Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4

ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN
NEGARA-NEGARA ASEAN+4

PANGRIO NURJAYA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4 adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014

Pangrio Nurjaya
NIM H14100119

4

ABSTRAK
Pangrio Nurjaya. Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negaranegara ASEAN+4. Dibimbing oleh Tanti Novianti
Sebagai kawasan yang memiliki potensi pariwisata yang besar, Negaranegara ASEAN beserta China, India, Jepang, dan Korea Selatan (ASEAN+4)
melakukan kerjasama untuk mendorong kinerja sektor pariwisata. Sektor
pariwisata memegang peran penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
dan penyerapan tenaga kerja di kawasan ini. Namun, perkembangan sektor
pariwisata di Negara-negara ASEAN+4 mengalami fluktuasi. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pariwisata terhadap
perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di

Negara-negara ASEAN+4. Data panel statis digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari 13 Negara ASEAN+4 selama periode 2005 sampai 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengeluaran wisatawan, investasi sektor
pariwisata, dan total belanja pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan Gross
Domestic Product (GDP) rill perkapita. Akan tetapi tingkat korupsi berpengaruh
negatif terhadap GDP rill perkapita. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kedatangan wisatawan ke Negaranegara ASEAN+4 adalah pelayanan publik, total perdagangan, harapan hidup dan
produk domestik bruto di negara tersebut. Akan tetapi, faktor harga berpengaruh
terhadap penurunan kedatangan wisatawan ke kawasan ini.
Kata kunci : ASEAN+4, data panel, GDP rill perkapita, kedatangan wisatawan,
pariwisata

ABSTRACT
Pangrio Nurjaya Analysis on the Effect of Tourism of the State Economy
ASEAN+4. Supervised by Tanti Novianti
As a region which has a great tourism potential, ASEAN and China, India, Japan,
and South Korea (ASEAN+4) cooperate to encourage the performance of the
tourism sector. The tourism sector plays an important role in increasing
household income and employment in the region. However, the development of
the tourism sector in the countries of ASEAN+4 fluctuated. Therefore, this study

aimed to analyze the affect of tourism on the economy and the factors that affect
tourist arrivals in ASEAN+ 4. Static panel data used to analyze the data obtained
from the 13 ASEAN+4 during the period 2005 to 2012. The results of this study
showed tourist spending, investment tourism sector, and total government
spending affect the increase in Gross Domestic Product (GDP) per capita rill.
However, the level of corruption negatively affect the real GDP per capita.
Furthermore, the results of this study indicate factors affecting the increase in
tourist arrivals to ASEAN+4 countries is a public service, the total trade, life
expectancy and gross domestic product in the country. However, the price factor
influence on the decline in tourist arrivals to the region.
Key word: ASEAN + 4, panel data, real GDP per capita, tourist arrivals, tourism.

ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN
NEGARA-NEGARA ASEAN+4

PANGRIO NURJAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara
ASEAN+4. Penyusunan tulisan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program Strata-1 pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua
orangtua dan keluarga penulis, yaitu Nurjoko (Ayah), Rusmiyati (Ibu), Andhayani

Nurjayati (Kakak), Indahyani Nurjayati (Adik), dan Daroyani (Keluarga) atas doa
serta dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis, dan moril selama proses
penyusunan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Widyastutik, S.E, M.Si dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji
atas kritik dan masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan
Ilmu dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata-1.
4. Bapak Dadang Djatnika dan Ibu Grace Margaretha dari Kementrian
Pariwisata Indonesia yang telah memberikan data dan informasi pariwisata
ASEAN+4 kepada penulis.
5. Afriani selaku teman dekat yang senantiasa memberikan doa serta dukungan
yang besar kepada penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan yaitu, Dian Pertiwi.W, Arti Ilhami, Laura Cita
Febrianty, Rahayu Aisyah.P, dan Ramos Martinus yang saling membantu
dalam penyusunan skripsi. Keluarga Pondok Iona yaitu, Albeta, Bagus,
Angga, Julia, Rumondang, dan Mardi yang senantiasa berbagi keceriaan.

