Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013
Lampiran 1
KUESIONER
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013
I. Data Responden
1. Nomor responden :
2. Nama responden :
3. Umur Responden :
4. Pekerjaan :
5. Jumlah anggota keluarga : balita, dewasa 6. Umur anggota keluarga : 1.
2. 3. 4.
II. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga A. Pemisahan Sampah
1. Apakah ibu melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik? 1. Ya
2. Tidak
2. Apakah dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap sampah-sampah tersebut?
1. Ya 2. Tidak
B. Metode Pemusnahan Sampah
1. Bagaimana cara ibu melakukan pemusnahan sampah ? 1. Diangkut oleh petugas
(2)
2. Dibakar
3. Dibuang sembarangan
2. Jika sampah diangkut oleh petugas, berapa kali dalam sebulan diangkut oleh petugas kebersihan?
1. < 2 kali 2. >2 kali
3. Jika sampah dibakar, berapa kali? 1. Setiap hari
2. Sekali dalam seminggu 3. Jika sudah menumpuk
4. Apakah pembakaran sampah dilakukan disekitar rumah 1. Ya
2. Tidak
5. Jika sampah tidak diangkut dan dibakar, sampah dibuang ke mana? 1.Halaman rumah
2.Dibuang ke sungai
6. Apakah pemusnahan sampah dilakukan di sekitar rumah? 1. Ya
2. Tidak
III. Kejadian Diare
1. Apakah dalam 6 bulan terakhir ada anggota keluarga yang menderita diare (buang air besar lebih dari tiga kali sehari dan konsistensi cair)?
1. Ada, siapa: - - - 2. Tidak
2. Berapa lama kejadian diare yang diderita? 1. 3 – 7 hari
2. >14 hari
(3)
1. Pemberian Oralit
2. Dibawa ke fasilitas kesehatan, apa? a. Dokter / Klinik b. Bidan / Mantri c. Puskesmas
(4)
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013
I. Sarana Air bersih
- Nomor sumur gali : I. Konstruksi
Sumur
Ada Tidak Ukuran Keterangan
Standar Hasil Observasi
1. Tutup Sumur
2. Bibir Sumur 0,8 meter
3. Cincin Sumur 3 meter
4. Lantai Kedap Air
5. Saluran Pembuangan Air Limbah 6. Jarak dengan
Sumber Pencemaran
10 meter
II. Kualitas Fisik Air
Ya Tidak Keterangan
1. Jernih 2. Berasa 3. Berbau
(5)
II. Tempat Pembuangan Sampah
I. Komponen Ya Tidak Frekuensi Keterangan
a. Kuat
b. Memiliki tutup c. Kedap air
II. Kebersihan tempat pembuangan sampah di rumah
a. Membersihkan tempat sampah
b. Waktu membersihkan tempat pembuangan sampah
*Setiap hari / Sekali dalam seminggu/ dua kali dalam sebulan c. Terdapat sisa bahan cair
yang berasal dari sampah
III. Keberadaan lalat
a. Terdapat lalat di tempat pembuangan sampah
b. Berapa banyak lalat *a. Rendah (0-2)
b. Sedang (3-5) c. Tinggi (6-20) d. Sangat tinggi (>20)
Catatan :
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Analisa Univariat
I. Karakteristik Responden Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-24 4 13.3 13.3 13.3
25-49 16 53.3 53.3 66.7
>50 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 18 60.0 60.0 60.0
Pedagang 9 30.0 30.0 90.0
Pegawai Swasta 1 3.3 3.3 93.3
Lain-lain 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
II. Konstruksi Sumur Gali Tutup Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ada 4 13.3 13.3 13.3
Tidak 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Bibir Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Lebih dari 80 cm dari bahan
kedap air 26 86.7 86.7 86.7
Kurang dari 80 cm dari
bahan kedap air 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
(11)
Cincin Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 meter dari bahan kedap air 28 93.3 93.3 93.3
kurang dari 3 meter dari
bahan kedap air 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lantai Kedap Air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 meter atau lebih, kedap air 30 100.0 100.0 100.0
Saluran Pembuangan Air Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 10 meter atau lebih, kedap
air 16 53.3 53.3 53.3
Kurang dari 10 meter, kedap
air 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jarak dengan Pembuangan Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid >10 meter 16 53.3 53.3 53.3
<10 meter 14 46.7 46.7 100.0
(12)
Total coliform
Frequenc
y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 26.7 26.7 26.7
Tidak Memenuhi
Syarat 22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Escherichia coli
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 3 10.0 10.0 10.0
Tidak Memenuhi
Syarat 27 90.0 90.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Jernih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 14 46.7 46.7 46.7
Tidak 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Berasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
Tidak 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Berbau
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
Tidak 14 46.7 46.7 100.0
(13)
III. Sumur Gali sesuai dengan Syarat Kesehatan Sumur Gali
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 30 100.0 100.0 100.0
IV. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga Pemisahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0
Cara Pemusnahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Diangkut oleh petugas 25 83.3 83.3 83.3
Dibakar 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak memenuhi syarat 30 100.0 100.0 100.0
Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 23 76.7 76.7 76.7
Tidak 7 23.3 23.3 100.0
(14)
Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Setiap hari 13 43.3 56.5 56.5
Sekali dalam seminggu 10 33.3 43.5 100.0
Total 23 76.7 100.0
Missing System 7 23.3
Total 30 100.0
Terdapat Sisa Bahan Cair pada Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Terdapat Lalat pada Tempat Pembuangan Sampah Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
(15)
Keberadaan Lalat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sedang (3-5) 7 23.3 70.0 70.0
tinggi (6-20) 3 10.0 30.0 100.0
Total 10 33.3 100.0
Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Cara Pemusnahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 25 83.3 83.3 83.3
Tidak Baik 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Sampah Diangkut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 2 kali 25 83.3 100.0 100.0
Missing System 5 16.7
Total 30 100.0
Frekuensi Sampah Dibakar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid setiap hari 3 10.0 60.0 60.0
sekali dalam seminggu 2 6.7 40.0 100.0
Total 5 16.7 100.0
Missing System 25 83.3
(16)
Bersihkan tempat sampah * menderitadiare Crosstabulation Count
menderitadiare
Total
Ya Tidak
Bersihkantempatsampah Ya 8 15 23
Tidak 2 5 7
Total 10 20 30
Waktu membersihkan * menderitadiare Crosstabulation Count
menderitadiare Total
Ya Tidak
Waktumembersihkan Setiap hari 5 8 13
Sekali dalam
seminggu 3 7 10
Total 8 15 23
Ada lalat * menderita diare Crosstabulation Count
menderitadiare
Total
Ya Tidak
adalalat Ya 5 6 11
Tidak 5 14 19
(17)
V. Kejadian Diare
Keluarga yang Menderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Kejadian Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 - 7 hari 10 33.3 100.0 100.0
Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Pertolongan Pertama pada penderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pemberian oralit 8 26.7 80.0 80.0
Dokter/Klinik 2 6.7 20.0 100.0
Total 10 33.3 100.0
Missing System 20 66.7
(18)
Analisa Bivariat
1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare a. Keberadaan Total Coliform pada Air
