Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi

i

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU
BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA
KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI

SAFIRA FATHIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana

Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada
KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Safira Fathin
NIM H34124010

iv

v

ABSTRAK
SAFIRA FATHIN. Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah
Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Dibimbing oleh
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan di Kota Depok
yang dapat dijadikan bahan baku industri olahan menjadi keripik buah.Tujuan
penelitian ini untuk mengkaji peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan
usaha keripik jambu biji merah dan sebagai alat untuk memperoleh pendanaan
pada rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi berbasis
wirakoperasi. Proses produksi dan pengemasan dilakukan menggunakan teknologi
modern. Pemasaran dilakukan ke pasar ekspor dengan target pasar untuk keripik
jambu biji merah adalah masyarakat di Singapura. Hasil penelitian rencana
pengembangan jambu biji merah dari aspek non finansial maupun finansial dapat
dikatakan layak direalisasikan.
Kata kunci: Jambu biji merah, keripik jambu biji merah, rencana pengembangan
usaha, wirakoperasi.

ABSTRACT
SAFIRA FATHIN. Business Development Plan of Guava Chips Based On
Cooperative Entrepreneur in KUB Harapan Sejahtera Abadi. Supervised by
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Guava is one type of fruit in Depok which can be the raw material processed
into chips fruit industry.The purpose of this research was to study the role of
cooperative entrepreneur in the business development plan of guava chips based

on cooperative entrepreneur, and as a tool to obtain financing on the business
development plan in KUB Harapan Sejahtera Abadi. The production and
packaging process are using modern technology. Marketing of guava chips are to
export market, with target market for guava chips is people in Singapore. The
results of this research show that guava development plan of financial and non
financial aspects can be said to deserve to be realized.
Keywords: Business development plan, cooperative entrepreneur, guava, guava
chips.

vi

vii

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU
BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA
KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI

SAFIRA FATHIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

ix

Judul Skripsi : Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis
Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
Nama
: Safira Fathin
NIM

: H34124010

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rahmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB Harapan
Sejahtera Abadi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga,
MAEc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Dinas Pertanian dan
Dinas Perindustrian Kota Depok, dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi.
Serta pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga dan teman-teman atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Safira Fathin

xii

v


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Peran Wirakoperasi
Pengolahan Buah
Peran Rencana Pengembangan Usaha
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM
Sejarah dan Perkembangan KUB
Visi, Misi, dan Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA
Rencana Pemasaran
Rencana Produksi
Rencana Manajemen dan Organisasi
Rencana Kemitraan
Analisis Risiko
Rencana Finansial
Hasil Rencana Pengembangan Usaha
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA


xii
vi
vi
vi
1
1
4
7
7
7
8
8
10
11
12
12
23
26
26
26

26
27
33
33
34
35
36
44
54
60
63
65
74
75
75
76
76

vi


DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok
2
2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa
negara di Asia tahun 2009 – 2013
6
3 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB dengan pesaing
44
4 Rencana jumlah produksi keripik jambu biji merah
45
5 Aktivitas pengumpulan jambu biji merah
46
6 Jadwal produksi harian keripik jambu biji merah pada tahun ke-5
47
7 Penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan
57
8 Pembiayaan usaha pengembangan keripik jambu biji merah
67
9 Nilai BEP rupiah dan BEP unit usaha keripik jambu biji merah
68
10 Penerimaan usaha keripik jambu biji merah dan minyak jelantah
68
11 Biaya investasi usaha keripik jambu biji merah
69
12 Biaya variabel usaha jambu biji merah tahun ke-5
70
13 Biaya tetap usaha keripik jambu biji merah tahun ke-5
71
14 Pembagian hasil usaha keripik jambu biji merah
72
15 Kriteria kelayakan investasi usaha keripik jambu biji merah
73

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jenis-jenis pelanggan bisnis (business costumers)
Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
Model product market expansion matrix
Diagram alur proses rencana pemasaran
Diagram alur rencana produksi
Diagram alur rencana manajemen dan organisasi
Diagram alur distribusi pemasaran keripik jambu biji merah
Proses pembukaan pembayaran L/C
Timbangan 100 kg
Timbangan 2 gram
Fruit Cutter
Tray driyer
Vacuum Fryer
Spinner
Continous sealer
Vacuum packager
Carton sealer
Alur proses produksi keripik jambu biji merah
Struktur organisasi usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi
Peranan pihak terkait untuk mencapai tujuan

17
25
27
28
29
30
40
42
47
48
48
48
49
49
49
49
50
50
58
62

vii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Volume realisasi ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013
Perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia
Uraian asumsi rencana pemasaran
Uraian asumsi rencana produksi
Layout produksi keripik jambu biji merah
Rincian biaya investasi usaha keripik jambu biji merah
Rincian biaya penyusutan investasi usaha keripik jambu biji merah
Rincian biaya listrik per bulan pada tahun ke-5
Proyeksi laba rugi usaha keripik jambu biji merah
Proyeksi cashflow usaha keripik jambu biji merah

