Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan

ANALISIS TRADE FACILITATION DAN TARIF PADA
ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN

RAMDHANI BUDIMAN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Trade
Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta
Dampaknya terhadap Arus Perdagangan adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ramdhani Budiman
NIM H14100143

ABSTRAK
RAMDHANI BUDIMAN : Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan
Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan. Dibimbing
oleh RINA OKTAVIANI.
Tarif merupakan salah satu hambatan dalam perdagangan internasional. Di ASEAN,
penurunan tarif telah dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam perdagangan. Untuk
menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, ASEAN mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hal ini. Beberapa diantaranya, penurunan
tarif perdagangan dengan menggunakan pengukuran trade facilitation dan kerjasama
dengan negara-negara di luar ASEAN. Di antaranya kerjasama dengan China, Korea
Selatan, dan Jepang. Sebuah konsep pengukuran trade facilitation yang digunakan sebagai
bentuk lain untuk mengatasi masalah tarif perdagangan, terutama untuk produk-produk
yang termasuk dalam Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan trade facilitation dan tarif

pada komoditi kayu dan elektronik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2007 hingga tahun 2012.
Model ini diestimasi dengan menggunakan model gravitasi yang kemudian diolah dalam
bentuk panel. Hasil penelitian menunjukkan efek yang berbeda pada dua komoditas. Dalam
elektronik, trade facilitation memberikan efek yang lebih baik dan tidak ada efek untuk
hambatan tarif . Hal ini berbeda dengan kayu, meskipun mereka telah menggunakan trade
facilitation tapi masih ada efek signifikan dari hambatan tarif. Agar potensi perdagangan
di kawasan ASEAN+3 dapat dimaksimalkan dengan baik, fasilitas-fasilitas perdagangan
yang tersedia agar dimaksimalkan dengan baik dan koordinasi yang baik antar sesama
pelaku perdagangan.
Kata kunci: Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs),
tarif, trade facilitation.
ABSTRACT
RAMDHANI BUDIMAN : Analysis on Trade Facilitation and Tarif on Electronic and
Wood in ASEAN+3 and Its Impact on Trade Flows. Supervised by RINA OKTAVIANI.
Tariff is one of the barriers in international trade. In ASEAN, tariff reduction have
been made to provide comfort in the trade. ASEAN’s countries take the necessary steps to
face ASEAN Economic Community (AEC) by 2015. Some of them, trade tariff reduction
by using measurements of trade facilitation and cooperation with countries outside
ASEAN. Among other cooperation with China, South Korea and Japan. A concept of trade

facilitation measures are used as another form of trade tariffs to solve the problem,
especially for products that are included in the Priority Integration Sectors (PISs). This
study aims to determine the effectiveness of the application of tariffs on trade facilitation
and electronic commodities and factors that influence it. The data used in this study are
annual data from 2007 through 2012. These models are estimated using a gravity model
which is then processed in the form of panels. The results showed different effects on the
two commodities. In electronics, trade facilitation provide a better effect and no effect of
tariff barriers. This is in contrast with the wood, even though they have used the trade
facilitation but there is still a significant effect of tariff barriers. In order for the potential
of trade in the ASEAN +3 region can be maximized by good, facilities are available in
order to maximize trade well and good coordination among fellow traders.
Keywords : Priority Integration Sectors (PISs), tariff, trade facilitation.

ANALISIS TRADE FACILITATION DAN TARIF PADA
ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di
Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan
Nama
NIM

: Ramdhani Budiman
: H14100143

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian ini adalah “Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik
dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya Terhadap Arus Perdagangan”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Osep Kadarsyah dan Ibu Sri
Mulyaningsih dan kepada kakak serta adik, yaitu Siska Okky Viani, Sanny
Mardhiana, dan Rama Putra Junior atas doa dan dukungan yang diberikan selama

ini. Selain itu, penulis megucapkan terima kasih kepada:
1. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. Agr sebagai
dosen penguji utama yang memberikan saran serta kritik demi perbaikan
penulisan skripsi ini dan Dr Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr sebagai dosen
penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi masukan demi
perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.
2. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
3. Teman-teman satu bimbingan saya, Nicco Andrian, Azmal Gusri
Berliansyah, Dwiki Peni Abimanyu, Silvia Sari Busnita, Faqih Aulia Akbar
Arrasyid, dan Febrina Mirazdianti yang telah saling membantu, memberi
saran, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat penulis Taufik Rizki, Wibisono Adhi, Syahbudien Hasan,
Muhammad Yunus Djamaluddin, Kusuma Hani Putri, Bramastyo Agung,
Hayuningtyas Triwahyuni, dan Keluarga Pasopati 17.
5. Keluarga Ilmu Ekonomi 47 yang telah memberikan doa dan dukungannya
selama menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan semuanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Ramdhani Budiman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7


Ruang Lingkup Penelitian

8

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
METODE

8
17

Data dan Jenis Data

17

Metode Analisis

18

Perumusan Model


19

Pengujian Model

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

21

Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3

21

Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3

26

Hasil Estimasi dan Evaluasi Model
Model Untuk Ekspor Elektronik


28
30

Model Untuk Ekspor Kayu

31

SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di
dunia
2 Nilai ekspor-impor negara-negara ASEAN+3 2007 dan 2012(USD
miliar)
3 Daftar pengahapusan tarif di kawasan ASEAN
4 Efektivitas penerapan empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN hingga
2012
5 Sumber data penelitian
6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta)
7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta)
8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012
(USD juta)
9 Nilai ekspor kayu di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD
juta)
10 Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara
ASEAN+3 (USD juta)
11 Jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN+3 (juta jiwa)
12 Kualitas pelabuhan negara-negara di kawasan ASEAN+3 (Indeks;0-7)
13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah)
14 Waktu ekspor di negara-negara ASEAN+3 (hari)
15 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor
elektronik di kawasan ASEAN+3
16 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kayu di
kawasan ASEAN+3

2
3
6
7
17
22
22
23
24
25
25
26
27
28
30
32

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (Persen)
Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (Persen)
Kurva perdagangan internasional
Kerangka pemikiran
Rata-Rata Total Tarif di Kawasan ASEAN+3 (Persen)
Biaya Transportasi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3