menderitadiare
Total
Ya Tidak
Kualitastotalcoliform Memenuhi Syarat Count 3 5 8
Expected
Count 2.7 5.3 8.0
% within Kualitastotalcoli form
37.5% 62.5% 100.0%
% within
menderitadiare 30.0% 25.0% 26.7%
Tidak Memenuhi Syarat Count 7 15 22
Expected
Count 7.3 14.7 22.0
% within Kualitastotalcoli form
31.8% 68.2% 100.0%
% within
menderitadiare 70.0% 75.0% 73.3%
% of Total 23.3% 50.0% 73.3%
Total Count 10 20 30
Expected
Count 10.0 20.0 30.0
% within Kualitastotalcoli form
33.3% 66.7% 100.0%
% within
menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%
(19)
Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .085a 1 .770
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .084 1 .772
Fisher's Exact Test 1.000 .548
Linear-by-Linear Association .082 1 .774
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67. b. Computed only for a 2x2 table
b. Keberadaan Escherichia coli pada air
menderitadiare
Total
Ya Tidak
Kualitasecoli Memenuhi Syarat Count 2 1 3
Expected Count 1.0 2.0 3.0
% within Kualitasecoli 66.7% 33.3% 100.0%
% within menderitadiare 20.0% 5.0% 10.0%
Tidak Memenuhi Syarat Count 8 19 27
Expected Count 9.0 18.0 27.0
% within Kualitasecoli 29.6% 70.4% 100.0%
% within menderitadiare 80.0% 95.0% 90.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Kualitasecoli 33.3% 66.7% 100.0%
% within menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.667a
1 .197
Continuity Correctionb .417 1 .519
Likelihood Ratio 1.556 1 .212
Fisher's Exact Test .251 .251
Linear-by-Linear Association 1.611 1 .204
N of Valid Casesb 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table
(20)
Lampiran 8 :Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengambilan sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 2. Sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
(21)
Gambar 3. Pemeriksaan sampel air sumur gali di BTKL-PPM Medan
Gambar 4. Sumur gali yang memiliki tutup sumur di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
(22)
Gambar 5. Sumur gali yang tidak memiliki tutup sumur di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 6. Air sumur gali yang jernih di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
(23)
Gambar 7. Air sumur gali yang berwarna kuning di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 8. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
(24)
Gambar 9. Tempat sampah berupa kantongan plastik yang terdapat di dapur rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan MedanMarelan
Gambar 9. Tempat sampah berupa Keranjang dari anyaman bambu yang terdapat di halaman rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
(25)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, U. F 2000, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, UI Press, Jakarta. Azwar, A 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya,
Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010,
Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.
Chandra, B 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.
Depkes RI 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003
Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta.
_________2006, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Dinkes Provinsi Sumatera Utara 2011, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2010. Medan.
Dirgantara, P 2010, Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob, http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/hello-world/ , tanggal 12 Februari 2013.
Dwiyatmo, K 2007, Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung. Fardiaz, S 1992, polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta.
Junias, M & Balelay, E 2008, Hubungan antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI. Kemenkes RI 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, tanggal 29 September 2012.
__________ 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah Tuntaskan Diare, Jakarta.
Mansjoer, A 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.
Marsono, 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteorologis Air Sumur Gali di Permukiman di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
(26)
Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.
Mulia, R 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. Nuswantari, D.A 2010, Hubungan antara Kualitas Air Bersih dengan Kejadian
Diare di Wilayah Puskesmas I Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.
Pohan, D 2009, Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Pratiwi, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga.
Putra, B 2010, Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis, dan Kimia Air Sumur Gali serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Soemirat, J 2007, Kesehatan Lingkungan, UGM PRESS, Yogyakarta.
Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, FK UI, Jakarta. Suprapto, 2005, Dampak Masalah terhadap Kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2, Universitas Sumatera Utara. Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta. Undang-Undang no. 18 tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta. Undang-Undang no.36 tahun 2009, Tentang Kesehatan, Jakarta.
Ramaiah, S 2000, All You Wanted to Know About Diare, Gramedia, Jakarta. WHO 1999, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare, Edisi III, EGC, Jakarta.
______ 2001, Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Widjaja, 2007, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
(27)
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
--- 2011, Penyakit Tropis, Erlangga, Jakarta.
Widyadmoko, H & Moerdjoko, S 2002, Menghindari Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur, Jakarta.
(28)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik dengan desain
cross sectional, dimana dilakukan pengamatan terhadap objek, wawancara dengan menggunakan kuesioner dalam waktu bersamaan/tertentu untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Alasan untuk memilih lokasi ini karena:
1. Pada umumnya penduduk di lingkungan 20 yang diobservasi menggunakan sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur gali. Dimana air sumur tersebut rentan terjadi pencemaran mikrobiologis air.
2. Masyarakat lingkungan 20 menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur, dan lainnya.
3. Pengolahan sampah rumah tangga yang kurang baik dilihat dari sampah yang masih berserakan pada beberapa rumah dapat menimbulkan datangnya vektor penyakit.
(29)
4. Berdasarkan data Puskesmas Terjun, diare menempati urutan kedua dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas tersebut. Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan yang banyak terdapat kejadian diare dibanding dengan kelurahan lainnya.
Pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM), Jl. KH. Wahid Hasyim no. 15 Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari - April 2013
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di lingkungan 20 Kelurahan Terjun dan sumur gali yang terdapat pada rumah setiap keluarga di lingkungan 20 Kelurahan Terjun.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:
- Keluarga yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih. - Sumur gali yang berada pada jarak < 10 meter dari sumber pencemaran
yaitu septic tank.