79
79
80
80
81
82
83
84
85
87

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agribisnis digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas 5 subsistem
yang saling terintegrasi, yaitu subsistem pembuatan, pengadaan, dan penyaluran
berbagai sarana produksi pertanian, subsistem kegiatan produksi dalam usahatani
yang menghasilkan berbagai produk pertanian, subsistem pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, dan penyaluran berbagai produk pertanian yang
dihasilkan usahatani, dan subsistem lembaga penunjang (Firdaus 2008). Potensi
alam Indonesia yang mendukung dapat dijadikan senjata ampuh untuk terus
mengembangkan kondisi agribisnis di Indonesia. Salah satu subsektor potensial
yang dapat menjadi konsentrasi bagi masyarakat Indonesia adalah subsektor
hortikultura diantaranya, sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias.
Subsektor hortikultura mempunyai potensi besar dalam peningkatan
pendapatan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional. Buah-buahan merupakan
salah satu komoditi yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik
Bruto (PDB) dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya. Menurut
klasifikasi kementrian pertanian tahun 2010 – 2012, kontribusi hortikultura buahbuahan menduduki posisi tertinggi ke-2 diantara tanaman bahan makanan lainnya.
Besarnya kontribusi buah-buahan terhadap nilai PDB sektor pertanian
mengindikasikan bahwa usaha buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun
pasar luar negeri.
Salah satu jenis buah yang dapat dibudidayakan di Indonesia, yaitu jambu
biji merah. Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah di Asia juga
relatif meningkat. Beberapa negara pengimpor tertinggi terhadap jambu biji merah
dari Indonesia diantaranya Singapura, Uni Emirat Arab, dan Malaysia.
Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013 dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Menurut Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, sentra produksi jambu biji
merah terdapat di Jawa Barat dengan jumlah produksi terbesar yaitu 64 681 ton
pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan adanya potensi jambu biji merah
untuk dikembangkan di daerah Jawa Barat diantaranya Kota Depok. Sentra
produksi jambu biji merah di Kota Depok tersebar di 5 kecamatan yaitu
Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Cimanggis, Limo, dan Beji. Jambu biji
merah merupakan komoditi unggulan ke-2 yang banyak dibudidayakan di Kota
Depok. Komoditas unggulan Kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas
belimbing manis, jambu biji merah, rambutan, pepaya, pisang, dan nangka atau
cempedak. Perkembangan produksi buah unggulan di Kota Depok pada Tabel 1
menunjukkan bahwa produksi buah jambu biji merah pada tahun 2008 dan tahun
2011 menjadi komoditi unggulan ke-2 setelah belimbing. Jumlah produksi jambu
biji merah di Kota Depok tertinggi diperoleh pada tahun 2008 sebesar 3 321.3 ton.
Pada tahun 2009 jumlah produksi jambu biji di Kota Depok mulai menurun

2
sebesar 42%, dan meningkat sebesar 11% di tahun 2011 dan 2% di tahun 2012,
serta kembali menurun sebesar 31% di tahun 2013.

Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok
N
o

Komoditi

1 Belimbing
2 Jambu biji
merah
3 Pisang
4 Pepaya
5 Rambutan
6 Nangka

2008

Tahun (Ton)
2009
2010
2011

2012

2013

4 273.2
3 321.3
3 156.8
2 693.5
1 383.2
517.1

5 005.1
1 926.7
1 337.4
2 843.0
2 701.9
437.1

4 911.4
1 877.9
1 114.5
2 105.4
1 218.6
1 188.2

4 903.8
1 302.6
8 344.0
1 701.2
6 494.0
1 968.0

4 621.3
1 666.9
1 348.6
2 008.5
1 675.2
582.8

5 466.0
1 848.5
1 799.5
1 795.8
1 653.5
715.6

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2014

Mayoritas petani menjual jambu biji merah dalam bentuk segar. Variasi
hasil panen hanya dibedakan berdasarkan kualitas jambu biji merah segar dan
digolongkan menjadi beberapa “grade”. Kualitas jambu biji merah juga dibagi
menjadi 3 grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gram, grade B berkisar 250
– 350 gram, dan grade C, kurang dari 250 gram. Jambu biji merah yang termasuk
ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan dengan grade A dan B, akan
tetapi hasil panen jambu biji merah grade C mencapai sekitar 20% dari total
produksi setiap panennya. Jambu biji merah grade C memiliki umur simpan yang
singkat, apabila tidak cepat dimanfaatkan, akan mengalami kerusakan biologis.
Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut dengan
mengolah jambu biji merah untuk menambah daya tahan dan menginovasikan
produk, agar mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Peningkatan nilai tambah dapat diwujudkan melalui industri pengolahan
buah, dengan mengubah buah segar menjadi makanan dan minuman. Industri
pengolahan buah juga mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik tahun 2013, sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah
sektor industri pengolahan yaitu sebesar 1 864 897.05 miliar. Industri pengolahan
produk agribisnis termasuk dalam bagian agroindustri. Agroindustri berperan
sebagai komoditas yang memberi nilai tambah melalui pemrosesan bahan baku
pertanian, baik makanan maupun non makanan, menjadi produk laku di pasaran.
Dari segi produsen, hal ini akan memperbaiki tingkat penyimpanan,
meningkatkan pendapatan, dan profitabilitas. Sementara dari sisi konsumen hal ini
akan memperbaiki nilai gizi. Melalui pengembangan pascapanen, diharapkan
agroindustri akan mengalami proses lebih lanjut yang memberikan daya tarik
sendiri bagi konsumen baik di dalam maupun di luar negeri (Munandar 2011).
Perkembangan industri olahan tersebut tidak lepas dari potensi Indonesia
sebagai negara tropis yang merupakan penghasil berbagai jenis buah. Salah satu
hasil industri pengolahan buah adalah makanan jadi, seperti sereal, manisan dan
keripik buah. Hasil olahan makanan dapat dipasarkan di dalam negeri maupun di
luar negeri (ekspor). Menurut data Kementerian Perdagangan 2014,
perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia per komoditi relatif

