Karakteristik Pertumbuhan Vegetatif, Kandungan Sterol dan Klorofil dari Beberapa Aksesi Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng)

Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian
Blok 3

Blok 1

Blok 6

Blok 4

Blok 2

Blok 5

A4

A1

A5

A2


A3

A1

A3

A2

A1

A4

A5

A2

A1

A4


A3

A5

A2

A4

A5

A3

A2

A1

A4

A3


A2

A5

A4

A3

A1

A5

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Rencana Kegiatan Penelitian
No.
1
2
3
4

5

6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pelaksanaan
Penelitian
Koleksi Bahan
Tanam
Persiapan Media
Tanam
Persiapan Bahan
Tanam

Penanaman
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyulaman
Penyiangan
Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Pengamatan
Parameter
Jumlah Daun
Karakteristik
Morfologi
Tanaman
Panjang Akar
Bobot Basah
Tajuk per Sampel
Bobot Kering
Tajuk per Sampel
Ratio Shoot / Root

Kandungan Sterol
Kadar Klorofil

1

2

3

4

5

Minggu Ke6 7 8 9 10 11 12 13 14

X X X X X
X
X
X
X X X

X

X

X

X

X X

X

X

X

X

X


X
X
X
X
X
X
X

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Data Pengamatan Jumlah Daun
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
5
A1
68,0 68,0 76,0 70,0 54,0

A2
24,0 30,0 32,0 34,0 44,0
A3
36,0 32,0 34,0 36,0 30,0
A4
32,0 36,0 30,0 40,0 30,0
A5
44,0 40,0 34,0 32,0 38,0
Total
204,0 206,0 206,0 212,0 196,0
Rata-rata
40,8 41,2 41,2 42,4 39,2
Lampiran 4. Sidik Ragam Jumlah Daun
SK
db
JK
KT
Blok
5
35,2

7,0
Perlakuan
4
5426,1
1356,5
Galat
20
727,5
36,4
Total
29
6188,8
FK
KK
Keterangan

6
72,0
40,0
36,0

32,0
32,0
212,0
42,4

Total

Rata-rata

408,0
204,0
204,0
200,0
220,0
1236,0

68,0
34,0
34,0
33,3
36,7

Fhit
0,2
37,3*

41,2

F05
2,71
2,87

50923,2
14,6 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Data Pengamatan Karakterisasi Tanaman
Karakter Morfologi Tanaman
A1
A. Tipe Tanaman
Tegak
B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang
C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun bagian atas
6. Warna permukaan daun bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)

A2
Tegak

A3
Tegak

A4
Tegak

A5
Tegak

persegi
persegi
persegi
persegi
persegi
11,7
11,4
11,4
11,3
11,4
melengkung ke melengkung ke melengkung ke melengkung ke melengkung ke
atas
atas
atas
atas
atas
merah
hijau
hijau
hijau
hijau
kemerahan
kemerahan
kemerahan
kemerahan
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada

bulat telur
bergerigi
tumpul
hijau muda
hijau muda
hijau muda
ada
tipis

bulat telur
bergerigi
tumpul
hijau muda
hijau
hijau muda
ada
agak tebal

bulat telur
bergerigi
tumpul
hijau muda
hijau
hijau muda
ada
agak tebal

bulat telur
bergerigi
tumpul
hijau muda
hijau
hijau muda
ada
agak tebal

bulat telur
bergerigi
tumpul
hijau muda
hijau
hijau muda
ada
agak tebal

48,3

68,9

72,6

66,1

58,7

Universitas Sumatera Utara

- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

47,5

63,0

67,6

65,9

62,6

merah
18,9
ada
10,9
berseling
berhadapan
kuat

merah
33,0
ada
24,8
berseling
berhadapan
sedang

merah
31,9
ada
21,7
berseling
berhadapan
sedang

merah
29,1
ada
21,7
berseling
berhadapan
sedang

Merah
30,8
Ada
21,0
berseling
berhadapan
Sedang

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Data Pengamatan Pajang Akar
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
14,0 24,0 17,0 20,0 23,5 18,5
A1
23,0 21,0 18,5 22,0 22,5 17,5
A2
29,0 18,0 19,5 20,0 18,5 20,5
A3
23,5 15,5 23,0 17,5 27,0 23,0
A4
28,0 35,0 33,0 32,5 32,0 25,5
A5
Total
117,5 113,5 111,0 112,0 123,5 105,0
Rata-rata
23,5 22,7 22,2 22,4 24,7 21,0
Lampiran 7. Sidik Ragam Pajang Akar
SK
Db
JK
Blok
5
39,27
Perlakuan
4
524,08
Galat
20
296,02
otal
29
859,38
FK
KK
Keterangan

KT
7,85
131,02
14,80

Total

Rata-rata

117,0
124,5
125,5
129,5
186,0
682,5

19,5
20,8
20,9
21,6
31,0

Fhit
0,53
8,85*

22,8

F05
2,71
2,87

15526,88
16,91 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk per Sampel
Ulangan
Perlakuan
Total
1
2
3
4
5
6
108,3 82,1 100,6 107,3 77,0 70,5
545,8
A1
90,3 95,8 97,1 67,1 90,2 87,5
528,0
A2
105,8 74,0 109,2 100,1 87,8 11,4
488,3
A3
97,0 78,8 107,3 87,5 100,3 88,0
558,9
A4
72,6 105,8 102,1 118,8 116,5 101,4 617,2
A5
Total
474,0 436,5 516,3 480,8 471,8 358,8 2738,2
Rata-rata
94,8 87,3 103,3 96,2 94,4 71,8
Lampiran 9. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk per Sampel
SK
db
JK
KT
Fhit
Blok
5
2930,41
586,08
1,54
Perlakuan
4
1479,29
369,82
0,97tn
Galat
20
7624,32
381,22
Total
29
12034,02
FK
KK
Keterangan

Rata-rata
91,0
88,0
81,4
93,2
102,9
91,3

F05
2,71
2,87

249924,64
21,39 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk per Sampel
Ulangan
Perlakuan
Total
1
2
3
4
5
6
10,60 8,00 8,30 11,70 8,20 6,70 53,50
A1
9,60 11,40 8,70 7,90 10,00 10,90 58,50
A2
13,00 8,50 11,30 12,40 10,40 13,00 68,60
A3
11,90 9,00 12,20 11,70 12,20 10,90 67,90
A4
8,80 13,00 10,90 14,00 14,00 12,00 72,70
A5
Total
53,9 49,9 51,4 57,7 54,8 53,5 321,2
Rata-rata
10,8 10,0 10,3 11,5 11,0 10,7
Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk per Sampel
SK
db
JK
KT
Fhit
Blok
5
7,37
1,47
0,48
Perlakuan
4
42,05
10,51
3,39*
Galat
20
62,00
3,10
Total
29
111,42
FK
KK
Keterangan