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 30 keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun.
(30)
3.4. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sumur gali yang merupakan sumber air bersih dan pengelolaan sampah di rumah tangga.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data diperoleh langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada masyarakat meliputi kejadian diare, pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kuesioner yang telah dipersiapkan. Serta data tentang kualitas mikrobiologis air sumur gali yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.
3.5.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tentang kejadian diare, dan Kantor Kelurahan Terjun diperoleh data penduduk Kelurahan Terjun.
3.6. Variabel Penelitian 3.6.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli), pengelolaan sampah di rumah tangga yang meliputi tahap pemisahan sampah, tempat pembuangan sampah, dan metode pemusnahan sampah.
3.6.2. Variabel Dependen
(31)
3.7. Pelaksanaan Penelitian Pemeriksaan Mikrobiologis Air Sumur Gali (Total Coliform dan Escherechia coli)
3.7.1. Pengambilan Sampel Air dan Pengiriman ke Laboratorium
1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan. 2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya.
3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapat memengaruhi sterilnya botol.
4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumur dengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air memungkinkan).
5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli.
6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan pada api spritus.
7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dan tanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air.
3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium
Untuk menentukan adanya Total coliform dan Escherechia coli di dalam air dipakai sistem Multiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda : 5x10 ml, 5x1 ml, 5x0,1ml.
(32)
3.7.2.1. Alat dan Bahan Alat :
a. Inkubator 37◦C dan 44,5◦C b. Inokulum Equipment c. Kawat ose
d. Petri Disk
e. Pipet ukur 10ml; 1ml f. Rak tabung reaksi g. Tabung durham
Bahan :
a. BGLB (Brilian Green Lactosa bile Broth) b. Larutan pengencer
c. Lauryl Tryptose Broth (LTB) d. Reagen konvacs
e. Sampel air f. Trypton water
3.7.2.2. Cara Kerja
Uji kualitas Mikrobiologis air melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Total Coliform
1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
(33)
- Cara pemeriksaan:
a. Siapkan 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lauryl Tryptose Broth pada tabung durham.
b. Air ditanam pada 5 tabung masing-masing 10ml, 1 ml, 0,1ml, dan dituliskan standart portion; 5 x 10ml; 5 x 1ml; 1 x 0,1ml
c. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 37◦C. Tabung positif adalah tabung yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan dengan tes penegasan.
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
Media yang dipergunakan adalah Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%). Tes ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.
- Cara Pemeriksaan :
a. Tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung Presumtif diinokulasikan ke dalam tabung BGLB 2%.
b. Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 35◦C selama 24-48 jam, untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain diinokulasikan pada suhu 44,5◦C selama 24 jam untuk memastikan adanya koli tinja.
c. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2%yang menunjukkan positif gas.
Hitung MPN Total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung BGLB yang positif, dari jumlah tabung BGLB yang positif dibaca pada tabel MPN.
(34)
b. Pemeriksaan Escherechia coli 1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB) - Cara Pemeriksaan :
a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml; 1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan.
- Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10ml sampel - Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1;0,1ml sampel
b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam masing-masing tabung media LTB.
c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media bercampur rata.
d. Inkubasikan pada suhu 35◦C±0,5◦C selama 24 jam±2 jam.
- Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan kembali sampai 48 jam ±3jam.
e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.
(35)
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
- Cara Pemeriksaan :
a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water.
b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5◦C selama 24 jam ± 2 jam. c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacks ke dalam
masing-masing tabung tryptone water.
- Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan postif.
- Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan negatif.
Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water
yang positif dibaca pada tabel MPN.
3.8. Defenisi Operasional
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali adalah kualitas air yang memenuhi persyaratan kualitas mikrobiologis air.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga adalah kegiatan yang terdiri dari:
a. Pemisahan sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
b. Tempat pembuangan sampah yaitu adanya tempat pembuangan sampah di rumah tangga yang memenuhi syarat.
(36)
c. Metode pemusnahan sampah yaitu cara yang dilakukan setiap keluarga untuk meniadakan sampah yang dihasilkan di rumah tangga.
3. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 6 bulan terakhir.
3.9. Aspek Pengukuran
1. Pengukuran kualitas mikrobiologis air (Total coliform dan Escherichia coli) dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes no.416 tahun 1990).
a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam air bersih dalam jumlah per 100ml air adalah 50 dan kandungan Escherechia coli 0.
b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam jumlah per 100ml air bersih > 50 dan kandungan Escherechia coli > 0.
2. Pengukuran untuk variabel pengelolaan sampah di rumah tangga yaitu : a. Pemisahan sampah (Dwiyatmo, 2007)
1. Ya, jika melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.
2. Tidak, jika tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik b. Tempat pembuangan sampah (Azwar, 1996)
1. Memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah kuat, memiliki tutup, dan kedap air.
(37)
b. tidak kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air. c. Metode pemusnahan sampah
1. Baik, jika sampah rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan. 2. Tidak baik, jika sampah rumah tangga dibakar, dibuang sembarangan
atau dibuang ke sungai. 3. Pengukuran kejadian diare yaitu :
1. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 6 bulan terakhir. 2. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 6 bulan terakhir.
3.10. Analisa Data
Data yang diperoleh lalu dikumpulkan, diedit untuk memeriksa kelengkapan data, dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data.Selanjutnya dilakukan analisa data yang meliputi:
3.10.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel-variabel penelitian yaitu kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli) yang telah diperiksa di laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes No.416 Tahun 1990, data tentang pengelolaan sampah di rumah tangga, serta kejadian diare.
3.10.2. Analisa Bivariat
Variabel Kualitas mikrobiologis air bersih, pengelolaan sampah di rumah tangga, dan kejadian diare akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square, untuk melihat hubungan antara variabel. Menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),
(38)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografi
Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Marelan. Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah 16,05 Km2. Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : P. Sicanang Medan Labuhan
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan c. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang
d. Sebelah Timur : Kelurahan Paya Pasir / Rengas Pulau Medan Marelan.
4.1.2. Gambaran Kependudukan
Kelurahan Terjun memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.113 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 6378 KK. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak sebesar 13.451 jiwa (51,51%) dibandingkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 12.662 jiwa (48,49%). Dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 12.662 48,49
2. Perempuan 13.451 51,51
Jumlah 26.113 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012
Dilihat dari segi pekerjaan, penduduk di Kelurahan Terjun paling banyak bekerja sebagai wiraswata sebesar 2447 jiwa (30, 49%).
