Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA SELAI BELIMBING
MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI PADA KUB
HARAPAN SEJAHTERA ABADI DI KOTA DEPOK

SELLY ARVIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana
Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada
KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Selly Arviani
NIM H34124051

iii

ABSTRAK
SELLY ARVIANI. Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui
Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok.
Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
KUB Harapan Sejahtera Abadi berdiri pada tahun 2009 mengolah buah
belimbing dewa grade C menjadi dodol dan jus, kemudian KUB Harapan
Sejahtera Abadi memiliki rencana pengembangan usaha dengan memproduksi
selai belimbing untuk meningkatkan nilai tambah dari buah belimbing. Rencana
pengembangan usaha yang dilakukan dengan cara proses produksi yang
menggunakan teknologi dan memperluas pasar di luar negeri. Target pasar dari

produk selai belimbing ini adalah masyarakat kalangan menengah ke atas di
negara Malaysia. Selai belimbing dijual dengan harga US$ 2 atau Rp23 600 per
botol ukuran 250 gram. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp1 264 144 175,
Gross B/C sebesar 1.05, Net B/C sebesar 2.0, IRR Sebesar 53.6% dan Payback
Period selama 4.27 tahun. Melalui pendekatan wirakoperasi, petani memperoleh
harga jual buah belimbing grade C yang tinggi yaitu Rp12 900 di tahun pertama
sampai tahun kelima dan Rp15 700 di tahun keenam sampai tahun kesepuluh.
Kata kunci : rencana pengembangan usaha, selai belimbing, wirakoperasi.

ABSTRACT
SELLY ARVIANI. Starfruit Jam Business Development Plan with Cooperative
Entrepreneur Approach on KUB Harapan Sejahtera Abadi in Depok. Guided by
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
KUB Harapan Sejahtera Abadi established in 2009 to process star fruit
“Dewa” grade C quality into lunkhead and juice, and then KUB Harapan
Sejahtera Abadi has a business development plan to produce starfruit jam in order
to increase the added value of star fruit. Business development plan which is done
by using technology in the production process and expanding overseas
markets. The target market of this starfruit jam products are people in the upper
middle class society in the Malaysia. Starfruit jam sold for US$ 2 or Rp23 600 per

each bottle with size of 250 grams. NPV values obtained Rp1 264 144 175, Gross
B/C 1.05, Net B/C 2.0, IRR 53.6% and Payback Period for 4.27 years. With
cooperative entrepreneur approach, farmers obtain higher selling price of star fruit
grade C quality is Rp12 900 in the first year until the fifth year and Rp15 700 in
the sixth year until the tenth year.
Keywords: business development plan, cooperative entrepreneur, starfruit jam.

v

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA SELAI BELIMBING
MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI PADA KUB
HARAPAN SEJAHTERA ABADI DI KOTA DEPOK

SELLY ARVIANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

vii

Judul Skripsi: Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui
Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
di Kota Depok
Nama
: Selly Arviani
NIM
: H34124051

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M. Baga, MA Ec
Pembimbing Skripsi


Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah rencana
pengembangan usaha, dengan judul Rencana Pengembangan Usaha Selai
Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
di Kota Depok.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi, MS selaku penguji utama
sidang, Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku penguji akademik, Ibu Ir

Narni Farmayanti, MSc selaku pembimbing akademik, dan Safira Fathin selaku
teman satu bimbingan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada seluruh anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi, staf Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, staf Dinas Pertanian Kota Depok, dan pihakpihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ibu, kakak, adik, dan teman-teman atas segala
dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Selly Arviani

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii

DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan
5
Kegunaan Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Makanan dan Minuman Olahan Buah
6
Wirakoperasi
7

Pengembangan Usaha
8
KERANGKA PEMIKIRAN
8
Kerangka Pemikiran Teoritis
8
Kerangka Pemikiran Operasional
20
METODE PENELITIAN
23
Lokasi dan Waktu Penelitian
23
Jenis dan Sumber Data
23
Metode Pengumpulan Data
23
Metode Analisis Data
24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27

Sejarah KUB Harapan Sejahtera Abadi
27
Visi dan Misi, Tujuan, Program/Rencana Pengembangan KUB Harapan
Sejahtera Abadi
28
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA
29
Rencana Pemasaran
29
Rencana Produksi
32
Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia
45
Rencana Kemitraan
51
Jenis – Jenis Risiko Usaha
53
Rencana Keuangan
55
Asumsi Dasar

55
Hasil Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan
Wirakoperasi
61
SIMPULAN DAN SARAN
63

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

63
63
64
67
83

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok tahun 2009 - 2013
Volume ekspor selai berdasarkan negara tujuan tahun 2009 - 2013
Tarif pajak penghasilan untuk badan usaha
Rekapitulasi rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing
Rencana jumlah produksi selai belimbing
Rencana jadwal produksi harian selai belimbing
Rincian penentuan jumlah tenaga kerja
Rincian gaji karyawan per bulan
Rincian biaya operasional

1
3
14
30
40
40
48
51
58

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha selai belimbing
melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
22
2 Selai belimbing
33
3 Timbangan buah
34
4 Botol Selai Belimbing
34
5 Mesin Autoclave
35
6 Mesin Blender
36
7 Alat penyaring
36
8 Mesin pengaduk selai
37
9 Mesin filling semi otomatis
38
10 Mesin induksi sealer
38
11 Mesin carton sealer
39
12 Struktur organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi
47

