Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api api (Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di Kabupaten Deli Serdang

(1)

KAJIAN BENTUK PENGOLAHAN DAN ANALISIS FINANSIAL BUAH API API (Avicennia officinalis L.) SEBAGAI BAHAN MAKANAN DAN

MINUMAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

GUSTINARIA SIANTURI 081201066/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KAJIAN BENTUK PENGOLAHAN DAN ANALISIS FINANSIAL BUAH API API (Avicennia officinalis L.) SEBAGAI BAHAN MAKANAN DAN

MINUMAN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

Oleh :

GUSTINARIA SIANTURI 081201066/MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api api

(Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan

Minuman di Kabupaten Deli Serdang Nama : Gustinaria Sianturi

NIM : 081201066 Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Dr.Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Dr.Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P

Ketua Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api

(Avicennia Officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di Kabupaten

Deli Serdang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dr Agus Purwoko,S.Hut., M.Si dan ibu Dr Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan bermanfaat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran ayah Jhonny Sianturi dan bunda Hermin Lumban Gaol yang selalu sabar membesarkan, mendidik dan mendukung pendidikan penulis dari segi moril dan material. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Roger Houtsma Sianipar yang siap mendampingi dan mendukung selama dilapangan, juga kepada saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa dan semangat.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang medukung penyelesaian skripsi ini seperti Kepala Desa Percut Sei Tuan dan masyarakat pengolah buah api-api. penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya.

Medan, Februari 2013


(5)

ABSTRAK

GUSTINARIA SIANTURI. Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api (Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman Studi Kasus Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pengolahan, tingkat kelayakan nilai finansial, dan strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api (Avicennia officinalis L.) di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis finansial, dan analisis strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau adalah berupa keripik api-api, donat api-api, bolu api-api, dan dawet api-api. semua jenis olahan tersebut layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang menguntungkan, dapat dilihat dari nilai R/C ratio lebih dari satu. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, ancaman yang berpengaruh besar pada perkembangan produk olahan buah api-api adalah belum adanya izin Dinas Kesehatan dan Sertifikat halal MUI yang menjamin produk tersebut aman untuk dikonsumsi.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Simatupang, Kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 27 Agustus 1990 dari ayah Jhonny Sianturi dan ibu Hermin Lumban Gaol. Penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173333 Pargaulan dan lulus tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Lintong Nihuta dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Lintong Nihuta dan pada tahun yang sama diterima masuk menjadi mahasiswa di Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama perkuliahan penulis tergabung dalam KORIM (Komunitas Rimbawan Menulis) yang dibawahi Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Pada tahun 2010, penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk yang terletak di Desa Kuta Gunung Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Hutan Industri PT Sumatera Sylva Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau pada bulan Februari hingga Maret 2012. Selanjutnya penulis melaksanakan penelitian di Dusun Paluh Merbau, Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Tanjung Rejo, Kabupaten Deli Serdang.


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Mangrove ... 5

Zonasi Hutan Mangrove ... 6

Manfaat Hutan Mangrove ... 6

Deskripsi Tanaman Api-api (Avicennia officinalis L.) ... 7

Klasifikasi Api-api (Avicennia officinalis L.) ... 9


(8)

Analisis Finansial ... 11

Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha. ... 13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 15

Luas dan Topografi Daerah... 15

Kependudukan ... 15

Mata Pencaharian ... 16

Sarana dan Prasarana Umum ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 19

Alat dan Bahan ... ... 19

Populasi dan Sampel ... 19

Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data ... 19

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 26

Aspek Potensi Buah Api-api ... 29

Bentuk Pengolahan Produk Buah Api-api ... 30

Analisis Finansial Produk Olahan Buah Api-api ... 38

Peralatan Produksi... 38

Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan ... 38

Biaya Produksi dan Keuntungan ... 39

Analisis R/C Ratio ... 43

Analisis Titik Impas ... 45

Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period/PBP) ... 48


(9)

Analisis Lingkungan Internal ... 48

Analisis Lingkungan Eksternal ... 52

Analisis SWOT ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Data Jumlah Penduduk Desa Tanjung Rejo 2012... 16

2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012... 17

3. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Rejo Tahun 2001... 17

4. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,Threats)... 25

5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 27

6. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian... 27

7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga... 28

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan... 28

9. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Keripik Api-api... 31

10. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Donat Api-api... 33

11. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Bolu Api-api... 34

12. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Dawet Api-api... 36

13. Jenis dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Serta Harganya... 38

14. Nilai Penyusutan Peralatan Produk Olahan Buah Api-api... 39

15. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 40

16. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 41


(11)

17. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 42 18. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Dawet

Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 42 19. Analisis R/C Ratio Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau,Desa

Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 43 20. Analisis R/C Ratio Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa

Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 43 21. Analisis R/C Ratio Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa

Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 44 22. Analisis R/C Ratio Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa

Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 44 23. Analisis Titik Impas Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau,

Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 45 24. Analisis Titik Impas Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau,

Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 46 25. Analisis Titik Impas Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa

Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 46 26. Analisis Titik Impas Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau,

Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 47 27. Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period) Produk

Olahan Buah Api-api Menjadi Bahan Makanan dan Minuman di Dusun Paluh Merbau... 48 28. Perbandingan Harga Pokok Produk Olahan Buah Api-api dengan


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Gambar Buah Avicennia officinalis... 8

2. Gambar Bunga Avicennia officinalis... 8

3. Gambar Daun Avicennia officinalis... 8

4. Wawancara dan Pengisian Kuesioner dengan Responden Pengolah Buah Api-api... 26

5. Tanaman Api-api di Dusun Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan... 30

6. Keripik Api-api... 32

7. Donat Api-api... 33

8. Bolu Api-api... 36


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bentuk Kuesioner Responden/Pengolah Buah Api-api... 58 2. Data Responden Pengolah Buah Api-api... 62 3. Analisis Biaya Produksi Keripik Api-api Selama Satu Kali

Produksi... 63 4. Analisis Biaya Produksi Donat Api-api Selama Satu Kali

Produksi... 65 5. Analisis Biaya Produksi Bolu Api-api Selama Satu kali

Produksi... 67 6. Analisis Biaya Produksi Dawet Api-api Selama Satu Kali

Produksi... 69 7. Matriks SWOT Pengolahan Buah Api-api di Dusun Paluh Merbau,

Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 71 8. Dokumentasi Penelitian... 72 9. Denah Wilayah... 77


(14)

ABSTRAK

GUSTINARIA SIANTURI. Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api (Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman Studi Kasus Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pengolahan, tingkat kelayakan nilai finansial, dan strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api (Avicennia officinalis L.) di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis finansial, dan analisis strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau adalah berupa keripik api-api, donat api-api, bolu api-api, dan dawet api-api. semua jenis olahan tersebut layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang menguntungkan, dapat dilihat dari nilai R/C ratio lebih dari satu. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, ancaman yang berpengaruh besar pada perkembangan produk olahan buah api-api adalah belum adanya izin Dinas Kesehatan dan Sertifikat halal MUI yang menjamin produk tersebut aman untuk dikonsumsi.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove adalah formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit sub tropika, terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir, serta mendapat pengaruh pasang surut air laut. Mangrove juga merupakan mata rantai penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi disuatu perairan (Arief, 2003).

Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang memiliki potensi ekosistem mangrove yang besar dengan luas sekitar 3.817 Ha dengan peruntukan/status Hutan Suaka Alam (HSA) seluas 2.580,60 Ha dan Hutan Penggunaan Lain (HPL) seluas 1.236,40 Ha (BPS Kabupaten Deli Serdang, 2005)

Tekanan penduduk terhadap kawasan hutan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana lahan hutan mangrove telah mengalami perambahan untuk tujuan lain seperti usaha perikanan (tambak), perkebunan, dan pemukiman serta penebangan liar guna memperoleh kayu dan kayu bakar yang mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove. Susilo dkk. (2010) menyatakan luas areal mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan yang mengalami kerusakan, mencapai 79,8%. Padahal berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan menjelaskan bahwa kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai


(16)

kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan adanya pengambilan hasil hutan kayu pada kawasan tersebut.

Pemanfaatan hutan yang diperbolehkan pada hutan dengan status HSA adalah sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem. Alternatif Berdasarkan undang-undang tersebut yang membatasi pengambilan kayu dari kawasan tersebut adalah dengan memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di antaranya buah pohon mangrove. Salah satu spesies mangrove yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah api api

(Avicennia officinalis L.), yang telah diketahui manfaatnya sebagai sumber bahan

pangan (Proyono dkk., 2010).