(39)
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 3,11
2. TNI AD, AU, AL 82 1,02
3. Tenaga Medis 62 0,77
4. POLRI 51 0,63
5. Guru 158 1,97
6. Tani 2.015 25,11
7. Nelayan 1.034 12,88
8. Pegawai BUMN 90 1,12
9. Wiraswasta 2.447 30,49
10. Pedagang 629 7,84
11. Dan lain – lain 1.208 15,05
Jumlah 8.026 100,00
Sumber : Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012 4.1.3. Keadaan Kesehatan
a. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat 10 penyakit terbesar yang diderita penduduk dalam dua tahun terakhir.
Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011
No. Nama Penyakit Jumlah Persentase
1. ISPA 2.807 33,80
2. DIARE 1.779 21,40
3. GIGI 1.536 18,50
4. GASTERITIS 479 5,80
5. HIPERTENSI 490 5,90
6. P.DM 359 4,30
7. MATA 331 4,00
8. TB PARU 310 3,70
9. SCABIES 117 1,40
10. KECACINGAN 93 1,10
Jumlah 1.257 100,00
(40)
Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa diare menempati urutan kedua tertinggi yaitu sebanyak 1779 penderita (21,40%). Kejadian diare dapat disebabkan diantaranya karena ketersediaan air bersih bagi penduduk.
4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk
Sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk di Kelurahan Terjun pada Lingkungan 20 adalah sumur gali dan sumur bor.
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Kelurahan Terjun Tahun 2012
No. Jenis Sarana Jumlah Persentase
1. Sumur Gali 75 50,00
2. Sumur Bor 75 50,00
Jumlah 150 100,00
Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa penduduk di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sarana air bersih masing-masing sebanyak 50% penduduk.
4.2. Analisa Univariat
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun, hasil yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut.
4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
(41)
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase
1. Umur (tahun)
a. 15 – 24 4 13,30
b. 25 – 49 16 53,30
c. >50 10 33,30
Jumlah 30 100,00
2. Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga 18 60,00
b. Pedagang 9 30,00
c. Pegawai Swasta 1 3,30
d. Buruh 2 6,70
Jumlah 30 100,00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, paling banyak responden berusia antara 25 – 49 tahun yaitu 16 orang (53,30%). Untuk pekerjaan, paling banyak responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 18 orang (60,00%).
4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dijelaskan konstruksi sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun sebagai berikut.
Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah Persentase
A. Tutup Sumur
1. Ada 4 13,30
2. Tidak 26 86,70
Jumlah 30 100,00
B. Bibir Sumur
1. > 80 cm, bahan kedap air 26 86,70
2. < 80 cm, bahan kedapair 4 13,30
Jumlah 30 100,00
C. Cincin Sumur
1. 3 m, bahan kedap air 28 93,30
2. < 3 m, bahan kedap air 2 6,70
Jumlah 30 100,00
(42)
1. 1 m atau lebih, kedap air 30 100,00
Jumlah 30 100,00
E. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
1. 10 m, kedap air 16 53,30
2. < 10 m, kedap air 14 46,70
Jumlah 30 100,00
F. Jarak dengan Pembuangan Limbah (Parit)
1. > 10 m 16 53,30
2. < 10 m 14 46,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa sumur gali yang memiliki tutup sebanyak 4 sumur (13,30%) dan tidak memiliki tutup sebanyak 26 sumur (86,70%), bibir sumur yang > 80 cm dan bahan kedap air sebanyak 26 sumur (86,70%) dan bibir sumur < 80 cm sebanyak 4 sumur (13,30%), cincin sumur yang 3 m dan bahan kedap air sebanyak 28 sumur (93,30%) dan cincin < 3 m sebanyak 2 sumur (6,70%), keseluruhan lantai sumur (100,00%) adalah 1 m atau lebih dan kedap air, SPAL yang 10 m dan kedap air sebanyak 16 sumur (53,30%) dan SPAL < 10 m sebanyak 14 sumur (46,70%), dan jarak dengan pembuangan limbah (parit) yang > 10m sebanyak 16 sumur (53,30%) dan < 10 m sebanyak 14 sumur (46,70%).
Berdasarkan pada sumur gali yang diperiksa, keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak memiliki satu atau lebih konstruksi persyaratan yang telah ditetapkan.
(43)
4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Gambaran kualitas fisik air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan TerjunTahun 2013
No. Kualitas Fisik Air Sumur Gali Jumlah Persentase
1. i Berwarna a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00
2. Berasa a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00
3. Berbau a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa air sumur yang berwarna, berasa, dan berbau sebanyak 16 air sumur (53,30%), sedangkan air sumur yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau sebanyak 14 air sumur (46,70%).