4
5
9
16
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Generalized Least Squared (GLS) Ekspor Elektronik
Uji Chow Ekspor Elektronik

Uji Hausmann ekspor elektronik
Uji Heteroskedastisitas ekspor elektronik
Uji Normalitas Ekspor Elektronik
Uji Multikolinieritas ekspor elektronik
Generalized Least Square (GLS) Ekspor Kayu

39
39
40

40
40
41
42

8
9
10
11
12

Uji Chow ekspor kayu
Uji Hausmann ekspor kayu
Uji Normalitas ekspor kayu
Uji Heteroskedastisitas ekspor kayu
Uji Multikolinieritas ekspor kayu

42
43
43
43
44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan perdagangan internasional timbul dari masing-masing negara yang
ingin melindungi perdagangan mereka di tengah persaingan pasar internasional
dengan negara lain. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan penerapan tarif
perdagangan, baik itu tarif ekspor ataupun tarif impor. Di tahun 1987 total rata-rata
tarif di dunia secara tahunan sebesar 25 persen namun seiring pertumbuhan
ekonomi dunia yang terus berkembang pada tahun 2007, tingkat tarif menurun
menjadi hanya 9 persen. Penurunan tarif perdagangan ini akan berimbas terhadap
komponen biaya perdagangan lainnya, seperti biaya transportasi yang meningkat,
biaya informasi yang meningkat, dan lainnya (Màrquez-Ramos et al. 2012).
Menurut Kindleberger dan Lindert (1993) beberapa pakar ekonomi berpandangan
bahwa perdagangan yang bebas akan lebih disukai dibanding dengan adanya
restrikal parsial. Hingga banyak negara melalui organisasi perdagangan
internasional mulai mengurangi tarif perdagangan bahkan penghapusan tarif.
Suatu konsep trade facilitation dijadikan salah satu solusi dalam
perdagangan internasional untuk tetap melindungi arus perdagangan negara. Trade
facilitation merupakan suatu pengukuran untuk kemudahan perdagangan. Hal ini
menjadi isu hangat dalam perdagangan internasional, merupakan salah satu
komponen dalam Doha Development Agenda yang diselenggarakan oleh World
Trade Organization (WTO) pada tanggal 15 Mei 1998. Banyak negara yang
menerapkan trade facilitation sebagai salah satu cara dalam menghadapi
perdagangan bebas karena penurunan biaya transaksi. Namun tidak semua negara
pula menerapkan trade facilitation karena keterbatasan sumber daya manusia dan
finansial yang dimiliki. Penerapan trade facilitation akan mempermudah aliran
perdagangan antar negara sehingga diharapkan menjadi solusi bagi negara-negara
yang melakukan perdagangan.
Pengaruh liberalisasi perdagangan dengan menghilangkan segala bentuk
hambatan perdagangan di negara kawasan ASEAN terbentuk dalam perjanjian
Preferential Tarif Arrangement (PTA) tahun 1977. Kemudian pada tahun1992
terbentuk kesepakatan Common Effective Prefferential Tarif-ASEAN Free Trade
Area (CEPT-AFTA) yang merupakan cikal bakal penghapusan tarif di kawasan
ASEAN-6 dengan target implementasi pada tahun 2008 (Kementerian Perdagangan
RI 2010a). Negara-negara ASEAN melakukan kesepakatan Free Trade Area (FTA)
dengan negara Austarlia, Selandia Baru, China, India, Jepang, dan Korea Selatan
untuk menciptakan integrasi perdagangan yang lebih luas. Kesepakatan tersebut
dilakukan secara individu dengan mitra dagang mereka yang berada di luar kawasan
ASEAN (US International Trade Commission 2010).
Perdagangan negara-negara ASEAN baik secara internal ataupun dengan
negara lainnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Total share
perdagangan ASEAN baik secara intra ataupun dengan negara lain pada tahun 2005
bernilai total USD 1.2 triliun. Perdagangan tertinggi dilakukan dengan negara Uni
Eropa sebesar 25 persen dari total share perdagangan dengan negara lainnya. Pada
tahun 2012 total nilai perdagangan meningkat menjadi USD 2.4 triliun. Dengan

2
share terbesar selain dari intra ASEAN, yaitu China dengan total share
perdagangan sebesar 12.8 persen (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di dunia
Negara
ASEAN
Jepang
EU
China
US
Korea Selatan
AUS-NZ

2005 (%)`

2012 (%)
25
13
25
9
13
4
3

24.3
10.6
9.8
12.8
8.1
5.3
2.8

India
Negara lainnya
Total Perdagangan

2
21
USD1.2 Trillion

3
23.3
USD2.4 Trillion

Sumber : USITC, 2010 dan ASEANSEC, 2013
Kerjasama Free Trade Area ASEAN+3 merupakan kerjasama perdagangan
bebas dengan negara-negara yang memiliki perekonomian yang maju di kawasan
Asia Timur. Perjanjian yang dilakukan oleh ASEAN dengan ketiga negara di
kawasan Asia Timur tersebut dilakukakan secara bertahap, pertama perjanjian
antara ASEAN dengan China dalam ASEAN-China Comprehensive Economic
Cooperation pada tahun 2003, kedua perjanjian antara ASEAN dengan Jepang
dalam ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership pada tahun 2003, dan
ketiga perjanjian antara ASEAN dengan Korea Selatan dalam Joint Declaration on
Comprehensive Cooperation Partnership beween ASEAN and Korea pada tahun
2004. Inti dari kerjasama ASEAN+3 adalah untuk meningkatkan dan memperkuat
kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ekonomi ASEAN+3 (Kementerian Perdagangan RI 2010a).
Perkembangan perdagangan negara-negara ASEAN+3 menunjukkan
potensi yang dimiliki masing-masing negara di perdagangan internasional. Pada
tahun 2007, nilai total ekspor negara-negara di kawasan ASEAN+3 sebesar USD 3
147.81, kemudian pada tahun 2012 nilai total ekspor sebesar USD 4 617.1.
Pertumbuhan ekspor dari tahun 2007 hingga tahun 2012 secara year on year sebesar
46.68 persen. Sedangkan nilai impor pada tahun 2007 sebesar 3203.4 dan pada
tahun 2012 nilai impor sebesar USD 5 006. Pertumbuhan nilai impor secara year
on year antara tahun 2007 dan 2012 sebesar 56.27 persen (lihat Tabel 2).