Masyarakat di Dusun Paluh Merbau sebagian besar banyak mengubah hutan mangrove menjadi tambak, perkebunan sawit, pemukiman, serta pengambilan kayu sebagai bahan bakar. Akan tetapi, disamping masyarakat yang banyak merusak mangrove, masih ada masyarakat yang peduli terhadap kelestarian hutan dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu dengan membentuk kelompok tani pengolah buah mangrove menjadi makanan. Salah satunya adalah dengan mengolah buah api-api (Avicennia officinalis L.). Pengolahan buah api-api menjadi bahan makanan di Dususn Paluh Merbau sudah berlangsung selama 4 tahun, akan tetapi hingga saat ini pemasarannya belum luas. Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai analisis finansial dan strategi pengembangan pengolahan buah api-api yang ada di Dusun Paluh Merbau.


(17)

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

2. Bagaimana kelayakan nilai finansial dalam pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

3. Analisis strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi bentuk pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei tuan, Kabupaten Deli Serdang

2. Mengetahui tingkat kelayakan nilai finansial pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

3. Mengetahui strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.


(18)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi masyarakat yang memanfaatkan buah api-api, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk pengembangan usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat.

2. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang ingin memiliki usaha pemanfaatan tanaman mangrove khususnya buah api-api.

3. Bagi pihak pemerintah menjadi bahan acuan dalam merangkul masyrakat pesisir pantai dalam mengembangkan ekonomi dan pemanfaatan tanaman mangrove.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan Mangrove

Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.

Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembap dan berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik daerah yang dipengaruhi oleh ekosistem oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai (Harahap, 2010).


(20)

Zonasi Hutan Mangrove

Menurut Harahap (2010), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung pada berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia :

1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi

Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya

bahan organik.

2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh

Rhizophora spp. Dizona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus

spp.

3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

Manfaat Hutan Mangrove

Menurut Santoso dkk. (2005) secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi dalam dua bagian :

1. Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :

a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu untuk bubur kayu, tiang/pancang)

b. Hasil bukan kayu

1. Hasil hutan ikutan (non kayu)


(21)

2. Fungsi ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya:

a. Sebagai proteksi dan abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang. b. Pengendalian instrusi air laut

c. Habitat berbagai jenis fauna

d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang

e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi f. Pengontrol penyakit malaria

g. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan dan pencemar air)

Deskripsi Tanaman Api-api (Avicenia officinalis L. )

Deskripsi umum Avicennia officinalis biasanya memiliki ketinggian sampai 12 m, bahkan kadang-kadang sampai 20 m (Noor dkk., 2006 ; Kitamura dkk., 1997). Pada umumnya memiliki akar tunjang dan akar nafas yang tipis, berbentuk jari dan ditutupi oleh sejumlah lentisel. Kulit kayu bagian luar memiliki permukaan yang halus berwarna hijau-keabu-abuan sampai abu-abu-kecoklatan serta memiliki lentisel. Daun berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau-kekuningan atau abu-abu kehijauan di bagian bawah. Permukaan atas daun ditutupi oleh sejumlah bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Unit dan letak yaitu sederhana dan berlawanan. Bentuk daun bulat telur terbalik, bulat memanjang-bulat telur terbalik atau elips bulat memanjang. Ujung daun membundar dan menyempit ke arah gagang dengan ukuran daun 12,5 x 6 cm. Susunan bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan


(22)

dan bau menyengat. Daun mahkota bunga terbuka tidak beraturan, semakin tua warnanya semakin hitam, seringkali tertutup oleh rambut halus dan pendek pada kedua permukaannya. Letak bunga berada di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga dan dormasi bulir (2-10 bunga per tandan) (Noor dkk., 2006).

Gambar1. Buah Avicennia officinalis Gambar 2. Bunga Avicennia officinalis

(c)

Gambar 3. Daun Avicennia officinalis

Nama daerah dari Avicennia officinalis yaitu api-api, sia-sia-putih, api-api-kacang, papi, merahu, marahuf. Jenis ini termasuk suku Avicenniaceae, termasuk komponen mangrove mayor. Jenis ini memiliki akar nafas seperti pensil. Daun tersusun tunggal, bersilangan, bentuk telur sungsang hingga elips, ujung daun membundar, panjang 8-11 cm, memiliki kelenjar garam, daun muda berambut. Rangkaian bunga 7-10, berduri rapat, berada di ujung atau di ketiak daun pada pucuk, mahkota berjumlah 4, berwarna kuning, kelopak 5 helai, benang sari 4,


(23)

diameter bunga 1,0-1,5 cm, panjang bunga 0,3-0,4 cm, berbulu dan melengkung (Kitamura dkk., 1997).

Klasifikasi Api-api (Avicennia officinalis L.)

Jenis Avicennia officinalis tersebar di Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Brunei, Myanmar, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Papua Nugini (Plantamor, 2012). Klasifikasi Avicennia officinalis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Scrophulariales

Famili

Genus

Spesies : Avicennia officinalis L.

Pemanfaatan Api-api (Avicennia officinalis L.)

Pemanfaatan api-api untuk bagian kayu merahu dapat digunakan sebagai bahan bakar. Buah dapat dimakan dan getah kayu dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi (Noor dkk., 2006). Menurut Setyawan dkk. (2006) beberapa jenis bahan pangan dari tumbuhan mangrove masih dapat dijumpai di pasar. Buah

Avicennia spp. biasa dimakan sebagai sayuran di kawasan pantai utara Jawa

Tengah, bahkan masih dijual di pasaran, misalnya di Wulan dan Pasar Manggi. Buah dan biji Avicennia officinalis dapat digunakan sebagi tonik.

Secara umum daun Avicennia spp. memiliki kadar protein dan kadar serat karbohidrat yang cukup tinggi, dan cocok sebagai bahan hijauan ternak dengan


(24)

nilai nutrisi yang cukup tinggi. Kandungan asam amino (% w/w) pada daun dan biji Avicennia spp. yang terdeteksi dengan teknik HPLC adalah aspartic acid, glutamic acid, serine, histidine, glysine, threonine, arginine, alanine, tyrosine,

methionine, valine, phenylalanine, isoleucine, leucine dan lysine dengan kisaran

kandungan 0,41% sampai 0,86% untuk daun, dan 0,04% sampai 0,43% untuk biji. Secara umum konsentarsi asam amino pada daun lebih tinggi dibanding yang pada biji (Wibowo dkk., 2009).

Senyawa aktif yang ditemukan pada daun Avicennia spp. adalah propadiene, naftalen, dimetiltetrametil suksinat, lucidol, isofilokladen, dioksepan,

dan nafto, yang umumnya bersifat toksin pada dosis tertentu, serta memiliki sifat

antibiotik dan anti serangga . Senyawa aktif pada berbagai jaringan tanaman

Avicennia spp, yaitu alkaloid, falvonoid, tanin, dan saponin merupakan senyawa

potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri obat-obatan. Jaringan tanaman Avicennia spp. berpotensi sebagai antibiotik untuk membantu penyembuhan luka (Wibowo dkk., 2009).

Buah mangrove bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan, diinformasikan ada jenis-jenis dari buah mangrove yaitu Avicennia spp. yang sudah diolah dapat dikonsumsi sebagai obat menambah stamina dan vitamin C. Bahkan ada yang diolah sebagai bahan pangananan yaitu, keripik dan dodol serta tepung. Saat ini ada banyak masyarakat yang sudah memanfaatkan buah mangrove sebagai alternatif perekonomian mereka yang diolah menjadi makanan berbahan baku buah mangrove. Sebagian masyarakat yang dahulu sering menebang pohon mangrove untuk pembuatan arang, kini beralih pada pengolahan mangrove menjadi bahan pangan (Kaltim Pos, 2012).


(25)

Avicennia officinalis memiliki biji yang dapat dimakan sesudah dicuci dan direbus (Kusmana dkk., 2003). Manfaat buah, daun dan akar dapat dijadikan sebagai obat hepatitis, menghasilkan saponin sebagai spermisida (obat kontrasepsi laki-laki), antimikrobia, anti peradangan, dan aktivitas sitotoksik serta kulit batang sebagai anti tumor (Mahato dkk., 1988).