3
mengalami peningkatan nilai ekspor. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2
yang menunjukkan angka perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia
dari tahun 2009 sampai tahun 2013.
Perkembangan ekspor di Indonesia juga merupakan salah satu dampak
positif dari isu globalisasi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
2015. Nilai positif dari globalisasi bagi pembangunan nasionalisme dari sisi
ekonomi yakni terbukanya pasar internasional yang dapat memperluas jangkauan
pemasaran para pelaku industri di Indonesia. Jika mampu menguasai pasar
internasional, maka hal itu akan meningkatkan kesempatan kerja dalam negeri
maupun meningkatkan devisa negara yang dampaknya dapat memperkuat
nasionalisme.1 MEA diharapkan akan membawa ASEAN menuju pasar tunggal
dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan
ekonomi yang lebih merata dan meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi
dengan perekonomian global (Arifin 2008).
Ketersediaan bahan baku jambu biji merah dan berkembangnya
perdagangan ekspor memberikan peluang terhadap industri pengolahan untuk
mengembangkan kegiatan pascapanen (subsektor hilir). Namun, saat ini umumnya
usaha jambu biji merah dilakukan pada lahan yang terpencar, maka pendekatan
pengembangan agribisnis perlu dilakukan secara bersama-sama antar petani,
sehingga total produksi yang dihasilkan dapat diproses dan dipasarkan secara
besar dalam skala ekonomi yang efisien. Untuk mewujudkan terbentuknya usaha
bersama ini, diperlukan peran seorang wirakoperasi (co-operative entrepreneurs),
yaitu seorang wirausaha yang mengembangkan usaha secara bersama dengan para
petani jambu biji merah. Konsep kewirakoperasian (co-operative
entrepreneurship) merupakan salah satu contoh kompetensi inti gerakan koperasi.
Adanya koperasi yang independen dan berkinerja dengan baik, maka lapisan
wirausahawan akan mendapatkan wahana konsolidasi sumber daya guna
memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi tercapainya efisiensi.
kewirakoperasian juga cukup menunjang target perekonomian makro, khususnya
dalam penciptaan lapangan kerja (Ismawan 2001).
Salah satu unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif yaitu inovasi
dalam gerak koperasi. Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan
sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu,
dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan (Ismawan 2001). Pemanfaatan jambu biji
merah untuk diolah di industri pengolahan merupakan salah satu inovasi dari
komoditi segar menjadi produk jadi dan bernilai tambah. Komoditi jambu biji
merah dapat diolah kembali menjadi produk dalam bentuk makanan berupa
keripik buah. Keripik buah merupakan sejenis makanan ringan berupa irisan tipis
dari buah-buahan yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik buah adalah
keripik hasil olahan buah yang digoreng dengan cara khusus, biasanya
menggunakan mesin penggoreng hampa atau vacuum fryer. Hasil penggorengan
dari mesin vacuum fryer tersebut tidak banyak mengubah aroma dan warna, serta
lebih awet disimpan dalam jangka waktu lama walaupun tanpa menggunakan
bahan pengawet tambahan.
Melihat peluang ini, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera
Abadi yang berada di Kota Depok ingin mengembangkan usaha pemanfaatan
1

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/02/25/peningkatan-daya-saing-produk-daninfrastruktur-indonesia-sebagai-persiapan-menghadapi-afta-2015-634576.html

4
buah grade C menjadi makanan olahan yaitu keripik jambu biji merah. Potensi
dan peluang bisnis untuk memasarkan keripik jambu biji merah di pasar dalam
negeri maupun luar negeri masih terbuka karena ketersediaan jambu biji merah
berlimpah dan berkembangnya ekspor olahan makanan. Adanya peran seorang
wirakoperasi dalam KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat memberikan
keuntungan semua pihak yang terlibat, baik dari pihak penyedia bahan baku,
pihak industri pengolahan dan lingkungan sekitar KUB. Hal tersebut dapat dilihat
dari peran masing-masing pihak yang terlibat. Seorang wirakoperasi dapat
menjadi sarana komplementor bagi petani buah dan KUB Harapan Sejahtera
Abadi, yaitu untuk membantu menyediakan informasi teknologi maupun
informasi pasar.
Salah satu peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha keripik
jambu biji merah dengan cara meningkatkan jumlah produksi dengan
menggunakan teknologi yang modern serta memperluas pasar di dalam negeri
maupun luar negeri. Pengembangan usaha berbasis wirakoperasi diperlukan untuk
mencapai keberhasilan usaha agar mencapai kesejahteraan bersama, karena
sampai saat ini belum banyak koperasi yang memanfaatkan peluang tersebut.
Pengembangan suatu usaha diperlukan adanya perencanaan pengembangan
sebagai panduan arah pengembangan usaha yang akan dijalankan dan memberi
kemudahan KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk membuat kemungkinan apabila
terdapat perubahan lingkungan eksternal maupun internal KUB tersebut.

Rumusan Masalah
Semakin beragam jenis dan pilihan produk olahan makanan dan minuman
menggambarkan bahwa potensi pengembangan usaha kuliner di Indonesia masih
sangat luas. Produk olahan tersebut diproduksi dari berbagai jenis komoditi
agribisnis yang ada di Indonesia. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa
antara sektor budidaya dan sektor pengolahan saling berintegrasi satu sama lain.
Pengembangan usaha di bidang budidaya dapat secara langsung meningkatkan
pendapatan petani. Sedangkan disisi lain, pengembangan usaha industri olahan
berdampak langsung terhadap pendapatan pelaku usaha industri olahan. Industri
olahan dalam memproduksi produk olahan membutuhkan pasokan bahan baku
dari petani. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya jumlah produksi
olahan berbahan baku komoditi agribisnis berbanding lurus dengan jumlah
pendapatan petani komoditi bahan baku tersebut. Namun, masyarakat petani
indonesia seolah-olah tidak dapat mengambil manfaat dari potensi tersebut,
padahal usaha agribisnis ini dapat menjadi sumber pendapatan yang beragam bagi
para petani.
Komoditi agribisnis yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan
adalah buah jambu biji merah. Penggunaan jambu biji merah sebagai bahan baku
olahan karena jambu biji merah memiliki aroma dan rasa yang khas. Daerah di
Indonesia yang memiliki jumlah produksi jambu biji merah yang cukup tinggi
adalah Kota Depok, namun jumlah produksi jambu biji merah di Kota Depok
mengalami penurunan dari 1 877.9 ton pada tahun 2012 menjadi 1 302.6 ton pada