7. Teman-teman HMI Cabang Bogor, Komisariat FEM IPB yaitu Achmad
Rivano.T, Andri Sukrudin, Luqman Azis, Tri Arifin Darsono, Khoerul Imam
Fatwani, Raditya Anggoro, Rizky Ananda, Candri Yuniar.R, (Alm) Aditya
Meilandi, Fajar Lubis, Ihsan, M.Nauval Fauzan Nst, dan kader angkatan 49
dan 50 yang telah bersama-sama berproses dalam dunia kampus dan
senantiasa menjadi patner diskusi. Yakusa.
8. Teman-teman Ilmu Ekonomi FEM IPB Angkatan 47 (Haris, Dwilaksono,
Carmin, Dwiki, Hanny, Cika, dan teman-teman yang lainnya) dan keluarga
Hipotesa FEM IPB yang senantiasa bertukar pikiran dalam berbagai hal.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang
berkepentingan.

Bogor, November 2014

Pangrio Nurjaya

8

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


6

Tujuan Penelitian

8

Manfaat Penelitian

8

Ruang Lingkup Penelitian

9

TINJAUAN PUSTAKA

9

METODE PENELITIAN


21

Jenis dan Sumber Data

20

Metode Pengolahan Data

21

Uji Hipotesis

24

Uji Asumsi

25

Uji Ekonomi


26

HASIL DAN PEMBAHASAN

28

Kondisi Umum Pariwisata di Kawasan ASEAN+4

28

Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Wilayah ASEAN+4

33

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Wisatawan ke Wilayah
ASEAN+4

37


SIMPULAN DAN SARAN

41

Simpulan

41

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

52

10

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan internasional
dunia pada tahun 2006-2013
2 Tabel 2 Total dan pertumbuhan investasi modal dunia pada sektor
pariwisata tahun 2009-2013
3 Tabel 3 Total dan pertumbuhan pengeluaran pemerintah di dunia
selama periode 2006 sampai 2012
4 Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata
terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013
5 Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total
selama periode 2006 sampai 2012
6 Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di
Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008-2012
7 Tabel 7 Rangkuman metode dan variabel pada literatur penelitian
8 Tabel 8 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan ke Negara-negara
ASEAN+4 periode 2008-2012
9 Tabel 9 Pertumbuhan pengeluarann wisatawan di Negara-negara
ASEAN+4 tahun 2008-2012
10 Tabel 10 Hasil Uji Chow dan uji Hausman model FEM 1
11 Tabel 11 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect
Model (FEM) 1
12 Tabel 12 Hasil uji normalitas model 1
13 Tabel 13 Efek individu perekonomian Negara-negara ASEAN+4
14 Tabel 14 Hasil Uji Chow dan uji Hausman Model FEM 2
15 Tabel 15 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect
Model (FEM) 2
16 Tabel 16 Hasil uji normalitas Model 2
17 Tabel 17 Efek individu kedatangan wisatawan di Negara ASEAN+4

2
2
3
5
6
7
17
29
30
33
34
34
36
37
38
38
41

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 3 Kerangka Pemikiran
2 Gambar 4 Investasi Modal Poduk Pariwisata (miliar US$) di ASEAN+4
Tahun 2006-2011
3 Gambar 5 Perrsentase Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pariwisata
terhadap Pengeluaran Total Pemerintah ASEAN+4 pada Tahun 2012

20
31
32

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Model 1 Perekonomian ASEAN+4
Lampiran 1 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti
Lampiran 2 Uji Likelihood
Lampiran 3 Uji Hausman
Lampiran 4 Uji Normalitas
Lampiran 5 Korelasi antar Variabel
Lampiran 6 Efek Individu
Model 2 Kedatangan Wisatawan di Negara-negara ASEAN+4
Lampiran 7 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti
Lampiran 8 Uji Likelihood
Lampiran 9 Uji Hausman
Lampiran 10 Normalitas
Lampiran 11 Korelasi antar Variabel
Lampiran 12 Efek Individu
Lampiran 13 Daftar Wawancara