Buah Avicennia spp. Sebelum dijadikan sebagai bahan makanan harus melalui proses pengolahan terlebih dulu. Hal ini dikarenakan di dalam buah jenis ini mempunyai kandungan racun yang cukup berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Selain itu pengolahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kadar garam yang terkandung dalam buah. Namun apabila diolah dengan baik maka buah ini aman untuk dikonsumsi (Santoso dkk., 2005).

Analisis Finansial

Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market

price), sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas

ekonomi akan digunakan harga bayangan. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan total biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial juga sering juga disebut private returns. Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya

returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek

kehabisan modal (Soetriono, 2006).

Setiap usaha evaluasi proyek harus dimulai dengan pernyataan yang jelas tentang tujuan dan penempatan proyek dalam konteks perencanaan yang lebih


(26)

luas. Tujuan analisis ekonomi adalah pengusahaan efisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber maupun menunjukkan hubungan antara keterkaitan proyek pada tujuan-tujuan pembangunan lainnya, termasuk aspek-aspek region dan distributional (Gray dkk., 2007).

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan saat memproduksi suatu komoditi. Biaya produksi meliputi upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa serta pembelian bahan baku (Miller dan Meiners, 2000). Menurut Arsyad (1993), biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap atau

fixed cost (FC) adalah biaya yang tidak tergantung pada tingkat output variable

cost. Sedangkan biaya variabel (VC) adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan perubahan output.

Menurut Lamb dkk. (2001) keunggulan dari penggunaan analisis titik impas (break-even) adalah bahwa itu mampu memberikan perkiraan yang cepat tentang seberapa banyak produk yang harus dijual untuk impas dan berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh jika volume penjualan lebih tinggi diperoleh. Jika perusahaan beroperasi mendekati titik impas ini, memungkinkan untuk dapat melihat apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya atau meningkatkan penjualan. Juga dalam analisis titik impas yang sederhana, tidak perlu menghitung biaya marjinal dan pendapatan marjinal, karena harga dan rata- rata biaya per unit diasumsikan konstan.

Masa pembayaran kembali atau payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Bila payback period dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari payback period maksimum


(27)

maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya jika payback period dari suatu investasi lebih panjang dari payback period maksimum maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Kriteria ini bukan alat pengukur provitability tetapi alat pengukur rapidity kembalinya dana, dan metode ini mengabaikan nilai waktu dari uang (Gittinger, 1986 ).

Dalam fungsi biaya jangka pendek dikenal biaya produksi total (Total Cost /TC), biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC), biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC), serta biaya rata-rata (Avarage Cost/AC), dan biaya marjinal (Marjinal Cost/MC)). Sedangkan dalam fungsi penerimaan dikenal penerimaan total (Total

Revenue/TR), penerimaan rata-rata (Avarage Revenue/AR), dan penerimaan

marjinal (Marjinal Revenue/MR). Selisih antara penerimaan total dengan biaya total merupakan laba/keuntungan perusahaan. Hubungan antara penerimaan, biaya, dan laba dibahas dalam suatu analisis yaitu analisis titik impas (Firdaus, 2009).

Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha

Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:

1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.


(28)

2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan dalam pasar tersebut.

3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan sumberdayanya.

Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).

Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya, demografi, teknologi atau sering disebut PEST.


(29)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Luas dan Topografi Daerah

Desa Tanjung Rejo terletak di kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3086 Ha, jumlah penduduk sebanyak 9438 jiwa dan terdiri atas 13 dusun. Daerah ini berada di ketinggian 0,5 m dari permukaan laut, bentuk topografi yaitu berupa dataran rendah . Suhu udara rata-rata 35oC dan curah hujan sebesar 2000 mm/tahun (Data Monografi Desa Tanjung Rejo, 2012).

Desa Tanjung Rejo dari Kota Medan berjarak ±65 Km dengan pejalanan menggunakan kendaraan bermotor selama ± 2 jam. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa desa tersebut sudah tergolong cepat menerima informasi dari luar daerah yang akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan desa. Adapun batas-batas desa penelitian berdasarkan Monografi Desa Tanjung Tanjung Rejo (2012) adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka 2. Sebelah timur berbatasan dengan PTPN II Saentis 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Percut

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Selamat

Kependudukan

Penduduk Desa Tanjung Rejo berjumlah 9.438 jiwa dan terdiri dari 2.234 kepala rumah tangga. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 1 diperoleh berdasarkan jumlah kepala keluarga.


(30)

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Desa Tanjung Rejo 2012

No Desa RT

(kepala keluarga)

Penduduk L + P (jiwa) Persentase (%) Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

1 Dusun I 182 376 352 733 7,76

2 Dusun II 122 232 250 527 5,58

3 Dusun III 110 231 225 456 4,83

4 Dusun IV 202 404 397 801 8,49

5 Dusun V 84 195 181 376 3,98

6 Dusun VI 195 416 399 805 8,52

7 Dusun VII 163 393 344 737 7,80

8 Dusun VIII 152 362 365 717 7,59

9 Dusun IX 40 181 173 354 3,75

10 Dusun X 128 283 247 530 5,61

11 Dusun XI 432 915 894 1809 19,16

12 Dusun XII 345 762 722 1484 15,72

13 Dusun XIII 25 52 57 109 1,15

Jumlah 2234 4897 4691 9438 100

Sumber : Monografi Desa Tanjung Rejo Tahun 2012

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Dusun XI ( Dusun Paluh Merbau) yaitu sebanyak 1809 jiwa (19,16 %) yang terdiri atas 432 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di dusun XIII yaitu 109 jiwa (1,15%) terdiri dari 25 kepala keluarga.

Agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Desa Tanjung Rejo adalah Islam sebanyak 8.987 jiwa (95,22%), kemudian agama Katolik sebanyak 351 jiwa (3,71%) dan Agama Protestan 80 jiwa (0,84%).

Mata Pencaharian

Sebagai daerah pertanian, penduduk di Desa Tanjung Rejo pada umumnya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Selain bertani sebagian penduduk juga bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, ABRI, karyawan, buruh, dan jasa nelayan. Untuk lebih jelasnya pada Tabel 3 dapat dilihat komposisi penduduk di Desa Tanjung Rejo berdasarkan mata pencaharian.


(31)

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012

No Jenis usaha Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Petani 2191 67,8

2 Karyawan 272 6,60 3 Nelayan 204 4,95 4 Buruh tani 199 4,83

5 Dagang 118 2,86

6 Jasa 73 1,77

7 PNS 36 0,87

8 ABRI 5 0,12

9 Serabutan 1205 29,28 10 Lain-lain 8 0,19

Jumlah 4115 100

Sumber : Monografi Desa Tanjung Rejo Tahun 2012

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbesar penduduk desa tanjung rejo sebagai petani sebanyak 2191 jiwa yaitu 67,8%. Sumber daya yang tersedia dari alam dan manusia paling potensial adalah sektor pertanian.

Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju pertumbuhan desa tersebut.

Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Rejo Tahun 2001

No Uraian Jumlah (Unit) 1. 2. 3. 4. 5. Pendidikan TK SD SMP MADRASAH BLKK Keamanan Pos Siskamling Sarana Peribadatan Mesjid Mushola Gereja Irigasi Olah Raga Lap.Sepak Bola Lap.Bola Voly 2 5 2 3 2 12 4 9 3 1 1 1 Sumber : Monografi Desa Tanjung Rejo Tahun 2001


(32)

Dari keadaan sarana dan prasarana di desa penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi baik dalam bidang pendidikan, perekonomian, keagamaan, dan sosial budaya. Peningkatan sumber daya yang baik memacu masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada semakin berguna.


(33)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah camera digital berguna untuk dokumentasi penelitian, tape recorder berguna untuk merekam hasil wawancara, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah kuesioner untuk mendapatkan data sekunder maupun primer.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang yang mengambil dan mengolah buah api-api (Avicennia officinalis). Dari hasil survei di lapangan, bentuk pengolahan buah api-api yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Paluh Merbau dilakukan secara berkelompok. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berperan dalam pengolahan buah api-api (Avicennia officinalis). Jumlah sampel dalam penelitian ini ada sebanyak 6 kelompok pengolah buah api-api dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.

Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dilapangan sebagai berikut : a. Data Primer


(34)

Data primer yang diperlukan adalah karakteristik responden yaitu nama, jenis kelamin, umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. b. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi pemerintahan Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Observasi

Survei langsung ke lapangan dengan melihat cara pengolahan buah api-api dan melihat kehidupan masayarakat.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh sampel dalam penelitian.