3
Tabel 2 Nilai ekspor-impor negara-negara ASEAN+3 2007 dan 2012 (USD miliar)
Negara
CHN
IDN
JPG
KOR
MYS
PHL
SGP
THA
VNM
ASEAN+3

Ekspor
2007
2012
1 220.0
2 048.8
114.1
190.0
714.3
798.6
371.5
547.9
175.9
227.4
50.5
52.0
299.3
408.4
153.6
229.5
48.6
114.5
3 147.8
4 617.1

Selisih
828.8
75.9
84.3
176.4
51.5
1.5
109.1
75.9
65.9
1 469.3

YoY
(%)
67.9
66.5
11.8
47.4
29.3
2.9
36.3
49.4
135.6
46.7

Impor
2007
2012
956.1
1 818.2
74.5
191.7
622.2
885.8
356.8
519.6
146.1
196.2
578.0
653.4
263.1
379.7
143.8
247.6
62.8
113.8
3 203.4
5 006

Selisih
862.1
117.2
263.6
162.8
50.1
75.4
116.6
103.8
51.0
1 802.6

YoY
(%)
90.2
157.3
42.3
45.6
34.3
13.0
44.3
72.2
81.2
56.3

Sumber: WITS, 2014a (diolah)
Kerjasama ASEAN+3 ini merupakan kawasan Free Trade Area terbesar di
dunia karena melibatkan sekitar 2.3 miliar konsumen. Adanya perdagangan bebas
ASEAN+3 akan menciptakan persaingan ekonomi yang semakin ketat selain
dengan negara-negara ASEAN sendiri namun juga dengan China, Jepang, dan
Korea Selatan. Hal ini justru akan mendorong masing-masing negara untuk
meningkatkan kreatifitas perdagangan dan inovasi perdagangan sehingga akan
mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+3.
Dalam rangka menuju kawasan perdagangan bebas di ASEAN, dibuat suatu
kesepakatan mengenai sektor atau komoditi yang mengalami penghapusan tarif.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Mutual Recognition Agreements (MRAs)
yang merupakan suatu perjanjian dibuat sesama negara ASEAN terhadap suatu
sektor atau komoditi yang kemudian diterima oleh seluruh negara anggota. Mutual
Recognition Agreements akan memberi dampak terhadap pengurangan dan
penghapusan tarif dalam transaksi perdagangan dan tidak hanya memberi dampak
positif terhadap para pelaku perdagangan. Sektor-sektor yang dianggap strategis
untuk diperdagangkan akan diliberalisasikan yang tergabung dalam Sektor Prioritas
Integritas (Priority Integration Sectors/ PISs). Sektor-sektor tersebut diantaranya
Agro-based product, air travel, automotives, e-ASEAN, electronics, fisheries,
healthcare, rubber-based product, textile and apparels, tourism, wood-based
products. Sektor-sektor tersebut disepakati oleh perwakilan dari masing-masing
negara ASEAN pada tanggal 12-13 Juli 2003. Selanjutnya, pada tanggal 8
Desember 2006, logistics ditambahkan sebagai salah satu sektor prioritas untuk
diliberalisasikan.
Trade Facilitation merupakan salah satu kebijakan yang telah diterapkan
dalam perdagangan bebas di kawasan ASEAN. Kebijakan trade facilitation lebih
menitikberatkan pada kemudahan dalam prosedur perdagangan seperti kerjasama
dalam melakukan penyeragaman system pada kode barang (harmonized system),
national single windows, modernisasi infrastruktur, dan administrasi kepabean dan
manifest kargo pada pelabuhan yang terdapat dalam perjanjian Mutual Recognition
Agreement (MRA) (Zahidi 2012). Adanya fasilitasi perdagangan diharapkan
tercipta suatu lingkungan yang konsisten, transparan, dan dapat diprediksi bagi
transaksi perdagangan internasional sehingga dapat meningkatkan nilai
perdagangan dan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Kementerian Perdagangan RI
2010).

4

Elektronik dan kayu merupakan salah satu sektor prioritas untuk
diliberalisasikan di perdagangan ASEAN. Dalam rangka menuju hal tersebut,
dilakukanlah penghapusan tarif pada kedua komoditi tersebut. Pada Gambar 1
terlihat perkembangan nilai tarif impor sektor elektronik di kawasan ASEAN+3 dari
tahun 2007 hingga 2012. Nilai tarif elektronik tertinggi terdapat di negara Jepang,
pada tahun 2012 nilai tarif rata-rata yang diambil dari delapan negara lainnya
sebagai tujuan ekspor Jepang sebesar 6.93 persen. Nilai tarif ini meningkat
dibanding pada tahun 2007 yang sebesar 5.82 persen. Sedangkan nilai tarif
elektronik terendah yaitu Filipina. Nilai tarif rata-rata yang diambil dari beberapa
negara mitra dagang Filipina di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar 2.62
persen.
8
7
Indonesia
tarif ad valorem (%)

6

Malaysia

5

Filipina

4

Singapura

Thailand

3

Vietnam
2

China

1

Jepang
Korea Selatan

0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

tahun

Sumber : WITS, 2014b (diolah)
Gambar 1 Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (persen)
Pada Gambar 2 terlihat perkembangan tarif rata-rata sektor kayu di kawasan
ASEAN+3 di sektor kayu. Nilai tarif tertinggi terdapat pada negara Jepang. Nilai
tarif rata-rata kayu yang diambil dari mitra dagang Jepang di kawasan ASEAN+3
pada tahun 2012 sebesar 10.73 persen. Sedangkan nilai tarif terendah terdapat di
negara Indonesia sebesar 7.33 persen. Dari nilai tarif tersebut menunjukkan masih
adanya negara-negara yang masih menerapkan tarif sebagai kebijakan perdagangan
mereka meskipun penurunan tarif telah mulai diberlakukan.