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Tata letak (layout) pabrik selai belimbing
69
Biaya investasi usaha selai belimbing
68
Biaya tetap usaha selai belimbing
69
Biaya variabel usaha selai belimbing
71
Modal pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan KUB Harapan Sejahtera Abadi
73
6 Laporan arus kas (cash flow)
74
7 Laporan Laba rugi
79

1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Tanaman hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan
tanaman biofarmaka. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, selain itu buah-buahan juga telah
memberikan sumbangan yang berarti bagi sub sektor hortikultura maupun sektor
pertanian yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) (Direktorat
Jenderal Hortikultura 2013). Produk Domestik Bruto (PDB) untuk buah-buahan
pada tahun 2010 sebesar 1.95%, tahun 2011 sebesar 2.0%, dan pada tahun 2012
sebesar 1.86%, namun buah-buahan tetap memberikan kontribusi terbesar kedua
setelah tanaman padi pada kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) komoditas
tanaman bahan makanan tahun 2010 - 2012 (Pusdatin 2013). Buah selain dapat
dikonsumsi dalam bentuk segar, juga dapat diolah menjadi produk olahan
makanan dan minuman.
Kota Depok merupakan salah satu kota yang terkenal dengan komoditas
buah-buahan. Buah belimbing manis varietas dewa merupakan buah yang
dihasilkan dari Kota Depok. Kota Depok juga memiliki daerah sentra penghasil
buah belimbing manis varietas dewa yang tersebar di enam kecamatan yaitu
kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo dan Beji.
Buah belimbing dapat berbunga sepanjang tahun serta dapat dipanen tiga
kali dalam setahun. Buah belimbing manis varietas dewa, memiliki keunggulan
dari dari segi bentuk, rasa yang manis, memiliki warna yang menarik. Buah
belimbing dewa telah menjadi icon Kota Depok sejak tahun 20071. Komoditas
unggulan Kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas belimbing manis, jambu biji
merah, rambutan, pepaya, pisang, nangka, dan cempedak. Perkembangan produksi
buah-buahan Kota Depok dapat diamati pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok tahun 2009 - 2013
Tahun (Kuintal)
No Komoditi
2009
2010
2011
2012
2013
1
Belimbing
50 051
46 213 54 660
49 114
49 038
2
Jambu biji merah
19 267
16 669 18 485
18 779
13 026
3
Pisang
13 374
13 486 17 995
11 145
8 344
4
Pepaya
28 430
20 085 17 958
21 054
17 012
5
Rambutan
27 019
16 752 16 535
12 186
6 494
6
Nangka/cempedak
4 371
5 828
7 156
11 882
1 968
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2014).

Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok pada Tabel 1 dapat
dilihat bahwa produksi buah belimbing pada tahun 2009 sebesar 50 051 kuintal,
pada tahun 2010 produksi buah belimbing menurun sebesar 3 838 kuintal menjadi
46 213 kuintal. Tahun 2011 produksi buah belimbing meningkat sebesar 8 447
kuintal menjadi 54 660 kuintal, kemudian pada tahun 2012 produksi buah
1

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=92843belimbingikonkotadepok (Diacu 11 Maret 2014)

2

belimbing menurun sebesar 5 546 kuintal menjadi 49 114 kuintal. Selanjutnya,
tahun 2013 produksi buah belimbing kembali menurun sebesar 76 kuintal menjadi
49 038 kuintal, namun buah belimbing tetap memberikan kontribusi terbesar dari
segi kuantitas atau berat buah pada tabel perkembangan produksi buah unggulan
Kota Depok tahun 2009 – 2013.
Buah belimbing dikelompokkan berdasarkan grade yaitu grade A, grade B,
dan grade C. Berat buah belimbing grade A berbobot diatas 250 g, grade B
berbobot antara 150 - 250 g, dan grade C berbobot kurang dari 150 g. Harga buah
belimbing dewa grade A adalah Rp15 000, harga buah belimbing grade B adalah
Rp10 000 dan harga buah belimbing grade C adalah Rp8 000. Buah belimbing
dewa grade C yang total panen mencapai 20% dalam bentuk segar kurang
diminati dan tidak laku di pasaran apabila tidak dimanfaatkan, akan dapat
terbuang dan mengakibatkan penurunan pendapatan petani yang seharusnya
diterima jika keseluruhan belimbing dewa grade C laku terjual.
Buah belimbing dewa ditinjau dari segi kualitas, antara grade A, grade B
dan grade C tidak memiliki perbedaan tetapi, ukuran buah pada grade C lebih
kecil dibandingkan buah grade A dan grade B. Buah belimbing dewa grade C
yang kurang diminati konsumen dapat dibuat aneka olahan makanan dan
minuman yang lebih tahan lama serta dapat meningkatkan nilai tambah dari buah
belimbing. Olahan buah belimbing dewa cukup beragam seperti dodol, sirup, jus
dan selai. Buah belimbing dewa grade C diolah menjadi dodol dan jus belimbing
oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi yang berdiri
sejak tahun 2009 dengan anggota kelompoknya terdiri dari ibu-ibu kompleks
perumahan Sawangan Permai.
KUB Harapan Sejahtera Abadi sudah memasarkan dodol dan jus belimbing
dengan merek Rasa Dewa ini di Pesona Rasa yang merupakan toko kue dan oleholeh khas Kota Depok. Penjualan dodol dan jus belimbing Rasa Dewa di Pesona
Rasa relatif stabil, sehingga diperlukan rencana pengembangan usaha pada KUB
Harapan Sejahtera Abadi dengan mengolah buah belimbing dewa grade C
menjadi selai belimbing, karena buah belimbing dewa tersedia dalam jumlah
besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok, serta adanya peluang
pasar ekspor selai ke luar negeri menurut sumber dari Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia. Selai merupakan produk makanan semi padat atau kental
yang terbuat dari 45% dari berat buah (cacah buah) dan 55% berat gula.
Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti
tawar atau sebagai isi roti manis serta selai juga sering digunakan sebagai isi pada
kue-kue seperti kue nastar atau pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim.
Pengggunaan selai umumnya dimakan bersama roti. Roti memang makanan
pokok masyarakat luar negeri, untuk itulah produk olahan selai selalu dibutuhkan
dalam jumlah yang besar untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri
sedangkan permintaan selai untuk konsumsi dalam negeri sendiri relatif sedikit2.
Selai belimbing akan direncanakan tidak hanya di pasarkan di dalam negeri
tetapi akan di pasarkan ke luar negeri. Peluang pasar untuk ekspor selai, menurut
data dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, perkembangan volume
ekspor selai berdasarkan negara tujuan pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2013 dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan negara Indonesia mengekspor
2