5
tahun 2013. Penurunan jumlah poduksi jambu biji merah ini salah satunya
disebebkan petani tidak lagi memiliki lahan dan beralih profesi ke luar dari sektor
pertanian. penyebab lainnya yakni hasil budidaya jambu biji merah selalu
mengalami keragaman kualitas dalam setiap proses pemanenan. Ketersediaan
jambu biji merah grade C tahun 2013 mencapai 260.4 ton. Kondisi ini perlu
diperhatikan untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi. Salah satu cara
yang dapat dipilih untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan membuat
produk olahan dari jambu biji merah yang tidak memenuhi standar kualitas di
pasaran. Beberapa pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok sudah
memanfaatkan jambu biji merah sebagai bahan baku. Jumlah jambu biji merah
tahun 2013 yang telah terserap sebesar 79 ton dari jumlah keseluruhan, karena itu
terdapat kesenjangan kapasitas produksi yaitu sebesar 181.4 ton yang belum
termanfaatkan. Tidak optimalnya usaha budidaya jambu biji merah tidak lepas
dari permasalahan yang dihadapi petani. Petani tidak memberikan nilai tinggi
terhadap potensi tersebut, karena pada tingkat lokal di pedesaan komoditi jambu
biji merah grade C relatif kurang bernilai ekonomis.
Masalah berikutnya terkait dengan peningkatan nilai tambah produk melalui
proses pengolahan pascapanen dan pemasaran. Umumnya petani menjual produk
dalam bentuk segar, sehingga sangat berpengaruh pada rendahnya tingkat harga
yang diterima petani. Permasalahan juga dijumpai pada ketidakpahaman petani
tentang potensi pasar karena pengetahuan petani terhadap askes sumber informasi
dan teknologi juga masih terbatas. Mayoritas petani di Kota Depok juga masih
melakukan budidaya di lahan yang tersebar dan petani hanya tergantung pada
pengumpul desa.
Beberapa masalah juga biasa dihadapi oleh pelaku usaha industri
pengolahan. Pelaku usaha industri pengolahan membutuhkan kontinuitas bahan
baku dari petani, sedangkan petani umumnya tidak dapat memastikan
ketersediaan hasil panennya karena beberapa faktor dalam kegiatan budidaya dan
lemahnya posisi tawar hasil panen para petani. Pelaku industri pengolahan juga
memiliki kelemahan dalam kemampuannya untuk menembus pasar ekspor.
Persoalan diantara petani dan industri pengolahan dapat diatasi dengan
melakukan usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan seluruh pihak yang
terkait. Usaha bersama dapat diwujudkan dengan peran seorang wirakoperasi
yang merupakan insan terdidik lulusan perguruan tinggi yang relatif lebih paham
mengenai teknologi dan informasi pasar, namun tidak memiliki lahan, tidak
memiliki modal yang cukup, dan tidak mampu bekerja di ladang sebagaimana
petani. Salah satu kelompok usaha bersama yang memproduksi olahan jambu biji
merah dari petani jambu biji merah di Kota Depok adalah KUB Harapan Sejahtera
Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi melihat peluang dalam mengolah jambu
biji merah menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis serta memperpanjang
umur simpan. Jambu biji merah grade C yang belum termanfaatkan dapat
dikembangkan menjadi keripik jambu biji merah.
Pengembangan usaha berupa keripik jambu biji merah membutuhkan
sasaran pasar yang baru untuk tempat penjualan produk keripik buah tersebut.
KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai pelaku usaha perlu memprediksikan hasil
dari penambahan modal dan output produksi, serta pasar yang berminat terhadap
keripik jambu biji merah. Perluasan pasar dapat dilakukan terhadap beberapa
negara yang telah menerima ekspor produk olahan buah. Perkembangan volume

6
ekspor produk olahan dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa
negara-negara di dunia khususnya di Asia berpotensi untuk menjadi sasaran pasar
para pengusaha industri olahan makanan buah. Beberapa negara yang menerima
volume ekspor terbanyak terhadap produk olahan buah dari Indonesia dan
cenderung mengalami peningkatan volume adalah Jepang, Singapura, dan Saudi
Arabia.

Tabel 2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa
negara di Asia tahun 2009 – 2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Negara

2009

2010

Berat : Kg
2011

2012

Bahrain
45 865
26 341
23 400
22 971
Egypt
334 760
356 400
498 960
213 840
Japan
7 007 899
7 021 030
6 910 483
7 136 850
Kuwait
60 495
106 350
160 309
112 019
Malaysia
83 420
4 160
7 800
5 200
Saudi Arabia
1 872 251
1 679 294
2 551 145
2 789 369
Singapore
3 307 451
1 342 704
8 304 563
Taiwan
268 046
101 517
78 785
56 880
Ukraine
52 925
723 288
1 023 924
245 288
United Arab
89 864
116 067
239 939
185 531
Emirates
Viet Nam
89 620
660 240
Yemen
33 306
36 201
54 312
67 270
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2014.