5

tarif ad valorem (%)

12
11

Indonesia

10

Malaysia
Filipina

9

Singapura
8

Thailand

7

Vietnam
China

6

Jepang
5
2007

2008

2009

2010

2011

2012

Korea Selatan

tahun

Sumber : WITS, 2014b (diolah)
Gambar 2 Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (persen)

Permasalahan yang dihadapi adalah penghapusan tarif pada sektor-sektor
strategis yang sudah mulai diberlakukan namun tingkat penerapannya yang masih
sangat rendah. Dengan melibatkan penduduk yang sangat besar dan tingkat
konsumsi masyarakatnya yang tinggi menjadikan ASEAN+3 menjadi pasar yang
berpotensial bagi negara-negara sesama anggota ataupun dengan non-anggota.
Namun penggunaan fasilitas perdagangan yang digunakan para pelaku usaha masih
sangat rendah. Kegiatan transaksi ekspor yang memanfaatkan fasilitas tersebut baru
sekitar 34 persen dan 15 persen untuk kegiatan impor.
Perumusan Masalah
Dalam perdagangan internasional, terdapat dua mekanisme kebijakan yang
digunakan yaitu kebijakan perdagangan tarif dan non-tarif. Dalam prakteknya,
banyak negara yang menggunakan kebijakan tarif sebagai kebijakan perdagangan
utama mereka. Banyak hambatan yang dapat digunakan dalam perdagangan seperti
kuota impor, pembatasan sukarela, dan tindakan anti-dumping. Seiring
perkembangan perdagangan dunia, negara-negara yang terlibat dalam kegiatan
perdagangan internasional mulai meninggalkan kebijakan tarif dan beralih
menggunakan non-tarif (Salvatore 1997).
Di kawasan ASEAN, kesepakatan ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
terbentuk pada tahun 1992 yang kemudian menjadi awal untuk terbentuknya
ASEAN Economic Community (AEC) mulai dilakukan penghapusan tarif
perdagangan. Penghapusan tarif perdagangan dilakukan secara bertahap yang
dimulai pada tahun 2003 di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura,
Filipina, dan Brunei Darussalam yang sebesar 60 persen dari pos tarif. Kemudian
disusul oleh Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja masing-masing pada tahun
2006, 2008, dan 2010. Penghapusan tarif tersebut diharapkan mulai secara penuh
diterapkan pada tahun 2015 (lihat Tabel 3).

6

Tabel 3 Daftar penghapusan tarif di kawasan ASEAN
Negara
Tahun Penghapusan Tarif
ASEAN
60% pos tarif 80% pos tarif 100% pos tarif
ASEAN-6
2003
2007
2010
Vietnam
2006
2010
2015
Laos dan Myanmar
2008
2012
2015
Cambodia
2010
2015*
*) Fleksibel hingga tahun 2018
Sumber : Kemendag RI, 2010
Penghapusan tarif tidak diterapkan sepenuhnya pada semua jenis produk di
kawasan ASEAN terutama pada produk kategori Sensitive List (SL) dan Higly
Sensitive List (HSL). Produk-produk tersebut harus masuk dalam skema Inclusion
List (IL) berdasarkan jadwal yang telah disepakati. Tarif produk tersebut diturunkan
menjadi 0-5 persen yang telah efektif setelah tanggal 1 Januari 2010.
Dalam perkembangannya, telah terdapat beberapa kesepakatan MRA yang
telah dibuat hingga tahun 2009 dari tahun 2002. Kesepakatan Mutual Recognition
Arrangement on Electronic and Electronic Equipment dan Agreement on The
Harmonized Cosmetics Regulatory Scheme-AHCRS masing-masing pada tahun
2002 dan 2003 telah ditandatangani. ASEAN MRA on Engineering Services tahun
2005, ASEAN MRA on Nursering Services pada tahun 2006, ASEAN MRA on
Architectural Services pada tahun 2007, ASEAN Framework Arrangement for
Mutual Recognition of Surveying Qualifications pada tahun 2007, ASEAN MRA
on Medical Practitioners pada tahun 2009, ASEAN MRA on Dental Practitioners
pada tahun 2009, ASEAN MRA Framework on Accountancy Services pada tahun
2009, ASEAN MRA Framework on Accountacy Services pada tahun 2009, dan
ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of
Manufacturers of Medicinal Products pada tahun 2009 (Kementerian Perdagangan
RI 2010).
Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat keefektivitas persiapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 hingga akhir Desember 2011. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dibangun berdasarkan keempat pilar ini. Persiapan dari pilar
pertama menunjukkan masih rendahnya keefektifan dari pasar tunggal dan produksi
dasar. Hal ini disebabkan arus perdagangan barang yang masih berjalan belum
efektif di kawasan perdagangan sesama negara ASEAN. Sedangkan perkembangan
yang telah berjakan efektif ditunjukkan oleh pilar keempat. Hal ini ditunjukkan
dengan dibentuknya kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitranya, seperti
China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.

7
Tabel 4 Efektivitas penerapan empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN hingga
2012
Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Pilar Pertama
Pilar Kedua
Pilar Ketiga
Pilar Keempat

Single Market and
Production Based
Competitiveness
Economic Region
Equitable Economic
Development
Integration Into The
Global Economy