4.2.4.Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
Gambaran kualitas mikrobiologis air sumur gali di Kelurahan Terjun di Lingkungan 20 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hasil ini kemudian akan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dimana kualitas air bersih yang memenuhi syarat yaitu Total coliform < 50/100ml sampel air dan
(44)
Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No Sampel Hasil
Pemeriksaan
Total coliform
Persyara- Tan
Ket Hasil
Pemeriksaan Escherecia coli Persyara- tan Ket
1. Sampel 1 1600
50/100 sampel
TMS 70
0
TMS
2. Sampel 2 48 MS < 1,8 MS
3. Sampel 3 48 MS < 1,8 MS
4. Sampel 4 48 MS < 1,8 MS
5. Sampel 5 220 TMS 9,3 TMS
6. Sampel 6 >1600 TMS 48 TMS
7. Sampel 7 1600 TMS 350 TMS
8. Sampel 8 540 TMS 49 TMS
9. Sampel 9 920 TMS 240 TMS
10. Sampel 10 920 TMS 240 TMS
11. Sampel 11 1600 TMS 39 TMS
12. Sampel 12 4,5 MS 4,5 TMS
13. Sampel 13 6,8 MS 6,8 TMS
14. Sampel 14 6,8 MS 6,8 TMS
15. Sampel 15 1600 TMS 47 TMS
16. Sampel 16 1600 TMS 47 TMS
17. Sampel 17 1600 TMS 47 TMS
18. Sampel 18 1600 TMS 47 TMS
19. Sampel 19 1600 TMS 47 TMS
20. Sampel 20 1600 TMS 33 TMS
21. Sampel 21 1600 TMS 47 TMS
22. Sampel 22 >1600 TMS 47 TMS
23. Sampel 23 6,8 MS 6,8 TMS
24. Sampel 24 6,8 MS 6,8 TMS
25. Sampel 25 1600 TMS 110 TMS
26. Sampel 26 >1600 TMS 79 TMS
27. Sampel 27 >1600 TMS 49 TMS
28. Sampel 28 1600 TMS 110 TMS
29. Sampel 29 >1600 TMS 23 TMS
30. Sampel 30 1600 TMS 49 TMS
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
(45)
Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform) Air Sumur Gali Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas Total coliform Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 8 26,70
2. Tidak Memenuhi Syarat 22 73,30
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 22 sampel (73,30%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total coliform), sedangkan 8 sampel (26,70%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total coliform)yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli) Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas Escherechia coli Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 3 10,00
2. Tidak Memenuhi Syarat 27 90,00
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 27 sampel (90,00%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia coli), sedangkan 3 sampel (10,00%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia coli) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(46)
Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Pengelolaan Sampah Jumlah Persentase
A. Pemisahan Sampah
1. Ya 0 0
2. Tidak 30 100,00
Jumlah 30 100,00
B. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah
1. Memenuhi Syarat 0 0
2. Tidak Memenuhi Syarat 30 100,00
Jumlah 30 100,00
B.1. Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
1. Ya 23 76,70
2. Tidak 7 23,30
Jumlah 30 100,00
B.2. Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
1. Setiap hari 13 56,52
2. Sekali dalam seminggu 10 43,48
Jumlah 23 100,00
B.3. Terdapat Sisa Bahan Cair
1. Ya 10 33,30
2. Tidak 20 66,70
Jumlah 30 100,00
B.4. Keberadaan Lalat di sekitar Tempat Pembuangan Sampah
1. Ya 10 33,30
2. Tidak 20 66,70
Jumlah 30 100,00
B.5. Jumlah Lalat
1. Tinggi (6 – 20) 3 30,00
2. Sedang (3 – 5) 7 70,00
Jumlah 10 100,00
C. Metode Pemusnahan Sampah
1. Baik 25 83,30
2. Tidak baik 5 16,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa tidak ada keluarga yang melakukan pemisahan sampah, tidak ada keluarga yang menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, dan metode pemusnahan sampah secara baik yaitu
(47)
dengan cara diangkut oleh petugas sebanyak 25 keluarga (83,30%) dan secara tidak baik yaitu dengan cara dibakar sebanyak 5 keluarga (16,70%).
Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Membersihkan tempat pembuangan sampah
Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak
1. Ya 8 15 23
2. Tidak 2 5 7
Jumlah 10 20 30
Berdasarkan pada tabel 4.12. diketahui bahwa dari 23 keluarga yang membersihkan tempat pembuangan sampah terdapat 8 orang yang menderita diare dan 15 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 7 orang yang membersihkan tempat pembuangan sampah terdapat 2 orang yang menderita diare dan 5 orang yang tidak menderita diare.
Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Waktu membersihkan tempat pembuangan sampah
Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak
1. Setiap hari 5 8 13
2. Sekali dalam seminggu 3 7 10
Jumlah 8 15 23
Berdasarkan pada tabel 4.13. diketahui bahwa dari 13 orang yang membersihkan tempat pembuangan sampah setiap hari terdapat 5 orang yang menderita diare dan 8 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 10 orang yang membersihkan tempat pembuangan sampah sekali dalam seminggu terdapat 3 orang yang menderita diare dan 7 orang yang tidak menderita diare.
(48)
Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Keberadaan lalat di tempat pembuangan sampah
Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak
1. Ya 5 5 10
2. Tidak 5 15 20
Jumlah 10 20 30
Berdasarkan pada tabel 4.14. diketahui bahwa dari 10 rumah yang disekitar tempat pembuangan sampah terdapat keberadaan lalat ada 5 rumah yang anggota keluarga menderita diare dan 5 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 20 rumah disekitar tempat pembuangan sampah tidak terdapat keberadaan lalat ada 5 rumah yang anggota keluarga menderita diare dan 15 orang yang tidak menderita diare.
4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga
Kejadian diare pada keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kejadian Diare pada Keluarga Jumlah Persentase
1. Ya 10 33,30
2. Tidak 20 66,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa keluarga yang mengalami kejadian diare pada anggota keluarga adalah 10 keluarga (33,30%) yaitu 5 orang (50,00%) termasuk usia balita (0-5 tahun), 3 orang (30,00%) dalam usia 8-16 tahun, dan 2 orang (20,00%) dalam usia 24-27 tahun dan yang tidak mengalami kejadian diare
(49)
oleh anggota keluarga yaitu 3 – 7 hari. Pengobatan atau pertolongan pertama yang dilakukan terhadap kejadian diare adalah pemberian obat/oralit sebanyak 8 orang (80,00%) dan dibawa ke dokter/klinik sebanyak 2 orang (20,00%).
4.3. Analisa Bivariat
4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare
Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas
Mikrobiologis Air
Kejadian Diare Total
Ya Tidak
A. Total Coliform Jumlah % Jumlah % Jumlah % p
1. Memenuhi syarat 3 37,50 5 62,50 8 100,00 1,000
2. Tidak memenuhi
syarat
7 31,80 15 68,20 22 100,00
B. Escherichia coli Jumlah % Jumlah % Jumlah % p
1. Memenuhi syarat 2 66,70 1 33,30 3 100,00 0,251
2. Tidak memenuhi
syarat
8 29,60 19 70,40 27 100,00
Berdasarkan tabel 4.16. diketahui bahwa air sumur gali dengan kualitas Total coliform yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang menderita diare yaitu 37,50% lebih kecil dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 62,50%. Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Total coliform yang tidak memenuhi syarat proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 31,80% dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 68,20%. Karena ada nilai expected count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai p (=1,000) > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
(50)
keberadaan Total coliform yang terkandung dalam air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga.
Pada kualitas Escherichia coli yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang menderita diare yaitu 66,70% lebih besar dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 33,30%. Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 29,60% dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 70,40%. Karena ada nilai expected count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai p (=0,251) > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keberadaan Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga.