Rata-rata
8,92
9,75
11,43
11,32
12,12
10,7

F05
2,71
2,87

3438,98
16,45 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Data Pengamatan Rasio Shoot/Root
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
11,78 7,27
6,38
4,33
6,83
A1
3,84
5,70
3,48
6,08
5,88
A2
5,91
6,07
5,14
5,90
4,33
A3
7,93
6,92
7,63
7,80
6,78
A4
4,89
7,22
4,74
5,83
6,36
A5
34,35 33,19 27,37 29,95 30,19
Total
6,87
6,64
5,47
5,99
6,04
Rata-rata
Lampiran 13. Sidik Ragam Rasio Shoot/Root
SK
db
JK
KT
Blok
5
6,42
1,28
Perlakuan
4
13,81
3,45
Galat
20
64,90
3,24
Total
29
85,13
FK
KK
Keterangan

6
4,47
9,91
5,65
6,41
5,71
32,15
6,43

Total

Rata-rata

41,07
34,89
33,01
43,47
34,76
187,20

6,84
5,81
5,50
7,25
5,79

Fhit
0,40
1,06tn

6,24

F05
2,71
2,87

1168,08
28,87 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 14. Data Pengamatan Kandungan Sterol
Ulangan
Perlakuan
Total
1
2
3
4
5
6
48,2 46,1 44,5 48,4 48,4 49,0 284,6
A1
46,0 45,6 46,2 45,1 42,2 46,2 271,2
A2
48,8 46,2 46,0 48,9 42,2 45,8 277,8
A3
48,5 44,4 45,8 46,0 44,6 48,6 277,9
A4
48,1 42,2 48,6 48,9 48,7 46,0 282,3
A5
239,5 224,4 231,1 237,4 226,0 235,6 1393,9
Total
47,9 44,9 46,2 47,5 45,2 47,1
Rata-rata
Lampiran 15. Sidik Ragam Kandungan Sterol
SK
db
JK
KT
Blok
5
0,39
0,08
Perlakuan
4
0,18
0,04
Galat
20
0,71
0,04
Total
29
1,27

Fhit
2,18
1,24tn

Rata-rata
47,4
45,2
46,3
46,3
47,1
46,5

F05
2,71
2,87

FK
64767,95
KK
4,05 %
Keterangan
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 16. Data Pengamatan Kandungan Klorofil
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
31,8 32,3 38,0 40,2 30,8 39,3
A1
35,1 38,7 40,8 31,2 31,5 45,7
A2
33,0 33,0 29,5 36,9 38,6 41,6
A3
33,2 27,8 35,7 39,0 37,4 43,2
A4
36,7 27,6 35,0 33,4 38,2 41,0
A5
Total
169,8 159,2 179,2 180,8 176,4 210,7
Rata-rata
34,0 31,8 35,8 36,2 35,3 42,1
Lampiran 17. Sidik Ragam Kandungan Klorofil
SK
db
JK
KT
Blok
5
298,34
59,67
Perlakuan
4
14,82
3,70
Galat
20
291,79
14,59
Total
29
604,95
FK
KK
Keterangan

Total

Rata-rata

212,3
223,1
212,6
216,3
211,9
1076,2

35,4
37,2
35,4
36,0
35,3
35,9

Fhit
4,09
0,25tn

F05
2,71
2,87

38605,30
10,65 %
tn: tidak nyata
* :nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 18. Heritabilitas Parameter Pengamatan
Parameter
σ²g
σ²e
Jumlah daun
220,03
36,37
Jarak antar daun
27,26
3,88
Panjang tangkai daun
30,41
10,9
Lebar daun
60,13
22,85
Panjang daun
88,69
23,18
Panjang akar
19,37
14,8
Bobot basah tajuk
0,00
381,22
Bobot kering tajuk
1,24
3,10
Rasio shoot/root
0,03
3,24
Kandungan sterol
0.001
0,035
Kandungan klorofil total
0,00
14,59

σ²p
226,09
27,91
32,22
63,94
92,55
21,84
61,64
1,75
0,58
0,007
0,62

H
0,97
0,98
0,94
0,94
0,96
0,89
0,00
0,71
0,06
0,19
0,00

Lampiran 19. Foto Lahan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 20. Grafik Bacaan Absorban Kandungan Sterol dengan
Menggunakan Instrumen Spektrofotometer UV-Vis
lambda 25-Perkin Elmer
Standar

W=254 nm
A=11,86

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (1)

W=254 nm
A=11,44

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (1)

W=254 nm
A=10,90

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (1)

W=254 nm
A=11,57

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (1)

W=254 nm
A=11,50

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (1)

W=254 nm
A=11,40

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (2)

W=254 nm
A=10,94

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (2)

W=254 nm
A=10,81

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (2)

W=254 nm
A=10,95

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (2)

W=254 nm
A=10,52

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (2)

W=254 nm
A=10,00

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (3)

W=254 nm
A=10,55

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (3)

W=254 nm
A=10,97

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (3)

W=254 nm
A=10,90

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (3)

W=254 nm
A=10,87

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (3)

W=254 nm
A=11,53

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (4)

W=254 nm
A=11,49

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (4)

W=254 nm
A=10,70

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (4)

W=254 nm
A=11,61

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (4)

W=254 nm
A=10,91

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (4)

W=254 nm
A=11,59

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (5)

W=254 nm
A=11,47

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (5)

W=254 nm
A=10,00

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (5)

W=254 nm
A=10,00

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (5)

W=254 nm
A=10,59

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (5)

W=254 nm
A=11,54

Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau) (6)

W=254 nm
A=11,62

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan) (6)

W=254 nm
A=10,96

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit (6)
W=254 nm
A=10,87

Aksesi Tanaman Asal Simalungun (6)
W=254 nm
A=11,53

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Brastagi (6)

W=254 nm
A=10,91

Keterangan : W (Wavelength) = Panjang gelombang
A (Absorban)
= Absorbansi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding (Pemuliaan Tanaman Jilid 1)
Terjemahan Manna dan Mulyani. Bina Aksara. Jakarta. pp.336.
Aziz, S. A. 2013. Prosedur Operasional Baku Budidaya Bangun‐Bangun
(Plectranthus amboinicus). SEAFAST Center-IPB, Bogor.
Curtis, O.F. dan Clark, G.C. 1950. An Introduction to Plant Physiology. McGraw
Hill Book Compant. Inc.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan Deskripsi
Varietas Hortikultura. Kementerian Pertanian.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.
Elvers, B., Hawkins, S., Ravenscroft, M., Sculz. G., 1989, Ullmann’s
Encyclopedia of Industrial Chem. VCH Publisher, Jerman.
Goad L.J., and A. Toshihiro. 1997. Analysis of Sterol. Blackie Academic and
Propesional, London.
Harborne, 1998, Metode Fitokimia, terjemahan Padmawinata, K. Sudiro. ITB,
Bandung
Kaliappan N. D dan P. K Viswanathan. 2008. Pharmacognostical Studies on the
Leaves of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng. Int J Green Pharm,
Vol 2 (3) :182-184.
Khajarern, J. and S. Khajarern. 2002. The Efficacy of Origanum Essential Oils in
Sow Feed. Int. Pig Topics. 17: 17.
Kurniawan, M., M. Izzati., dan Y. Nurchayati. 2010. Kandungan Klorofil,
Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik.
Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol 28 No.1
Lestari, P. 2009. Analisis Kandungan Klorofil dan Laju Fotosintesis Tebu
Transgenik PS-IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto,
Jawa Timur. IPB, Bogor.
Masnenah, E., Murdaningsih., R. Setiamihardja., W. Astika, A. Baihaki. 1997.
Parameter Genetik Karakter Ketahanan Terhadap Penyakit Karat Kedelai
Dan Beberapa Karakter Lainnya. ZURIAT 8 (2) : 57-63.
Manitto, P., 1980, Biosynthesis of Natural Products. John Wiley and Sons,
New York.