46
46
47
47
47
47
48
49
49
50
50
50
50
51
51

12

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di abad
ke-21. Perkembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari
liberalisasi perdagangan sebagai bentuk lain dari globalisasi. Kemajuan sektor ini
terjadi seiring keterbukaan yang terjadi di berbagai negara. Menurut Nirwandar
(2011), pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang dan jasa bertujuan untuk
menghilangkan hambatan dalam aktifitas perdagangan, yang meliputi: transaksi
perdagangan barang dan jasa, sumber daya modal (investasi), dan pergerakan
manusia. Keterbukaan ini yang kemudian mendorong masyarakat untuk
berpergian tidak hanya dalam lingkup negaranya bahkan ke negara lain untuk
melakukan berbagai aktifitas termasuk perjalanan wisata. Selain itu,
perkembangan pariwisata terjadi seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di
era modern terhadap pariwisata. Kesibukan manusia terus mendorong seseorang
untuk menyegarkan kembali fikiran ditengah-tengah aktifitasnya. Beberapa
kelompok masyarakat tertentu juga mengaitkan kegiatan liburan sebagai hak azasi
manusia, yang diwujudkan melalui pemberian libur panjang atau paid holidays
(Nirwandar 2011). Ketersediaan waktu liburan ini memberikan peluang bagi
masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata.
Perkembangan teknologi informasi dan transportasi sangat berperan dalam
memberikan kemudahan bagi masyarakat ketika melakukan perjalanan wisata.
Perkembangan teknologi ini mempermudah masyarakat dalam memperoleh
informasi terkait tempat wisata dan melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan
wisata (DTW) dengan biaya yang murah dan cepat. Teknologi informasi
digunakan oleh banyak penyelenggara wisata bahkan pemerintah setempat
sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan berbagai keunggulan
wisata yang terdapat di daerah tersebut. Kemudian, perkembangan teknologi
transportasi yang semakin pesat juga mereduksi biaya perjalanan para wisatawan
dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan. Kemudahan-kemudahan ini yang
kemudian meningkatkan kunjungan wisata ke DTW dan menjadi penerimaan bagi
masyarakat setempat. Penerimaan ini diperoleh melalui pengeluaran yang
dilakukan oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan pengeluaran wisatawan dari tahun
2002 hingga 2013. Data pengeluaran wisatawan ini merupakan penjumlahan
pengeluaran wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara di setiap negara
dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan selama periode
ini mengalami fluktuasi. Pertumbuhan pengeluaran wisatawan tertinggi terjadi
pada tahun 2004 yang mencapai 11.83 persen. Akan tetapi, pada tahun 2009
terjadi penurunan yaitu sebesar 10.20 persen yang disebabkan karena krisis
finansial yang dihadapi dunia pada tahun 2008 (UNWTO 2009). Krisis finansial
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah konsumsi wisatawan dunia
terhadap produk-produk pariwisata. Rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan
dunia setiap tahunnya selama periode 2006 sampai 2013 adalah sebesar 1966.97
miliar US$. Kemudian, untuk rata-rata pertumbuhan pengeluaran wisatawan
setiap tahunnya mencapai 5.57 persen.

2

Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan dunia pada tahun 20012013
Jumlah Pengeluaran Wisatawan
Pertumbuhan
Tahun
(dalam miliar US$)
(%)
2002
2204.60
0.58
2003
2431.92
9.35
2004
2758.27
11.83
2005
2953.73
6.62
2006
3205.46
7.85
2007
3583.53
10.55
2008
3822.70
6.26
2009
3468.93
-10.20
2010
3738.09
7.20
2011
4211.41
11.24
2012
4322.73
2.58
2013
4455.49
2.98
Rata-rata
3429.74
5.57
Sumber: WTTC (2014)
Pariwisata menjadi sebuah sektor yang mampu meningkatkan
produktifitas barang dan jasa di DTW. Wisatawan menuntut empat pelayanan
utama yang baik dalam perjalanan wisata yang dilakukannya, yaitu: akomodasi,
transportasi, makanan, dan jasa hiburan (Eugenio et al. 2004). Hal tersebut
menjadikan industri pendukung pariwisata (seperti industri perhotelan, makanan,
kerajinan tangan, dan transportasi) juga turut berkembang seiring meningkatnya
kedatangan pariwisata ke DTW. Tidak hanya pihak swasta yang tertarik
berinvestasi pada sektor ini, pemerintah juga ambil bagian dalam menanamkan
modal guna menopang perekonomian di negaranya. Pada Tabel 2 dapat dilihat
total dan pertumbuhan investasi dunia pada sektor pariwisata periode 2009 sampai
2013.
Tabel 2 Investasi modal pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode
2009-2013
Investasi Modal
Tahun
Total (miliar US$)
Pertumbuhan (%)
2009
636.915
-15.07
2010
639.712
0.44
2011
712.508
10.22
2012
734.512
3.00
2013
754.631
2.67
Rata-rata
695.656
0.25
Sumber : WTTC (2014)
Menurut data yang dipublikasi oleh World Travel & Tourism Council
(WTTC) (2014) menunjukkan bahwa total dan pertumbuhan investasi modal
dunia pada sektor pariwisata pada tahun 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi.
Data ini menggambarkan besaran pengeluaran investasi modal oleh semua sektor