3. Wawancara mendalam (deep interview)

Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

4. Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Data yang diambil yaitu mengenai bentuk pengolahan buah api-api dan faktor-faktor yang mempengaruhi disusun berdasarkan karakteristiknya.


(35)

Kemudian data tersebut dijadikan sebagai bahan dasar dalam menggambarkan model/skema kegiatan mulai dari proses pembelian bahan baku sampai pengolahan. Serta jumlah biaya produksi yang digunakan dalam pengolahan buah api-api.

b. Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dan kapan pengembalian dari investasi dalam pembuatan suatu proyek atau produk.

1. Biaya Total (Total Cost / TC)

Biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Berarti biaya variabel total sama dengan jumlah unit input

(quantity/Q) dikalikan dengan biaya input variabel per unit (Avarage Variable

Cost/AVC) (Firdaus, 2009). Secara sistematis biaya variabel total dapat dirumuskan sebagai berikut :

TVC = Q x AVC

Biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya. Biaya total ( Total Cost) , yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan (Firdaus, 2009). Secara sistematis biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = Τ FC + T VC Keterangan :

TC = Total Cost (Rupiah) TFC = Total Fixed Cost (Rupiah)


(36)

TVC = Total Variable Cost (Rupiah) 2. Penerimaan Total (Total Revenue /TR)

Penerimaan total (Total Revenue/ TR) yaitu jumlah unit yang dijual (Q) dikalikan dengan harga jual (P) (Firdaus, 2009). Secara sistematis penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = P x Q Keterangan :

TR = Total Revenue (Rupiah) P = harga jual per unit (Rupiah) Q = Kuantitas penjualan (unit ) 3. Untung ( Income/I)

I = TRTC Keterangan :

I = Income (Rupiah)

TR = Total Revenue (Rupiah) TC = Total Cost (Rupiah)

4. Analisis Titik Impas (Break Even Point Analysis)

Analisis titik impas (Break Event Point/ Break Even Point Analysis) adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya (biaya tetap dan biaya variabel), keuntungan, dan volume kegitan (Firdaus, 2009).

Menurut Wijayanti (2012) perhitungan BEP atas dasar unit produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TFC

BEP (Q) =


(37)

Keterangan:

BEP (Q) = titik impas dalam unit produksi TFC = biaya tetap

P = harga jual per unit VC = biaya tidak tetap per unit

Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Total Biaya

BEP (Rp) =

Total Produksi Keterangan:

BEP (Rp) = titik impas dalam rupiah

5. Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period / PBP)

Payback Period yaitu waktu yang dibutuhkan oleh pendapatan atau

keuntungan dari suatu investasi untuk sama dengan biaya investasinya. Masa pembayaran kembali atau payback period (PBP) dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Dalam penelitian ini panjangnya masa pembayaran kembali dinilai dari produksi yang dilakukan sebanyak satu kali. Sehingga tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 1 kali produksi.

Total Biaya

PBP = 1 kali produksi

Total Pendapatan 6. Analisis Revenue and Cost Ratio (R/C ratio)

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah


(38)

yang dikeluarkan (Wijayanti, 2012). Adapun R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kriteria penilaian R/C ratio:

R/C < 1 = usaha agroindustri mengalami kerugian R/C > 1 = usaha agroindustri memperoleh keuntungan R/C = 1 = usaha agroindustri mencapai titik impas c. Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Analisis strategi pengembangan usaha dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis SWOT.

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan wawancara interatif dengan pihak pengolah buah api-api. Pada proses awal wawancara peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan usaha yang kemudian dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan memastikan


(39)

bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh.

Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David, 2006).

Empat sel strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.

Internal

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

S-O Strategi Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

W-O Strategi Atasi kelemahan dan memanfaatkan peluang Ancaman (T)

S-T Strategi Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

W-T Strategi Meminimumkan

kelemahan dan menghindari ancaman Tabel 4. Matriks SWOT


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi pengolahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik responden yang dinilai antara lain : umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan pengolahan data disimpulkan bahwa seluruh pengolah buah api-api tersebut adalah wanita dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 4. Wawancara dan Pengisian Kuesioner dengan Responden Pengolah Buah Api-api

Proses pengolahan buah api-api dilakukan secara berkelompok yang disebut dengan kelompok tani. Di Dusun Paluh Merbau terdapat 6 kelompok tani, dimana setiap kelompok memiliki anggota paling sedikit 10 orang dan paling banyak 30 orang, setiap kelompok diketuai oleh satu orang yang dianggap mampu untuk memimpin kelompok tani tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan


(41)

kepentingan dan tujuan kelengkapan data pengolah buah api-api, masing-masing kelompok diambil 5 orang dari tiap-tiap kelompok.

Umur perlu diketahui untuk mengetahui umur produktif dalam meningkatkan hasil yang tinggi. Rata-rata umur responden berkisar antara 20-60 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur

(Tahun) Frekuensi Proporsi (%)

1 20-30 10 33,3

2 31-40 5 16,7

3 41-50 13 43,3

4 51-60 2 6,7

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 5 jumlah responden terbanyak diwawancarai adalah responden dengan umur 41-50 tahun sebanyak 13 orang dengan proporsi 43,3%. Responden yang paling sedikit adalah umur 51-60 tahun sebanyak 2 orang dengan proporsi 6,7%. Pengolah buah api-api lebih banyak wanita umur 41-50 tahun dikarenakan mereka masih produktif dan memiliki banyak waktu luang untuk mengikuti kegiatan kelompok tani.

Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Mata

Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)

1 Petani 27 90

2 Pendidik 3 10


(42)

Pada umumnya pekerjaan utama responden adalah bertani dengan proporsi 90%. Selain bertani, responden juga bekerja sebagai pendidik 10%. Sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata 3-6 orang. Distribusi anggota keluarga ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota

keluarga(orang) Frekuensi Proporsi (%)

1 1-3 10 33,3

2 4-6 20 66,7

3 >6 0 0

Jumlah 30 100 %

Jumlah anggota keluarga dapat menggambarkan seberapa banyak waktu luang yang bisa diberikan oleh kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani, khusus dalam pengolahan buah api-api menjadi bahan makanan dan minuman. Bagi responden yang memiliki anggota keluarga sedikit lebih banyak memiliki waktu luang untuk mengolah buah api-api dibandingkan mereka yang memiliki banyak anggota keluarga. Hal tersebut karena mereka memiliki banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tingkat pendidikan responden di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan pada umumnya lulusan SD yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Presentasi (%)

2 Sekolah Dasar 17 56,7

3 SMP/SLTP 8 26,7

4 SMA/SLTA 2 0,07

5 Sarjana/ S1 3 0,1


(43)

Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi keluarga yang tidak sanggup membiayai kebutuhan pendidikan dan keterbatasan sarana pendidikan.

Aspek Potensi Buah Api-api

Buah api-api merupakan salah satu buah mangrove yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan dan minuman. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, komoditi buah api-api banyak tersedia di sepanjang pesisir pantai. Menurut Santoso (2005) buah api-api tersebut memiliki permudaan alami sangat cepat dan selama 2 tahun sudah dapat menghasilkan buah. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa apabila dilakukan penanaman dan perawatan pohon api-api secara intensif akan memperoleh hasil dalam jangka waktu dua tahun. Noor dkk. (2006) juga menyatakan bahwa ekologi Avicennia officinalis

berbunga sepanjang tahun.

Pada tahun 2008 pihak LSM Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) membentuk kelompok tani di Dusun Paluh Merbau yang terdiri dari 6 kelompok tani, setiap kelompok tani memilki anggota yang cukup banyak yaitu berkisar 10 s/d 30 orang. LSM juga bertindak dalam pemeliharaan dan penanaman hutan mangrove di Dusun Paluh Merbau. Dari jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengolahan buah api-api tersebut juga merupakan gambaran besarnya potensi Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga kerja pengolah dan penjual produk olahan buah api-api. Dusun Paluh Merbau berjarak tidak jauh dari Kota Medan yaitu ± 65 km dengan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor selama ± 2 jam dapat mempermudah pemasaran.