Universitas Sumatera Utara

Muthukumarana, R. dan R. M. Dharmadasa. 2014. Pharmacognostical
investigation of Plectranthus hadiensis (Forssk.) Schweinf. ex Sprenger.
and Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng. World Journal of
Agricultural Research, Vol 2 (5) : 240-246.
Pandey, B. P. 2007. Taxonomy of Angiosperms. S. Chand and Company Ltd, New
Delhi.
Poespadorsono. S. 1998. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Prakash, O. M., A. Rabinarayan., S. K. Mishra dan R. Sahoo. 2012. Patorchur
(Coleus aromaticus): A Review of The Medicinal Evidence For Its
Phytochemistry and Pharmacology Properties. IJABPT, Vol 3 : 4.
Prangdimurti, E. 2007. Kapasitas antioksidan dan daya hipokolesterolemik
ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown). Disertasi. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Priyatno, T. P. 2013. Pangan Tradisional Sumatera Utara Berbasis Budaya dan
Pelestarian In Situ. Warta Plasma Nutfah Indonesia No. 25.
Pullaiah, T. 2006. Encyclopaedia of World Medicinal Plants. Regency
Publication, New Delhi.
Rahayu,
N. R. 2011. Keragaan Genetik Plasma Nutfah Kelapa Dalam
(Cocos Nucifera L.) di Kebun Percobaan Mapanget Berdasarkan Penanda
DNA RSSr. Buletin Palma No.33.
Rahmayanti, E, dan Sitanggang M. 2006. Taklukan Penyakit dengan Klorofil
Alfalfa. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Rahardjo, M, S.M.D Rosita , Sudiarto, dan Hernani. 2000. Produktivitas dan
kadar flavonoid simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang
diperoleh pada berbagai kondisi stress air. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri 6(2): 1-3.
Ramacadran, K. 1967. Cytologi of genus Coleus. Cytologia. 32 : 474-480.
Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung
Sahay, R., S. Banerjee dan K. Kundu. 2011. Coleus aromaticus Benth – A
Nutritive Medicinal Plant of Potential Therapeutic Value. IJPBS. Vol 2,
no 3: 488-496.
Setiari, N dan Y. Nurchayati. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa
Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Makanan Tambahan.
BIOMA, 11 (1) : 6-10.

Universitas Sumatera Utara

Silitonga, M. 1993. Efek Laktakogum Daun Jinten (Coleus amboinicuc L.) pada
Tikus Laktasi. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Tisnadjaja, D., S. L. Hidayat., S. Sumirja dan P. Simanjuntak. 2006. Pengkajian
Kandungan Fitosterol pada Tanaman Kedawung (Parkia roxburgii).
Biodiversitas, 7 (1) : 21-24.
Vasquez, E.A., W. Kraus, A.D. Solsoloy and B.M. Rejesus. 2000. The Uses of
Species and Medicinal: Antifungal, Antibacterial, Anthelmintic, and
Molluscicidal Constituents of Philippine Plant. [diakses pada tanggal 27
Juni 2015 dari http: //www.fao.org/x2230e].
Wening, W. 2007. Penambahan Daun Torbangun (Coleus amboinicus lour) dalam
Ransum Pengaruhnya terhadap Sifat Reproduksi dan Produksi Air Susu
Mencit Putih (Musculus Albinus). Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yoga, K. W., N. Andarwulan dan E. Prangdimurti. 2007. Potensi Antioksidan
Daun dan Gel Kacapiring. Semnas FMIPA Undiksha, 108-117.
Zen, S & H. Bahar. 2002. Parameter genetik karakter agronomi padi gogo.
J. Stigma Juli-September 2002. X(3): 208-213.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa, Laboratorium Central dan
Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut pada
bulan Desember 2015 sampai April 2016.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek pucuk
tanaman bangun-bangun asal Medan (Krakatau), Medan (Tuntungan), Sibolangit,
Simalungun dan Brastagi. Bahan lain yang digunakan yaitu pupuk kompos, air,
top soil, polybag, gunting, label, metanol (Merck), kloroform (Merck), asetat
anhidrida, asam sulfat pekat, dan standar β-sitosterol.
Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, oven, dan penangas
air. Instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis lambda 25-Perkin
Elmer dengan software UV-Winlab.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan dan 6 ulangan yaitu:
Faktor : Aksesi Tanaman (A) yang terdiri dari 5 jenis yaitu:
A1 = Tanaman asal Medan (Krakatau)
A2 = Tanaman asal Medan (Tuntungan)
A3 = Tanaman asal Sibolangit
A4 = Tanaman asal Simalungun
A5 = Tanaman asal Brastagi

Universitas Sumatera Utara

Jumlah ulangan (Blok)

: 6 ulangan

Jarak antar blok

: 70 cm

Jarak antar tanaman

: 40 cm

Jumlah tanaman seluruhnya : 30 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yij = µ + ρi + αj + Σij
Yij = Hasil pengamatan blok ke-i akibat perbedaan aksesi tanaman jenis ke-j
µ

= Nilai tengah

ρi

= Efek dari blok ke-i

αj

= Efek perbedaan aksesi tanaman dari jenis ke-j

Σij = Galat percobaan dari blok ke-i dan aksesi tanaman jenis ke-j
Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, perlakuan yang nyata
dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Koleksi Bahan Tanam
Bahan tanaman dikumpulkan dari 5 lokasi yaitu Medan (Krakatau) yang
merupakan tanaman liar (tidak dibudidayakan), dan tanaman pekarangan warga
(dibudidayakan) dari daerah Medan (Tuntungan), Sibolangit, Brastagi dan
Simalungun. Bagian tanaman yang diambil adalah tanaman utuh, yaitu akar dan
tajuk tanaman ataupun cabang tanaman yang telah menyentuh tanah dan memiliki
akar. Setelah pengumpulan bahan tanaman selanjutnya tanaman tersebut ditanam
di polybag, dimana tanaman ini akan digunakan sebagai tanaman sumber untuk
perbanyakan.
Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam dilakukan dengan mencampurkan tanah dan pupuk
kandang sapi dengan perbandingan 1:1 dan diaduk merata kemudian dimasukkan
ke dalam polybag. Media tanam kemudian disusun di lahan percobaan.
Persiapan Bahan Tanam
Bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan adalah pucuk
tanaman, dimana pada stek pucuk untuk seluruh aksesi diseragamkan sebanyak
5 helai daun terbuka, dan diameter batang diseragamkan untuk masing-masing
aksesi. Stek yang akan digunakan dibuang seluruh daunnya dan bagian pangkal
stek dipotong di dekat ketiak daun.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menanam stek pucuk ke dalam media
tanam yang telah dilubangi kemudian ditekan agar menjadi lebih padat kemudian
disiram dengan air bersih.