2013
26 235
106 920
5 800 818
103 635
2 803 174
8 509 612
127 470
475 166
102 980
71 280
29 393

Direktorat Jenderal Perdagangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) mencatat
produk makanan dan minuman Indonesia semakin diminati pasar internasional.2
Beberapa perusahaan makanan olahan keripik buah telah diproduksi oleh
perusahaan makanan ringan di Indonesia dan sudah melakukan ekspor yaitu
keripik salak Sleman ke Amerika Serikat dan keripik pisang Mekarsari Snack ke
Malaysia dan Filipina.
Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi
pengembangan usaha keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi
memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan industri olahan makanan
diharapkan dapat memenuhi pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap
pemenuhan pasar di luar negeri. Pengembangan usaha bersama berkonsep
kewirakoperasiaan memerlukan perencanaan bisnis untuk memudahkan setiap
pohak yang terlibat melihat keuntungan yang akan diperoleh baik dari segi
finansial maupun non finansial. Berdasarkan kondisi tersebut maka beberapa hal
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah mengenai :
1. Apakah potensi jambu biji merah di Kota Depok dapat dikembangkan menjadi
usaha keripik jambu biji merah?
2. Apakah mungkin KUB Harapan Sejahtera Abadi mengembangkan usaha
keripik jambu biji merah?
2

http://economy.okezone.com/read/2014/04/12/320/969343/produk-mamin-indonesia-terlaku-dipasar-internasional (15 April 2014)

7
Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pemanfaatan potensi jambu biji merah di Kota Depok agar lebih
menguntungkan.
2. Menyusun rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah melalui
usaha bersama, sehingga dapat dikembangkan pada KUB Harapan Sejahtera
Abadi di Kota Depok.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan seperti :
1. Bagi KUB Harapan Sejahtera Abadi, diharapkan bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam hal pengembangan usaha keripik jambu biji merah.
2. Bagi calon investor atau lembaga keuangan, memberikan gambaran dan
informasi untuk menanamkan investasi.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas mengenai pernanan
wirakoperasi (co-operative enterpreneur) dalam usaha pengembangan keripik
jambu biji merah, membuat rencana pengembangan usaha keripik jambu biji
merah berbasis wirakoperasi, dan menganalisis kelayakan aspek non finansial dan
aspek finansial dari pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB
Harapan Sejahtera Abadi. Perencanaan pengembangan usaha keripik jambu biji
merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi yang akan dilakukan berupa
pengolahan pascapanen yang disesuaikan dengan asumsi pendekatan permintaan
dari pameran makanan yang diadakan oleh Kementerian Pertanian Republik
Indonesia tahun 2014.

8

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Wirakoperasi

Wirakoperasi adalah orang-orang yang mampu membawa atau menemukan
peluang koperasi yaitu berupa efek koperasi kemudian melakukan upaya
persusasif meyakinkan para petani untuk bersama-sama mengembangkan
koperasi. Efek koperasi merupakan hal apapun yang menjadikan sesuatu lebih
mudah, lebih murah, dan lebih menguntungkan jika dilakukan bersama-sama
dibandingkan dengan dilakukan secara sendiri-sendiri (Baga 2009). Tugas utama
seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan
perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut.
Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi
memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi, serta kebebasan dalam
bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013).
Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu untuk
mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau
anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil
apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala
usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani. Koperasi diharapkan
dapat meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran, serta
berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman (Munigar 2009).
Penelitian Effendi (2005) dan Nurlina (2009) menunjukkan peran seorang
pemimpin berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu
peran seorang pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi akan berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha. Sesuai dengan penelitian Baga (2011) profil dan
peran wirakoperasi dalam pengembangan agribisnis menunjukkan bahwa karakter
seorang wirakoperasi digambarkan dengan locus of control yang sangat internal,
mempunyai need for achievment yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, serta
perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi tugas dan manusia secara
seimbang.
Keberhasilan peran seorang wirakoperasi juga dibuktikan melalui
penelitian Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok
serta penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten
Sukabumi. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi
mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha
anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah
melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.
Berdasarkan hasil penelitian Fajrian (2013), konsep wirakoperasi yang
diterapkan oleh Wahyudin pada CV. Bunga Indah Farm berupa penentuan
ketetapan harga beli di bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil
diskusi dengan para petani mitranya. Selain ketetapan harga yang didasarkan pada
hasil diskusi dengan para petani, perusahaan ini juga memberikan pelatihan
budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi

9
yang optimal dan berkualitas. Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai
wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian
usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm
didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun
juga pada kesejahteraan petani yang bermitra dengannya.
Penelitian Baga dan Firdaus (2011) juga membahas mengenai peran co –
operative entrepreneur dalam pengembangan program One Village One Product
(OVOP) dan pembiayaan pertanian berbasis tanaman, kasus belimbing di Kota
Depok, dikatakan bahwa dibutuhkan peran koperasi dalam menyejahterakan
anggota terbukti dalam model on the plant basis pengembangan belimbing dewa
di Depok. Keberhasilan peran koperasi tersebut tidak lepas dari adanya peran co –
operative entrepreneur (wirakoperasi) yang sejak awal mencari terobosan untuk
pengembangan hortikultura buah potensial yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan bersama.
Kajian yang juga membahas tentang peran wirakoperasi adalah penelitian
yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai peran wirakoperasi dalam
pengembangan sistem agribisnis khususnya pada koperasi susu mengemukakan
bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang
dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi
para anggotanya. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) merupakan
koperasi yang terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik
pada tahun 1963, sehingga tataniaga susu di Pangalengan dikuasi oleh para
tengkulak dan peternak kuat. Pada tahun 1969 hingga 1978 perkembangan
produksi susu berjalan lambat, sehingga koperasi susu mengalami permasalahan
dalam hal pemasaran susu kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Koperasi susu
memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan
susu, waktu penjualan, serta harga yang diperoleh. Sebagai Ketua KPBS
Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya
sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama
antara koperasi. Sebagai dokter hewan, ia berperan sebagai wirakoperasi yang
bertujuan mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan. Selain
mengembangkan KPBS yang diketuainya, Daman Danuwidjaja juga mendirikan
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi sekunder dengan
tujuan untuk membantu koperasi-koperasi susu lain untuk berkembang.
Manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam KPBS
yaitu berkembangnya usaha terak yang relatif baik dengan penerapan teknologi
peternakan modern. Daman Danuwidjaja sebagai dokter hewan memiliki peran
yang penting atas berkembangnya usaha ternak para anggota koperasinya.
Pengenalan teknologi peternakan modern yang berupa inseminasi buatan dan
penyampaian informasi mengenai pemeliharaan kesehatan hewan dilakukan oleh
Daman kepada para anggota koperasinya. Selain manfaat pada subsistem
usahatani, manfaat lain yang dirasakan oleh peternak adalah tingginya posisi
tawar petani terhadap IPS karena seluruh susu yang dihasilkan diserap oleh IPS
melalui kelembagaan koperasi. Melalui koperasi ini, susu yang dihasilkan oleh
para petani akan melalui tahap pengolahan paska panen yang berupa pengolahan
pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT), sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut.