(44)

Gambar 5. Tanaman Api-api di Dusun Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan Melalui wawancara dengan ibu Ponisah sebagai ketua kelompok tani, menyatakan bahwa permintaan produk buah api-api selama bulan Januari hingga Juni 2012 hanya sekali yang ditujukan untuk sebuah pameran yang dilakukan di acara pameran Kabupaten Deli Serdang. Dari frekuensi permintaan tersebut yang sangat sedikit menggambarkan bahwa sejauh ini pemanfaatan buah api-api tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan karena usaha pengolahan buah api-api tersebut memiliki banyak potensi.

Bentuk Pengolahan Produk Buah Api-api

Menurut Santoso dkk. (2005) buah api-api untuk dijadikan bahan makanan harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan di dalam buah jenis ini mempunyai kandungan racun yang cukup berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Selain itu pengolahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kadar garam yang terkandung dalam buah. Namun apabila diolah dengan baik maka buah ini aman untuk dikonsumsi.


(45)

adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan bahan baku api-api dari hutan mangrove.

2. Pengupasan kulit buah api-api dan pengambilan bagian dalamnya.

3. Pembelahan buah menjadi empat bagian, kemudian melepaskan putik dari buahnya.

4. Merebus buah yang telah dibelah dalam air mendidih hingga lunak (sekitar 30 menit), sambil terus mengganti air rebusan. Kemudian memasukkan air abu secukupnya sambil diaduk hingga rata.

5. Mengangkat dan menyuci buah api-api hingga warnanya berubah kehijauan. 6. Perendaman dalam ember yang agak besar selama dua hari. Setiap enam jam

dilakukan penggantian air untuk mempercepat proses penghilangan racun yang dilakukan sebanyak ± 8 kali.

Buah yang sudah diolah selanjutnya dapat digunakan menjadi bahan baku pembuatan keripik api-api, donat api-api, bolu api-api dan dawet api-api.

1. Keripik Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik api-api dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Bahan-bahan dan takaran pembuatan keripik api-api

No Bahan Takaran

1 Bahan dasar api-api kering 250 gram

2 Garam 1 sendok teh

3 Minyak goreng 250 gram

Catatan : 250 gram bahan dasar api-api kering di peroleh dari 400 gram bahan dasar api-api dalam keadaan basah

Dengan jumlah bahan baku buah api-api 250 gram dapat menghasilkan 3 bungkus keripik api-api dengan harga Rp 5000,-per bungkus. Proses pembuatan


(46)

keripik api-api dapat dilihat dari Gambar 6. Perolehan bahan dasar api-api 250 gram didapatkan dari buah api-api dalam keadaan basah sebesar 400 gram. Kemampuan pengolah buah api-api dalam memproduksi keripik api-api selama satu kali produksi adalah sebanyak 48 bungkus dengan jumlah bahan dasar api-api kering sebanyak 4 kg atau setara dengan 6,4 bahan dasar api-api dalam keadaan basah. Adapun prosedur pengolahan keripik api-api adalah sebagai berikut : 1. Pengukusan buah api-api ± 15 menit

2. Penjemuran buah api-api yang sudah dikukus selama 2 hari.

3. Menaburkan garam ke buah api-api kemudian melakukan pengadukan. 4. Menggoreng buah api-api hingga matang.

5. Pengemasan keripik api-api.

Pembuatan keripik api-api ditaburi dengan garam bertujuan untuk merenyahkan dan membuat rasa keripik api-api lebih gurih. Proses pembuatan api-api sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, hanya saja pada proses pembuatan membutuhkan waktu ± 2 hari proses pengeringan. Keripik yang sudah matang akan lebih menarik apabila dicampur dengan bumbu, sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli. Kendala yang dihadapi dalam pengolahan keripik api-api adalah proses pengeringan yang lama dan apabila banyak dikonsumsi dapat menyebabkan pusing.


(47)

2. Donat Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan donat api-api dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Donat Api-api

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 500 gram

3 Gula putih 100 gram

4 Telur 1 butir

5 Vanilli 1 bungkus

6 Mentega 100 g

7 Coklat beras 1 bungkus

8 Minyak Goreng 500 gram

Catatan : Tepung api-api 250 gram diperoleh dari 500 gram buah api-api dalam keadaan basah.

Gambar 7. Donat Api-api

Pengolahan donat api-api dengan jumlah bahan baku seperti yang dicantumkan pada Tabel 10 menghasilkan 30 buah donat dengan harga Rp 1.000,- /buah. Pengolahan donat api-api memiliki kemampuan memproduksi

sebanyak 480 buah donat dalam sekali produksi. Proses pembuatan donat api-api adalah sebagai berikut :

1. Memblender buah api-api dan mengayak hingga berupa tepung.

2. Mencampur tepung api-api dengan tepung terigu, gula putih, telur, mentega, dan vanilli.


(48)

3. Pengadukan hingga merata dan mencampur sedikit air hingga tidak lengket ditangan.

4. Mencetak adonan yang sudah diaduk.

5. Penggorengan adonan hingga berubah warnanya menjadi kuning.

6. Menaburkan coklat beras dipermukaan donat kemudian dilakukan pengemasan.

Proses pembuatan donat api-api pada tahap ketiga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang bagus perlu diperhatikan pada saat pengadukan dan pencampuran bahan-bahan. Untuk mengetahui campuran bahan sudah menyatu caranya yaitu dengan mengambil sedikit adonan, lalu ditarik melebar. Apabila adonan sobek, maka ulangi proses pengulenan hingga adonan tidak sobek. Pada saat penggorengan kue donat harus selalu digoreng dalam minyak banyak dan terendam dengan panas tertentu agar warnanya tetap kuning kecokelatan dan matangnya merata. Donat yang sudah digoreng untuk meningkatkan daya tarik dapat dilakukan dengan cara membuat tampilan bentuk yang menarik seperti menaburi permukaan donat dengan coklat beras.

3. Bolu Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu api-api dirincikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Bolu Api-api

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 250 gram

3 Telur 8 butir

4 Gula putih 100 gram

5 Vanilli 1 bungkus

6 Mentega 250 gram

7 Pasta 1 sendok teh


(49)

Komposisi bahan pembuatan bolu api-api seperti pada Tabel 11 menghasilkan bolu sebanyak 2 loyang dengan harga Rp 20.000,-per loyang. Produksi api-api mampu menghasilkan 8 loyang api-api dalam sekali produksi. Kemampuan produksi bolu api-api dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 32 loyang dengan bahan tepung api-api sebanyak 4 kg setara dengan 8 kg buah api-api dalam keadaan basah. Proses pembuatan bolu api-api memerlukan tahapan pengerjaan, tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Memblender buah api-api, dan mengayak untuk mengambil tepungnya. 2. Pengadukan gula putih, telur, dan vanilli dengan mixer hingga mengembang. 3. Mencairkan mentega.

4. Memasukkan mentega yang telah dicairkan, tepung terigu, tepung api-api, pasta, soda kue ke dalam mixer kemudian dilakukan pengadukan hingga merata.

5. Memasukkan adonan yang sudah diaduk ke dalam loyang. 6. Memanggang adonan di dalam oven hingga matang.

Pada tahap kedua pembuatan bolu api-api, telur dicampur dengan gula putih dan vanilli kemudian diaduk hingga mengembang ± 15 menit. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu adalah kuning telur bukan putih telur sehingga dipisahkan terlebih dahulu. Sebelum adonan dimasukkan kedalam loyang, loyang harus diolesi dengan mentega supaya adonan tidak lengket pada loyang. Setelah adonan dimasukkan kedalam loyang, masukkan loyang kedalam oven dan dipanggang selama ± 45 menit. Untuk memastikan bolu matang pada bagian atas dan tengah dapat dilihat dengan cara memanfaatkan batang lidi, kemudian


(50)

ditusukkan kedalam kue bolu yang sedang dipanggang. Jika belum matang, akan ada sisa adonan tertempel pada batang lidi.