http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/07/15/selai-jambu-mete.html (Diacu 26 Juni 2014)

3

secara kontinyu selai pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ke negara East
Timor, Malaysia, Singapore, Taiwan dan United States. Ekspor selai secara
kontinyu dan perkembangan volume ekspor di masing-masing negara relatif
meningkat menunjukkan bahwa besarnya permintaan dari luar negeri untuk
produk selai.
Tabel 2 Volume ekspor selai berdasarkan negara tujuan tahun 2009 - 2013
Negara Tujuan
Volume (Kg)
2009
2010
2011
2012
2013
Belgium
30 089
Canada
594
1 150
2 601
East Timor
2 537
17 018
23 069
50 625
32 944
Germany
6
Guyana
10 201
42 384
India
57
Japan
2 874
2 046
16 680
Korea
57
4
Malaysia
6 970
36 988
79 598
188 950
186 350
Maldives
67
Philippines
153
Singapore
4 402
351
6 422
11 860
15 345
Taiwan
539 818 666 785 895 022
801 350
748 356
Uni Emirate Arab
71
United States
23 087
14 868
52 454
25 183
4 257
Vietnam
2 248
3 697
2 450
3 910
Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2014).

Tabel 2 menunjukkan negara Taiwan merupakan negara dengan volume
ekspor selai terbesar pada tahun 2009 hingga tahun 2013, kemudian negara
Malaysia sebagai negara dengan volume ekspor selai terbesar kedua, pada tahun
2009 hingga tahun 2013. Perkembangan volume ekspor selai negara Taiwan pada
tahun 2009 hingga tahun 2011 terus meningkat, namun pada tahun 2012 volume
ekspor selai negara Taiwan menurun secara signifikan sebesar 93 672 Kg menjadi
801 350 Kg. Tahun 2013 volume ekspor selai negara Taiwan kembali menurun
secara signifikan sebesar 52 994 Kg menjadi 748 356 Kg.
Negara Malaysia merupakan negara dengan volume ekspor selai terbesar
kedua pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa perkembangan volume ekspor
negara Malaysia tahun 2009 hingga tahun 2012 terus meningkat, namun pada
tahun 2013 volume ekspor selai negara Malaysia menurun sebesar 2 600 Kg
menjadi 186 350 Kg, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan apabila
dibandingkan dengan negara Taiwan, East Timor dan United States, sehingga
negara tujuan untuk ekspor selai belimbing yang diproduksi oleh KUB Harapan
Sejahtera Abadi akan direncanakan untuk di pasarkan ke negara Malaysia.
KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan sebuah usaha pengolahan buah
belimbing manis di Kota Depok yang masih berskala kecil, untuk itu KUB
Harapan Sejahtera Abadi dapat menyusun rencana bisnis sebagai pedoman dalam
menjalankan bisnis. Rencana bisnis dapat membentuk suatu badan usaha yang
nyata seperti Perusahaan Terbatas (PT), Commanditaire Vennotschap (CV),

4

Firma, Perusahaan Umum (Perum), dan Koperasi. Koperasi merupakan suatu
wadah yaitu untuk kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok sehingga
melalui kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan
pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok tersebut
(Partomo 2009).
Rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan
Sejahtera Abadi akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan
pendekatan wirakoperasi. Wirakoperasi merupakan sikap mental positif dalam
berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian
mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Hendar
2010). Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik
yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti petani sehingga konsep wirakoperasi
yang digunakan pada rencana pengembangan usaha selai belimbing diharapkan
dapat memberikan keuntungan bagi petani belimbing dewa maupun KUB
Harapan Sejahtera Abadi.