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari atau jika diperlukan dengan melihat
kondisi media tanam di lapangan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan selama tanaman berumur 2 Minggu Setelah Tanam
(MST). Penyulaman dilakukan bila terdapat tanaman yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya tidak normal. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan
yang sama pertumbuhannya di lapangan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 1-2 kali seminggu mulai dari penanaman sampai
tanaman berumur 8 MST dengan cara manual dengan membersihkan gulma yang
ada di lahan penelitian.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
insektisida dan fungisida jika tanaman terserang hama dan penyakit.
Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 8 MST. Tanaman yang
dipanen telah memiliki jumlah cabang minimal 2 dan daun tanaman bagian bawah
mulai menguning.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter
Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST.
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna (terbuka penuh)
dan sehat.
Morfologi tanaman
Pengamatan morfologi tanaman dilakukan setelah tanaman berumur
8 MST yang disesuaikan dengan Pedoman Teknis Penyusunan Deskripsi Varietas
Hortikultura (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2013) dan karakteristik
morfologi tanaman pada penelitian Muthukumarana dan Dharmadasa (2014). Sifat
morfologi tanaman yang akan diamati yaitu sebagai berikut ini:
a) Tipe tanaman
(1) Tegak
(2) Menjalar (batang berbaring, tetapi pada buku batang keluar akar).
(3) Lainnya.
b) Karakter batang
(1) Bentuk dan ukuran batang
(a) Bulat, diameter …… mm,
(b) Bersegi, bentuk penampang, ukuran ….. mm,
(c) Lainnya
(2) Percabangan
(a) Mendatar
(b) Melengkung keatas

Universitas Sumatera Utara

(c) Melengkung kebawah
(d) Lainnya
(3) Warna batang:
(a) Hijau muda
(b) Hijau
(c) Hijau kemerahan
(d) Ungu kemerahan
(4) Adanya tunas di ketiak daun
(a) Ada
(b) Tidak ada
c) Karakter daun
(1) Bentuk (bangun) daun:
(a) Bulat telur
(b) Bulat
(c) Lainnya
(2) Tepi daun :
(a) Bergerigi
(b) Berombak
(c) Lainnya
(3) Ujung daun :
(a) Runcing
(b) Meruncing
(c) Tumpul
(d) Lainnya

Universitas Sumatera Utara

(4) Warna Tulang daun :
(a) Hijau
(b) Hijau kemerahan
(5) Warna daun bagian atas :
(a) Hijau muda (daun muda dan daun tua)
(b) Hijau
(c) Hijau tua
(d) Lainnya
(6) Warna daun bagian bawah:
(a) Hijau muda (daun muda dan daun tua)
(b) Hijau
(c) Hijau tua
(d) Lainnya
(7) Permukaan daun bagian atas dan / bawah:
(a) Mengkilap/suram
(b) Kasar/tidak
(c) Berbulu/tidak
(d) Lainnya
(8) Daging daun :
(a) Tipis
(b) Agak tebal
(c) Lainnya
(9) Ukuran daun :
(a) Panjang ……. mm/cm

Universitas Sumatera Utara

(b) Lebar ……. mm/cm
(10) Tangkai daun:
(a) Warna
(b) Panjang ……. mm/cm
(11) Bulu pada tulang daun (ada/tidak)
(12) Jarak antar daun : ………………………… cm
(13) Kedudukan daun (berseling berhadapan/tidak)
(14) Aroma daun
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung mulai dari leher akar sampai ujung akar.
Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 8 MST.
Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g)
Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan setelah tanaman berumur
8 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan bahan tanaman dengan
air sampai bersih, kemudian dikering anginkan sebelum ditimbang.
Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g)
Pengukuran bobot kering tajuk dilakukan setelah tanaman berumur
8 MST. Perhitungan dilakukan dengan mengering ovenkan bagian atas tanaman
yang telah dihitung berat tajuk segarnya pada suhu 70ºC selama 72 jam sehingga
diperoleh berat kering yang konstan kemudian ditimbang dengan timbangan
analitik.
Ratio Shoot / Root (g)
Perhitungan ratio shoot / root dilakukan setelah tanaman berumur 8 MST
dengan cara mengering ovenkan bagian atas dan bawah tanaman pada suhu 70ºC

Universitas Sumatera Utara

selama 72 jam sehingga diperoleh berat kering yang konstan kemudian ditimbang
dengan timbangan analitik.
Kandungan Sterol
Penetapan kadar sterol ini dilakukan dengan uji Liebermann-Burchard
yang digunakan untuk menentukan adanya senyawa triterpenoid dan sterol pada
bahan. Prinsipnya, sterol akan larut dalam kloroform dan bereaksi dengan asam
kuat membentuk kompleks warna. Perubahan warna yang menunjukkan hasil
positif adalah timbulnya warna biru menjadi merah dibagian kloroform,
sedangkan dibagian asam berwarna kuning dan selanjutnya menjadi hijau pekat.
Kloroform digunakan untuk melarutkan sterol. Asam asetat anhidrida
berfungsi sebagai pembentuk kompleks warna dengan sterol, dan asam sulfat
pekat berfungsi sebagai katalis. Prosedur penetapan kadar sterol yaitu sebagai
berikut:
• Persiapan Sampel
Daun segar dari tanaman (daun bagian atas kedua dan ketiga setelah daun
pertama yang terbuka sempurna) dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan tisu.
Daun ditimbang sebanyak 2 gram kemudian digerus dengan menggunakan mortal
hingga halus.
• Ekstraksi fitosterol
Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan metanol sebanyak 2 kali
dimana ekstraksi pertama ditambahkan metanol sebanyak 10 ml kemudian residu
diekstrak lagi dengan menambahkan 5 ml metanol.
• Penetapan kadar sterol

Universitas Sumatera Utara

Dipipet 2 ml ekstrak metanol ke dalam gelas piala, kemudian diuapkan
hingga kering menggunakan penangas air. Residu diekstrak 2 kali dengan
menggunakan kloroform sebanyak 2,5 ml setiap kali ekstraksi. Kemudian
sebanyak 3 tabung reaksi disiapkan.
− Tabung 1 (Sampel) berisi 5 ml ekstrak kloroform; 2 ml asam asetat anhidrida
dan 0,1 ml asam sulfat pekat.
− Tabung 2 (Standar) berisi 5 ml standar β-sitosterol (0,1 mg/ml); 2 ml asam
asetat anhidrida dan 0,1 ml asam sulfat pekat.
− Tabung 3 (Blanko) berisi 5 ml kloroform; 2 ml asam asetat anhidrida dan
0,1 ml asam sulfat pekat. Setiap tabung dikocok, kemudian disimpan di dalam
ruang gelap selama 15 menit. Setelah itu absorban diukur pada panjang
gelombang 254 nm.