Gambar 8. Bolu Api-pi

4. Dawet Api-api

Pembuatan dawet api-api diolah dengan menambahkan bahan-bahan lain untuk meningkatkan nilai rasa yang lebih menarik. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dawet api-api dipaparkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Dawet Api-api

Bahan pembuatan dawet api-api dirincikan pada Tabel 12 menghasilkan 20 gelas dawet api-api dengan harga Rp 3000/gelas. Dalam proses pengerjaannya membutuhkan waktu ± 2 jam. Kemampuan produksi dawet api-api selama satu kali produksi yaitu sebanyak 320 gelas dengan jumlah bahan tepung api-api 4 kg. Adapun prosedur pengolahan dawet api-api adalah sebagai berikut :

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 100 gram

3 Tepung ketan 100 gram

4 Gula merah 150 gram

5 Kelapa parut 200 gram


(51)

1. Memblender buah api-api, kemudian mengayak hingga mendapatkan tepungnya.

2. Mencampur tepung api-api dengan tepung ketan hingga merata. 3. Mempersiapkan plastik sebagai alas adonan.

4. Pembentukan adonan hingga melebar, kemudian memotong adonan kecil-kecil panjang seperti cendol.

5. Perbusan hasil potongan dalam air mendidih.

6. Mengangkat hasil potongan yang direbus setelah mengapung. 7. Menaruh hasil rebusan dalam air putih matang.

8. Penyajian dengan mencampur hasil rebusan dengan kuah santan, gula merah, dan nangka.

Gambar 9. Dawet Api – api

Dawet dengan berbahan api-api sangat jarang ditemukan dipasaran, yang paling sering ditemui adalah dawet dengan berbahan tepung beras dan tepung tapioka. Bahan cair yang digunakan dalam pembuatan dawet ini adalah dengan menggunakan santan yang sudah dimasak. Dawet akan padat atau terbentuk dengan cara direndam di dalam air es supaya dawet tidak hancur dan tidak lengket satu sama lain.


(52)

Analisis Finansial Produk Olahan Buah Api-api

Tujuan didirikannya suatu usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan manfaat. Besar kecilnya keuntungan diperoleh dari seberapa besar modal yang dibutuhkan dan produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan yang matang untuk memulai usaha tersebut.

Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Analisis biaya produk olahan buah api-api akan menggambarkan prospek masing-masing produk dapat dilihat dari nilai R/C Ratio, Analisis Titik Impas, BEP ( Break Event Point), dan Payback Periode (PBP).

Peralatan Produksi

Jenis, jumlah, dan harga satuan peralatan produksi yang digunakan dalam proses pengolahan buah api-api dicantumkan pada Tabel 13. Pada Tabel 13 terlihat bahwa jenis alat yang paling mahal adalah oven yaitu Rp 350.000,- dan yang paling murah yaitu baksom (Rp 2.500,-/unit).

Tabel 13. Jenis dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Serta Harganya Jenis Peralatan Jumlah Harga/unit (Rp/unit)

Kompor gas 1 unit 300.000

Blender 1unit 350.000

Ember 1 unit 20.000

Sendok goring 1 unit 5.000

Kuali 1 unit 50.000

Saringan 1 unit 2.500

Oven 1 unit 350.000

Mixer 1 unit 250.000

Baskom 2 buah 2.500

Periuk 1 buah 45.000

Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan Produksi

Metode yang digunakan untuk menghitung nilai/biaya penyusutan peralatan adalah metode bagi habis (harga peralatan dibagi umur ekonomis)


(53)

dimana biaya penyusutannya adalah harga barang dibagi dengan umur ekonomis barang (Redaksi Agromedia, 2007). Beberapa asumsikan yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Umur ekonomis kompor gas selama 2 tahun. 2. Umur ekonomis batu giling selama 2 tahun. 3. Umur ekonomis oven selama 2 tahun. 4. Umur ekonomis mixer selama 5 tahun. 5. Umur ekonomis blender selama 5 tahun.

6. Umur ekonomis perlengkapan lain-lain selama 1 tahun.

Tabel 14. Nilai Penyusutan Peralatan Produk Olahan Buah Api-api Jenis Peralatan Umur Ekonomis

(bulan)

Nilai penyusutan (Rp)

Kompor gas 24 12.500

Blender 60 5.833

Ember 12 1.666

Sendok goring 12 416

Kuali 12 4.166

Saringan 12 208

Oven 24 14.583

Mixer 60 4.166

Baskom 12 416

Periuk 12 3.750

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Keripik api-api menggunakan kompor gas, ember, sendok goreng, kuali, dan baskom sehingga biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 19.164,-. Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan donat api-api antara lain kompor gas, blender, ember, sendok goreng, kuali, saringan dan baskom dengan biaya penyusutan sebesar Rp 25.205,-. Pada proses pembuatan bolu api-api peralatan yang digunakan antara lain kompor gas, blender, ember, saringan, oven, mixer, dan baskom sehingga biaya penyusutannya sebesar Rp 39.372,-. Sedangkan pada proses pembuatan dawet api-api peralatan


(54)

yang digunakan yaitu kompor gas, blender, ember, sendok goreng, saringan, baskom dan periuk sehingga biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 24.789,-.

Biaya Produksi dan Keuntungan

Perhitungan total biaya produksi dilakukan untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan dan keuntungan yang didapatkan. Perhitungan biaya ditaksasikan selama satu kali produksi terdapat pada Lampiran 2. Biaya variabel yang digunakan antara lain : garam, air abu, minyak goreng, buah api-api, plastik putih, gas elpiji, tepung terigu, gula putih, telur, vanilli, mentega, ceres, pasta, soda kue, tepung ketan, gula merah, nangka, kelapa dan gaji tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung terhadap jumlah produksi berupa biaya transportasi, konsumsi dan penyusutan peralatan.

Hasil perhitungan biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total dengan biaya variabel total. Total penerimaan dipengaruhi oleh perkalian antara unit/volume yang diproduksi dengan harga jual per unit. Keuntungan dihitung dari selisih biaya total dengan penerimaan. Adapun rincian biaya ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa biaya variabel total lebih besar

Uraian Nilai Persentase(%)

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 65.164 29,43

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 156.250 70,57

Biaya Total (Rp) Rp 221.414 100%

Volume/Bungkus 48

Harga(Rp/Bungkus) 5000

Penerimaan (Rp) Rp 240.000


(55)

dari biaya tetap total, dimana biaya tetap total sebesar Rp 65.164,- dan biaya variabel total sebesar Rp 156.250,-. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 48 bungkus adalah Rp 221.414,- dengan harga jual Rp 5.000,- per bungkus. Dalam pengolahan keripik api-api, penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 240.000,- sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 16.486,-. Keuntungan diperoleh dari hasil selisih penerimaan dengan biaya total.

Tabel 16. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Proses pengolahan donat api-api memerlukan biaya variabel berupa tepung api-api, tepung terigu, gula putih, telur, mentega, coklat beras, air abu, minyak goreng, dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap berupa biaya transportasi, konsumsi dan penyusutan barang seperti yang dirincikan pada Lampiran 3. Total

biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 480 buah donat adalah sebesar Rp 346.045,- dengan biaya tetap total sebesar Rp 71.205,- dan biaya variabel total

sebesar Rp 274.840,-.

Keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan donat adalah sebesar Rp 124.562,-, diperoleh dari perkalian jumlah donat 480 buah dengan harga jual Rp 1.000,-per buahhasilnya Rp 480.000,- kemudian dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 346.045,-. Dari hasil perhitungan keuntungan yang diperoleh selama satu kali produksi mencapai setengah dari total biaya. Besarnya keuntungan yang

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 71.205 20,58

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 274.840 79,42

Biaya Total (Rp) Rp 346.045 100%

Volume/buah 480

Harga(Rp/buah) Rp 1.000

Penerimaan (Rp) Rp 480.000


(56)

diperoleh dalam pembuatan donat menjadi prospek yang baik sehingga usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

Tabel 17. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa persentase biaya tetap total dan biaya variabel total memiliki perbedaan jumlah yang signifikan dengan selisih 59,34%. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan tambahan terutama jumlah telur yang cukup banyak untuk melembutkan tekstur bolu, seperti tertera pada Lampiran 4. Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi bolu adalah sebesar Rp 640.000,- selama satu kali produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 222.028,- setelah dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 417.972,-.

Tabel 18. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa dalam pembuatan dawet api-api membutuhkan biaya Rp 231.589,- memproduksi 320 gelas dawet api-api selama

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 85.372 20,42

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 332.600 79,58

Biaya Total (Rp) Rp 417.972 100%

Volume/Loyang 32

Hargan(Rp/Loyang) Rp 20.000

Penerimaan (Rp) Rp 640.000

Keuntungan (Rp) Rp 222.028

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 70.789 30,57

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 160.800 69,43

Biaya Total (Rp) Rp 231.589 100%

Volume/gelas 320

Harga(Rp/gelas) Rp 3.000

Penerimaan (Rp) Rp 960.000


(57)

satu kali produksi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dawet api-api dirincikan pada Lampiran 5.