Efektivitas
(%)
65.9
67.9
66.7
85.7

Sumber : ASEANSEC, 2012
Pemberlakuan penurunan tarif yang sudah mulai diterapkan namun hambatan
tarif masih tetap diberlakukan di masing-masing negara ASEAN+3. Hal ini
tentunya akan berpengaruh terhadap arus transaksi perdagangan di kawasan
ASEAN+3 menjadi kurang optimal. Adanya konsep trade facilitation diharapkan
menjadi suatu solusi di masing-masing negara untuk meningkatkan perdagangan
mereka. Selain itu, konsep tersebut akan memberikan kemudahan dalam
bertransaksi antar negara ASEAN+3. Sehinggga dari adanya trade facilitation akan
meningkatkan nilai arus perdagangan secara optimal di kawasan ASEAN+3.
Lebih lanjut lagi penerapan trade facilitation akan memberikan pengaruh
terhadap arus perdagangan di kawasan ASEAN+3 baik untuk perdagangan dalam
ataupun luar kawasan. Perubahan-perubahan harus dilakukan oleh negara-negara
ASEAN+3 guna mendukung kebijakan tersebut. Hal ini tentunya akan memberikan
pengaruh positif terhadap kemudahan transaksi perdagangan, namun dapat juga
menjadi suatu tantangan bagi negara anggota kawasan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus perdagangan di sektor
elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3?
2. Bagaimana pengaruh trade facilitation dan tarif pada komoditi elektronik
dan kayu di kawasan ASEAN+3?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat, maka
tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari tarif dan trade facilitation
pada arus perdagangan sektor elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3.
2. Menganalisis pengaruh trade facilitation dan tarif di sektor elektronik dan
kayu perdagangan di kawasan ASEAN+3.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai
kebijakan perdagangan internasional

8
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai trade facilitation dan trade
policy bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari trade facilitation dan tarif di
kawasan ASEAN+3. Tarif yang diterapkan merupakan tarif impor yang diambil
secara rata-rata per tahun dari masing-masing delapan negara tujuan ekspor.
Variabel trade facilitation yang digunakan adalah kelengkapan berkas dokumen
ekspor, waktu untuk mengekspor, efisiensi pelabuhan, dan biaya transportasi.
Sektor yang akan diteliti yaitu kayu dan elektronik. Negara-Negara yang akan
diteliti yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Jepang,
China, dan Korea Selatan. Perdagangan yang dilakukan yaitu kegiatan ekspor kayu
dan elektronik sesama negara anggota ASEAN+3.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Perdagangan Internasional
Ekonomi internasional menjelaskan hubungan saling ketergantungan antar
negara. Ilmu ini menjelaskan dasar-dasar serta keuntungan perdagangan, alasan
serta pengaruh dilakukannya pembatasan perdagangan, kebijakan yang diarahkan
untuk mengatur arus pembayaran dan penerimaan internasional, serta pengaruh
kebijakan-kebijakan tersebut terhadap kesejahteraan suatu negara (Salvatore, 1997).
Studi-studi yang membahas mengenai ekonomi internasional telah menjadi sangat
penting karena adanya pengaruh dari globalisasi ekonomi dunia yang dicirikan:
1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus
uang serta transfer teknologi secara internasional;
2. Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan, dan
industry antar negara atau perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya
pembentukan perusahaan multinasional dan kecenderungan integrasi
ekonomi regional;
3. Persaingan yang semakin ketat antar negara ataupun perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas yang optimal.
Sehingga secara spesifik ekonomi internasional mengkaji permasalahanpermasalahan sebagai berikut:
1. Teori perdagangan internasional,
2. Kebijakan perdagangan internasional,
3. Pasar valuta asing, dan
4. Neraca pembayaran.
Perdagangan internasional timbul dikarenakan adanya transaksi antar
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk di sini diartikan sebagai transaksi antara individu dengan
individu negara lain, individu dengan pemerintah negara lain, dan pemerintah
dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional tercermin dari nilai
transaksi ekspor dan impor suatu negara yang merupakan variabel dari Produk
Domestik Bruto (PDB) ( Oktaviani dan Novianti 2009).

9
Krugman dan Obstfeld (2003) menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya
perdagangan internasional:
1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain,
2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai
skala ekonomi (economic of scale).

S

*

X

Sumber : Salvatore (1997)
Gambar 3 Kurva Perdagangan Internasional
Pada Gambar 3 memperlihatkan sebelum terjadi perdagangan pada masingmasing negara 1 dan 2 dengan tingkat harga P1 dan P2 di kedua negara. Penawaran
internasional akan terjadi untuk negara 1 jika harga komoditi berada di atas harga
P1 sedangkan permintaan internasional akan terjadi jika harga komoditi berada di
bawah harga P2. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan P1 maka akan
terjadi excess demand pada negara 2. Jika harga internasional sama dengan harga
P2 maka akan terjadi excess supply di negara 2. Dari A dan A’ akan terbentuk kurva
S dan D akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*.
Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara 1 akan mengekspor komoditi
sebesar X sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi sebesar M, dimana di
pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*.
Integrasi Ekonomi
Dalam kegiatan ekonomi internasional, negara-negara cenderung menjalin
kerjasama di bidang ekonomi dengan membentuk suatu kelompok yang terdiri dari
beberapa negara di dalamnya. Pembentukan kelompok tersebut dimaksudkan untuk
hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diturunkan bahkan
dihilangkan sama sekali. Namun bagi negara-negara di luar anggota, masingmasing negara dapat menentukkan kebijakan sendiri.
Tingkatan integrasi ekonomi sendiri bervariasi mulai dari pengaturan
perdagangan preferensial, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
pembentukkan kawasan/area perdagangan bebas, kemudian menjadi persekutuan

S
B

10
pabean, pasaran bersama dan akhirnya menjurus pada penyatuan ekonomi secara
menyeluruh (Salvatore 1997).
1. Preferential Trade Arrangements (PTA) dibentuk oleh negara-negara yang
sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di
antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukannya terhadap
negara-negara di luar anggota.
2. Free Trade Area (FTA) merupakan bentuk integrasi ekonomi yang
hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif di antara anggota telah
dihilangkan sepenuhnya, namun negara anggota tersebut masih masih
berhak untuk menentukkan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan
atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya
terhadap negara-negara luar yang bukan anggota.
3. Custom Union (CU) mewajibkan semua negara anggota untuk tidak
menghilangkan semua bentuk perdagangan di antara mereka namun juga
menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara-negara di
luar bukan anggota.
4. Common Market merupakan bentuk integrasi yang tidak hanya perdagangan
yang dibebaskan namun juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja
dan modal.
5. Economic Union merupakan penyelarasan yang lebi jauh lagi dengan
menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masingmasing negara anggota.
Konsep Gravity Model
Gravity model merupakan model yang menganalisis perdagangan
berdasarkan perhitungan jarak antar negara dan interaksi antarnegara. Model ini
pertama kali digunakan oleh Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963)untuk
menganalisis aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak
geografi antar negara. Penamaan gravity model ini karena menggunakan rumus
yang sama dengan model gravitasi Newton yang memperhitungkan jarak dan
ukuran fisik kedua benda.
Gravity model secara umum disajikan dalam bentuk persamaan untuk
mengetahui aliran ekspor komoditi dari negara i ke negara j sebagai berikut :