10
Konsep wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis
dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku yang
akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu dampak
multiungsi bagi usaha yang dijalankan juga meningkatnya tingkat efisiensi rantai
pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Pengolahan Buah

Pengembangan industri olahan buah diperlukan suatu cara pandang secara
nasional yang menempatkan industri tersebut sebagai suatu industri dengan
berbagai lembaga yang masing-masing memiliki peran untuk lebih dapat
digunakan. Kontribusi olahan buah pada ekonomi nasional dapat dihitung
berdasarkan nilai tambah yang dapat mencapai 11.95 triliyun rupiah pada tahun
2003. lndustri olahan buah tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi tetapi
juga memberikan kontribusi yang lebih luas yakni pada ilmu, sosial, budaya dan
politik , sehingga perlu untuk dapat dikembangkan (Setyadjit et al. 2004).
Indonesia memiliki potensi hortikultura yang berlimpah, baik terkait dengan
diversitas jenis tanaman maupun potensi ketersediaan sepanjang tahunnya.
Terdapat jenis buah yang sifatnya musiman, seperti mangga, rambutan, duku, dan
durian. Sementara itu, terdapat banyak buah-buahan yang dapat dijumpai
ketersediaanya sepanjang tahun seperti pisang, jeruk, belimbing, nangka, nanas,
dan pepaya (Baga dan Firdaus 2011). Lingkungan tropis basah yang menyediakan
kelembaban tinggi sepanjang tahun menyebabkan jenis dan jumlah buah di
Indonesia tak terhitung. Namun demikian, tidak semua jenis buah tersebut mampu
menarik selera para konsumen atau pasar. Para konsumen hanya tertarik kepada
buah yang memiliki rasa enak, berpenampilan menarik dan jika mungkin, murah
harganya (Ashari 2006). Oleh karena itu, proses pengolahan buah-buahan menjadi
jenis makanan lain menjadi pilihan yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai
tambah terhadap buah-buahan yang tidak dapat diterima oleh pasar atau
konsumen tersebut.
Pengolahan buah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang umur simpan. Beberapa produk olahan berbahan
baku buah yang diproses dengan teknologi modern dan pengawet alami yaitu
manisan stroberi, keripik nangka, dodol buah, sari buah, jus, dan sirup belimbing
serta jus dan velva jambu biji merah (Arum 2011, Wibowo 2011, Adityo 2011,
Maria dan Zubaidah 2014).
Salah satu jenis kuliner olahan yang banyak terbuat dari buah adalah dodol.
Berdasarkan penelitian Seknun (2012), dodol merupakan makanan tradisional
yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Produk ini
merupakan produk yang liat dan tahan disimpan dalam waktu lama. Dengan
teknologi yang tepat, permasalahan buah lindur yang belum termanfaatkan dengan
optimal di Indonesia dapat diolah menjadi dodol ataupun berbagai produk olahan
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Babas (2009) terhadap 4 komoditi olahan
buah diketahui buah -buah dapat memiliki nilai tambah setelah proses pengolahan
menjadi dodol nanas, dodol sirsak, dodol melon, dan dodol stroberi.