Perumusan Masalah
Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum
yang berupa kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah
seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama
dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan
anggota. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi mulai usaha
sejak tahun 2009 sebagai industri rumah tangga yang memproduksi dodol dan jus
belimbing dengan nama merek dagang Rasa Dewa, menggunakan bahan baku
berupa buah belimbing dewa grade C. Total panen buah belimbing dewa grade C
sebesar 20% yaitu sebanyak 9 807.6 kuintal pada tahun 2013.
Pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok, beberapa
diantaranya sudah memanfaatkan buah belimbing dewa sebagai bahan baku.
Jumlah buah belimbing tahun 2013 yang sudah digunakan oleh para pengusaha
olahan makanan dan minuman di Kota Depok sebesar 1 187.3 kuintal. Jumlah
tersebut masih memiliki kesenjangan kapasitas sebesar 8 620.3 kuintal per tahun.
Selanjutnya, buah belimbing dewa grade C yang belum dimanfaatkan dapat
diolah menjadi selai belimbing oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi.
KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki rencana pengembangan usaha
dengan mengolah selai belimbing, karena produksi dan penjualan produk olahan
buah belimbing seperti dodol dan jus belimbing relatif stabil. Kendala yang
dialami KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam memproduksi makanan maupun
minuman olahan buah belimbing adalah pasokan bahan baku berupa buah
belimbing dewa grade C dari petani yang tidak kontinyu, KUB Harapan Sejahtera
Abadi kurang mendapat informasi mengenai tempat pemasaran produk olahan
buah belimbing, jumlah anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi yang relatif
sedikit, dan harga buah belimbing grade C yang fluktuatif. Harga buah belimbing
di tingkat petani cukup rendah untuk grade A adalah Rp15 000, grade B adalah
Rp10 000 dan grade C adalah Rp8 000 karena petani menjual buah belimbing ke

5

para tengkulak yang menyebabkan harga jual buah belimbing yang diterima
petani menjadi rendah.
Rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi yang
mengolah buah belimbing menjadi selai belimbing, kemudian selai belimbing
tersebut akan direncanakan untuk di ekspor ke negara Malaysia. Tabel 2 dapat
dilihat bahwa negara Malaysia merupakan negara dengan volume ekspor selai
terbesar kedua dan perkembangan volume ekspor selai di negara Malaysia dari
tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan. Tahun 2013 volume
ekspor negara Malaysia mengalami penurunan, namun penurunan volume ekspor
tersebut tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan negara Taiwan, East
Timor, dan United States.
Usaha selai belimbing di Kota Depok juga memiliki potensi dan peluang
bisnis yang masih terbuka karena usaha pengolahan buah belimbing manis di
Kota Depok relatif sedikit. Bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C
tersedia dalam jumlah besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok,
usaha pengolahan buah belimbing di Kota Depok khususnya selai belimbing
hanya diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. Selanjutnya, peluang bisnis
untuk selai belimbing didukung dengan adanya peluang ekspor selai ke negara
lain berdasarkan sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,
tetapi kendala yang dihadapi KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk melakukan
ekspor selai belimbing adalah bentuk badan usahanya yang belum memiliki badan
hukum yaitu hanya berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan
Sejahtera Abadi akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan
pendekatan wirakoperasi. Peranan seorang wirakoperasi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan petani belimbing dewa di Kota Depok dan anggota
KUB Harapan Sejahtera Abadi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu:
1. Apakah buah belimbing dewa grade C di Kota Depok dapat dikembangkan
menjadi usaha selai belimbing?
2. Apakah usaha selai belimbing tersebut dapat dikembangkan di KUB Harapan
Sejahtera Abadi?
Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengkaji potensi buah belimbing dewa grade C di Kota Depok sehingga buah
belimbing dewa grade C bisa dikembangkan menjadi usaha selai belimbing.
2) Menyusun rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan
wirakoperasi sehingga bisa dikembangkan oleh KUB Harapan Sejahtera
Abadi..
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi berbagai
pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

6

1) Bagi KUB Harapan Sejahtera Abadi, penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan atau informasi untuk bahan pertimbangan dalam membuat
pengembangan usaha dan sebagai alat untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usaha selai belimbing.
2) Bagi investor atau lembaga keuangan, penelitian ini dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai prospek usaha selai belimbing.
3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
mendukung dan mengembangkan usaha pengolahan buah di Kota Depok.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas mengenai peran
wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing. Penelitian ini
dilakukan dengan menyusun rencana pengembangan usaha melalui pendekatan
wirakoperasi. Kapasitas produksi selai belimbing yang dihasilkan akan
disesuaikan dengan kemampuan KUB Harapan Sejahtera Abadi dan disesuaikan
dengan asumsi jumlah permintaan selai buah menurut sumber dari situs
www.alibaba.com. Rencana pengembangan usaha selai belimbing terdiri atas
rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya
manusia, rencana kemitraan, serta rencana keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Makanan dan Minuman Olahan Buah
Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dapat
dikonsumsi dalam bentuk buah segar, maupun diolah menjadi makanan atau
minuman. Semua jenis buah segar mempunyai sifat mudah rusak sehingga
diperlukan alternatif pengolahan buah segar menjadi makanan dan minuman
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari buah segar sesuai dengan
penelitian Napitupulu (2009), Ambarsari (2007), Noerhatati et al. (2009) dan
Kusuma (2012). Penelitian yang dilakukan oleh (Napitupulu 2009) dan
(Ambarsari 2007) sama-sama mengolah buah jambu biji merah menjadi produk
minuman dan produk setengah jadi.
Buah jambu biji merah grade C diolah menjadi jus dan sirup (Napitupulu
2009) dan buah jambu biji merah juga dapat diolah menjadi puree (Ambarsari
2007). Penelitian lain juga menambahkan bahwa buah belimbing manis grade C
dapat diolah menjadi jus dan sirup (Napitupulu 2009), buah salak dapat diolah
menjadi selai (Noerhatati et al. 2009) dan air dari buah kelapa dapat diolah
menjadi nata de coco (Kusuma 2012). Buah segar yang diolah menjadi makanan,
minuman maupun produk setengah jadi, selain untuk meningkatkan nilai tambah
dari buah segar tersebut, juga untuk meningkatkan pendapatan petani,
meningkatkan lapangan pekerjaan, serta memberdayakan masyarakat di sekitar
lokasi usaha. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ambarsari (2007),
Napitupulu (2009) dan Kusuma (2012).