Keuntungan sebesar Rp 728.411 diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan dengan total biaya yaitu sebesar Rp 231.589,- dengan total produksi sebanyak 320 gelas dan nilai jual sebesar Rp 3.000,- per gelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan dawet api-api sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Analisis R/C Ratio

Nilai R/C ratio digunakan untuk mengetahui apakah suatu usah layak dikembangkan atau tidak, dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total. Analisis nilai R/C ratio pada usaha pengolahan keripik api-api dapat dicantumkan pada Tabel 19.

Tabel 19. Analisis R/C Ratio Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 19 diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah sebesar 1,08. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan keripik api-api memiliki prospek yang menguntungkan dilihat dari nilai R/C ratio lebih besar dari satu sesuai dengan pernyataan (Wijayanti, 2012), akan tetapi usaha tersebut kurang efisien untuk dikembangkan karena nilai R/C hampir mendekati satu atau mencapai titik impas sehingga antara penerimaan dengan biaya produksi perpedaannya tidak signifikan.

Uraian Jumlah (Rp)

Penerimaan Rp 240.000

Biaya Produksi Total Rp 221.414


(58)

Tabel 20. Analisis R/C Ratio Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 20 dapat ditunjukkan bahwa perbandingan antara penerimaan dengan penawaran adalah sebesar 1,38. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pengolahan donat api-api sangat menguntungkan apabila dikembangkan. Dengan nilai R/C ratio lebih besar dari satu dapat menjamin usaha tersebut dapat dijadikan sebagai usaha yang berkelanjutan.

Tabel 21. Analisis R/C Ratio Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada proses pengolahan bolu api-api seperti yang dirincikan pada Tabel 21 diperoleh hasil perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah sebesar 1,53. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C lebih besar dari satu.

Tabel 22. Analisi R/C Ratio Dawet Api-api di Dusun Palu Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Uraian Jumlah (Rp)

Penerimaan Rp 480.000

Biaya Produksi Total Rp 346.045

R/C Ratio 1,38

Uraian Jumlah (Rp)

Penerimaan Rp 640.000

Biaya Produksi Total Rp 181.820

R/C Ratio 1,53

Uraian Jumlah (Rp)

Penerimaan Rp 719.869

Biaya Produksi Total Rp 240.131


(59)

Pada Tabel 22 dapat diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah sebesar 4,14. Hal tersebut menggambarkan bahwa usaha pengolahan dawet api-api merupakan suatu usaha yeng memiliki prospek yang menguntungkan. Dilihat dari nilai R/C ratio memiliki nilai lebih dari satu, usaha tersebut sangat potensial untuk dikembangkan.

Analisis Titik Impas

Analisis titik impas bertujuan untuk menilai kelayakan finansial suatu usaha, dinilai dari berapa jumlah produksi dan harga jual yang ditetapkan sehingga usaha dapat mencapai titik impas atau balik modal. Titik Impas suatu usah juga dapat dilihat dari nilai R/C ratio sama dengan satu.

Tabel 23. Analisis Titik Impas Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil analisis Titik Impas (BEP) menunjukkan bahwa titik impas usaha pengolahan keripik api-api terjadi pada saat produksi mencapai 40 bungkus. Jumlah tersebut masih berada dibawah kemampuan produksi sebesar 48 bungkus. Sedangkan dari segi harga jualnya, produksi mencapai titik impas apabila harga sebesar Rp 4.612,-per bungkus. Nilai jual tersebut juga masih berada dibawah harga yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 5.000,-per bungkus. Dengan demikian, dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan keripik api-api dapat

Uraian Nilai

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 65.164

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 156.250

Biaya Total (Rp) Rp 221.414

Volume/bungkus 48

Harga(Rp/bungkus) Rp 5.000

Penerimaan (Rp) Rp 240.000

Keuntungan (Rp) Rp 16.486

BEP Volume Produksi (bungkus) 40


(60)

dikembangkan karena harga yang terjangkau dibanding dengan harga keripik jenis lain yang ada dipasaran.

Tabel 24. Analisis Titik Impas Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 24 menunjukkan bahwa titik impas pengolahan donat api-api berada pada saat produksi sebanyak 166 buah. Jumlah tersebut masih jauh dibawah kemampuan produksi yang dapat dihasilkan sebanyak 480 buah. Dari

hasil perhitungan BEP harga mencapai titik impas terjadi jika harga jual Rp 720,-per buah. Harga jual tersebut masih berada dibawah kemampuan harga

jual sebesar Rp 1.000,-per buah. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan layak untuk dikembangkan, dan dari segi harga donat api-api tergolong murah dibanding harga donat dipasaran berkisar Rp 1.500,- hingga Rp 2.000,-per buah.

Tabel 25. Analisis Titik Impas Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Uraian Jumlah

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 71.205 Biaya Variabel Total (Rp) Rp 274.840

Biaya Total (Rp) Rp 346.045

Volume/buah 480

Harga(Rp/buah) 1.000

Penerimaan (Rp) Rp 480.000

Keuntungan (Rp) Rp 131.855

BEP Volume Produksi (buah) 166

BEP Harga ( Rp/buah) Rp 720

Uraian Nilai

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 85.372 Biaya Variabel Total (Rp) Rp 332.600

Biaya Total (Rp) Rp 417.972

Volume/Loyang 32

Harga(Rp/Loyang) Rp 20.000

Penerimaan (Rp) Rp 640.000

Keuntungan (Rp) Rp 222.028

BEP Volume Produksi (Loyang) 9


(61)

Berdasarka Tabel 25 dapat diketahui bahwa dalam proses pengolahan bolu api-api akan mencapai titik impas atau balik modal pada saat proses produksi

mencapai 9 loyang. Sedangkan titik impas dari segi harga adalah sebesar Rp 13.061,-per loyang, angka tersebut masih berada dibawah kemampuan produksi yang dapat dihasilkan yaitu sebanyak 32 loyang dan harga sebesar Rp 20.000,-per loyang. Berdasarkan analisis titik impas tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan bolu akan sangat menguntungkan apalagi dalam skala usaha yang lebih besar.

Tabel 26. Analisis Titik Impas Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil analisis titik impas dawet api-api bedasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa produksi mencapai titik impas pada saat volume 28 gelas dan harga sebesar Rp 723,-per gelas. Harga pada titik impas tersebut masih jauh dari harga jual yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 3.000,-per gelas dan jumlah produksi sebanyak 320 gelas selama satu kali produksi. Berdasarkan hasil analisis titik impas tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan dawet api-api mempunyai prospek yang menguntungkan, dilihat juga dari harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan dipasaran Rp 3.500,- per gelas.

Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Periode / PBP)

Uraian Nilai

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 70.789 Biaya Variabel Total (Rp) Rp 160.800

Biaya Total (Rp) Rp 231.589

Volume/gelas 320

Harga(Rp/gelas) Rp 3.000

Penerimaan (Rp) Rp 960.000

Keuntungan (Rp) Rp 728.411

BEP Volume Produksi (Gelas) 28


(62)

Analisis masa pembayaran kembali (payback period) membantu penanam modal atau investor melihat jangka waktu yang dibutuhkan masa pembayaran kembali untuk usaha pengolahan keripik api-api, donat api-api, bolu api-api dan dawet api-api. Masa pembayaran kembali dipengaruhi oleh perbandingan antara total biaya dan total keuntungan dikalikan dengan satu kali masa produksi. Perhitungan payback period olahan buah api-api terdapat pada Lampiran 5.