11
Peran Rencana Pengembangan Usaha

Komponen utama untuk membentuk struktur usaha nasional adalah
mengembangkan pengusaha kecil yang hanya berorientasi produksi menjadi
pengusaha berorientasi bisnis dan berwawasan wirausaha. Pengusaha kecil akan
selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan skala usaha, manajemen
usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha dan pemasaran produk. Selain
masalah subsistem produksi, rendahnya kinerja hortikultura buah di Indonesia
tidak lepas dari belum terintegrasinya secara baik berbagai aktivitas mulai dari
subsistem hulu, subsistem produksi sampai susbsistem hilirnya. Kelemahan
integrasi sub-sub sistem dalam sistem agribisnis buah ini menjadi penyebab
rendahnya nilai tambah produk yang selanjutnya menjadikan rendahnya
penerimaan petani sekaligus rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan
produksi buahnya secara lebih baik (Baga dan Firdaus 2011).
Upaya menghadapi persoalan tersebut harus dikaitkan dengan kemampuan
perusahaan dan pengelola serta situasi pasar, sehingga usaha yang ada dapat tetap
hidup dan berkembang. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk dan
pengembangan produk. Beberapa alternatif strategi pemasaran belimbing manis di
koperasi pemasan Kota Depok adalah meningkatkan penjualan dengan melakukan
penetrasi pasar dan perluasan pasar, lalu melakukan pengembangan produk serta
pasar dari produk olahan (Haris 2008).
Diversifikasi produk dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu produk
primer agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Pemanfaatan
suatu komoditi hortikultura yaitu buah-buahan yang dapat didiversifikasi menjadi
olahan kuliner. Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan yang
dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan jambu biji merah sebagai produk pangan
sekarang ini masih sangat terbatas. Selama ini jambu biji merah biasanya diolah
dalam bentuk jus, sari buah, dan juga dikonsumsi dalam bentuk segar. Sementara
itu, hasil produksi jambu biji merah di Indonesia cukup melimpah dan
keberadaannya yang selalu ada di setiap musim, sehingga perlu ada peningkatan
pengolahan jambu biji merah. Berdasarkan penelitian Maria dan Zubaidah (2014)
pengolahan jambu biji merah menjadi velva merupakan salah satu alternatif yang
baik sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomis jambu biji merah.
Selain dengan diversifikasi produk primer menjadi produk turunan,
pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan mengembangkan produk yang
telah ada. Ningrum (2012) melakukan penelitian tentang kelayakan
pengembangan usaha Elsari brownies and bakery dengan rencana pembukaan
gerai baru. Lokasi pabrik Elsari yang tidak terletak di jalur utama Kota Bogor
membuat konsumen kurang mengenal produk Elsari secara langsung. Hal ini tentu
menghambat proses pemasaran langsung produk Elsari. Kelemahan inilah yang
mendorong pemilik Elsari untuk membuka gerai baru pada tahun 2012 di kawasan
yang lebih strategis, sehingga akan memudahkan akses konsumen yang ingin
membeli produk Elsari secara langsung. Rencana pengembangan usaha
membutuhkan analisis keuangan yang tepat. Kebutuhan pendanaan yang tidak
sedikit membuat studi kelayakan sangat penting untuk dilakukan. Kelayakan
usaha Elsari baik dari sisi finansial maupun non finansial akan membuka peluang

12
bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya dengan membuka gerai
baru di wilayah yang lebih strategis. Hasil analisis kelayakan pada penelitian
Ningrum (2012) adalah layak dari aspek non finansial dan aspek finansial. Sitepu
(2013) melakukan penelitian analisis pengembangan usaha pembesaran ikan
gurame Kelompok Tani Makmur Kecamatan Dramaga. Hasil penelitian Sitepu
(2013) menyatakan pengembangan usaha layak baik dari aspek non finansial dan
aspek finansial. Berdasarkan penelitian Wibowo (2011), tahap pengembangan
yang dilakukan dengan membuat sistem basis data dan sistem basis model pada
industri manisan stroberi. Proses perancangan Business Plan yang akan
dimodelkan yaitu perancangan proses dan simulasi proses. Perancangan proses
terdiri atas pembuatan outline Business plan. Berdasarkan analisis finasial dapat
disimpulkan bahwa industri manisan stoberi ini layak direalisasikan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirakoperasi
Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasarkan pada permasalahan
yang dihadapi. Dasar kerangka pemikiran teoritis ini adalah potensi dari sebuah
usaha keripik jambu biji pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Penelitian ini
menggunakan sebuah rencana pengembangan untuk melihat potensi usaha keripik
jambu biji berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi.
Kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang
tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam pengembangan pertanian,
tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonominya. Bentuk kelembagaan sosialekonomi yang umumnya dijumpai adalah koperasi. Dalam UU No 25 Tahun 1992
tentang perkoperasian dinyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Dalam kaitannya dengan
pengembangan koperasi di Indonesia, sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU
Perkoperasian No 25 Tahun 1992, pemerintah perlu memperbesar kelompok
wirausaha khususnya wirausaha koperasi, memberikan kebebasan berusaha, serta
menciptakan pendidikan dan pelatihan (Hendar 2010).
Agenda profesionalisasi serta peningkatan kontribusi koperasi bagi
perekonomian secara keseluruhan bisa dikemas dalam konsep kewirakoperasian.
Konsep ini menggariskan bahwa koperasi hendaknya menjadi institusi bisnis yang
mandiri, berwatak sosial, dan dijiwai etos serta mentalitas kewirausahaan. Dalam
konsep kewirakoperasiaan mempersatukan solidaritas kelompok dan orientasi
kepentingan individu. Kedinamisan dalam gerakan koperasi dikembangakan
dengan memperhatikan aspek solidaritas untuk memacu kepercayaan diri secara