7

Selai adalah salah satu jenis makanan berupa sari buah atau buah-buahan
yang sudah yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental
atau berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk
dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering digunakan
sebagai isi pada kue-kue seperti kue Nastar atau pemanis pada minuman, seperti
yogurt dan es krim. Hasil penelitian Noerhatati et al. (2009) dan Mailoa (2012)
menunjukkan bahwa selai dapat diberi tambahan pengawet seperti Natrium
benzoat untuk memperpanjang daya simpan dari selai.
Natrium benzoat berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikrobia.
Menurut penelitian Noerhatati et al. (2009) untuk memperpanjang daya simpan
selai tidak hanya diperlukan Natrium benzoat tetapi diperlukan juga penambahan
gula yang tepat terhadap mutu selai salak selama penyimpanan. Hasil penelitian
Mailoa (2012) menunjukkan bahwa penambahan pengawet natrium benzoat dapat
memperpanjang daya simpan selai gandaria selama 90 hari.

Wirakoperasi
Peran seorang wirakoperasi (cooperatirative entrepreneur) adalah
menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan
usaha yang menguntungkan anggotanya. Seorang wirakoperasi akan berupaya,
berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis
yang dihasilkan anggota koperasinya serta memberikan manfaat untuk orang lain.
Seorang wirakoperasi tidak sendiri melainkan melibatkan sebanyak-banyaknya
orang lain dalam lingkup usaha yang dilakukannya dengan tujuan orang-orang
yang terlibat dapat juga merasakan keuntungan dari usaha yang dilakukan secara
bersama sesuai dengan pernyataan Baga (2003) dan Fajrian (2013).
Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi dalam agribisnis
persusuan. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) didirikan pada tahun 1969
yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Selanjutnya,
selain mengembangkan KPBS, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan
Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang
berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm
juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias
yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji
dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman
indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013).
Keberhasilan seorang wirakoperasi didukung oleh penelitian Baga dan
Firdaus (2011) dalam pengembangan program OVOP (One Village One Product)
kasus belimbing di Kota Depok, sehingga melalui program OVOP Kota Depok
dapat mengembangan agribisnis belimbing dan kemudian dikenal menjadi kota
belimbing dan saat ini buah belimbing telah menjadi icon Kota Depok serta
menurut penelitian Fajrian (2013), Wahyudin sebagai seorang wirakoperasi dan
sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm telah berhasil dibuktikan dengan
peningkatan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Sembilan petani kecil di
kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan pendapatan setelah bermitra dengan
CV Bunga Indah Farm milik Wahyudin.

8

Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha terdiri dari sejumlah tugas dan proses yang pada
umumnya bertujuan untuk mengembangkan peluang pertumbuhan usaha. Asumsi
kapasitas produksi yang dihasilkan pada tahun pertama dan tahun kedua lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun ketiga dan tahun berikutnya, kemudian setelah
produk tersebut sudah dikenal oleh konsumen secara luas maka perusahaan akan
meningkatkan produksinya sesuai dengan pernyataan (Napitupulu 2009),
(Ambarsari 2007) dan (Ningrum 2012). Rencana pengembangan usaha perlu
dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan
modal untuk teknologi peralatan, sarana dan prasarana produksi (Kusuma 2012),
rencana pembukaan gerai baru akan dilakukan di Jalan Raya Padjajaran dengan
konsep pembukaan gerai baru yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi
(Ningrum 2012) serta jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yang
dapat memasuki pasar supermarket (Napitupulu 2009).
Analisis finansial mengenai pengembangan usaha pada penelitian
Ambarsari (2007), Napitupulu (2009) dan Kusuma (2012) dilakukan dengan cara
menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri
dari NPV, Net B/C, B/C Ratio, IRR serta Payback Period (PP). Hasil perhitungan
Break Even Point (BEP) produksi nata de coco sebanyak 15 560 kg atau Rp21
783 556 (Kusuma 2012), Titik impas usaha pengolahan puree jambu biji merah
tercapai pada tingkat harga jual produk rata-rata Rp13 842 dengan kapasitas puree
sebesar 38 550 kg (Ambarsari 2007).
Selanjutnya, analisis finansial yang menggunakan kriteria investasi yang
dilakukan oleh (Ambarsari 2007) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp105 319 973
dengan nilai IRR sebesar 81 persen pada tingkat suku bunga 16 persen, nilai B/C
Ratio sebesar 1.06 kemudian hasil penelitian (Kusuma 2012) menunjukkan Nilai
NPV produksi nata de coco untuk periode tiga tahun sebesar Rp119 278 467,
Payback Period selama 2 tahun 9 bulan, nilai IRR sebesar 71.2 persen serta B/C
Ratio sebesar 1.13 di tahun pertama dan 1.45 pada tahun kedua dan ketiga. Nilai
NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun pada CV WPIU sebsar Rp292
938 966, IRR sebesar 48.95 persen pada discount factor 14 persen, Net B/C
sebesar 3.09 dan Payback Period selama 3 tahun 7 bulan 4 hari.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirakoperasi
Undang-undang perkoperasian No.25 Tahun 1992 mengamanatkan bahwa
pemerintah harus menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi. Pemerintah memberikan
kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi, meningkatkan dan
memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang tangguh, sehat