Tabel 27. Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period) produk olahan buah api-api menjadi bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau

Berdasarkan Tabel 27 diperoleh hasil bahwa analisis masa pembayaran keripik api-api, donat api-api, bolu api-api, dan dawet api-api akan balik modal hanya dalam satu kali produksi. Dengan demikian, keempat produk olahan buah api-api tersebut sangat berpotensi dikembangkan, dengan modal yang lebih besar untuk dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Buah Api-api Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Aspek lingkungan internal yang akan dikaji meliputi manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Jenis olahan Payback Periode (kali produksi)

Keripik api-api 1

Donat api-api 1

Bolu Api-api 1


(63)

1. Manajemen

Aspek manajemen yang dikaji meliputi perncanaan, pengorganisasian, pengelolaan tenaga kerja, pemberian motivasi dan pengendalian.

a. Perencanaan

Produksi pengolahan buah api-api dilakukan apabila ada permintaan. Selama 4 tahun setelah dibentuknya kelompok tani pengolah buah api-api yang ada di Dusun Paluh Merbau, produk olahan buah api-api dijual pada saat ada pameran-pameran. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok tani pengolah buah api-api belum memiliki perencanaan jangka panjang. Perencanaan harga dilakukan dengan membandingkan dengan jenis produk yang sama berbahan lain yang ada dipasaran.

b. Pengorganisasian

Struktur pegorganisasian kelompok tani pengolah buah api-api di Dusun Paluh Merbau sudah ada. Pembina kelompok tani tersebut adalah pihak LSM YAGASU dan tiap-tiap kelompok dipilih satu orang ketua, satu orang bendahara dan satu orang sekretaris. Tetapi kelompok tani tersebut belum ada pembagian divisi tanggung secara terperinci. Dalam membuat laporan produksi dan keuangan ditangani oleh bendahara dan ditulis dalam format yang sederhana.

c. Pengelolaan Tenaga Kerja

Ketua kelompok berperan dalam mengarahkan semua anggota kelompok. Apabila ada permintaan terhadap produk olahan buah api-api maka ketua kelompok akan mengarahkan semua anggotanya untuk bekerja. Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk api-api akan dimasukkan ke kas, guna


(1)

3. Keuangan

Modal merupakan bagian penting dari suatu usaha. Modal awal pendirian usaha pengolahan buah api-api ini adalah kerjasama antara LSM YAGASU dengan masyarakat. Masyarakat pengolah buah api-api mengadakan iuran tiap bulan, guna untuk menambah modal. Kelompok tani masih sangat kesulitan dalam melakukan pengembangan usaha karena permintaan pasar masih sedikit.

4. Produksi

Bahan baku buah api-api diperoleh dari pohon api-api yang tumbuh di pesisir pantai Desa Tanjung Rejo. Dalam proses pengolah harus melalui tahap perebusan dalam air mendidih, direndam dalam air abu, kemudian direndam dalam air selama 2 hari. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan racun yang terkandung dalam buah api-api tersebut. Selanjutnya siap untuk diolah menjadi beragam jenis penganan.

5. Sumber Daya Manusia

Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) di Dusun Paluh Merbau banyak. Keterampilan teknis pengolah buah api-api sudah baik karena adanya pembinaan yang dilakukan oleh LSM YAGASU.

Analisis Lingkungan Eksternal 1. Faktor Ekonomi

Biaya yang dibutuhkan dalam pengolahan buah api-api tergolong kecil, sehingga pengolah buah api-api masih dapat memenuhi biaya tersebut melalui bantuan dari instansi-instansi dan iuran bulanan anggota.


(2)

Dusun Paluh Merbau memiliki potensi pasar yang kuat, dimana jarak dari Dusun Paluh Merbau ke Kota Medan cukup dekat, dapat ditempuh ±2 jam dengan jarak ± 65 km. Hal tersebut menjadi penunjang kemudahan pemasaran. Dusun Paluh Merbau juga merupakan kawasan wisata pancing, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkenalkan produk olahan buah api-api menjadi salah satu oleh-oleh khas daerah tersebut.

3. Faktor Politik

Beberapa peraturan yang mempengaruhi pengolahan buah api-api adalah label halal dari MUI dan izin Dinas Kesehatan. Sampai saat ini produk olahan buah api-api belum memiliki kedua syarat tersebut. Kedua syarat tersebut menjadi penghalang pemasaran produk ke pasar yang lebih luas.

4. Faktor Teknologi

Kemajuan teknologi dapat membantu peningkatan produktivitas suatu usaha. Penerapan teknologi pengolahan buah api-api menjadi keripik, donat, bolu dan dawet api-api masih tergolong sederhana. Alat-alat yang digunakan hanya mampu memproduksi dalam skala yang kecil, misal : mixer, oven, dan blender.

Analisis SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat diformulasikan alternatif strategi yangdapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pengolahan buah api-api dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :


(3)

a. Strategi Strength-Opportunity (S-O)

• Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk olahan buah api-api

• Memperluas hubungan baik dengan instansi, sehingga instansi pemerintah dapat membantu dalam mempromosikan produk olahan buah api-api ke masyarakat desa

• Meningkatkan kegiatan promosi. b. Strategi Strength-Threath (S-T)

• Mempertahankan harga produk olahan buah api-api yang berada dibwah harga produk lain.

• Mengurus surat izin Dinas Kesehatan dan sertifikat halal MUI, supaya produk olahan buah api-api dapat disalurkan pada pasar yang luas.

c. Strategi Weakness-Opportunity (W-O) • Memperbaiki manajemen usaha

• Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan usaha

• Lebih memperhatikan proses pengolahan buah api-api agar aman dikonsumsi. d. Strategi Weakness-Threath (W-T)


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Produk olahan buah api-api yang ada di Dusun Paluh Merbau berupa keripik api-api, donat api-api, bolu api-api dan dawet api-api.

2. Semua jenis olahan buah api-api layak dari segi analisis finansial layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang menguntungkan, dapat dilihat dari R/C ratio lebih dari satu.

3. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, ancaman yang berpengaruh besar pada perkembangan produk olahan buah api-api adalah belum adanya surat izin Dinas Kesehatan dan sertifikat halal MUI produk olahan buah api-api.

Saran

1. Diharapkan masyarakat lebih proaktif dalam meningkatkan usaha dan mempromosikan produk api-api, sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat.

2. Dibutuhkan peran pemerintah untuk membantu masyarakat dalam mempromosikan produk olahan buah api-api sehingga dikenal masyarakat luas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1993. Ekonomi Manejerial. Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis. Edisi ketiga. BPFE. Yogyakarta..

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. 2005. Kecamatan Percut Sei Tuan dalam Angka 2004.

Data Monografi Desa Tanjung Rejo. 2012

David, F.R. 2006. Manajemen Strategi, Terjemahan : PT Indeks Kelompok Gramedia. PT Gramedia.Jakarta

Firdaus, M. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gray, C., P. Simanjuntak., L.K. Sabur., P.F.L. Maspaitella., RC.G. Varley. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Harahap, N. 2010. Penilaian Ekonomi` Ekowisata Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kaltim pos. 2010. Melihat Lebih Dekat Mangrove di Teluk Balikpapan.

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia (Bali & Lombok). Denpasar ISME. ]

Kusmana, C., Onrizal., Sudarmadji. 2003. Jenis-jenis pohon Mangrove di Teluk Bentuni Papua. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan PT Bintuni Utama Murni Wood Industries. Bogor.

Lamb, C., W.Joseph, dan Carl, D. 2001. Pemasaran. Terjemahan David Octarevia. Salemba Empat. Jakarta.

Mahato, S.B., S.K. Sarkar dan G. Poddar. 1988. Triterpenoid Saponim. Phytochemistry. 27:3037-[15 April 2012] Miller, L.R. dan R.E. Meiners, 2000. Teori Mikro Ekonomi Intermediate. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Noor, R.Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryaputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.PHKA/WI-IP. Bogor.


(6)

Plantamor. 2012. Api-api ludat (Avicennia officinalis L.). [11 Februari 2013]

Porter, M. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing. Erlangga. Jakarta.

Robinson, R. K. 1999. Encylopedia of Food Microbiology (eds). Academy Press. Santoso, N., C.M. Bayu., F.S. Ahmad dan F. Ida. 2005. Resep Makanan Berbahan

Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. Jakarta.

Snedaker. 1978. Mangrove; Their Values and Perpetuation. National Resources. 14:6-13.

Setyawan, A.D dan K. Winarno. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya restorasinya. Biodiversitas. 7 : 282-291.

Soetriono. 2006. Daya Saing Dalam Tinjauan Analisis. Bayu Media. Malang. Susilo F., A. Damar dan I. Setyobudiandi. 2010. Pengelolaan Ekosistem

Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Pertanian dan Biologi. Universitas Medan Area. 2 :2085-1995 Wibowo, C., K. Cecep., A. Suryani., Y. Hartati dan P. Oktadiyani. 2009.

Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-api (Avicennia spp.) sebagai Bahan Pangan dan Obat. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB. Bogor.

Wijayanti, I.K.E., D. Ethika dan I. Widyarini. 2012. Prospek Pengembangan Agroindustri Minuman Lidah Buaya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Halama