= mg β-sitosterol/1000ml ekstrak
Keterangan :
[β-sitosterol]

: Kadar β-sitosterol (mg/L)

A sampel

: Absorban sampel

A standar

: Absorban standar

Konsentrasi standar

: 0,1 mg/ml

Kadar Klorofil
Daun segar dari tanaman (daun bagian atas kedua dan ketiga setelah daun
pertama yang terbuka sempurna) dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan tisu.
Daun ditimbang sebanyak 1 gram kemudian digerus dengan menggunakan mortal
hingga halus. Kemudian diekstraksi dengan menambahkan metanol sebanyak

Universitas Sumatera Utara

10 ml dan di diamkan selama 3 hari. Ekstrak disaring lalu diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 645 dan 663 nm. Perhitungan kadar klorofil dilakukan
dengan rumus :
Klorofil total (mg/L) = 20,2 A645 nm + 8,02 A 663 nm
Klorofil a (mg/L) = 12,7 A663 nm - 2,69 A 645 nm
Klorofil b (mg/L) = 22,9 A645 nm - 4,68 A 663 nm
Heritabilitas
Nilai heritabilitas arti luas dihitung sebagai perbandingan nilai ragam
genetik dan ragam total populasi F2 (Allard, 1960).
h2 = σ2g / σ2p
Keterangan

:

σ2 p

= Ragam fenotipe

σ2 g

= Ragam genotipe

σ2 e

= Ragam lingkungan
Kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti Masnenah, et al.

(1997) dengan ketentuan sebagai berikut:
H < 0,20

= Heritablitas rendah

0,20 < H < 0,50

= Heritabilitas sedang

H > 0,50

= Heritabilitas tinggi

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
aksesi tanaman berbeda nyata pada parameter jumlah daun, panjang akar, dan
bobot kering tajuk.
Jumlah Daun
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman berbeda nyata pada jumlah daun tanaman. Rataan jumlah daun tanaman
bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Jumlah Daun 6 MST (helai)
Ulangan
Aksesi
1
2
3
4
68,00
68,00
76,00
70,00
Krakatau
24,00
30,00
32,00
Tuntungan
34,00
36,00
32,00
34,00
36,00
Sibolangit
32,00
36,00
30,00
40,00
Simalungun
44,00
40,00
34,00
32,00
Brastagi
Rata-rata
40,80
41,20
41,20
42,40

5
54,00
44,00
30,00
30,00
38,00
39,20

6
72,00
40,00
36,00
32,00
32,00
42,40

Rata-rata
68,00a
34,00b
34,00b
33,33b
36,67b

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang sama menunjukaan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa aksesi tanaman berbeda nyata pada
jumlah daun tanaman 6 MST, dimana aksesi tanaman asal Medan (Krakatau)
mempunyai rataan jumlah daun tertinggi yaitu (68 helai) dan berbeda nyata
dengan aksesi tanaman asal Medan Tuntungan, Sibolangit, Simalungun dan
Brastagi.
Karakteristik Morfologi Tanaman
Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa aksesi tanaman memiliki
perbedaan yang terlihat pada karakter warna batang, warna permukaan daun

Universitas Sumatera Utara

bagian atas, ketebalan daun, ukuran daun, panjang tangkai daun dan jarak antar
daun. Karakteristik morfologi tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Morfologi Tanaman
Aksesi Tanaman Asal Medan (Krakatau)
Karakter Morfologi Tanaman
Keterangan
A. Tipe Tanaman
Tegak
B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang
C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun
bagian atas
6. Warna permukaan daun
bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)
- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

Persegi
11,7
melengkung ke atas
Merah
Ada
Ada

Gambar

2(a)

bulat telur
Bergerigi
Tumpul
hijau muda
hijau muda
2(b)
hijau muda
Ada
Tipis
48,3
47,5

2(c)

Merah
18,9
Ada
10,9
berseling berhadapan
Kuat

2(d)

Keterangan : (a) tanaman bangun-bangun, (b) batang, (c) permukaan daun bagian atas,
dan (d) permukaan daun bagian bawah

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Medan (Tuntungan)
Karakter Morfologi Tanaman
Keterangan
A. Tipe Tanaman
Tegak
B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang

Gambar

Persegi
11,4
melengkung ke atas
hijau kemerahan
Ada
Ada
3(a)

C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun
bagian atas
6. Warna permukaan daun
bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)
- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

bulat telur
Bergerigi
Tumpul
hijau muda
Hijau
hijau muda

3(b)

Ada
agak tebal
68,9
63,0

3(c)

Merah
33,0
Ada
24,8
berseling berhadapan
Sedang

3(d)

Keterangan : (a) tanaman bangun-bangun, (b) batang, (c) permukaan daun bagian atas,
dan (d) permukaan daun bagian bawah

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Sibolangit
Karakter Morfologi Tanaman
A. Tipe Tanaman

Keterangan
Tegak

B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang

Persegi
11,4
melengkung ke atas
hijau kemerahan
Ada
Ada

C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun
bagian atas
6. Warna permukaan daun
bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)
- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

Gambar

4(a)

bulat telur
Bergerigi
Tumpul
hijau muda
Hijau
hijau muda

4(b)

Ada
agak tebal
72,6
67,6

4(c)

Merah
31,9
Ada
21,7
berseling berhadapan
Sedang

4(d)

Keterangan : (a) tanaman bangun-bangun, (b) batang, (c) permukaan daun bagian atas,
dan (d) permukaan daun bagian bawah

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Simalungun
Karakter Morfologi Tanaman
A. Tipe Tanaman

Keterangan
Tegak

B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang

Persegi
11,3
melengkung ke atas
hijau kemerahan
Ada
Ada

C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun
bagian atas
6. Warna permukaan daun
bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)
- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

Gambar

5(a)

bulat telur
Bergerigi
Tumpul
hijau muda
Hijau
hijau muda

5(b)

ada
agak tebal
66,1
65,9

5(c)

merah
29,1
ada
21,7
berseling berhadapan
sedang

5(d)

Keterangan : (a) tanaman bangun-bangun, (b) batang, (c) permukaan daun bagian atas,
dan (d) permukaan daun bagian bawah