9

dan mandiri, dan mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan
antara koperasi dan badan usaha lainnya. Amanat tersebut menuntut peran serta
lebih banyak dari wirausaha-wirausaha koperasi (wirakop) untuk terus
mengembangkan potensi, motivasi dan kompetensinya agar cita-cita koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat segera terwujud (Hendar
2010).
Konsep koperasi berbasiskan kewirausahaan merupakan salah satu contoh
kompetensi inti gerakan koperasi juga cukup menunjang target perekonomian
makro, khususnya dalam penciptaan lapangan kerja. Koperasi seperti ini sangat
membantu pencapaian misi meningkatkan jumlah wirausahawan yang bermutu,
tangguh, unggul dan andal (Ismawan 2001). Dua alasan yang mengharuskan
kewirausahaan diperlukan dalam koperasi yaitu untuk mengendalikan
ketidakpastian dan melaksanakan inovasi. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan atau kebangkrutan
perusahaan koperasi. Lingkungan yang penuh ketidakpastian mengharuskan para
pengambil keputusan membuat keputusan berisiko dan menghasilkan sesuatu
yang belum tentu tercapai.
Kewirausahaan koperasi berperan menguasai tantangan ketidakpastian,
menyerap, mengurangi ketidakpastian. Sebagian besar perubahan yang tidak dapat
diramalkan mengharuskan sebuah koperasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang berkembang dan berpikir kreatif untuk menghasilkan inovasi.
Sebuah koperasi yang bertujuan bertahan hidup dan melakukan perluasanperluasan usaha harus melakukan tindakan inovasi sendiri. Apabila hal itu tidak
dilakukan, (Hendar 2010). Kewirakoperasian merupakan sikap mental positif
dalam berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta
keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi, dalam
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan
bersama.
Kewirakoperasian inovatif berkaitan dengan kegiatan wirakop dalam
mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis hingga
menemukan sesuatu yang baru dan berbeda. Pihak yang berkompeten dalam
pengembangan koperasi meskipun tidak menjadi anggota atau pengelola koperasi,
yaitu birokrat dan katalis. Birokrat adalah orang atau lembaga yang diberi
wewenang oleh pemerintah dalam mengembangkan gerakan koperasi (dalam hal
ini Departemen Koperasi beserta jajarannya). Katalis adalah orang yang berminat
mengembangkan koperasi meskipun tidak terjun langsung dalam organisasi
koperasi (Hendar 2010).
Unsur-unsur pembentuk kewirakoperasian menurut Ismawan (2001) terdiri
dari tiga unsur yaitu:
1. Inovasi dalam Gerak Koperasi
Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai
peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu,
dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan. Wirausahawan perlu sengaja mencari
sumber inovasi, perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang
untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan
prinsip inovasi yang berhasil.

10

2. Mentalitas Wirausaha di Kalangan Anggota dan Pengurus Koperasi
Seorang wirausahawan adalah orang yang berani mengambil risiko. Jadi,
etos dan mentalitas wirausahawan dalam konsep kewirausaan menjadi
semacam generator yang menentukan dinamika koperasi masa depan, terkait
dengan penemuan inovasi, peluang masa depan, dan manajemen strategis.
3. Sistem Jaringan Koperasi
Konsep kewirausahaan membutuhkan jaringan kerja antarkoperasi yang
dikelola secara bersama – sama. Bila diatur dengan baik, penataan jaringan
kerja itu akan menghasilkan satu tata pembagian kerja yang membuahkan
peningkatan efisiensi, baik secara teknis maupun sosial. Jaringan kerja juga
dapat dibentuk antara koperasi dengan pemasok maupun pemasar, yang
mungkin berasal dari anggota koperasi itu sendiri atau dari kalangan SMEs dan
industri rumah tangga pada umumnya.
Tugas wirakoperasi pada dasarnya adalah menciptakan keungggulan
koperasi dibanding dengan organisasi usaha lain yang menjadi pesaingnya. Tidak
mudah untuk menjadi seorang wirausaha koperasi karena ada tiga faktor yang
membatasi gerak langkahnya yaitu kompetensi, motivasi, dan kebebasan
bertindak. Seorang wirausaha koperasi akan berhasil melaksanakan misinya bila
ada kemampuan, kemauan, dan kebebasan bertindak. Demikian jika ada
kemampuan, kemauan, dan diberi kebebasan bertindak dan mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan suatu tindakan, wirausaha koperasi seperti ini
akan berhasil dalam menjalakan misinya (Hendar 2010).

Rencana Pengembangan Usaha
Perusahaan pada umumnya akan selalu menginginkan untuk berkembang
menjadi lebih besar dan lebih menguntungkan sebagaimana juga motif ekonomi
setiap pribadi manusia. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan
merancang perencanaan bisnis. Rencana bisnis tidak hanya dibentuk dan berguna
bagi pengusaha yang hendak memulai bisnis, namun juga dibentuk dan berguna
bagi pengusaha yang sedang menjalankan bisnis Perencanaan bisnis yaitu sebagai
proses penentuan visi, misi, dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan,
program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu bisnis tertentu
(Bogadenta, 2013). Rencana bisnis yang disusun perusahaan juga dapat digunakan
sebagai panduan (road map) arah pengembangan usaha selama 3-5 tahun
mendatang (Solihin 2007).
Penyusunan rencana bisnis dan kegiatan studi kelayakan usaha memiliki
perbedaan yang terletak pada aspek manajemen strategis. Studi kelayakan usaha,
analisis lebih diarahkan kepada melihat layak tidaknya usaha baik dilihat dari segi
perhitungan ekonomi maupun segi teknis. Selanjutnya, pada penyusunan rencana
bisnis, pimpinan puncak perusahaan sebagai ahli strategi, akan meletakkan usaha
baru yang akan dijalankan tersebut di dalam susunan portofolio usaha yang
disesuaikan dengan misi, visi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan
dalam jangka panjang (Solihin 2007).