(51)
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dilihat bahwa keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat konstruksi secara lengkap. Peneliti berasumsi bahwa konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk yang tidak mengetahui tentang sumur yang memenuhi syarat kesehatan dan dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, khususnya syarat jarak sumur dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Entjang, 2000).
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap cincin sumur yang memenuhi syarat konstruksi sebanyak 28 sumur (93,30%). Terdapat beberapa sumur yang dinding sumurnya dibuat dari riol sumur yang setiap riolnya berukuran 1 meter. Jarak antara satu riol dengan riol lainnya tidak disemen, sehingga memungkinkan kuman atau bakteri dapat masuk melalui sela-sela dinding tersebut.
Menurut Entjang (2000) bahwa dinding sumur gali memiliki jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.
(52)
Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
Dilihat dari konstruksi sumur gali yaitu bibir sumur, terdapat 26 sumur (86,70%) yang memenuhi syarat yaitu > 80cm dan bahan kedap air. Pada umumnya bibir sumur gali telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Masih ada penduduk yang menggunakan timba untuk mengambil air secara langsung, dapat diasumsikan walaupun bibir sumur telah memenuhi syarat namun air sumur dapat tercemar dari timba bila diletakkan di sembarang tempat. Menurut Chandra (2007), bibir sumur gali merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur. Bibir sumur harus dibuat setinggi ≥ 70 cm dari permukaan tanah. Tujuannya agar air sumur gali terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar sumur dan tidak membahayakan seseorang yang akan mengambil air sumur gali. Terutama anak-anak yang dikhawatirkan dapat terjatuh kedalam sumur. Menurut Entjang (2000) keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan hasil obsevasi bahwa keseluruhan lantai sumur memenuhi syarat yaitu lebar lantai sumur 1m atau lebih dan kedap air. Menurut Chandra (2007), lantai harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan
(53)
kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur.
Tutup sumur juga merupakan hal yang harus dipenuhi untuk menghindari pencemaran air sumur. Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI, 1986).
Berdasarkan pada hasil observasi, terdapat 4 sumur (13,30%) yang memiliki tutup sumur. Tutup sumur gali terbuat dari papan/kayu yang digunakan pada malam hari saja. Sebagian besar penduduk belum menyadari bahwa tutup sumur dapat mencegah terjadinya pencemaran pada air sumurnya.
Saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi. SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Menurut Entjang (2000) saluran pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Dari 30 sumur, terdapat 14 sumur (46,70%) yang saluran pembuangan air limbah yang < 10 m dan kedap air. Berdasarkan pada hasil wawancara, jika terjadi hujan lebat secara terus-menerus maka air sumur dapat menjadi seperti bau parit karena masuknya air limbah (parit) ke dalam sumur melalui saluran pembuangan air limbah.
Hal yang harus diperhatikan juga adalah jarak sumur dengan sumber pencemaran. Jika dilihat dari syarat lokasi atau jarak terhadap sumber pencemaran yaitu septic tank, keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat kesehatan karena
(54)
jarak sumur dengan septic tank < 10 m. Hal ini dapat diasumsikan bahwa air sumur gali beresiko tercemar oleh mikrobiologi dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut Entjang (2000) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keseluruhan sumur yang diobservasi tidak ada yang memenuhi semua syarat konstruksi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumur yang digunakan rentan terhadap pencemaran. Sejalan dengan penelitian Marsono (2009) di Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kandungan bakteriologis air sumur dengan konstruksi/ bangunan sumur.
5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil pemeriksaan secara organoleptik di lapangan untuk warna, bau dan rasa air diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 14 sampel (46,70%) yang memenuhi syarat dan 16 sampel (53,30%) lainnya tidak memenuhi syarat. Bahkan ada air yang berwarna hitam dan berbau seperti air parit.
Menurut Suripin (2004) air murni tidak berwarna, berasa, dan berbau. Warna dalam air dapat diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral. Menurut Soemirat (2007) air yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air, bau anyir dikarenakan oleh karena adanya alga. Air biasanya tidak memberi rasa
(55)
membahayakan kesehatan. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam air dan adanya gas-gas seperti H2S.
5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur
Sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk Lingkungan 20 Kelurahan Terjun adalah air sumur gali. Sumur gali yang ada di lingkungan tersebut memiliki kedalaman sekitar 5 – 8 meter. Berdasarkan pada hasil pemeriksaan di laboratorium terdapat 22 sampel (73,30%) yang keberadaan Total coliform dalam air sumur tidak memenuhi syarat dan terdapat 27 sampel (90,00%) yang keberadaan Escherichia coli
dalam air sumur tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990.
Keberadaan sumber pencemaran seperti septic tank < 10 meter dari sumur gali dan pada beberapa rumah satu septic tank dibagi untuk empat rumah penduduk, hal ini diasumsikan memungkinkan terjadinya pencemaran air sumur oleh bakteri-bakteri dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang dapat mengandung bakteriologi.
5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga
(56)
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform dan Escherichia coli tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Syarat menggunakan uji chi-square tidak terpenuhi, maka digunakan uji
exact fisher. Hasil analisis dengan menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p (=1,00) > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total Coliform) dengan kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Kecamatan Medan Marelan tahun 2013. Begitu juga dengan keberadaan Escherichia coli bahwa hasil analisis dengan menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p (=0,251) > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali (Escherichia coli) dengan kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Penduduk Kelurahan Terjun mendapatkan air bersih dari sumur gali , sumur bor dan Air PDAM. Di lingkungan 20 , penduduk memperoleh air bersih dari sumur gali dan sumur bor. Air sumur digunakan untuk keperluan minum, masak, mencuci, mandi, dan kakus. Sebagian besar penduduk sudah menggunakan air galon kemasan untuk masak dan minum. Bagi penduduk yang masih menggunakan air sumur untuk memasak dan air minum, berdasarkan pada hasil wawancara bahwa mereka memasak air sampai mendidih hingga mencapai titik didih 100◦C, dimana bakteri Eschericia coli akan mati pada suhu tersebut. Menurut Pratiwi (2008) salah satu faktor yang
(57)
tertentu untuk pertumbuhan dirinya. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri golongan mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu minimal 15 - 20ºC, optimal pada suhu 20 - 45ºC.