3

yang terlibat langsung dalam industri pariwisata. Rata-rata total investasi modal
dunia pada periode ini sebesar 695.656 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar
0.25 persen. Pertumbuhan investasi modal ini pada tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 15.07 persen yang disebabkan krisis finansial global. Setelah
tahun 2009 pertumbuhan investasi modal sektor pariwisata semakin meningkat
seiring dengan membaiknya perekonomian global pasca krisis finansial 2008 dan
semakin menariknya industri pariwisata bagi para investor (UNWTO 2009).
Perkembangan pesat industri pariwisata menjadikan pihak swasta dan
pemerintah di semua negara mulai melirik sektor pariwisata sebagai salah satu
sektor yang diharapkan mampu menunjang perekonomian di negaranya.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah pembangunan
pariwisata. Kebijakan yang dibuat ini merupakan panduan bagi para stakeholders
dalam menjalankan perannya. Tidak hanya itu, pemerintah sebagai pemegang
otoritas juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengatur, menyediakan,
dan menentukan berbagai infrastruktur yang terkait pengembangan pariwisata di
negaranya (Damanik dan Weber 2006).
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan
pertumbuhannya selama periode 2006-2012 disajikan pada Tabel 3. Data tersebut
menjelaskan bahwa total pengeluaran pemerintah selama periode ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar
10.63 persen dengan total pengeluaran 51.08 miliar US$. Persentase pertumbuhan
pengeluaran pemerintah terkecil terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.32 persen
dengan total pengeluaran sebesar 61.16 miliar US$. Secara umun kondisi ini
mencerminkan bahwa sektor pariwisata semakin menarik untuk dikembangkan
oleh negara-negara dunia.
Tabel 3 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan
pertumbuhannya selama periode 2006-2012
Total Pengeluaran
Petumbuhan
Tahun
(miliar US$)
(%)
2006
40.81
6.29
2007
45.64
10.60
2008
51.08
10.63
2009
52.18
2.12
2010
55.60
6.15
2011
60.35
7.86
2012
61.16
1.32
Sumber : WTTC (2014)
ASEAN sebagai wilayah yang terletak di Asia Tenggara memiliki potensi
pariwisata yang begitu besar baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata
belanja. Secara geografis wilayah ini teletak antara 28°LU - 11°LS dan 95°BT 141°BT sehingga wilayah ini memiliki iklim tropis dan subtropis dan berbagai
bentang alam yang begitu beragam. Gunung, hutan tropis, pantai, hingga laut
adalah karakteristik alam yang dimiliki wilayah ini. ASEAN juga didiami oleh
berbagai suku bangsa yang memiliki kekayaan budaya yang begitu beragam