Universitas Sumatera Utara

Aksesi Tanaman Asal Brastagi
Karakter Morfologi Tanaman
A. Tipe Tanaman
B. Karakter Batang
1. Bentuk batang
2. Ukuran batang (mm)
3. Percabangan
4. Warna batang
5. Tunas di ketiak daun
6. Bulu di permukaan batang
C. Karakter Daun
1. Bentuk daun
2. Tepi daun
3. Ujung daun
4. Warna tulang daun
5. Warna permukaan daun
bagian atas
6. Warna permukaan daun
bagian bawah
7. Bulu di permukaan daun
8. Ketebalan daun
9. Ukuran daun
- Panjang (mm)
- Lebar (mm)
10. Tangkai daun
- Warna
- Panjang (mm)
11. Bulu pada tulang daun
12. Jarak antar daun (mm)
13. Kedudukan daun
14. Aroma daun

Keterangan
Tegak

Gambar

Persegi
11,4
melengkung ke atas
hijau kemerahan
Ada
Ada

6(a)

bulat telur
Bergerigi
Tumpul
hijau muda
Hijau
6(b)
hijau muda
Ada
agak tebal
58,7
62,6

6(c)

Merah
30,8
Ada
21,0
berseling berhadapan
Sedang

6(d)

Keterangan : (a) tanaman bangun-bangun, (b) batang, (c) permukaan daun bagian atas,
dan (d) permukaan daun bagian bawah

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa aksesi tanaman asal Medan (Krakatau)
berbeda penampilan morfologinya dengan aksesi tanaman asal Medan
(Tuntungan), Sibolangit, Simalungun dan Brastagi pada karakter warna batang,

Universitas Sumatera Utara

warna permukaan daun bagian atas, ukuran daun, panjang tangkai daun dan jarak
antar daun.
Panjang Akar
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman berbeda nyata pada panjang akar tanaman. Rataan panjang akar tanaman
bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Panjang Akar (cm)
Aksesi
Ulangan
1
2
3
4
14,00 24,00 17,00 20,00
Krakatau
23,00 21,00 18,50 22,00
Tuntungan
29,00 18,00 19,50 20,00
Sibolangit
Simalungun 23,50 15,50 23,00 17,50
28,00 35,00 33,00 32,50
Brastagi
Rata-Rata
23,50 22,70 22,20 22,40

Rata-Rata
5
23,50
22,50
18,50
27,00
32,00
24,70

6
18,50
17,50
20,50
23,00
25,50
21,00

19,50b
20,75b
20,92b
21,58b
31,00a
22,75

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang sama menunjukaan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa aksesi berbeda nyata pada panjang akar.
Aksesi tanaman asal Brastagi mempunyai rataan panjang akar tertinggi yaitu
(31 cm) dan berbeda nyata dengan aksesi tanaman asal Medan (Krakatau), Medan
(Tuntungan), Sibolangit dan Simalungun.
Bobot Basah Tajuk per Sampel
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman tidak berbeda nyata pada bobot basah tajuk tanaman. Bobot basah tajuk
per sampel tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi
terdapat pada aksesi tanaman asal Brastagi yaitu (102,87 g) dan yang terendah
pada akasesi tanaman asal Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Bobot Basah Tajuk per Sampel (g)
Ulangan
Aksesi
1
2
3
4
108,30 82,10 100,60 107,30
Krakatau
90,30 95,80
97,10
67,10
Tuntungan
105,80 74,00 109,20 100,10
Sibolangit
87,50
Simalungun 97,00 78,80 107,30
72,60 105,80 102,10 118,80
Brastagi
Rata-rata
94,80 87,30 103,26
96,16

5
6
77,00 70,50
90,20 87,50
87,80 11,40
100,30 88,00
116,50 101,40
94,36 71,76

Rata-rata
90,97
88,00
81,38
93,15
102,87

Bobot Kering Tajuk per Sampel
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman berbeda nyata pada bobot kering tajuk tanaman. Bobot kering tajuk per
sampel tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot Kering Tajuk per Sampel (g)
Ulangan
Aksesi
1
2
3
4
10,60
8,00
8,30
11,70
Krakatau
9,60
11,40
8,70
7,90
Tuntungan
13,00
8,50
11,30
12,40
Sibolangit
9,00
12,20
11,70
Simalungun 11,90
8,80
13,00
10,90
14,00
Brastagi
Rata-rata
10,78
9,98
10,28
11,54

5
6
8,20
6,70
10,00 10,90
10,40 13,00
12,20 10,90
14,00 12,00
10,96 10,70

Rata-rata
8,92b
9,75b
11,43a
11,32a
12,12a

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang sama menunjukaan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa aksesi tanaman berbeda nyata pada bobot
kering tajuk. Aksesi tanaman asal Brastagi mempunyai rataan bobot kering tajuk
tertinggi yaitu (12,12 g) tidak berbeda nyata dengan aksesi tanaman asal
Sibolangit dan Simalungun, dan berbeda nyata dengan aksesi tanaman asal Medan
(Tuntungan) dan asal Medan (Krakatau) yang mempunyai rataan bobot kering
terendah yaitu (8,92 g).

Universitas Sumatera Utara

Rasio Shoot / Root
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman tidak berbeda nyata pada rasio shoot/root tanaman. Rasio shoot/root
tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rasio Shoot/Root
Aksesi
Krakatau
Tuntungan
Sibolangit
Simalungun
Brastagi
Rata-rata

1
11,78
3,84
5,91
7,93
4,89
6,87

2
7,27
5,70
6,07
6,92
7,22
6,64

Ulangan
3
4
6,38
4,33
3,48
6,08
5,14
5,90
7,63
7,80
4,74
5,83
5,47
5,99

5
6,83
5,88
4,33
6,78
6,36
6,04

6
4,47
9,91
5,65
6,41
5,71
6,43

Rata-rata
6,84
5,81
5,50
7,25
5,79

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan rasio shoot/root tertinggi terdapat
pada aksesi tanaman asal Simalungun yaitu (7,25) dan yang terendah pada aksesi
tanaman asal Sibolangit yaitu (5,50).
Kandungan Sterol
• Kehadiran Senyawa Sterol dan Triterpenoid
Tabel 7. Kehadiran Senyawa Sterol dan Triterpenoid
Aksesi
Kehadiran Senyawa
Perubahan Warna
Krakatau
+
Tuntungan

+

Sibolangit

+

Simalungun

+

Brastagi

+
7(a)

7(b)

7(c)

Keterangan : (a) sebelum penambahan asam asetat anhidrida dan asam sulfat, (b) sesudah
penambahan asam asetat anhidrida dan asam sulfat (c) setelah 15 menit

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uji Liebermann-Burchard diketahui bahwa seluruh aksesi
menunjukkan hasil positif terhadap kandungan sterol dan triterpenoid. Kehadiran
senyawa tersebut ditunjukkan pada Tabel 7.
Dari Tabel 7 dapat bahwa seluruh aksesi tanaman menunjukkan hasil yang
positif terhadap kehadiran senyawa sterol dan triterpenoid. Perubahan warna yang
terjadi setelah penambahan asam sulfat dan asam asetat anhidrida adalah warna
biru menjadi hijau kemudian menjadi hijau pekat.
• Kandungan Sterol Total (mg/L)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman tidak berbeda nyata pada kandungan sterol tanaman. Rataan kandungan
sterol tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Kandungan Sterol (mg/L)
Ulangan
Aksesi
1
2
3
4
48,23 46,12 44,48
48,44
Krakatau
45,95 45,57 46,25
45,11
Tuntungan
48,78 46,16 45,95
48,95
Sibolangit
45,99
Simalungun 48,48 44,35 45,83
48,06 42,16 48,61
48,86
Brastagi
47,90 44,87 46,22
47,47
Rata-rata