Selain itu, air sumur yang digunakan dapat mengkontaminasi peralatan makan (piring, sendok, gelas, dan lainnya) pada saat mencuci piring. Menurut Depkes RI (2003) setiap peralatan makan harus selalu dijaga kebersihannya. Alat makan belum terjamin kebersihannya karena pada alat makan telah tercemar bakteri Escherichia coli yang menyebabkan alat makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu, diperlukan pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Berdasarkan penelitian Pohan (2009) bahwa kandungan Escherichia coli pada peralatan makan yaitu piring, gelas dan sendok yang digunakan oleh pedagang makanan di Pasar Petisah Medan tidak mengandung Escherichia coli.
Menurut Dirgantara (2010), Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri coliform merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya. Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan.
Angka kejadian diare di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak begitu tinggi. Dari 30 keluarga, terdapat 10 keluarga (33,30%) yang salah satu anggota keluarganya menderita diare. Sekitar 50% yang menderita diare adalah anak balita, 30,00% dalam usia 8-16 tahun, dan 20,00% dalam usia 24-27 tahun, lama diare yang dialami adalah 3 – 7 hari. Anggota keluarga yang menderita diare diberikan pertolongan
(58)
pertama dengan memberikan oralit ataupun obat-obatan yang biasa dibeli di warung, dan ada juga yang berobat ke dokter/klinik jika diare yang dialami tidak juga sembuh. Kejadian diare yang tidak begitu tinggi di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun diasumsikan karena sebagian penduduk yang tidak lagi menggunakan air sumur untuk memasak dan minum.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nuswantari (2010) tentang hubungan antara kualitas air bersih dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas I Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p > 0,05, tidak ada hubungan antara kualitas air bersih dengan kejadian diare.
5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Pengelolaan sampah di rumah tangga, terdiri dari tiga tahapan berikut:
5.4.1. Pemisahan Sampah
Sampah yang dihasilkan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Berdasarkan hasil wawancara, para ibu rumah tangga sudah memiliki pengetahuan tentang pemisahan sampah di rumah, namun belum ada tindakan yang diambil. Mereka membuang sampah organik dan anorganik pada tempat penbuangan sampah yang sama. Sebagian mereka ada yang membuang sampah basah seperti sampah-sampah potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat sampah yang jauh dari rumah. diasumsikan bahwa hal tersebut dapat mencegah datangnya vektor seperti lalat di tempat pembuangan sampah tersebut.
Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang kotor dan tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan
(59)
lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau busuk, sehingga merupakan tempat berkembang biak dan tempat makanan lalat.
5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah
Pada umumnya penyediaan tempat pembuangan sampah di rumah penduduk di Kelurahan Terjun, tidak memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah berada di dapur, sekitar tempat mencuci piring dan halaman rumah yang berupa tong atau keranjang plastik, berupa kantongan plastik atau goni, keranjang dari anyaman bambu, dan wadah plastik. Tempat pembuangan sampah tidak ada yang memiliki tutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan hinggap di tempat sampah tersebut. Menurut Dwiyatmo (2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah tidak menjadi sarang lalat. Tidak semua tempat pembuangan sampah kuat dan kedap air. Ada tempat sampah berupa keranjang plastik berukuran kecil, digunakan sebagai tempat pembuangan sampah sisa-sisa makanan yang berada di sekitar sumur atau tempat mencuci piring.
Pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat sisa bahan cair, dapat diasumsikan bahwa ini menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya vektor seperti lalat. Namun demikian, tempat pembuangan sampah yang ada dibersihkan setiap hari oleh 13 keluarga (56,52%) atau sekali dalam seminggu oleh 10 keluarga (43,48%). Sampah yang dibersihakan setiap hari anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 5 keluarga dibandingakan dengan keluarga yang tidak menderita diare sebanyak 8 keluarga. Sampah yang dibersihkan sekali dalam seminggu anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 3 keluarga dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 7 keluarga. Hal ini dapat
(60)
diasumsikan bahwa membersihkan tempat pembuangan sampah tidak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kejadian diare pada keluarga.
Dapat dilihat pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat lalat yang berterbangan dan hinggap disana. Banyaknya lalat yang hinggap dan terbang di sekitar tempat pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (3-5) pada 7 tempat pembuangan sampah (70,00%) dan kategori tinggi (6-20) pada 3 tempat pembuangan sampah (30,00%). Keberadaan lalat dengan keluarga yang menderita diare yaitu 5 keluarga sama dengan yang tidak menderita diare yaitu 6 keluarga. Tidak adanya lalat dengan keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 5 keluarga dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 15 keluarga.
Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya adalah diare. Hal ini dapat diasumsikan bahwa lalat dapat berkembang biak dan menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada manusia melalui makanan dan media penularan lainnya. Menurut Widyati dalam Junias (2008) lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam penyebaran kejadian diare, bertindak sebagai agen atau vektor mekanis yang hanya bertindak sebagai alat pemindah pasif.
5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah
Tahapan terakhir dalam pengelolaan sampah yaitu tahap pembuangan sampah, termasuk didalamnya pengangkutan sampah dan pemusnahan sampah. Pada umumnya penduduk di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun melakukan pemusnahan sampah dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dan dibakar. Sampah yang
(61)
sebanyak > 2 kali dalam seminggu, penduduk membayar retribusi sampah sebesar Rp. 8000 setiap bulannya. Kemudian sampah akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dengan sistem open dumping, sehingga sampah tidak lagi terlihat berserakan dan mencegah datangnya lalat di sekitar tempat pembuangan sampah sementara yang terletak di depan rumah. Sementara itu, ada penduduk yang melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar oleh 5 keluarga (16,70%). Pembakaran yang dilakukan sekali dalam seminggu dan ada juga yang membakar sampah setiap hari. Pembakaran sampah dilakukan di sekitar rumah penduduk. Hal ini tentunya dapat menyebabkan pencemaran udara terhadap lingkungan sekitar.
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, dan lainnya. Selain itu, sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan seperti bau yang tidak sedap. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun. (Kemenkes RI, 2011).
(62)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tentang hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan pengelolaan sampah dengan kejadian diare, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform yang keberadaannya tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990 sebesar 73,30% dan keberadaan Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat sebesar 90,00%.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga belum memenuhi syarat dilihat karena seluruh rumah tangga tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik, tidak menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, dan metode pemusnahan sampah dilakukan dengan baik sebesar 83,30% dan pemusnahan sampah tidak baik sebesar 16,70%.