13
kolektif. Konsep “koperasi berbasiskan kewirausahaan” merupakan salah satu
contoh kompetensi inti gerakan koperasi. Dengan koperasi yang independen dan
berkinerja dengan baik, lapisan wirausahawan akan mendapatkan wahana
konsolidasi sumber daya guna memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi
tercapainya efisiensi (Ismawan 2001).
Kewirakoperasian didefinisikan sebagai suatu sikap mental positif dalam
berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian
mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi, dalam mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Alasan
kewirakoperasian diperlukan dalam koperasi karena untuk mengendalikan
ketidakpastian dan melaksanakan inovasi. Kewirakoperasian koperasi berperan
menguasai tantangan ketidakpastian, menyerap, atau mengurangi ketidakpastian.
Sebuah koperasi yang bertujuan bertahan hidup dan melakukan perluasanperluasan usaha harus melakukan tindakan inovasi sendiri (Hendar 2010). Peran
seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan
mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya
(Baga 2011).
Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial
pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Perubahan tingkat produktivitas dan pendapatan ini hanya
mungkin dicapai bila faktor-faktor produksi yang ada dikombinasikan dengan
cara baru, artinya mengubah fungsi produksi, melalui kegiatan inovatif
(penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya) dan melalui kegiatan
peningkatan kegiatan kerja (Hendar 2010). Menurut Ismawan (2001) terdapat 3
unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif, yaitu :
1. Inovasi dalam gerak koperasi
Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang
bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat
dipelajari, dan dapat dipraktikkan. Wirausahawan perlu sengaja mencari
sumber inovasi, perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang
untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan
prinsip inovasi yang berhasil.
2. Mentalitas wirausaha di kalangan anggota dan pengurus koperasi
Seorang wirausahawan adalah orang yang berani mengambil risiko. Jadi, etos
dan mentalitas wirausahawan dalam konsep kewirausaan menjadi semacam
generator yang menentukan dinamika koperasi masa depan, terkait dengan
penemuan inovasi, peluang masa depan, dan manajemen strategis.
3. Sistem jaringan koperasi
Konsep kewirausaan membutuhkan jaringan kerja antarkoperasi yang dikelola
secara bersama-sama. Bila diatur dengan baik, penataan jaringan kerja itu akan
menghasilkan satu tata pembagian kerja yang membuahkan peningkatan
efisiensi, baik secara teknis maupun sosial. Jaringan kerja juga dapat dibentuk
antara koperasi dengan pemasok maupun pemasar, yang mungkin berasal dari
anggota koperasi itu sendiri atau dari kalangan SMEs dan industri rumah
tangga pada umumnya.

14
Konsep-Konsep Pendukung Rencana Bisnis
Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana
perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha yang
terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing,
serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan
peluang usaha menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).
a. Perencanaan
Rencana bisnis merupakan bagian integral dari perencanaan usaha secara
umum. Hal yang membedakan perencanaan usaha secara umum dengan
rencana bisnis adalah bahwa rencana bisnis dikaitkan secara spesifik dengan
adanya peluang usaha yang akan dieksploitasi oleh perusahaan. Perencanaan
(planning) adalah penetapan di awal hasil-hasil akhir yang ingin dicapai
perusahaan serta cara untuk mencapai hasil tersebut, berikut perangkat yang
dibutuhkan untuk menjamin ketercapaian tujuan perusahaan. Perencanaan
mencakup visi, misi, tujuan usaha yang ingin dicapai, strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan usaha yang ditetapkan
perusahaan, program, prosedur, dan anggaran (Solihin 2007).
b. Peluang usaha
Peluang usaha adalah berbagai kecenderungan positif atau
menguntungkan yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan yang dapat
dieksploitasi oleh pengusaha untuk menciptakan usaha yang menghasilkan
laba. Peluang usaha yang tersedia memiliki karakteristik yang berbeda dilihat
dari posisi peluang usaha tersebut dalam siklus daur hidup produk (Solihin
2007).
c. Keunggulan bersaing
Setiap perusahaan yang menawarkan barang dan jasa kepada konsumen,
akan dihadapkan pada pesaing baik pesaing yang menawarkan barang dan jasa
yang sama maupun pesaing yang menawarkan barang dan jasa substitusi.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan barang dan jasa substitusi adalah barang
dan jasa yang ditawarkan oleh pesaing kepada pasar sasaran yang sama, tetapi
tidak memiliki kesamaan bentuk dengan barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan (Solihin 2007).
Rencana Pengembangan Usaha
Perubahan selera konsumen, teknologi, dan persaingan yang pesat harus
mengembangkan secara terus-menerus produk dan jasanya. Perusahaan dapat
memperoleh produk baru dari 2 cara. Pertama, melalui akuisisi dengan membeli
seluruh perusahan, suatu paten, atau susatu lisensi untuk memproduksi produk
usaha lain. Kedua, ialah melalui pengembangan produk baru dalam departemen
riset dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksudkan adalah
produk original, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merek baru yang
perusahaan kembangkan (Kotler dan Amstrong 2003).
Selain diperlukan oleh perusahaan berskala besar, rencana bisnis juga sangat
dibutuhkan oleh perusahaan yang tergolong ke dalam usaha kecil. Istilah rencana
bisnis pada umumnya digunakan untuk menyebut rencana usaha yang
dikembangkan usaha kecil, yang memiliki inovasi usaha. Inovasi merupakan

15
kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap berbagai masalah dan
peluang usaha untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan manusia.
Bentuk-bentuk inovasi baru diantaranya penawaran produk atau jasa baru,
penggunaan metode atau teknologi baru, penciptaan pasar sasaran yang baru,
penggunaan sumber pasokan bahan baku dan sumber daya lainnya yang baru, dan
penciptaan bentuk organisasi yang baru (Solihin 2007).
Mengelola pengembangan usaha perlu diketahui peluang dan kekuatan
perusahaan. Apabila perusahaan yang sudah berjalan mempertimbangkan untuk
memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product Market
Expansion Matrix yang dikembangkan, maka bagi perusahaan tersebut sekurangkurangnya ada 4 pilihan strategi, yaitu :
a. Strategi penetrasi pasar
Perusahaan melakukan intensifikasi penjualan produk yang saat ini dimiliki
perusahaan ke pasar sasaran yang saat ini dilayani perusahaan.
b. Strategi pengembangan pasar
Perusahaan menjual produk saat ini ke pasar sasaran yang baru.
c. Strategi pengembangan produk
Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang saat ini dilayani oleh
perusahaan.
d. Strategi diversifikasi
Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang baru.
Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan merancang perencanaan
bisnis. Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi, dan tujuan,
strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan
untuk menjalankan suatu bisnis tertentu. Langkah-langkah teknik pembuatan
perencanaan