� � ……………….…………...……….…(1)


=�
Kemudian persamaan di atas diubah ke dalam bentuk persamaan logaritma
liniear
= � ��+� � �
+� � �
+� � � �
+� � ��
+
� � � � + � � � � …………………………………………………..........(2)
Keterangan :
= volume komoditi aliran perdagangan bilateral dari negara
i ke negara j
= PDB negara i (USD)
= PDB negara j (USD)

= populasi negara i (jiwa)

= populasi negara j (jiwa)

11


= jarak antara negara i dengan negara j (km)

Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Mankiw (2002), Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan
pendapatan total dan pengeluaran total nasional atau output barang dan jasa. PDB
terdiri dari PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal mengukur nilai uang yang
berlaku dari output ekonomi sedangkan PDB riil mengukur output yang dinilai pada
harga konstan. PDB terdiri dari variabel konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, dan net ekspor yang ditulis dalam persamaan:
Y=C+I+G+NX………………………………………………………....….(3)
Dalam gravity model, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu
variabel utama. Dalam model tersebut, nilai PDB menunjukkan besaran
kemampuan perekonomian suatu negara. PDB yang semakin besar maka semakin
besar pula negara tersebut dalam melakukan perdagangan.
Jarak Antar Negara
Jarak merupakan indikator dalam penentuan biaya transportasi untuk
transaksi perdagangan. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan meningkat
pula biaya transportasinya. Jarak memberi pengaruh tidak langsung yang sangat
besar terhadap perdagangan internasional. Keuntungan yang diperoleh pun akan
semakin kecil jika jarak antar kedua negara semakin jauh. Hal ini akan berpengaruh
terhadap transaksi perdagangan antar negara yang akan semakin menurun sehingga
nilai ekspor pun akan rendah.
Tarif
Tarif merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi
yang diperdagangkan lintas batas territorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan
perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber
penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, dua macam
tarif yaitu tarif impor, yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang
diimpor dari negara lain dan tarif ekspor, yaitu pajak yang dikenakan terhadap suatu
komoditi yang diekspor. Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, tarif dibedakan
atas tarif ad valorem, yaitu adalah tarif yang dikenakan berdasarkan angka
persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik merupakan
beban yang dikenakan terhadap suatu komoditi dengan nilai tetap unit barang yang
diimpor. Dan tarif campuran merupakan gabungan dari tarif ad valorem dan tarif
spesifik (Salvatore 1997).
Populasi
Pertambahan populasi dapat mempengaruhi nilai ekspor dari dua sisi, yaitu
dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi penawaran, peningkatan jumlah
populasi akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja akan
meningkatkan produksi komoditi. Dari sisi permintaan, peningkatan populasi

12
domestik akan meningkatkan jumlah permintaan, hal ini dikarenakan kebutuhan
hidup individu mengalami peningkatan. Sehingga jumlah produksi komoditi untuk
ekspor akan menurun dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Trade Facilitation
Berdasarkan pengertian yang digunakan oleh WTO, trade facilitation
merupakan penyederhaaan, standardisasi, dan harmonisasi dari prosedur
perdagangan internasional dengan hanya memperhatikan apa saja yang terjadi di
sekitar perbatasan (Engman 2005).
Sedangkan pengertian trade facilitation menurut Wilson et al. (2003b,
2005) merupakan perpindahan barang melalui pelabuhan-pelabuhan atau dengan
lebih efisien dengan melalui transaksi dokumen yang terkait lintas batas negara.
namun dalam artian yang lebih luas lagi, memiliki arti perdagangan yang
memasukkan lingkungan perdagangan, lokasi dimana transaksi berlangsung yang
di dalamnya terdapat transparansi dan profesionalisme dari aturan mengenai
lingkungan. Adapun indikator-indikator dari trade facilitation berdasarkan OECD
(2013) diantaranya ketersediaan informasi, konsultasi, mempercepat keputusan,
biaya dan ongkos, dokumen-dokumen, prosedur, otomatisasi, serta pemerintah dan
imparsialitas.
Biaya Transportasi
Menurut Salvatore (1997), biaya transportasi memberikan pengaruh
langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internasional, yaitu dengan
meningkatkan harga atau komoditi yang diperdagangkan, baik untuk negara
pengekspor ataupun bagi negara pengimpor. Biaya transportasi juga memberi
pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat
industri secara internasional. Biaya pengangkutan merupakan hambatan dalam
setiap pergerakan barang dan jasa, maka unsur biaya ini memiliki implikasi penting
terhadap mekanisme perekonomian terbuka. Adapun yang termasuk dalam biaya
transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi
asuransi, serta aneka pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkam disimpan
di suatu tempat sementara (transit).
Kelengkapan Berkas Dokumen Ekspor
Berdasarkan OECD (2013), langkah-langkah yang berkaitan dengan
persyaratan dokumen merujuk sampai sebatas harmonisasi dokumen perdagangan,
melalui ketergantungan dengan standar internasional dan penyederhanaan
persyaratan dokumenter, melalui penggunaan salinan dan pengurangan jumlah dan
kompleksitas dokumen yang diperlukan.
Waktu Ekspor
Berdasarkan Doing Business (2013), pengiriman barang baik untuk ekspor
ataupun impor direkam dalam hari. Perhitungan dimulai ketika pengiriman dimulai