11

Menurut Solihin (2007) tujuh elemen dalam penyusunan rencana bisnis
yaitu:
1) Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana
bisnis baik menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan
rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi,
rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.
2) Uraian umum usaha yang akan dijalankan.
3) Rencana pemasaran
4) Rencana produksi
5) Rencana keuangan
6) Rencana sumber daya manusia
7) Risiko-risiko utama yang dihadapi usaha di masa depan.
Siklus pengembangan bisnis merupakan rangkaian dasar dalam perencanaan
dan pelaksanaan suatu kegiatan bisnis. Siklus ini merupakan tahap–tahap atau
urutan-urutan yang dilalui di dalam kegiatan suatu bisnis, meliputi identifikasi,
persiapan dan analisis, penilaian (appraisal), pelaksanaan (implementasi), serta
evaluasi (Nurmalina et al.2010).

Rencana Pemasaran

Pasar
Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang
ataupun jasa kepada para pembeli yang mempunyai keinginan dan kemampuan
untuk memiliki barang dan jasa tersebut hingga terjadinya kesepakatan transaksi
atau transfer atas kepemilikan barang atau jasa (Johan 2011). Aspek pasar harus
memperhatikan permintaan dan penawaran. Permintaan merupakan perkiraan
akan kemungkinan kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi dengan produk yang
dihasilkan. Penawaran merupakan jumlah produk yang akan ditawarkan kepada
pasar berdasarkan akan kemampuan produk tersebut.
Perkiraan permintaan dan penawaran sangat diperlukan terutama
akurasinya, jika permintaan melebihi penawaran, maka konsumen akan kecewa.
Sebaliknya jika penawaran melebihi permintaan, juga akan tidak baik karena
kerugian finansial akan muncul, karena barang menjadi bertumpuk dan tidak laku
akhirnya perusahaan akan memberikan diskon atau harus dibuang jika barangnya
tidak tahan lama atau telah kadaluarsa. Rencana pemasaran akan menjelaskan
pasar sasaran yang dipilih serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Solihin 2007).
a) Analisis Pasar
Analisis pasar secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu analisis
untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar meliputi segmentasi,
targeting, positioning. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar
menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik,
atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran
pemasaran terpisah. Targeting adalah proses mengevaluasi dan memilih satu

12

atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik. Positioning adalah
pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan
diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk
pesaing.
b) Analisis Bauran Pemasaran (Marketing Mix Analysis)
Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih
rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan
sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya.
Analisis bauran pemasaran sangat berguna bagi perusahaan dalam
memposisikan bauran pemasarannya terhadap bauran pemasaran yang dimiliki
pesaing (Solihin 2007). Indikator-indikator menurut Bagodenta (2013) yang
terdapat dalam pengembangan bauran pemasaran (marketing mix development)
terdiri atas:
1) Product (Produk)
Strategi produk, misalnya menyangkut atribut apa saja yang akan
digunakan produk perusahaan agar produk tersebut memiliki keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan pesaing (Solihin 2007). Terdiri dari
spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk
kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk
tersebut.
2) Price (Harga)
Strategi harga, misalnya menyangkut berapa harga jual produk yang harus
ditetapkan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek persaingan dan laba
(Solihin 2007). Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif;
strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar; diskon,
pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara
pembayaran.
3) Place (Tempat)
Terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk,
manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar
tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas.
4) Promotion (promosi)
Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari beberapa
jenis promosi yaitu iklan, promosi penjualan, serta pemasaran langsung.

Rencana Produksi
Rencana produksi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana
perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan memperoleh pasokan
bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi. Analisis
rencana produksi bertujuan untuk menentukan bentuk teknologi yang akan dipakai
dengan desain produk yang akan dipasarkan, kebutuhan investasi yang terdiri dari
mesin, lokasi, kendaraan maupun yang lainnya (Solihin 2007).

13

Perencanaan produk
Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.
Desain barang dan jasa selain akan menentukan proses produksi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan barang/jasa tersebut, juga akan sangat menentukan besarnya
biaya produksi, bahan baku yang akan digunakan, sumber daya manusia yang
dibutuhkan, dan kualitas barang yang akan dihasilkan.

Perencanaan kapasitas
Proses produksi yang akan dipilih perusahaan untuk mentransformasikan
input menjadi output akan menentukan jenis teknologi produksi yang akan
digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi. Selain itu, jenis teknologi
yang digunakan berupa mesin dan peralatan akan sangat menentukan kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan perusahaan. Proses produksi juga akan sangat
dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Pemilihan mesin dan
peralatan untuk proses produksi juga akan sangat menentukan besarnya investasi
awal yang harus dipersiapkan perusahaan untuk memulai kegiatan usaha (Solihin
2007).
Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya
dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas
adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan (demand).
Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan
akan menghasilkan produknya, sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen
(Bagodenta 2013).