5
48,36
42,16
42,16
44,65
48,65
45,19

6
48,99
46,21
45,83
48,61
45,99
47,12

Rata-rata
47,44
45,21
46,30
46,32
47,06

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan kandungan sterol tertinggi terdapat
pada aksesi tanaman asal Medan (Krakatau) yaitu (47,44 mg/L) dan yang terendah
pada aksesi tanaman asal Medan (Tuntungan) yaitu (45,21 mg/L).
Kandungan Klorofil
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman tidak berbeda nyata pada kandungan klorofil tanaman. Rataan kandungan
klorofil tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Rataan Kandungan Klorofil Total (mg/L)
Ulangan
Aksesi
1
2
3
4
31,82 32,26
38,03
40,19
Krakatau
35,13 38,66
40,84
31,23
Tuntungan
32,99 32,96
29,52
36,90
Sibolangit
35,74
39,02
Simalungun 33,17 27,77
36,73 27,56
35,02
33,44
Brastagi
Rata-rata
33,97 31,84
35,83
36,16

5
30,77
31,52
38,58
37,41
38,16
35,29

6
39,26
45,68
41,61
43,18
41,00
42,15

Rata-rata
35,39
37,18
35,43
36,05
35,32

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan kandungan klorofil tertinggi
terdapat pada aksesi tanaman asal Medan (Tuntungan) yaitu (37,18 mg/L) dan
yang terendah pada aksesi tanaman asal Brastagi yaitu (35,32 mg/L).
Heritabilitas
Nilai heritabilitas arti luas pada beberapa parameter pengamatan aksesi
tanaman bangun-bangun ditunjukan pada Tabel 10.
Tabel 10. Heritabilitas Parameter Pengamatan
Parameter Pengamatan
Jumlah daun
Jarak antar daun
Panjang tangkai daun
Lebar daun
Panjang daun
Panjang akar
Bobot basah tajuk
Bobot kering tajuk
Rasio shoot/root
Kandungan sterol
Kandungan klorofil total

H
0,97
0,98
0,94
0,94
0,96
0,89
0
0,71
0,06
0,19
0

keterangan
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
rendah
tinggi
rendah
rendah
rendah

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa parameter jumlah daun, jarak antar
daun, panjang tangkai daun, lebar daun, panjang daun, panjang akar, dan bobot
kering tajuk mempunyai heritabilitas tinggi sedangkan parameter bobot basah
tajuk, rasio shoot/root, kandungan sterol dan kandungan klorofil total mempunyai
heritabilitas rendah.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Karakteristik pertumbuhan vegetatif dari beberapa aksesi tanaman
bangun-bangun
Pada aksesi tanaman asal Medan (Tuntungan), Sibolangit, Simalungun dan
Brastagi

tidak

terdapat

perbedaan

yang

nyata

pada

karakter-karakter

morfologinya, tetapi berbeda dengan aksesi tanaman asal Medan (Krakatau) pada
karakter warna batang, warna permukaan daun bagian atas, ukuran daun, panjang
tangkai daun, jarak antar daun dan aroma daun. Aksesi tanaman asal Medan
(Tuntungan), Sibolangit, Simalungun dan Brastagi merupakan tanaman yang telah
lama dibudidayakan oleh penduduk sedangkan

aksesi tanaman asal Medan

(Krakatau) tidak dibudidayakan (tumbuh liar). Tanaman yang telah dibudidayakan
berbeda dengan yang tidak dibudidayakan dalam hal perlakuan-perlakuan yang
diberikan oleh manusia untuk meningkatkan hasil produksi. Perbedaan karakter
ini dipengaruhi oleh genetik dan terwariskan ke keturunannya. Karakter-karakter
tersebut dapat mendukung tanaman menghasilkan massa tajuk yang tinggi sesuai
dengan agroekosisitimnya. Zen dan Bahar (2002) menyatakan pemuliaan tanaman
yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan mendapatkan
potensi genetik tanaman sehingga dapat beradaptasi pada agroekosistem tertentu
dengan hasil tinggi.
Dari data analisis secara statistik diperoleh bahwa pada parameter jumlah
daun tertinggi pada aksesi tanaman asal Medan (Krakatau) yaitu (68 helai), dapat
diketahui bahwa ukuran daun aksesi tanaman asal Medan (Krakatau) yaitu
(panjang 48,33 mm dan lebar 47,50 mm) adalah yang terkecil dibandingkan aksesi
tanaman asal Brastagi, Medan (Tuntungan), Sibolangit dan Simalungun.
Diketahui bahwa Medan (Krakatau) adalah daerah dataran rendah, dan di daerah

Universitas Sumatera Utara

pengambilan sampel permukaan air tanah cukup dangkal sehingga tanaman
beradaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan tersebut dengan pewarisan sifat
jumlah daun banyak yang kecil dan tipis ke generasi selanjutnya yang dapat
menguntungkan tanaman dalam proses transpirasi. Jumlah daun tanaman bangunbangun lebih banyak dipengaruhi oleh genetik, hal ini terlihat dari heritabilitas
tinggi, sehingga diketahui bahwa sifat berakar panjang ini akan terwariskan pada
generasi selanjutnya, hal ini sesuai dengan Rahayu (2011) yang menyatakan
adaptasi tanaman terhadap lingkungan menyebabkan sifat terwaris yang berguna
untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum
dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih
berkurang, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang
mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.
Pada parameter panjang akar dan bobot kering tajuk, aksesi tanaman asal
Brastagi memiliki rataan tertinggi yaitu (31 cm) dan (12,2 gram). Perakaran
tanaman yang cukup dalam memungkinkan tanaman menyerap air lebih banyak
sehingga massa tajuk tanaman yang dihasilkan lebih tinggi. Bobot kering tajuk
dihasilkan dari penguapan kandungan air tajuk, dimana pada aksesi ini kandungan
air yang hilang lebih tinggi dibandingkan aksesi tanaman lainnya. Parameter
panjang akar dan bobot kering tajuk memiliki nilai heritabilitas yang tinggi,
sehingga peluang sifat ini akan terwariskan ke keturunannya lebih besar karena
pengaruh genetik lebih besar dibandingkan lingkungannya, sesuai dengan
Poespadorsono (1988) yang menyatakan heritabilitas dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman untuk mewariskan