13
hingga transaksi perdagangan selesai. Prosedur pengiriman yang tercepat akan
mengurangi biaya pengiriman dan tentunya itu akan mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan dari pihak perusahaan.
Kualitas Pelabuhan
Berdasarkan Dang dan Merk (2012) kualitas infrastruktur pelabuhan
merupakan faktor penting untuk meningkatkan transaksi perdagangan dan
pembangunan daerah. Pertumbuhan lalu lintas laut internasional serta teknologi
yang semakin maju akan menciptakan persaingan antar pelabuhan agar memliki
kualitas yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelabuhan akan mempengaruhi
efisiensi kegiatan bongkar-muat pelabuhan. Hal tersebut didukung dalam penelitian
yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Wilson et al (2003) bahwa efisiensi
pelabuhan akan meningkatkan kegiatan perdagangan. Negara-negara dengan
transaksi perdagangan yang besar akan memerlukan ukuran pelabuhan yang luas
guna mengefisiensikan kegiatan perdagangan.
Krisis 2008
Krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat yang dikenal dengan
subprime mortgage memberi dampak secara global. Krisis yang terjadi pada tahun
2008 tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negara-negara di
dunia. Perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 tidak lepas dari
pengaruh krisis. Ini. Pengaruh krisis tersebut secara umum dapat diantisipasi
dengan adanya beberapa negara yang pertumbuhan perekonomiannya tetap naik
dan mampu bertahan (Sihono 2009).
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Jayangsari (2006) mengenai dampak trade
facilitation terhadap perdagangan bilateral pada komoditi kosmetik, listrik, dan
komunikasi pada kawasan intra-ASEAN. Analisis yang diperoleh menunjukkan
pedagangan bilateral yang dilakukan lima negara ASEAN dipengaruhi oleh PDB
negara pengeskpor, PDB negara pengimpor, jumlah penduduk negara pengekspor,
tarif, jarak, dan Mutual Recognition Arrangements (MRAs). Penerapan trade
facilitation pada komoditi kosmetik dapat dilihat pada variabel Transparansi Indeks
(TI) dan Mutual Recognition Arrangements (MRAs). Transparansi Indeks memberi
pengaruh pada penurunan perdagangan karena akan menurunkannya tingkat
korupsi di perdagangan. Hal tersebut dikarenakan petugas bea cukai tidak dapat
mengambil keuntungan dari perdagangan kosmetik. Namun setelah adanya
penerapan MRAs akan meningkatkan volume perdagangan dibandingkan sebelum
penerapan. Pada komoditi listrik dan komunikasi, hanya MRAs yang memberi
pengaruh. Setelah adanya penerapan MRAs, volume perdagangan listrik dan
komunnikasi mengalami penurunan namun penurunan disebabkan oleh
pertumbuhan PDB yang mengalami penurunan pada tahun 2002-2004 dan tingkat
inflasi yang tajam pada tahun 2004. Sehingga penerapan trade facilitation pada
kedua komoditi tersebut belum tepat karena belum memberikan dampak positif
terhadap perdagangan di kawasan ASEAN.

14
Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder, dengan melibatkan negaranegara di kawasan ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand dan dalam kurun waktu 2001-2004. Analisis data panel dengan model
gravitasi digunakan untuk melihat keterkaitan antara trade facilitation dan arus
perdagangan, dan variabel lainnya. Pengujian yang dilakukan dengan metode
kuadrat terkecil biasa (OLS).
Zahidi (2012) menganalisis mengenai dampak trade facilitation terhadap
sektor manufaktur dan sektor pertanian di kawasan ASEAN+3. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa time series dari
tahun 2006 hingga tahun 2010 dan data cross section 9 negara yaitu China, Jepang,
Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam.
Model yang digunakan adalah gravity model yang dianalisis dengan panel data.
Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa perdagangan sektor pertanian
dipengaruhi oleh efisiensi prosedur kepabeanan sebagai indicator trade facilitation,
variabel PDB per kapita, nilai tukar, dan jarak ekonomi. Sedangkan untuk sektor
manufaktur dipengaruhi oleh variabel administrasi impor dan efisiensi prosedur
kepabeanan sebagai indicator trade facilitation, serta variabel lainnya seperti tarif,
nilai tukar, PDB per kapita. Pada perdagangan sektor manufaktur, arus perdagangan
impor tertinggi terjadi antara China dan Indonesia, dimana China sebagai
pengimpor dan Indonesia sebagai negara pengeskpor. Pada sektor pertanian, arus
impor pun dikuasai oleh China dan Indonesia sebagai negara pengekspornya.
Màrquez-Ramos et al (2012) menganalisis mengenai perbandingan
penerapan trade facilitation dan trade policy pada Sembilan kelompok sektor .
Penelitian ini mengambil sampel tiga belas negara pengekspor. Nilai tarif
perdagangan diambil dengan melibatkan 168 negara pengimpor. Model gravitasi
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui aliran perdagangan 13 negara
utama dengan 168 negara pengimpor. Analis kuadrat terkecil (OLS) digunakan
dalam penelitian ini dengan menggunakan data cross section tahun 2000.
Penerapan trade facilitation lebih efektif penerapannya di sembilan sektor
utama dibandingkan penerapan trade policy. Diantara ketiga belas negara
pengekspor, model yang digunakan lebih efektif digunakan pada negara-negara
maju dibanding negara-negara berkembang. Trade facilitation diindikasikan akan
meningkatkan volume perdagangan pada sektor-sektor yang menggunakan
teknologi tinggi dan manufaktur. Di negara-negara yang berpendapatan menengah
dan rendah, trade policy masih menjadi isu utama. Penerapan pajak perdagangan
masih merupakan salah satu sumber pendapatan negara, adanya lobi-lobi kepada
pemerintah untuk memberi proteksi kepada produk-produk yang perlu
perlindungan. Penurunan penerapan tarif perdagangan akan mengarah ke
peningkatan di pasar dunia walaupun tidak sama untuk semua negara dan semua
sektor.
Wilson et al (2003a) menganalisis mengenai keterkaitan antara trade
facilitation dengan aliran perdagangan dan PDB per kapita negara-negara di
kawasan Asia-Pasifik untuk good sector. Analisis ini menggunakan gravity model
untuk melihat aliran perdagangan bilateral di negara-negara anggota APEC dan
memasukkan tarif untuk melihat sektor mana yang memiliki pengaruh yang besar
terhadap perdagangan di kawasan APEC. Indikator trade facilitation yang
digunakan dalam penelitian ini di antaranya port efficiency, customs environment,
own regulatory environment, dan e-business usage. Dengan adanya trade