Penentuan Lokasi dan Layout
Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting, karena akan
mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan
kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Bagodenta 2013). Selanjutnya,
penentuan lokasi dapat dipertimbangkan dengan baik dan mendalam dengan
memperhatikan sumber daya yang mau dipakai baik sumber daya bahan baku,
sumber daya manusia, transportasi, dampak terhadap lingkungan sekitar. Tata
letak (layout) urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku
menjadi barang jadi.

Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek manajemen merupakan faktor yang terpenting karena ide
pengembangan usaha akan menjadi kenyataan dibawah kepemimpinan sebuah tim
manajemen. Manajemen akan menentukan visi, misi, dan nilai-nilai dasar dari
perusahaan. Visi dan misi akan menjadi pegangan dan arahan seluruh organisasi
bergerak dalam pencapaian tujuan. Visi merupakan pandangan ke depan sebuah
organisasi usaha. Misi merupakan fungsi dasar filosofi sebuah organisasi usaha.

14

Nilai-nilai dasar akan menjadi pegangan bagi seluruh angggota organisasi dalam
menjalankan usaha.
Rencana sumber daya manusia antara lain berisi uraian mengenai jumlah
personel yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan
oleh masing-masing personel tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan
kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja dan lain sebagainya (Solihin
2007).

Aspek Legal
Mendirikan suatu usaha perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta
melakukan pendaftaran ijin usaha. Bentuk badan usaha salah satunya dapat berupa
koperasi. Langkah–langkah pendirian koperasi menurut Subandi (2011) sebagai
berikut:
1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang–orang yang ingin
mendirikan koperasi.
2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi
3. Menghubungi kantor Departemen Koperasi setempat
4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.
5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi.
6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi.
Badan usaha yang sudah ditentukan kemudian mengajukan permohonan
Akta Pendirian pembentukan usaha tersebut. Menurut Johan (2011) pada dasarnya
setiap usaha harus memiliki ijin usaha yang terdiri dari Surat Ijin Usaha
Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak. Pajak
penghasilan untuk badan usaha tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Tarif pajak penghasilan untuk badan usaha
Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto)
Tarif Pajak
(Rp)
Kurang dari Rp4.8 Miliar
1% x Penghasilan kotor (Peredaran
bruto)
Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 (0.25 – (0.6 Miliar/Penghasilan kotor))
Miliar
x Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Lebih dari Rp50 Miliar
25% x Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Struktur Organisasi
Perusahaan atau bidang usaha baik yang sudah berjalan maupun yang akan
berjalan harus memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi terdiri dari nama
orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masingmasing. Dalam struktur organisasi ini menggambarkan hubungan kerja antara
orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan
hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

15

Deskripsi Pekerjaan
Desain pekerjaan untuk menentukan apa saja yang diperlukan untuk
menjalankan organisasi. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, akan sangat
berbeda dengan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Desain
pekerjaan yang tergambar dari muatan pekerjaan (job content), uraian pekerjaan
(job description), tugas yang harus dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta
tanggung jawab dari pemegang jabatan akan menentukan persyaratan jabatan
tertentu yang memerlukan kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian
konseptual, keahlian teknik, keahlian bersosialisasi dan keahlian computer, dan
sikap tertentu dari sumber daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan
produksi.

Gaji dan Upah
Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi pegawai
untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan. Gaji adalah
imbalan yang dibayarkan oleh perusahaaan kepada pegawai sebagai balas jasa
atas kinerja yang telah diberikan terhadap perusahaan. Gaji tersebut biasanya
diberikan setiap bulan kepada tenaga kerja atau karyawan. Upah adalah imbalan
yang dibayarkan oleh perusahaan berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah
satuan produk yang dihasilkan oleh karyawan.

Rencana Kemitraan
Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar
(perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha
besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat3. Konsep
kerjasama yang dilakukan antara usaha menengah/besar didasarkan pada
kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah
pihak yang bermitra sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pihak-pihak yang
bermitra dalam pengembangan usaha adalah pemasok bahan baku, pelaku usaha,
pihak pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan
hukum (koperasi). Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan
memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
Aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran. Manfaat sosial pada business plan seperti daya serap
tenaga kerja pada perusahaan ketika memulai usaha hingga memproyeksikan
pengembangan usaha yang dapat membantu mengurangi angka pengangguran di
Indonesia, kemudian peran pemberdayaan masyarakat sekitar pada ruang lingkup
usaha dapat memiliki dampak bagi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Aspek
ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat
3

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0102.pdf (Diacu 7 Juli 2014)

16

menambah aktivitas ekonomi. Aspek lingkungan untuk mengetahui dengan
adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak
(Nurmalina et al.2010).

Rencana Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membuat
rencana usaha mengingat aspek inilah yang akhirnya akan menggambarkan
kelayakan suatu usaha. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu melihat
gambaran yang lebih jelas tentang bisnis. Rencana keuangan ini meliputi Arus kas
(Cash flow), Proyeksi laba/rugi, Perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi
meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net
Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Period
(PP).
1. Arus kas (Cash flow)
Aliran kas (cash flow) yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi
posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu. Cash flow menjadi bagian
terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, konsultan,
dan stakeholder yang lain untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan
kriteria kelayakan investasi yang ada.
Arus kas atau cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun
berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen
Inflow (arus penerimaan), Outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat
bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan). Komponen
inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan),
nilai sewa, dan salvage value (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya
investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan pembayaran bunga dan modal
pinjaman (debt service) (Nurmalina et al.2010).
2. Proyeksi laba/rugi
Analisis laba/rugi