Universitas Sumatera Utara

karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Makin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat
maka makin besar pengaruh genetiknya dibanding lingkungan.
Kandungan Sterol
bangun-bangun
Berdasarkan

dan

analisis

Klorofil

dari

kandungan

beberapa

sterol

aksesi

tanaman

menggunakan

instrumen

spektrofotometer UV-Vis lambda 25-Perkin Elmer dan analisis statistik diperoleh
data bahwa aksesi tanaman tidak berbeda nyata. Rataan kandungan sterol tertinggi
terdapat pada aksesi tanaman asal Medan (Krakatau) yaitu (47,44 mg/L) (grafik
kandungan sterol dapat dilihat pada lampiran 20) dan yang terendah pada aksesi
tanaman asal Medan (Tuntungan) yaitu (45,21 mg/L). Hal tersebut menunjukkan
bahwa seluruh aksesi tanaman mengandung sterol total yang sama pada daun atas
(daun kedua dan ketiga dari pucuk). Kandungan sterol ini memiliki heritabilitas
rendah (0,19) yang menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan lebih besar
daripada genetik. Rahardjo et al (2000) menyatakan bahwa metabolit sekunder
tumbuhan obat banyak dipengaruhi oleh habitat, lokasi tumbuh, perlakuan pra dan
pasca panen.
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa aksesi
tanaman tidak berbeda nyata pada kandungan klorofil tanaman. Rataan kandungan
klorofil tertinggi terdapat pada aksesi tanaman asal Medan (Tuntungan) yaitu
(37,18 mg/L) dan yang terendah pada aksesi tanaman asal Brastagi yaitu
(35,32 mg/L). Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh aksesi tanaman
mengandung klorofil total yang sama pada daun atas (daun kedua dan ketiga dari
pucuk). Kandungan klorofil total yang dapat dihasilkan tanaman sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti cahaya dan ketersediaan unsur hara. Curtis
dan Clark (1950) menyatakan bahwa klorofil umumnya memiliki jumlah yang

Universitas Sumatera Utara

berbeda pada tiap spesies tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis klorofil meliputi: cahaya, gula atau
karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik dan unsur-unsur nitrogen, magnesium,
besi, mangan, Cu, Zn, sulfur, dan oksigen.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Aksesi tanaman bangun-bangun asal Medan (Tuntungan), Sibolangit,
Simalungun dan Brastagi memiliki karakter morfologi yang mirip yaitu tipe
tanaman tegak, bentuk batang persegi dengan ukuran 11,3 – 11,7 mm dan
berwarna hijau kemerahan, percabangan melengkung ke atas, terdapat tunas di
ketiak daun dan bulu di seluruh permukaan tanaman, bentuk daun bulat telur
dengan tepi bergerigi dan ujungnya tumpul, daun berwarna hijau pada
permukaan atas dan hijau muda pada bagian bawah dengan ukuran (panjang
58,7 – 72,6 mm dan lebar 62,6 – 67,6 mm), tulang daun berwarna hijau muda
sedangkan tangkai daun berwarna merah dengan panjang 29,1 – 33,0 mm,
jarak antar daun 21,0 – 24,8 mm, duduk daun berseling berhadapan dan daun
agak tebal dengan aroma sedang. Terdapat perbedaan dengan aksesi tanaman
asal Medan (Krakatau) pada karakter warna batang merah, warna permukaan
daun bagian atas hijau muda, ukuran daun (panjang 48,3 mm dan lebar
47,5 mm), panjang tangkai daun 18,9 mm, jarak antar daun 10,9 mm dan daun
tipis dengan aroma kuat.
2. Kandungan sterol tanaman bangun-bangun (45,21 - 47,44 mg/L) dan klorofil
total (35,32 - 37,18 mg/L) tidak berbeda pada seluruh aksesi tanaman.
Saran
Perlu adanya penelitian tentang identifikasi genetik pada aksesi tanaman
bangun-bangun.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Taksonomi tanaman bangun-bangun menurut Pandey (2007) :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Angiospermae

Sub Divisio

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Lamiales

Family

: Lamiaceae

Genus

: Plectranthus

Spesies

: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng

Sinonim

: Coleus amboinicus Lour. atau Coleus aromaticus Benth.

Tanaman ini berakar tunggang dan berwarna putih kotor. Akar juga dapat
tumbuh dari ruas-ruas tanaman yang menyentuh tanah. Akarnya berkembang baik
pada tanah yang gembur dan subur. Batangnya berbentuk persegi, berkayu lunak,
beruas-ruas yang dapat menempel di tanah, mudah tumbuh, dan mudah patah.
Penampang batang berdiameternya ±15 mm, tengah ±10 mm, dan ujung ±5 mm.
Batang yang masih muda berbulu kasar. Percabangan tanaman ini simpodial, dan
berwarna hijau pucat (Ramachadran, 1997).
Daunnya tunggal, mudah patah, bulat telur, tepi beringgit, ujung dan
pangkal membulat, berbulu, panjang 6,5 - 7 cm, lebar 5,5 - 6,5 cm, panjang
tangkai 2,4 - 3 cm berwarna hijau atau keunguan, pertulangan menyirip dan
berwarna hijau muda (Prakash et al., 2012).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman ini memiliki bunga majemuk, bentuk tandan, bebulu halus,
kelopak berbentuk mangkok dan setelah mekar pecah menjadi lima. Putik
panjangnya ± 17 mm, kepala putik berwarna coklat, benang sarinya empat, kepala
sarinya berwarna kuning, dan mahkotanya berbentuk mangkok yang berwarna
keunguan (Ramachadran, 1997).
Bangun-bangun tumbuh dengan baik pada daerah bercurah hujan tinggi
dan sedang antara 800-1200 mm/tahun. Tanaman ini sangat membutuhkan sinar
matahari yang banyak untuk pertumbuhannya, serta mampu hidup pada
ketinggian ± 100 m diatas permukaan laut hingga ± 1200 m di atas permukaan
laut (Prakash et al., 2012).

Gambar 1. (A) Tajuk dan (B) Bunga Tanaman Bangun-Bangun
Sterol
Menurut Vasquez et al., (2000), senyawa lactogogue terdiri dari beberapa
komponen yang apabila bekerja bersama-sama dalam tubuh akan memacu
produksi air susu ibu (ASI), meningkatkan fungsi pencernaan dan meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan bobot badan. Beberapa senyawa tersebut adalah: 3,4-dimethyl-2oxocyclopent-3-enylacetic acid, monomethyl succinate, phenylmalonic acid,
cyclopentanol, 2-methyl acetate methylpyro, glutamate, senyawa sterol, steroid,
asam lemak, dan asam organik. Dengan adanya komponen tersebut dalam
bangun-bangun sehingga merangsang hormon yang terdapat dalam tubuh untuk
memproduksi susu yang banyak sehingga kebutuhan anak dapat tercukupi.
Menurut Pullaiah (2006), daun tanaman bangun-bangun mengandung
butylaniside, -caryophyllene, carvacrol, 1-8-cineole, p-cymene, ethylsalicylate,
eugenol, limonene, myrcene, and -pinen