15
facilitation akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan per kapita masingmasing negara hal ini dapat terlihat dari perubahan positif dari arus perdagangan
bilateral bagi negara-negara anggota APEC dengan melihat keempat indikator
tersebut.
Kerangka Pemikiran
Negara-negara anggota ASEAN yang telah terbentuk sejak tahun 1967
memiliki salah satu tujuan utamanya yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
kawasan negara-negara ASEAN. Dalam perkembangannya, kerjasama di bidang
ekonomi yang terbentuk kemudian diarahkan pada pembentukkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang dilaksanakan pada tahun 2015. Dalam
pelaksanaannya, terdapat empat pilar penting di dalamnya, pertama, menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal berbasis produksi. Kedua, kawasan ekonomi yang
kompetitif. Ketiga, pembangunan ekonomi yang adil. Keempat, integrasi ekonomi
global. Kemudian pada penelitian ini menganalisis arus perdagangan bebas pada
sektor barang terutama pada komoditi eloktronik dan kayu di kawasan ASEAN+3
sebagai bentuk kerjasama dengan negara-negara mitra. Kedua komoditi tersebut
merupakan salah satu komoditi yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan pada
pasar tunggal berbasis produksi. Kemudian untuk dilihat tingkat keefektifan
perdagangan pada kedua sektor tersebut akan digunakan pengukuran trade
facilitation dan akan dibandingkan dengan tarif. Dengan kedua pengukuran tersebut
akan terlihat tingkat keefektifan komoditi elektronik dan kayu di perdagangan bebas
bilateral kawasan ASEAN+3.

16

ASEAN

MEA 2015

4 Pilar

1. Pasar Tunggal dan Produksi Dasar
2. Kawasan Ekonomi Kompetitif
3 Pembangunan Ekonomi yang Merata
4. Integrasi Ekonomi Global

Arus Barang dan Sektor Prioritas Integrasi

Perdagangan Intra
ASEAN+3

Sektor : Kayu dan Elektronik

Trade Facilitation

Tarif

GDP, Populasi, jarak
ekonomi, tarif,
dokumen, biaya
transportasi, waktu,
kualitas pelabuhan,
dummy krisis 2008

Aliran Perdagangan

Implikasi Kebijakan

Gravity Model

Gambar 4 Kerangka pemikiran

17
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah:
1. GDP memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral di
kawasan ASEAN+3. Semakin tinggi GDP kedua negara maka transaksi
perdagangan di kedua negara pun akan meningkat.
2. Jarak memiliki pengaruh yang negatif terhadap perdagangan. Semakin
jauh jarak kedua negara akan mengakibatkan transaksi perdagangan di
kedua negara akan berkurang.
3. Populasi akan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor yang semakin
meningkat.
4. Tarif impor berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Penerapan tarif
impor akan mengurangi jumlah komoditi yang akan diperdagangkan.
5. Biaya transportasi akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan.
6. Kualitas pelabuhan berpengaruh positif terhadap arus perdagangan.
7. Waktu akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Semakin lama
waktu yang diperlukan untuk transaksi perdagangan maka tingkat arus
perdagangan pun akan menurun.
8. Kelengkapan berkas dokumen memiliki pengaruh negatif terhadap arus
perdagangan. Semakin banyak berkas-berkas dokumen yang diperlukan
transaksi akan mengurangi arus ekspor perdagangan.
9. Dummy krisis tahun 2008 berpengaruh negatif terhadap nilai
perdagangan.

METODE
Data dan Jenis Data
Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan dalam bentuk time
series dari tahun 2007 hingga 2012 dan cross section 9 negara ASEAN (Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Singapura, China, Jepang, dan Korea
Selatan). Data elektronik dan kayu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
beberapa sumber, yaitu UN COMTRADE, ASEAN, World Bank, WITS, CEPII,
dan beberapa diambil dari data publikasi internasional seperti Doing Business.
Tabel 5 Sumber data penelitian
Variabel
Nilai Ekspor Riil
GDP Riil
Populasi
Jarak
Tarif
Kualitas Pelabuhan
Biaya Transportasi
Waktu Pengiriman
Dokumen

Sumber
UNCOMTRADE
WDI
WDI
CEPII
WITS
Global Competitiveness Report
Doing Business
Doing Business
Doing Business

Keterangan
USD
USD
Jiwa
Kilometer
Ad Valorem (%)
Indeks; 0-7
USD
Hari
Jumlah Berkas

18
Metode Analisis
Dalam penelitian ini, model yang akan digunakan untuk menganalisis
perbandingan trade facilitation dan tarif terhadap perdagangan di ASEAN+3 adalah
dengan menggunakan gravity model. Model ini akan diuji dengan metode kuadrat
terkecil (OLS). Metode ini dipilih karena merupakan bentuk paling sederhana yang
diterapkan dalam pengolahan data panel data yang berbentuk pool.
Panel Data
Jika dalam pengamatan ketersediaan data untuk beberapa individu untuk
kurun waktu tertentu, beberapa metode penggabungan dapat dilakukan.
Penggabungan cross section dan time series bisa dikenal dengan panel data atau
pooled data (Juanda 2009). Penggunaan panel data memiliki beberapa penggunaan,
adapun sebagai berikut (Gujarati 2006):
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu,
2. mengurangi kolinieritas antar variabel, meningkatkan degrees of freedom,
lebih bervariasi, dan lebih efisien,
3. mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series,
4. dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Ordinary Least Square (OLS)
Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode yang digunakan untuk
mengestimasi fungsi regresi populasi ataupun sampel. Berdasarkan dal