3. Keluarga yang menderita diare, 50% adalah usia balita (0-5 tahun), 30% dalam usia 8-16 tahun, dan 20% dalam usia 24-27 tahun.
4. Seluruh sumur gali tidak memenuhi syarat dilihat dari konstruksi sumur dan jarak sumur < 10 m dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
5. Kualitas fisik air sumur yang memenuhi syarat sebesar 46,70%.
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga.
(63)
6.2. Saran
1. Perlu diadakannya sosialisasi oleh Puskesmas setempat terhadap penggunaan saringan air yang benar agar air sumur layak digunakan sebagai sumber air bersih dan sanitasi air bersih.
2. Hendaknya penduduk di Kelurahan Terjun menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat , melakukan pemisahan sampah di rumah tangga, dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lainnya terhadap kejadian diare di lingkungan tersebut.
(64)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra, 2007).
Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun kwalitasnya (Entjang, 2000).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes No.416 Tahun 1990).
2.2. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:
(65)
2.2.1. Air Angkasa (Hujan)
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, dan lainnya.
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Mutu atau kualitas baku b. Kuantitas
c. Kontinuitas
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
2.2.3. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan air. Kesadahan pada air akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral (kalsium, magnesium, dan logam berat) dalam konsentrasi. Akibatnya,
(66)
apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.
2.2.4. Sumur
Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu (Chandra, 2007):
a. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.
b. Sumur dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam
Sumur dangkal Sumur dalam
Sumber air Air permukaan Air tanah
Kualitas air Kurang baik Baik
Kualitas bakteriologis
Kontaminasi Tidak terkontaminasi
Persediaan Kering pada musim kemarau
Tetap ada sepanjang tahun
Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006 2.3. Mikrobiologi Air
(67)
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) :
1. Sumber air
Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.
2. Komponen nutrien dalam air
Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan.
3. Komponen beracun
Komponen beracun dalam air memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air tersebut. Seperti Hidrogen Sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya. Selain itu komponen-komponen metalik, asam-asam
(68)
organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.
4. Organisme air
Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri. Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh bakteri lainnya.
5. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli,
streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.
2.3.1. Bakteri Indikator Polusi
Jenis mikrooorganisme air yang dapat mencemari air dan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran pada air atau indikator sanitasi adalah bakteri yang berasal dari kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut adalah organisme komensal yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan.
(1)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….….... ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .... 1
1.2. Perumusan Masalah ... .... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... .... 5
1.3.1.Tujuan Umum ... .... 5
1.3 2.Tujuan Khusus ... .... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... .... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih ... .... 7
2.2. Sumber Air ... .... 8
2.2.1. Air Angkasa (Hujan) ... 8
2.2.2. Air Permukaan ... 8
2.2.3. Air Tanah ... 8
2.2.4. Sumur ... 9
2.3. Mikrobiologi Air ... .... 10
2.3.1. Bakteri Indikator Polusi ... .... 11
2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi ... .... 12
2.4. Golongan Air ... .... 14
2.5. Air dan Penyakit ... .... 15
2.5.1. Waterborne Mechanism... .... 16
2.5.2. Waterwashed Mechanism ... 16
2.5.3. Water-based Mechanism ... 16
2.5.4. Water Related Insect Vektor Mechanism ... 16
2.6. Pengertian Sampah ... .... 16
2.7. Jenis-Jenis Sampah ……….. ... 17
2.8. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ... 18
2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ... 18
2.8.2. Tahap Pengangkutan ... 19
2.8.3. Tahap Pemusnahan ... 19
2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 21
(2)
2.9.2. Pengaruh Negatif ... 22
2.10. Diare ... 23
2.10.1. Pengertian Diare ... 23
2.10.2. Jenis-Jenis Diare ... 23
2.10.3. Penyebab Diare ... 24
2.10.4. Penularan Diare ... 26
2.10.5. Gejala dan Tanda Diare ... 26
2.10.6. Pencegahan Diare ... 27
2.11. Landasan Teori ... 29
2.12. Kerangka Konsep ... 31
2.13. Hipotesa Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Tempat Penelitian ... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 34
3.3. Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1. Populasi ... 34
3.3.2. Sampel ... 34
3.4. Objek Penelitian ... 35
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5.1. Data Primer ... 35
3.5.2. Data Sekunder ... 35
3.6. Variabel Penelitian ... 35
3.6.1. Variabel Independen ... 35
3.6.2. Variabel Dependen ... 35
3.7. Pelaksanaan Penelitian ... 36
3.7.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 36
3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium ... 36
3.7.2.1. Alat dan Bahan ... 37
3.7.2.2. Cara Kerja ... 38
3.8. Defenisi Operasional ... 41
3.9. Aspek Pengukuran ... 41
3.10. Analisa Data ... 43
3.10.1. Analisa Univariat ... .... 43
3.10.2. Analisa Bivariat.... ... 43
BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .... ... 44
4.1.1. Keadaan Geografi ... ... 44
4.1.2. Gambaran Kependudukan ... ... 44
4.1.3. Keadaan Kesehatan ... ... 45
(3)
4.2. Analisa Univariat ... ... 46
4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 46
4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... ... 47
4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali ... ... 49
4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali……... .. 49
4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga……….. 51
4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga……….. 54
4.3. Analisa Bivariat………... 55
4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare……… 55
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali……….. 57
5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali………... 60
5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur………. 61
5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga……… 62
5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga………. 64
5.4.1. Pemisahan Sampah……… 64
5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah………. 65
5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah………. 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……….. 69
6.2. Saran………. 70
(4)
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam ... 9
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012………. 44 Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012………... 45 Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011….. 45 Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun Tahun 2012……… 46 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun
Tahun 2013………. 47 Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun
Tahun 2013……… 47 Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 49 Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
di Kelurahan Terjun Tahun 2013………. 50 Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform)
Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 51 Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli)
Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 51 Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga
di Kelurahan Terjun Tahun 2013………. 52 Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………... 53 Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 53
(5)
Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 54 Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun
Tahun 2013………... 54 Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013
Lampiran 2 Lembar Observasi Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Lurah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013 Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari
BTKL-PPM Medan Tahun 2013 Lampiran 6 Peta Kelurahan Terjun
Lampiran 7 Data-Data Penelitian (Output Data SPSS) Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian