dan dukungan.

9. Rekan-rekan sejawat atas kesediaannya menjadi subjek penelitian. 10.Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran membangun.

Surakarta, November 2010


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Lokasi dan Tempat Penelitian ... 20

C. Subjek Penelitian ... 20

D. Teknik Sampling ... 21

E. Desain Penelitian ... 22


(8)

commit to user

viii

G. Definisi Variabel ... 23

H. Alat dan Bahan ... 25

I. Cara Kerja ... 25

J. Teknik Analisis ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 28

A. Demografi Karakteristik ... 28

B. Analisis Hasil Penelitian ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 37

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ... 28

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan ... 29

Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tinggi Badan ... 30

Tabel 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik... 31

Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik... 31

Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasrkan Denyut Jantung Istirahat ... 32

Tabel 7. Nilai VO2max Absolut ... 33

Tabel 8. Nilai VO2max Relatif ... 34


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ... 29

Gambar 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan ... 29

Gambar 3. Karakteristik Subjek Berdsarkan Tinggi Badan ... 30

Gambar 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik... 31

Gambar 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik... 32

Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Denyut Jantung Istirahat ... 32

Gambar 7. Nilai VO2max Absolut ... 33


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Tabel Random

Lampiran 4. Gambar Tabel Sepeda Ergometer Lampiran 5. Gambar Tabel Koreksi Usia

Lampiran 6. Gambar Tabel Koreksi Berat Badan Lampiran 7. Data Sampel

Lampiran 8. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS Lampiran 9. Gambar Grafik EKG

Lampiran 10. Surat Permohonan Peminjaman Alat Lampiran 11. Surat Izin Penelitian


(12)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia sedang membangun di segala bidang. Untuk itu, masyarakat Indonesia perlu kebugaran yang prima. Pengukuran nilai VO2max

diperlukan untuk mengetahui kebugaran tersebut. Namun, pengukuran nilai VO2max masih menggunakan standar orang barat. Standar tiap ras berbeda.

Hal ini terbukti dari penelitian Duncan dan Horvarth (1988) yang menyebutkan ada perbedaan nilai VO2max ras Melayu, Cina dan India. Sebuah

standar umumnya mempunyai beberapa faktor yang berpengaruh. Beberapa yang mempengaruhi nilai tersebut adalah ras, usia, jenis kelamin, status sistem organ tubuh, profil hematologi, metabolisme tubuh, indeks massa tubuh, luas permukaan tubuh, komposisi lemak tubuh., tinggi suatu daerah, suhu daerah, faktor makanan, teknik pengukuran dan latihan (Levine, 2008 ; Basset dan Boulay, 2003 ; Andreacci dkk, 2005 ; Donoghue dan Bates, 2000 ; Chatterjee dkk, 2006 ; Robergs dan Roberts, 2000). Faktor genetik dipengaruhi oleh ras. Sedangkan, faktor genetik mempengaruhi status fungsional, struktural dan hormonal tubuh.

Leyland (2006) mempunyai pendapat yang berbeda tentang standardisasi nilai VO2max. Nilai VO2max merupakan gambaran aktivitas dari

kemampuan paru-paru mengambil oksigen, kemampuan jantung memompa darah, kemampuan hemoglobin mendistribusikan oksigen, kemampuan otot


(13)

commit to user

mendapatkan suplai oksigen dan kemampuan mitokondria serta enzim tubuh untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, kemungkinan akan terjadi banyak kesalahan dalam pengukuran. Namun, hanya pengukuran nilai VO2max

yang bisa menggambarkan kemampuan organ-organ tersebut dalam satu integritas.

Masyarakat Jepang telah meneliti nilai VO2max. Sampel yang

digunakan Nakanishi dan Nethery adalah orang yang berusia antara 19 tahun sampai 25 tahun. Pengukuran menggunakan sepeda ergometer. Orang dengan rentang usia tersebut sama dengan para mahasiswa di Indonesia. Nilai VO2max

tersebut bisa dijadikan standar pembanding untuk orang Indonesia. Chatterjee dkk (2006) mengungkapkan setiap laboratorium seharusnya mempunyai referensi standar tersendiri. Selain itu, masyarakat Jepang mempunyai genetik yang berebeda dengan masyarakat Indonesia. Selain berbeda dalam hal genetik, juga berbeda dalam hal geografi tempat tinggal, pekerjaan, kebudayaan dan status nutrisi. Setelah perang dunia kedua, masyarakat Jepang menitikberatkan pada diet tinggi protein, lemak, kalsium, vitamin B2

dan vitamin C, sedangkan konsumsi karbohidrat, zat besi, dan vitamin B1

dikurangi (Nakanishi dan Nethery, 1998). Adanya beberapa faktor tersebut, maka kemungkinan terdapat perbedaan nilai VO2max. Alasan inilah yang

mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang nilai VO2max

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai ras Indonesia dan Mahasiswa Kobe sebagai ras Jepang.


(14)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana nilai VO2max Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Universitas Kobe Jepang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk mengetahui nilai VO2max

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Universitas Kobe Jepang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai nilai VO2max kepada subjek penelitian.

2. Manfaat Aplikatif

a. Penelitian ini diharapkan agar menjadi landasan penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi standar nilai normal VO2max Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas


(15)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Nilai VO2max

Nilai VO2max merupakan nilai sistem kardiorespirasi. Menurut

Nakanishi dan Nethery (1998), nilai VO2max merupakan nilai indikator

yang bagus untuk mengukur kinerja dari sistem kardiorespirasi. Alasannya adalah nilai VO2max tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik fisik, tetapi

juga kemampuan paru-paru mengambil oksigen dari lingkungan, kemampuan jantung memompa oksigen, dan kemampuan otot rangka menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi (Levine 2008).

VO2max atau konsumsi oksigen maksimal adalah nilai maksimal

tubuh dapat menggunakan oksigen selama latihan (Robergs dan Roberts, 2000). Selain menggambarkan keadaan kardiorespirasi dan kebugaran, nilai VO2max juga menggambarkan nilai transpor oksigen maksimal dari

lingkungan ke mitokondria untuk mendukung produksi energi dan sebagai pencegahan penyakit kardiovaskular terutama penyakit gagal jantung (Duncan dan Horvath, 1988 ; Levine, 2008). Nilai VO2max ada dua yakni

nilai volume absolut dan nilai volume relatif. Nilai volume absolut dinilai dengan l/menit. Sedangkan, nilai volume relatif dinilai dengan ml/kg/menit. Nilai volume absolut mengekspresikan latihan dengan berat badan sebagai titik tumpu (contoh bersepeda). Sedangkan, nilai volume


(16)

commit to user

relatif menggambarkan latihan dengan bertumpu pada kekuatan tubuh (contoh berlari). Pengukuran dengan nilai volume relatif lebih baik daripada nilai volume absolut (Robergs dan Roberts, 2000). Alasannya karena kekuatan latihan dapat diketahui dan disesuaikan dengan berat badan jika menggunakan nilai volume relatif. Tingginya nilai volume absolut tidak pasti menandakan tingginya kebugaran seseorang (Nakanishi dan Nethery, 1998). Pengukuran dengan nilai relatif lebih mendekati kemampuan penggunaan energi oleh tubuh daripada dengan nilai absolut. Secara teori nilai VO2max merupakan hasil dari curah jantung maksimal dan

ekstraksi oksigen maksimal oleh jaringan (Ganong, 2005).

Di samping itu, latihan akan membuat beberapa perubahan pada tubuh baik positif maupun negatif. Perubahan positif pada tubuh yaitu fungsi kardiorespirasi (contoh curah jantung lebih besar), metabolisme energi di otot dan respon neuroendokrin (contoh latihan dapat meningkatkan dua kali lipat enzim mitokondria sehingga penggunaan oksigen lebih efisien), muskuloskeletal (contoh hipertrofi otot dan mencegah osteoporosis), bisa dijadikan kontrol lemak tubuh, meningkatkan sistem imun dan termoregulasi (Robergs dan Roberts, 2000 ; Fahey dkk, 2002 ; Kravitz dan Dalleck, 2004 ; Stroud, 2008). Sedangkan, perubahan negatif pada tubuh yaitu dehidrasi, kelelahan, keletihan, cidera, nekrosis jaringan jika terlalu banyak latihan, amenorea pada wanita, hipoglikemia dan gangguan makan (Guyton dan Hall, 2006 ; Stroud, 2008 ; Smith, 2008).


(17)

commit to user

a. Ketahanan Sistem Kardiorespirasi

Ketahanan sistem kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar secara dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu lama (Soegiarto dkk, 1995). Ketahanan kardiorespirasi dibedakan menjadi dua yaitu bagian awal (upstream) dan bagian akhir (downstream). Bagian awal mencakup semua jalur yang berkaitan oksigen masuk, dipompa ke perifer dan didistribusikan ke sel otot. Bagian akhir mencakup semua proses intraseluler untuk menghasilkan energi dan kontraksi otot (Levine, 2008).

1) Bagian Awal Ketahanan Sistem Kardiorespirasi

Awal masuk oksigen dimulai dengan adanya kontraksi otot-otot pernapasan terutama otot inspirasi. Otot-otot tersebut adalah otot interkostalis eksternus, otot levator kosta, otot serratus posterior superior dan otot skaleni (Budianto, 2003). Adanya perbedaan tekanan parsial oksigen antara atmosfir (158 mm Hg) dan alveoli (100 mm Hg) juga membantu oksigen masuk ke dalam paru-paru (Ganong, 2005). Oksigen lalu diikat oleh protein hemoglobin dalam kompleks Fe sekitar 99%. Hemoglobin meningkatkan kemampuan darah mengangkut oksigen tujuh puluh kali (Ganong, 2005). Tekanan arteri yang sebesar 95 mm Hg juga


(18)

commit to user

membantu membawa oksigen ke jaringan. Peran utama jantung adalah memaksimalkan curah jantung untuk mengirim darah ke sel otot.

Curah jantung umumnya diidentifikasi sebagai salah satu faktor penentu utama untuk pengiriman oksigen. Bahkan, beberapa peneliti telah menyimpulkan bahwa 70-85% dari penentuan dalam nilai VO2max dapat dikaitkan dengan curah jantung maksimal.

Denyut jantung maksimal seseorang cukup stabil dan tidak berubah dengan pelatihan ketahanan. Denyut jantung maksimal lebih tergantung pada usia seseorang. Sebaliknya, volume sekuncup meningkat secara substansial dari pelatihan daya tahan. Sebagian besar kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan ukuran ruang dan ketebalan dinding ventrikel kiri. Oleh karena itu, jantung menjadi organ dengan kemampuan untuk berelastisitas lebih besar sesuai volume darah meningkat, sehingga menghasilkan kekuatan elastis kuat untuk memompa darah ke jaringan tubuh (Kravitz dan Dalleck, 2004).

2) Bagian Akhir Ketahanan Sistem Kardiorespirasi

Sebagian besar energi untuk latihan daya tahan berasal dari oksidasi bahan bakar. Kapasitas maksimal dari seorang individu untuk mengkonsumsi oksigen merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja daya tahan. Telah diteliti aktivitas oksidasi


(19)

commit to user

ini dilakukan di mitokondria yang diatur oleh gen (Brearly dan Zhou, 2001). DNA mitokondria mengandung gen untuk enzim yang terlibat dalam konsumsi oksigen, dan itu hanya diwarisi dari induknya. Secara teoritis, variasi dalam gen-gen yang terkait bisa mempengaruhi bagian elektron dan ion hidrogen melalui rantai transpor elektron ke oksigen, sehingga mengubah kapasitas untuk produksi energi.

Oksigen dari sel darah masuk ke mitokondria otot dilakuan dengan perbedaan tekanan. Pemanfaatan oksigen dalam memproduksi energi juga bergantung pada perbedaan tekanan ini. Produksi ATP dilakukan melalui tiga jalur metabolik yang meliputi sistem fosfagen (produksi ATP dari kreatin fosfat), glikolisis (pemecahan glukosa), dan respirasi mitokondria (metabolisme aerobik dalam mitokondria sel). Dua jalur pertama hanya mampu produksi energi untuk jangka waktu yang pendek. Akibatnya regenerasi ATP untuk latihan yang lama dapat dicapai jika melalui respirasi mitokondria (Kravitz dan Dalleck, 2004).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai VO2max

Setiap individu mempunyai nilai VO2max berbeda. Perbedaan

ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal tubuh. Faktor internal tubuh meliputi hal-hal yang diatur oleh genetik manusia. Hal-hal itu mencakup ras, usia, jenis kelamin, status sistem organ tubuh, profil


(20)

commit to user

hematologi, metabolisme tubuh, indeks massa tubuh, luas permukaan tubuh dan komposisi lemak tubuh. Sedangkan, faktor eksternal meliputi tinggi suatu daerah, suhu daerah, faktor makanan dan teknik pengukuran. Namun, ada satu faktor yang bisa menaikkan nilai VO2max tersebut yakni faktor latihan (Levine, 2008 ; Basset dan

Boulay, 2003 ; Andreacci dkk, 2005 ; Donoghue dan Bates, 2000 ; Chatterjee dkk, 2006 ; Robergs dan Roberts, 2000).

Latihan menjadi faktor penentu yang membedakan nilai VO2max. Latihan membuat otot-otot rangka berkontraksi. Semakin

banyak kontraksi otot, semakin banyak pula kapasitas oksidatif. Namun, unit gerak otot ini diatur secara genetik. Oleh karena itu, setiap individu mempunyai respon yang berbeda selama latihan (Robergs dan Roberts, 2000).

1) Ras dan Genetik

Ras identik dengan genetik. Tiap negara mempunyai ras yang berbeda. Satu ras pun mempunyai genetik yang berbeda. Genetik merupakan faktor dasar yang membuat nilai VO2max setiap

orang berbeda. Selain penjelasan di atas, genetik juga mempengaruhi profil hematologi orang. Dalam penelitian yang dilakukan Andreacci dkk (2005) membuktikan hasil berbeda pada orang dengan indeks massa tubuh yang normal. Andreacci dkk menjelaskan salah satu satu faktor yang membedakannya adalah


(21)

commit to user

profil hematologi. Hemoglobin tiap manusia berbeda baik secara kualitas dan kuantitas. Hemoglobin sangat mempengaruhi transpor oksigen dari paru-paru menuju otot rangka. Perubahan sedikit pada profil hematologi orang sangat mempengaruhi transpor oksigen tersebut. Ini berarti profil hematologi sangat mempengaruhi nilai VO2max.

Gurrici dkk (1998) mengungkapkan adanya keterkaitan lemak tubuh dengan indeks massa tubuh masyarakat Indonesia dan Belanda. Hasil penelitian Gurrici dkk disebutkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki indeks massa tubuh lebih rendah 2,9 kg/m2 daripada masyarakat Belanda. Namun, masyarakat Indonesia memiliki persentase lemak tubuh lebih besar 3% daripada masyarakat Belanda. Semakin tinggi indeks massa tubuh semakin tinggi pula massa lemak tubuh. Namun, masyarakat Indonesia memiliki persentase lemak tubuh lebih besar daripada masyarakat Belanda. Selain kehidupan sosial ekonomi yang berbeda, genetik juga mempengaruhi. Hal ini dijelaskan adanya perbedaan massa otot, massa tulang dan postur badan yang mencolok di antara dua negara tersebut.

Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang belum ada data-data antropometris yang dapat menerangkan adanya perbedaan anatomis rongga dada yang tentunya berpengaruh pada fungsi paru-paru. Butuh banyak waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan


(22)

commit to user

penelitian di seluruh Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan di Jakarta dan Surabaya dianggap dapat mewakili populasi Indonesia. Perbedaan antaretnik kemungkinan disebabkan oleh nutrisi, genetik, iklim, aktivitas sehari-hari, dan adat istiadat. Hal ini diperkuat oleh penelitian Mathur yang membuktikan antropometris volume dada turunan Eropa lebih besar 13,2% daripada turunan Amerika (Alsagaff dan Mangunnegoro, 1993).

2) Usia

Pada anak-anak nilai VO2max di bawah orang dewasa. Hal

ini berkaiatan dengan maturitas organ-organ vital. Semakin matur organ seorang anak, nilai VO2max juga akan semakin tinggi.

Maturitas tiap individu berbeda. Namun, nilai VO2max rata-rata

sama pada laki-laki dan perempuan di bawah usia dua belas tahun. Setelah usia dua belas tahun, nilai VO2max laki-laki meningkat

sampai usia delapan belas tahun. Sedangkan, nilai VO2max

perempuan hanya sedikit berubah setelah usia empat belas tahun (Robergs dan Roberts, 2000). Nilai VO2max mencapai puncak pada

dewasa muda sekitar usia 25-27 tahun (Robergs dan Roberts, 2000).

Penuaan merupakan salah satu faktor yang membuat nilai VO2max menjadi turun. Nilai VO2max akan berkurang 8-10% setiap


(23)

commit to user

2000). Perubahan fungsional dan struktural terjadi setara dengan penambahan usia. Perubahan yang mencolok pada sistem kardiorespirasi.

Penuaan mengakibatkan perubahan sistem kardiorespirasi. Sistem kardiorespirasi terdiri dari sistem kardiovaskular dan sistem respirasi. Pada sistem kardiovaskular terjadi penurunan pemenuhan dan elatisitas miokardial, penurunan pengisian ventrikel dan penurunan fraksi ejeksi. Hal ini akan menurunkan volume darah dan volume sekuncup. Penurunan ini juga berakibat pada curah jantung turun. Penurunan curah jantung merupakan tanda penurunan fungsi kardiovaskular (Robergs dan Roberts, 2000).

Pada sistem respirasi terjadi kenaikan volume akhir, penurunan pemenuhan dan elastistas paru serta penurunan kekuatan otot respirasi. Hal ini akan mengakibatkan bernapas lebih berat. Setelah itu, terjadi ketidaksesuaian VE/Q. Akhirnya terjadi penurunan fungsi sistem respirasi (Robergs dan Roberts, 2000). Penurunan sistem kardiorespirasi juga berakibat pada nilai VO2max

turun.

3) Jenis Kelamin

Wanita mempunyai volume paru-paru lebih kecil daripada pria yang berakibat lebih sedikitnya ventilasi maksimal. Selain itu, wanita mempunyai jantung yang lebih kecil, volume pengisian


(24)

commit to user

lebih kecil, volume sekuncup lebih kecil dan curah jantung yang lebih kecil daripada pria. Hal ini ditambah status hematologi (hemoglobin, hematokrit, volume darah) wanita yang di bawah pria. Akibatnya terjadi perbedaan transportasi oksigen ke otot rangka selama latihan.

Perbedaan struktur dan fungsi sistem kardiorespirasi antara pria dan wanita dikarenakan genetik dan perbedaan hormonal selama fase pertumbuhan, perkembangan dan maturitas seksual. Perbedaan ini berdampak perbedaan nilai VO2max (Robergs

dan Roberts, 2000).

4) Tinggi Badan, Berat Badan dan Lemak Tubuh

Tinggi dan berat badan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai VO2max. Tinggi dan berat badan berfungsi

untuk menghitung indeks massa tubuh. Rumus indeks massa tubuh

yaitu .

Klasifikasi indeks massa tubuh : Berat badan kurang : < 18,5 Berat badan normal : 18,5-22,9 Berat badan lebih : ≥ 23

Dengan resiko : 23-24,9

Obesitas I : 25-29,9


(25)

commit to user

(Yunir dan Soebardi, 2007)

Obesitas meningkatkan risiko kelelahan selama bekerja (Donoghue dan Bates, 2000). Semakin tinggi indeks massa tubuh semakin mudah mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan semakin banyak panas yang diproduksi, rasio luas permukaan tubuh terhadap volume tubuh semakin kecil dan isolasi panas oleh lemak.

Indeks massa tubuh juga berkaitan erat dengan lemak tubuh. Cara mengukur lemak tubuh dengan mengukur lipatan kulit, impedansi bioelektrikal atau pengukuran di dalam air (Guyton dan Hall, 2006). Selain indeks massa tubuh dan lemak tubuh, volume curah jantung maksimal terdapat pada orang yang mempunyai luas permukaan tubuh yang normal (Duncan dan Horvarth, 1988 ; Chatterjee dkk, 2006)

5) Tekanan Darah dan Denyut Jantung

Sistem kardiorespirasi tidak bisa lepas dari faktor tekanan darah dan denyut jantung. Tekanan darah merupakan hasil kali dari volume curah jantung dan tahanan perifer. Sedangkan, volume curah jantung diperoleh dari hasil kali frekuensi denyut jantung dan volume sekuncup. Status fungsional curah jantung dapat diperkirakan dengan mengetahui denyut jantung dan tekanan darah. Curah jantung berpengaruh terhadap hasil VO2max (Ganong, 2005).


(26)

commit to user

olahragawan mempunyai nilai VO2max di atas rata-rata (Levine,

2008).

Ahli kardiovaskular mempunyai teori regulasi denyut jantung yang berkaitan dengan nilai VO2max. Ketika upaya

menghentikan latihan dipaksakan, denyut jantung secara cepat kembali normal walaupun sinyal metabolik terjebak dalam otot rangka oleh oklusi pembuluh darah (Levine, 2008). Jika unit gerak otot dihambat yang berakibat lemahnya kontraksi, denyut jantung akan bertambah. Umpan balik secara mekanik dan metabolik dikirim ke otak yang akhirnya mengaktifkan sistem saraf simpatis. Curah jantung dan distribusi darah ke otot akan meningkat. Regulasi ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan kebugaran (Levine, 2008).

6) Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran juga mempengaruhi nilai VO2max.

Basset dan Bouly (2003) membandingkan pengukuran dengan lari

treadmill dan sepeda ergometer. Selama pengukuran tersebut

mengungkapkan adanya perbedaan denyut jantung selama pengukuran. Denyut jantung dengan pengukuran dengan lari

treadmill lebih tinggi daripada dengan sepeda ergometer. Hal ini

dikarenakan penggunaan massa otot pada pengukuran dengan sepeda ergometer lebih kecil daripada lari treadmill. Penggunaan


(27)

commit to user

massa otot yang lebih kecil mengakibatkan suplai darah di sekitar jaringan tersebut tidak sebesar pada pengukuran dengan sepeda ergometer. Suplai darah pada pengukuran sepeda ergometer berisi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan lari treadmill. Perbedaan denyut jantung sekitar empat kali permenit. Walaupun hanya berbeda sekitar 6%, tetap mempengurahi nilai VO2max.

Keren dkk (1980) membandingkan nilai VO2max dengan

empat metode yakni lari treadmill, sepeda ergometer, tes langkah dan prediksi Astrand Rhyming. Hasil nilai VO2max tertinggi pada

lari treadmill.

Uji latihan submaksimal juga akan memberikan hasil yang berbeda dengan uji latihan maksimal (Soegiarto dkk, 1995). Uji latihan submaksimal dikembangkan karena uji latihan maksimal tidak mungkin dikerjakan pada probandus. Uji latihan submaksimal membuat beberapa keyakinan yaitu (Soegiarto dkk, 1995) :

a) Bahwa denyut jantung yang mantap untuk setiap tingkat kerja latihan.

b) Bahwa ada hubungan linier antara denyut jantung dan ambilan oksigen.

c) Bahwa denyut jantung maksimal untuk usia tertentu adalah seragam.

d) Bahwa efisiensi mekanis (seperti VO2 pada tingkat tertentu)


(28)

commit to user

Namun, keyakinan ini biasanya tidak benar-benar terpenuhi dan asumsi tersebut bisa menghasilkan kesalahan dalam memperhitungkan nilai VO2max (Soegiarto, 1995).

Protokol yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Protokol kontinyu terdiri dari tahapan-tahapan yang meningkat progresif tanpa adanya jeda istirahat. Sedangkan, protokol diskontinyu mempunyai jeda istirahat dalam tahapan kerja. Jika memakai protokol kontinyu, akan lebih mudah mengalami kelelahan daripada protokol diskontinyu (Soegiarto dkk, 1995).

Nilai VO2max juga ada yang diprediksi dengan rumus tanpa

melakukan pengukuran. Rumus ini ditemukan dengan penghitungan regresi tiap penelitian. Oleh karena itu, rumus yang dihasilkan tidak lah sama. Nilai VO2max pun berbeda jika

dibandingkan dengan pengukuran langsung maupun penghitungan dengan rumus walaupun perbedaannya tidak mencolok (Chatterjee dkk, 2006 ; Nielson, 2009).

2. Karakteristik Orang Jepang

Orang Jepang memiliki presentase darah golongan A, B, AB, dan O seperti orang Estonia (Hays, 2009). Golongan darah B lebih umum di antara Asia timur daripada Eropa. Orang Asia rata-rata berbadan lebih ramping dan lebih pendek dari orang Barat, tetapi mereka lebih cepat


(29)

commit to user

tinggi dan gemuk. Saat ini orang Jepang sekitar tiga inci lebih tinggi dari zaman Perang Dunia II. Kebanyakan ilmuwan menyatakan peningkatan terhadap perubahan nutrisi, seperti susu dan daging dalam makanan mereka (Hays, 2009).

Sekitar 95% orang Jepang kekurangan enzim laktase. Ini berarti mereka mempunyai masalah dalam mencerna susu (Hays, 2009). Hampir semua mamalia mengandung laktosa susu, gula kompleks yang pecah di dalam tubuh kebanyakan orang menjadi gula sederhana seperti glukosa oleh enzim laktase. Jika orang-orang yang kekurangan enzim laktase mengkonsumsi banyak produk susu, laktosa belum tercerna terakumulasi di usus besar mereka, lalu terjadi fermentsi, dan akhirnya terbetuk gas. Hal ini menyebabkan kembung dan diare (Hays, 2009).


(30)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Nilai VO2max Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta lebih rendah daripada Mahasiswa Universitas Kobe Jepang. Mahasiswa

FK UNS

Mahasiswa Kobe Jepang

Ras dan Gen Orang Indonesia

Unit Motor Gerak, Hematologi, Hormon Nutrisi Orang Indonesia

Geografi Indonesia Kebudayaan Orang Indonesia

Aktivitas Orang Indonesia

Nilai VO2max Orang Indonesia

Ras dan Gen Orang Jepang

Unit Motor Gerak, Hematologi, Hormon Nutrisi Orang Jepang

Geografi Jepang Kebudayaan Orang Jepang

Aktivitas Orang Jepang


(31)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional.

B. Lokasi dan Tempat Penelitian

Penyebaran kuesioner dilakukan di wilayah kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama bulan September 2010. Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama bulan Oktober 2010.

C. Subjek Penelitian

1. Batasan Populasi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sampel

Sampel diukur dengan cara Rule of Thumb sebesar 30 orang (Murti, 2010).


(32)

commit to user

D. Teknik Sampling

1. Cara Pengambilan Sampel

Penetapan sampel dilakukan secara inklusi-eksklusi dengan kriteria inklusi :

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. b. Jenis kelamin adalah laki-laki.

c. Umur 19-25 tahun. d. Nonatlit.

Sedangkan kriteria eksklusi : a. Artritis.

b. Tekanan darah tinggi. c. Tekanan darah rendah.

d. Diabetes melitus dan penyakit metabolik lainnya. e. Kolesterol tinggi.

f. Penyakit kardiorespirasi. g. Menjalani terapi.

h. Gangguan kesadaran. i. Konsumsi alkohol. j. Perokok aktif.

2. Teknik Pencuplikan


(33)

commit to user

E. Desain Penelitian

Populasi (Sampel)

Faktor-Faktor yang Dihomogensasi adalah jenis kelamin laki-laki, usia 19-25 tahun dan nonatlit

Sampel Diuji dengan Sepeda Ergometer

Bandingkan dengan Data Sekunder Nilai VO2max

Mahasiswa Kobe Jepang

Uji Kelaikan dengan Kuesioner

Laik Tidak Laik

Kesanggupan dengan Informed Consent

Setuju Tidak Setuju

Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan Darah Sistol, Tekanan Darah Diastol dan Denyut Jantung Istrahat Sampel Diukur


(34)

commit to user

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

Sebagai variabel bebas adalah karakteristik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Variabel Terikat

Sebagai variabel terikat adalah nilai VO2max Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Universitas Kobe Jepang.

3. Variabel Luar

Variabel luar terdiri dari variabel terkendali dan tidak terkendali. Variabel terkendali terdiri dari jenis kelamin, umur dan nonatlit. Variabel tidak terkendali teridiri dari status kesehatan, suhu ruangan dan tinggi daerah.

G. Definisi Variabel

1. Variabel Bebas

Pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah karakteristik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karakteristik tersebut berupa tinggi badan, berat badan, tekanan darah sitolik, tekanan darah diastolik dan denyut jantung istirahat. Kelima karakteristik tersebut merupakan pembanding. Tinggi badan diukur dengan


(35)

commit to user

menggunakan alat pengukur tinggi badan dalam satuan meter (m). Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan dalam satuan kilogram (kg). Tekanan darah sistol dan diastol diukur dengan menggunakan tensimeter raksa dalam satuan mm Hg. Denyut jantung istirahat diukur secara langsung pada arteri karotis atau radialis dalam satuan kali/menit. Skala yang digunakan adalah rasio.

2. Variabel Terikat

Nilai VO2max adalah nilai maksimal tubuh dapat menggunakan

oksigen selama latihan. Cara pengukuran nilai VO2max dengan sepeda

ergometer untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai data primer. Sedangkan, nilai VO2max Mahasiswa

Universitas Kobe Jepang sebagai data sekunder. Hasil pengukurannya dalam satuan ml/kg/menit. Skala yang digunakan adalah rasio.

3. Variabel Luar

Pada penelitian ini sebagai variabel luar dibagi menjadi dua yaitu: a. Variabel terkendali

1) Jenis kelamin yang dipilih adalah laki-laki. 2) Umur yang dipilih antara 19-25 tahun.

3) Nonatlit adalah berlatih dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu (tidak berturut-turut), selama 45 menit latihan belum termasuk pemanasan dan pendinginan (Anonim, 2010).


(36)

commit to user

b. Variabel tidak terkendali

1) Status kesehatan merupakan status orang yang sehat baik secara fisik, psikis dan moral.

2) Suhu ruangan merupakan suhu tempat dilakukan pengukuran nilai VO2max.

3) Tinggi daerah merupakan tinggi suatu daerah dilakukan pengukuran nilai VO2max.

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Tensimeter.

2. Stopwatch.

3. Alat pengukur berat badan. 4. Alat pengukur tinggi badan. 5. Sepeda ergometer.

6. Alat perekam jantung. 7. Tabel sepeda ergometer.

I. Cara Kerja

Cara kerja pengukuran dengan sepeda ergometer (Nakanishi dan Nethery, 1998) :

1. Sampel diukur tinggi badan. 2. Sampel diukur berat badan.


(37)

commit to user

3. Sampel diukur tekanan darah.

4. Sepeda ergometer disesuaikan dengan tinggi badan sampel.

5. Sampel diminta memakai pakaian seminimal mungkin, lalu duduk di sepeda ergometer.

6. Sampel diukur denyut jantung istirahat. 7. Sampel dipasangkan alat perekam jantung.

8. Sampel mengayuh sepeda ergometer dengan beban rata-rata dinaikkan 25 watt/menit dengan kecepatan 20 km/jam sampai sampel kelelahan dan tidak bisa melanjutkan lagi (graded exercise test).

9. Sampel direkam dengan alat perekam jantung. 10. Hitung denyut jantung setelah latihan pembebanan. 11. Masukkan ke tabel sepeda ergometer.

12. Masukkan ke tabel koreksi usia.

13. Masukkan ke tabel koreksi berat badan, lalu didapatkan hasil VO2max

dalam satuan ml/kg/menit.

J. Teknik Analisis

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan uji beda atau uji t jika memenuhi kriteria syarat parametrik untuk mengetahui perbedaan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan. Jika tidak memenuhi syarat-syarat uji parametrik, maka digunakan uji nonparametrik yakni uji Mann-Whetney. Data akan diolah dengan


(38)

commit to user

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows. Derajat


(39)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Demografi Karakteristik

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (FK UNS). Sebanyak 30 orang dipilih secara simple random sampling. Subjek dilakukan pemeriksaan berupa berupa tinggi badan, berat badan, tekanan darah sistolik, dan diastolik, serta denyut jantung istirahat. Setelah itu, subjek dilakukan pengambilan data dengan sepeda ergometer.

1. Karakteristik Mahasiswa FK UNS

Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia Usia

(tahun)

Jumlah N=30

Persentase (%)

19 20 21 22 23

1 8 16

4 1

3,33 26,67 53,34 13,33 3,33 Sumber data primer, 2010


(40)

commit to user 19 20 21 22 23 3,33 3,33 26,67 53,34 13,33 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

6,67% 3,33%

26,67% 30% 33,33%

Gambar 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia

Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar subjek (53,34%) berusia 21 tahun yakni berjumlah enam belas orang. Sedangkan sisanya, berusia 19 dan 23 tahun masing-masing berjumlah satu orang (3,33%), subjek berusia 20 tahun berjumlah delapan orang (26,67%) dan subjek berusia 22 tahun berjumlah empat orang (13,33%).

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan Berat Badan (kg) Jumlah N=30 Persentase (%) 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 1 10 9 8 2 3,33 33,33 30 26,67 6,67 Sumber data primer, 2010


(41)

commit to user 161-164,5 165-168,5 169-172,5 173-176,5 177-180,5 >180,5 3,33 10% 23,34 30% 20% 13,33

Dari tabel 2 diketahui bahwa sebaran berat badan terbanyak pada kelompok 51-60 kg yakni berjumlah sepuluh orang atau sebesar 33,33%. Sedangkan sebaran berat badan paling sedikit pada kelompok 41-50 kg yakni berjumlah satu orang atau sebesar 3,33%.

Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tinggi Badan Tinggi Badan (cm) Jumlah N=30 Persentase (%) 161-164,5 165-168,5 169-172,5 173-176,5 177-180,5 >180,5 4 6 9 7 3 1 13,33 20 30 23,34 10 3,33 Data sumber primer, 2010

Gambar 3. Karakteristik Subjek Berdsarkan Tinggi Badan

Tabel 3 menggambarkan karakteristik tinggi badan. Sebagian besar subjek (30%) bertinggi badan 169-172,5 cm berjumlah sembilan orang. Sedangkan, hanya satu subjek (3,33%) yang bertinggi badan >180,5 cm.


(42)

commit to user

Tabel 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Sistol (mm Hg) Jumlah N=30 Persentase (%) 110 115 120 14 1 15 46,67 3,33 50 Sumber data primer, 2010

Gambar 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik

Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar subjek (50%) bertekanan darah sistolik 120 mm Hg yakni berjumlah lima belas orang. Sedangkan, subjek yang bertekanan darah sistolik 115 mm Hg hanya berjumlah satu orang (3,33%).

Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik Diastol (mm Hg) Jumlah N=30 Persentase (%) 60 70 80 1 7 22 3,33 23,33 73,34 Sumber data primer, 2010

110 115 120

3,33%


(43)

commit to user 60 70 80 73,34% 23,33% 3,33%

Gambar 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik

Dari tabel 5 diketahui bahwa subjek terbanyak bertekanan darah diastolik 80 mm Hg berjumlah 22 orang (73,34%). Sedangkan, hanya satu orang (3,33%) yang bertekanan darah diastolik 60 mm Hg.

Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasrkan Denyut Jantung Istirahat Denyut Jantung Istirahat (kali permenit) Jumlah N=30 Persentase (%) 61-70 71-80 81-90 91-100 4 14 9 3 13,33 46,67 30 10 Sumber data primer, 2010

Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Denyut Jantung Istirahat

Dari tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar subjek denyut jantung istirahat terbanyak pada kelompok 71-80 kali permenit yakni berjumlah empat belas orang atau sebesar 46,67%. Sedangkan sebaran

61-70 71-80 81-90 91-100 13,33% 46,67% 30% 10%


(44)

commit to user

denyut jantung istirahat paling sedikit pada kelompok 91-100 kali permenit yakni berjumlah tiga orang atau sebesar 10%.

2. Nilai VO2max

Tabel 7. Nilai VO2max Absolut

VO2max Absolut (l/menit) Jumlah N=30 Persentase (%) 2,0-2,4 2,5-2,9 3,0-3,4 3,5-3,9 1 16 10 3 3,33 53,34 33,33 10 Sumber data primer, 2010

Gambar 7. Nilai VO2max Absolut

Tabel 7 menggambarkan sebaran nilai VO2max absolut. Sebanyak

enam belas orang (53,34%) mempunyai nilai VO2max absolut sebesar

2,5-2,9 l/menit yakni. Sedangkan, hanya satu orang (3,33%) yang mempunyai nilai VO2max absolut 2,0-2,4 l/menit.

2,0-2,4 2,5-2,9 3,0-3,4 3,5-3,9 10%

33,33% 53,34%


(45)

commit to user

Tabel 8. Nilai VO2max Relatif

VO2max Relatif (ml/kg/menit) Jumlah N=30 Persentase (%) 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 3 3 6 8 6 4 10 10 20 26,67 20 13,33 Sumber data primer, 2010

Gambar 8. Nilai VO2max Relatif

Dari tabel 8 diketahui bahwa sebaran nilai VO2max relatif

terbanyak pada kelompok 46-50 ml/kg/menit yakni berjumlah delapan orang atau sebesar 26,67%. Sedangkan sebaran nilai VO2max relatif paling

sedikit pada kelompok 31-35 ml/kg/menit dan 36-40 ml/kg/menit yakni berjumlah tiga orang atau sebesar 10%.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang dipakai adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel yang terlampir, karakteristik berat badan mempunyai nilai

31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60

10% 10%

26,67% 13,33% 20%


(46)

commit to user

p=0,008, tinggi badan mempunyai nilai p=0,200, karakteristik tekanan darah sistolik dan diastolik tekanan darah masing-masing mempunyai nilai p=0,000, dan karakteristik denyut jantung istirahat mempunyai nilai p=0,200. Hasil VO2max absolut mempunyai nilai p=0,026. Sedangkan,

hasil VO2max relatif mempunyai nilai p=0,200.

2. Uji Bivariat

Uji normalitas berguna untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Sebaran data dianggap normal jika p≥0,05 pada uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas merupakan syarat untuk melakukan uji parametrik yakni uji t. Dari data yang terlampir, karakteristik tinggi badan, denyut jantung istirahat. Sedangkan, karakteristik berat badan, sistol, diastol tekanan darah dan nilai VO2max absolut menggunakan uji

nonparametrik berupa uji Mann Whitney. Subjek penelitian Mahasiswa Kobe Jepang berusia 19,8±1,8 tahun dan subjek penelitian Mahasiswa FK UNS berusia 20,9±0,8 tahun.


(47)

commit to user

Tabel 9. Hasil Perbandingan Karakteristik

Karakteristik Kobe FK UNS Perbedaan Signifikansi

Berat Badan 62,0±5,8 64,8±9,8 2,8 0,311

Tinggi Badan 171,1±5,4 171,1±5,4 0 0,991

Sistol 106,6±8,6 115,2±5,0 8,6 0,000

Diastol 60,0±8,6 76,7±5,5 16,7 0,000

Dennyut Jantung Istirahat

76,8±11,8 80,3±8,3 3,5 0,264

VO2max absolut 3,31±0,50 2,95±0,37 0,26 0,011

VO2max relatif 53,6±7,4 46,6±7,8 3,0 0,003

Sumber data primer dan sekunder, 2010

Penulis menggunakan derajat kemaknaan α<0,05. Untuk itu nilai signifikansi (p) harus kurang dari derajat kemakanaan (α). Data disajikan dalam bentuk mean±SD. Sedangkan nilai perbedaan didapatkan dengan selisih rerata masing-masing kelompok. Terlihat bahwa nilai signifikansi berbeda-beda. Untuk karakteristik berat badan dan tinggi badan serta denyut jantung istirahat ternyata antara Mahasiswa Kobe Jepang dan FK UNS tidak berbeda secara signifikan. Hal ini terbukti nilai p masing-masing variabel tersebut secara berturut-turut sebesar 0,311, 0,991 dan 0,264. Sedangkan untuk karakteristik sistol, diastol, hasil VO2max absolut

maupun relatif antara Mahasiswa Kobe Jepang dan FK UNS berbeda secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai p masing-masing karakteristik tersebut berturut-turut adalah 0,000, 0,000, 0,011 dan 0,003.


(48)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Kebugaran identik dengan ketahanan kardiorespirasi. Ketahanan ini merupakan gambaran kemampuan paru-paru mengambil oksigen, jantung memompa darah, hemoglobin mendistribusikan oksigen, otot mendapatkan suplai oksigen dan mitokondria serta enzim tubuh untuk menghasilkan energi (Leyland, 2006). Ketahanan ini dapat diukur dengan nilai yang disebut VO2max.

Tabel 9 merupakan penyajian uji bivariat. Karakteristik berat badan Mahasiswa FK UNS berbeda dengan Mahasiswa Kobe tidak secara signifikan. Sama halnya dengan karakteristik tinggi badan. Berat dan tinggi badan merupakan faktor untuk menentukan indeks massa tubuh. WHO (2004) telah melakukan penelitian indeks massa tubuh di sepuluh negara Asia. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan berat dan tinggi badan tidak signifikan. Indeks massa tubuh juga tidak berbeda signifikan. Oleh karena itu, WHO menetapkan indeks massa tubuh untuk negara Asia. Adanya penetapan kriteria indeks massa tubuh untuk negara Asia membuktikan adanya generalisasi kawasan Asia. Hal ini terlihat pada postur masyarakat Asia tidak berbeda jauh. Untuk kawasan Asia, kriteria normal untuk indeks massa tubuh adalah 18,5-22,9 (Yunir dan Soebardi, 2007).

Tabel 9 juga menyajikan karakteristik tekanan darah sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan darah sistolik sebesar 8,6 dan secara statistik perbedaan ini signifikan. Perbedaan diastolik sebesar 16,7 dan secara statistik


(49)

commit to user

perbedaan ini signifikan. Tekanan darah sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh serum lipid di dalam pembuluh darah (Weta dkk, 2000). Serum lipid yang tinggi mengakibatkan resistensi pembuluh darah naik. Resistensi pembuluh darah yang naik mengakibatkan tekanan darah naik (Ganong, 2005). Serum lipid ini dipengaruhi oleh distribusi lemak. Sedangkan distribusi lemak dipengaruhi oleh indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh (Weta dkk, 2000). Namun, penelitian Cassidy (1994) mengungkapkan adanya kebiasaan jalan kaki masyarakat Jepang menurunkan resistensi tahanan perifer. Selain itu, penelitian tersebut juga mengungkapkan masyarakat Jepang cenderung mengatur pola makan sehat. Dua kebiasaan ini merupakan budaya masyarakat Jepang. Sato dkk (2007) juga mengemukakan dua budaya ini ternyata ampuh menurunkan angka diabetes melitus tipe 2 di negara Jepang. Pengaturan pola makan dan kebiasaan jalan kaki akan menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang turun memberi pengaruh penurunan tahanan perifer. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan darah. Hal ini dipertegas oleh Zhang dkk (2003) bahwa terjadi penurunan tahanan perifer, ambang ventilasi dan kekuatan tungkai yang akan meningkatkan VO2max

dengan kebiasaan jalan kaki walaupun tanpa adanya latihan.

Berbeda dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih senang memakai kendaraan pribadi, lebih senang makanan cepat saji, merokok dan cenderung malas untuk beraktivitas. Hal ini akan meningkatkan tahanan perifer, meningkatkan tekanan darah dan pada akhirnya menurunkan nilai VO2max atau menimbulkan suatu penyakit, seperti hipertensi.


(50)

commit to user

Karakteristik denyut jantung istirahat juga disajikan pada tabel 9. Perbedaan denyut jantung istirahat adalah 3,5 dan secara statistik tidak signifikan. Denyut jantung istirahat diukur saat subjek penelitian dalam keadaan istirahat tanpa melakukan aktivitas fisik. Namun, bukan hanya aktivitas fisik saja yang mempengaruhi denyut jantung. Keadaan suhu ruangan, aktivitas metabolisme tubuh, kebiasaan orang, psikis orang, kadar hormon tubuh terutama katekolamin, ketinggian suatu daerah, status kesehatan orang, usia, dan jenis kelamin orang (Mulcahy dkk, 1990 ; Moran dkk, 1995 ; Madden dkk, 2006 ; Fogt dkk, 2009 ; Aziz, 2010). Selain pada penelitian yang peneliti lakukan, penelitian yang dilakukan Nakanishi dan Nethery (1998) juga didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antara denyut jantung istirahat orang Jepang dan Amerika. Rentang usia subjek penelitian (19-25 tahun) dimungkinkan mempunyai elastisitas pembuluh darah yang sama sehingga denyut jantung istirahat tidak berbeda secara signifikan. Penelitian lain yang mendukung hal ini adalah penelitian yang dilakukan So dan Choi (2010). Mereka meneliti pengaruh fungsi kardiovaskuler dan indeks massa tubuh terhadap kebugaran fisik orang Korea. Hasil yang didapatkan adalah perbedaan denyut jantung istirahat tidak signifikan antara subjek obesitas dan subjek normal pada rentang usia subjek yang sama.

Pada tabel 9 terlihat adanya perbedaan nilai VO2max Mahasiswa FK UNS

dan Kobe sebesar 0,26 yang secara statistik berbeda signifikan. Nilai VO2max

absolut Mahasiswa Kobe Jepang lebih tinggi daripada Mahasiswa FK UNS. Nilai VO2max dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia, berat dan tinggi badan,


(51)

commit to user

tersebut, ada faktor lain yang menentukan nilai VO2max, yakni faktor genetik dan

lingkungan. Faktor genetik merupakan bakat yang membentuk sistem fungsional tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik berpengaruh besar terhadap kekuatan tubuh, ukuran dan komposisi otot, ambang anaerobik, kapasitas paru-paru, fleksibilitas sampai daya tahan tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik juga menentukan kemampuan otot dalam menggunakan oksigen, dan pembentukan ATP sebagai energi kontraksi. Hal ini berkaitan dengan mitokondria dan enzim-enzimnya. Brearley dan Zhou (2001) menyatakan latihan memberikan adaptasi terhadap respon enzim di mitokondria. Adanya faktor genetik pada sekuensi DNA mitokondria memberikan hasil adaptasi yang berbeda. Hasil adaptasi mencerminkan kemampuan suatu mitokondria memanfaatkan oksigen. Selain itu, faktor genetik menentukan kemampuan jantung beserta profil hematologi untuk mengirimkan oksigen ke otot (Quinn, 2008). Massa hemoglobin relatif merupakan salah satu profil hematologi. Menurut Eastwood dkk (2009), latihan tidak meningkatkan massa hemoglobin relatif pada anak remaja. Hunter dkk (2004) juga menyebutkan profil hematologi menentukan nilai VO2max. Penelitian ini

dilakukan pada perempuan ras kulit putih dan perempuan ras kulit hitam. Dalam penelitian ini variabel-variabel disamakan, seperti indeks massa tubuh, lemak tubuh, total energi yang dikeluarkan tiap harinya, waktu tidur, dan indeks waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Namun, hasil penelitian terebut tetap berbeda. Faktor genetik juga mempengaruhi hormon tubuh. Semakin rendah kadar hormon epinfrin, glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan dan semakin tinggi kadar hormon insulin terbukti menunda keletihan. Keletihan yang tertunda akan


(52)

commit to user

meningkatkan kebugaran tubuh (Davis dan Brown, 2001). Dengan kata lain, faktor genetik tersebut hanyalah sebagai faktor “penerima” respon dari latihan yang dijalankan. Stellingwerf (2007) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa banyak ditemukan individu dengan frekuensi latihan tidak rutin, tetapi nilai VO2max tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh faktor genetik.

Faktor lain yang juga menentukan nilai VO2max adalah lingkungan.

Ketinggian suatu daerah menentukan nilai VO2max. Semakin tinggi suatu tempat

semakin rendah tekanan udaranya. Oksigen masuk ke paru-paru disebabkan perbedaan tekanan antara oksigen di atmosfer dan di paru-paru. Jika tekanan semakin kecil oksigen di atmosfer, maka semakin susah masuk ke paru-paru. Ketinggian suatu daerah juga dapat mengurangi curah jantung, aliran darah, dan menurunkan fungsi paru-paru. Tubuh akan mengalami hipoksia. Hipoksia terjadi jika saturasi oksigen dalam darah berkurang. Saturasi oksigen di daerah tinggi lebih rendah daripada di daerah rendah (Robergs dan Roberts, 2000). Hipoksia ini akan memacu kadar eritropoetin darah meningkat, sehingga semakin banyak terbentuk eritrosit (Bourillhon dkk, 2009). Hemoglobin yang di dalam eritrosit akan membawa oksigen. Semakin banyak eritrosit maka semakin banyak oksigen yang diikat (Joyner, 2003). Namun, pengikatan oksigen oleh hemoglobin tergantung proses adaptasi seseorang. Proses adaptasi terjadi pada profil hematologi. Peningkatan massa hemoglobin sebesar 1% setelah mengalami adaptasi pada ketinggian lebih dari 3000 meter (Clark dkk, 2009). Penelitian lain dilakukan oleh Chappell dan Synder (1984) membuktikan adaptasi di daerah lebih tinggi akan meningkatkan nilai VO2max jika diambil di daerah yang tinggi maupun


(53)

commit to user

daerah yang rendah. Hal ini berkaitan dengan α-hemoglobin. Adaptasi lain berupa peningkatan penggunaan oksigen oleh sel otot, termasuk peningkatan kepadatan kapiler darah, area serat otot lebih kecil, peningkatan simpanan mioglobin dan meningkatkan mitokondria (Robergs dan Roberts, 2000). Setiap adaptasi terhadap otot akan terjadi juga peningkatan aktivitas enzim otot. Hal ini akan berpengaruh pada metabolisme aerobik. Selain itu, ketinggian suatu daerah mempengaruhi suhu suatu daerah. Akibatnya akan mempengaruhi nilai VO2max. Oleh karena suhu

berpengaruh pada respon kortisol (Izawa dkk, 2009).

Nutrisi tidak kalah penting mempengaruhi nilai VO2max. Nutrisi

merupakan salah satu faktor yang dapat mengoptimalisasi fungsi sistem kardiorespirasi. Nutrisi tidak dapat menggantikan faktor genetik, juga tidak dapat menjamin latihan terbaik. Nutrisi berpengaruh terhadap sumber tenaga yang dipakai sesuai dengan daerah sekitarnya (Jeukendrup, 2003). Nutrisi mengakibatkan bentuk komposisi tubuh. Selain nutrisi, etnik dan jenis kelamin menentukan komposisi tubuh (Kagawa dkk, 2007). Komposisi tubuh berkaitan dengan massa bebas lemak (fat free mass). Sedangkan, indeks massa tubuh hanya menggambarkan berat badan secara keseluruhan, termasuk lemak tubuh (body fat). Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang, air dan semua yang tidak terbentuk dari lemak. Jaringan lemak tidak menggunakan oksigen. Semakin tinggi lemak tubuh samakin mengurangi energi oksidasi (Stellingwerf, 2007). Jadi, massa bebas lemak yang mempengaruhi nilai VO2max (Goran dkk, 2000 ; Guerin


(54)

commit to user

Perbedaan nilai VO2max relatif juga disajikan pada tabel 9. Perbedaan

hasil ini sebesar 3,0 dan signifikan secara statistik. Nilai VO2max relatif Mahasiswa

Kobe lebih tinggi daripada Mahasiswa FK UNS. Nilai ini hanya pembagian nilai VO2max absolut dengan berat badan. Nilai ini lebih penting diajukan sebagai

informasi kebugaran seseorang karena menggambarkan persatuan kilogram berat badannya.

Ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain pengaruh beberapa variabel perancu (konfaunding) terhadap hasil VO2max berupa suhu

ruangan, ketinggian tempat, dan status kesehatan subjek. Selain itu, alat pengambilan data. Alat tersebut berupa sepeda ergometer, alat perekam jantung dan tensimeter. Nilai VO2max dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode

(Akalan dkk, 2008). Salah satu contohnya adalah penggunaan sepeda ergometer. Namun, pengukuran dengan sepeda ergometer mempunyai nilai VO2max 10-15%

lebih rendah daripada lari treadmill (Akalan dkk, 2008).

Waktu pengambilan data tidak sama. Waktu pengambilan data Mahasiswa FK UNS berbeda-beda dikarenakan menyesuaikan jadwal kuliah tiap subjek individu. Sedangkan waktu penelitian Mahasiswa Kobe Jepang tidak disebutkan. Waktu pengambilan data berkaitan dengan hormon tubuh terutama kortisol. Hormon kortisol dipengaruhi oleh irama sirkdian. Hormon kortisol mengatur regulasi glukosa darah. Hormon kortisol berfungsi menghasilkan glikogen di hepar dari pembentukan asam amino dan asam lemak, pembongkaran lemak dan pembongkaran protein. Adanya beberapa fungsi tersebut, maka terjadi peningkatan glukosa, asam lemak dan asam amino dalam darah. Adanya


(55)

commit to user

peningkatan ini, maka tahanan perifer akan meningkat. Hal ini akan mengganggu proses distribusi oksigen ke otot. Jadi, hormon kortisol mempengaruhi nilai VO2max (Torii dkk, 1995).


(56)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data-data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Kobe Jepang secara signifikan. Nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa

Universitas Kobe Jepang lebih tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Saran

1. Perlu pemanfaatan alat ukur dan metode yang lebih akurat untuk mengukur nilai VO2max.

2. Perlu adanya kalibrasi alat ukur untuk mengetahui kelaikannya.

3. Perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VO2max lebih lanjut agar semakin jelas.

4. Perlu adanya penelitian antaretnis di Indonesia untuk mengetahui bentuk demografi masyarakat Indonesia.


(1)

commit to user

tersebut, ada faktor lain yang menentukan nilai VO2max, yakni faktor genetik dan

lingkungan. Faktor genetik merupakan bakat yang membentuk sistem fungsional tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik berpengaruh besar terhadap kekuatan tubuh, ukuran dan komposisi otot, ambang anaerobik, kapasitas paru-paru, fleksibilitas sampai daya tahan tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik juga menentukan kemampuan otot dalam menggunakan oksigen, dan pembentukan ATP sebagai energi kontraksi. Hal ini berkaitan dengan mitokondria dan enzim-enzimnya. Brearley dan Zhou (2001) menyatakan latihan memberikan adaptasi terhadap respon enzim di mitokondria. Adanya faktor genetik pada sekuensi DNA mitokondria memberikan hasil adaptasi yang berbeda. Hasil adaptasi mencerminkan kemampuan suatu mitokondria memanfaatkan oksigen. Selain itu, faktor genetik menentukan kemampuan jantung beserta profil hematologi untuk mengirimkan oksigen ke otot (Quinn, 2008). Massa hemoglobin relatif merupakan salah satu profil hematologi. Menurut Eastwood dkk (2009), latihan tidak meningkatkan massa hemoglobin relatif pada anak remaja. Hunter dkk (2004) juga menyebutkan profil hematologi menentukan nilai VO2max. Penelitian ini

dilakukan pada perempuan ras kulit putih dan perempuan ras kulit hitam. Dalam penelitian ini variabel-variabel disamakan, seperti indeks massa tubuh, lemak tubuh, total energi yang dikeluarkan tiap harinya, waktu tidur, dan indeks waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Namun, hasil penelitian terebut tetap berbeda. Faktor genetik juga mempengaruhi hormon tubuh. Semakin rendah kadar hormon epinfrin, glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan dan semakin tinggi kadar hormon insulin terbukti menunda keletihan. Keletihan yang tertunda akan


(2)

commit to user

meningkatkan kebugaran tubuh (Davis dan Brown, 2001). Dengan kata lain, faktor genetik tersebut hanyalah sebagai faktor “penerima” respon dari latihan yang dijalankan. Stellingwerf (2007) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa banyak ditemukan individu dengan frekuensi latihan tidak rutin, tetapi nilai VO2max tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh faktor genetik.

Faktor lain yang juga menentukan nilai VO2max adalah lingkungan.

Ketinggian suatu daerah menentukan nilai VO2max. Semakin tinggi suatu tempat

semakin rendah tekanan udaranya. Oksigen masuk ke paru-paru disebabkan perbedaan tekanan antara oksigen di atmosfer dan di paru-paru. Jika tekanan semakin kecil oksigen di atmosfer, maka semakin susah masuk ke paru-paru. Ketinggian suatu daerah juga dapat mengurangi curah jantung, aliran darah, dan menurunkan fungsi paru-paru. Tubuh akan mengalami hipoksia. Hipoksia terjadi jika saturasi oksigen dalam darah berkurang. Saturasi oksigen di daerah tinggi lebih rendah daripada di daerah rendah (Robergs dan Roberts, 2000). Hipoksia ini akan memacu kadar eritropoetin darah meningkat, sehingga semakin banyak terbentuk eritrosit (Bourillhon dkk, 2009). Hemoglobin yang di dalam eritrosit akan membawa oksigen. Semakin banyak eritrosit maka semakin banyak oksigen yang diikat (Joyner, 2003). Namun, pengikatan oksigen oleh hemoglobin tergantung proses adaptasi seseorang. Proses adaptasi terjadi pada profil hematologi. Peningkatan massa hemoglobin sebesar 1% setelah mengalami adaptasi pada ketinggian lebih dari 3000 meter (Clark dkk, 2009). Penelitian lain dilakukan oleh Chappell dan Synder (1984) membuktikan adaptasi di daerah lebih tinggi akan meningkatkan nilai VO2max jika diambil di daerah yang tinggi maupun


(3)

commit to user

daerah yang rendah. Hal ini berkaitan dengan α-hemoglobin. Adaptasi lain berupa peningkatan penggunaan oksigen oleh sel otot, termasuk peningkatan kepadatan kapiler darah, area serat otot lebih kecil, peningkatan simpanan mioglobin dan meningkatkan mitokondria (Robergs dan Roberts, 2000). Setiap adaptasi terhadap otot akan terjadi juga peningkatan aktivitas enzim otot. Hal ini akan berpengaruh pada metabolisme aerobik. Selain itu, ketinggian suatu daerah mempengaruhi suhu suatu daerah. Akibatnya akan mempengaruhi nilai VO2max. Oleh karena suhu

berpengaruh pada respon kortisol (Izawa dkk, 2009).

Nutrisi tidak kalah penting mempengaruhi nilai VO2max. Nutrisi

merupakan salah satu faktor yang dapat mengoptimalisasi fungsi sistem kardiorespirasi. Nutrisi tidak dapat menggantikan faktor genetik, juga tidak dapat menjamin latihan terbaik. Nutrisi berpengaruh terhadap sumber tenaga yang dipakai sesuai dengan daerah sekitarnya (Jeukendrup, 2003). Nutrisi mengakibatkan bentuk komposisi tubuh. Selain nutrisi, etnik dan jenis kelamin menentukan komposisi tubuh (Kagawa dkk, 2007). Komposisi tubuh berkaitan dengan massa bebas lemak (fat free mass). Sedangkan, indeks massa tubuh hanya menggambarkan berat badan secara keseluruhan, termasuk lemak tubuh (body fat). Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang, air dan semua yang tidak terbentuk dari lemak. Jaringan lemak tidak menggunakan oksigen. Semakin tinggi lemak tubuh samakin mengurangi energi oksidasi (Stellingwerf, 2007). Jadi, massa bebas lemak yang mempengaruhi nilai VO2max (Goran dkk, 2000 ; Guerin


(4)

commit to user

Perbedaan nilai VO2max relatif juga disajikan pada tabel 9. Perbedaan

hasil ini sebesar 3,0 dan signifikan secara statistik. Nilai VO2max relatif Mahasiswa

Kobe lebih tinggi daripada Mahasiswa FK UNS. Nilai ini hanya pembagian nilai VO2max absolut dengan berat badan. Nilai ini lebih penting diajukan sebagai

informasi kebugaran seseorang karena menggambarkan persatuan kilogram berat badannya.

Ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain pengaruh beberapa variabel perancu (konfaunding) terhadap hasil VO2max berupa suhu

ruangan, ketinggian tempat, dan status kesehatan subjek. Selain itu, alat pengambilan data. Alat tersebut berupa sepeda ergometer, alat perekam jantung dan tensimeter. Nilai VO2max dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode

(Akalan dkk, 2008). Salah satu contohnya adalah penggunaan sepeda ergometer. Namun, pengukuran dengan sepeda ergometer mempunyai nilai VO2max 10-15%

lebih rendah daripada lari treadmill (Akalan dkk, 2008).

Waktu pengambilan data tidak sama. Waktu pengambilan data Mahasiswa FK UNS berbeda-beda dikarenakan menyesuaikan jadwal kuliah tiap subjek individu. Sedangkan waktu penelitian Mahasiswa Kobe Jepang tidak disebutkan. Waktu pengambilan data berkaitan dengan hormon tubuh terutama kortisol. Hormon kortisol dipengaruhi oleh irama sirkdian. Hormon kortisol mengatur regulasi glukosa darah. Hormon kortisol berfungsi menghasilkan glikogen di hepar dari pembentukan asam amino dan asam lemak, pembongkaran lemak dan pembongkaran protein. Adanya beberapa fungsi tersebut, maka terjadi peningkatan glukosa, asam lemak dan asam amino dalam darah. Adanya


(5)

commit to user

peningkatan ini, maka tahanan perifer akan meningkat. Hal ini akan mengganggu proses distribusi oksigen ke otot. Jadi, hormon kortisol mempengaruhi nilai VO2max (Torii dkk, 1995).


(6)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data-data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Kobe Jepang secara signifikan. Nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa

Universitas Kobe Jepang lebih tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Saran

1. Perlu pemanfaatan alat ukur dan metode yang lebih akurat untuk mengukur nilai VO2max.

2. Perlu adanya kalibrasi alat ukur untuk mengetahui kelaikannya.

3. Perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VO2max lebih lanjut agar semakin jelas.

4. Perlu adanya penelitian antaretnis di Indonesia untuk mengetahui bentuk demografi masyarakat Indonesia.