4

menjadikan wilayah ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk mengenal
dan mempelajari budaya tersebut (Vovworld 2013). Selain wisata alam dan wisata
budaya yang menarik, wisata belanja yang berada di kawasan ASEAN juga
menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan internasional. Hal
tersebut terkait berbagai jenis barang kerajinan tangan hingga industri dengan
harga yang bervariasi. Begitu banyak kekayaan wisata yang dimiliki oleh negaranegara ASEAN, menjadikan sektor pariwisata menarik untuk dikembangkan oleh
negara-negara dikawasan ini.
Negara-negara ASEAN menjadikan pariwisata menjadi salah satu sektor
dari dua belas sektor yang dikembangkan dalam kerjasama ekonomi di kawasan
ini. Negara-negara ASEAN melakukan kerjasama dengan Negara-negara mitraASEAN yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India (ASEAN+4) untuk
mengembangkan sektor pariwisata di kawasan tersebut. Kerjasama ini dilakukan
dalam rangka pembuatan kebijakan agar terjadi berbagai perbaikan dan
kemudahan dalam penyediaan pelayanan jasa pariwisata di kawasan ASEAN+4.
Dasar kerjasama yang dilakukan oleh Negara ASEAN+4 diantaranya untuk
membangun kerjasama politik, pertukaran teknologi, peningkatan investasi, dan
perluasan pangsa pasar. Pembuatan kebijkan ini pada akhirnya diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian negara melalui sektor pariwisata (Djatnika 2014).
Bagi Negara-negara ASEAN+4, pariwisata menjadi salah satu penggerak
perekonomian masyarakat. Berkembangnya pariwisata akan mendorong berbagai
kegiatan produksi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melalui sektor
pariwisata negara-negara tersebut terus membangun perekonomian yang
berkesinambungan antar negara di kawasan ini. Kemudian, sektor ini juga
dianggap mampu dalam menyerap tenaga kerja, mengentaskan kemiskinan dan
mempersempit kesenjangan dalam perkembangan ekonomi yang terjadi antar
negara (Vovworld 2013).
Sebagai industri yang bersifat padat karya, pariwisata menjadi sektor
penting bagi Negara-negara ASEAN+4 dalam mengurangi tingkat pengangguran
di negara tersebut. Keberadaan pengangguran ini menjadikan produktivitas negara
tidak dapat maksimal, bahkan untuk lingkup makro hal ini dapat mengganggu
stabilan politik suatu negara (Djojohadikusumo 1994). Namun demikian dengan
berkembangnya sektor pariwisata, tidak hanya menyediakan diversivikasi sektor
perekonomian lain melainkan juga menciptakan kesempatan kerja baru,
khususnya bagi kaum perempuan, pemuda, dan golongan masyarakat yang
mempunyai kemampuan rendah (ILO 2009). Industri-industri yang bergerak di
sektor pariwisata pada umumnya merupakan industri yang memerlukan banyak
tenaga kerja. Industri yang banyak menyerap tenaga kerja diantaranya industri
akomodasi, industri rumah makan dan industri cendara mata. Kebutuhan industriindustri tersebut terhadap tenaga kerja akan meningkat seiring meningkatnya
kunjungan wisata.
Tabel 4 menyajikan jumlah dan share tenaga kerja sektor pariwisata
terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 pada tahun 2013. Jumlah
tenaga kerja terbesar yang terserap pada sektor ini terdapat di negara China yaitu
sebesar 64 412 300 orang, dan yang terkecil adalah negara Brunei dengan jumlah
tenaga kerja sebesar 15 100 orang. Share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap
pasar tenaga kerja terbesar terdapat pada negara Kamboja yaitu sebesar 20.4
persen dengan jumlah tenaga kerja sebesar 8 236 000 orang. Akan tetapi, share

5

terkecil tenaga kerja terhadap pasar tenaga kerja terdapat pada negara Myanmar
yaitu sebesar 2.9 persen dengan jumlah tenaga kerja sebesar 4 496 800 orang.
Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap
pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013
Negara
Jumlah Tenaga Kerja
Share
(ribu orang)
(%)
China
64412.3
8.3
Japan
4496.8
7.1
Korea Selatan
1582.2
6.3
India
35438.5
7.7
Brunei
15.1
7.4
Myanmar
823.6
2.9
Kamboja
1689.9
20.4
Indonesia
9227.5
8.3
Laos
373.9
12.3
Malaysia
1857.4
14.1
Philipina
4295.1
11.2
Singapura
295.6
8.6
Thailand
6011.4
15.3
Vietnam
4071.3
7.8
Rata-rata
9613.6
9.8
Sumber : WTTC (2014)
Selain berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pariwisata juga menjadi
salah satu sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan pendapatan
bagi negara-negara ASEAN+4. Sektor pariwisata merupakan sebuah sektor yang
didukung oleh berbagai industri. Selain menghasilkan produk jasa, sektor
pariwisata juga dapat mendorong peningkatan produksi pada industri-industri
lainnya seperti Industi transportasi, penginapan, makanan, cinderaamata, dan lain
sebagainya (Vovworld 2013). Secara agregatif peningkatan produksi dari berbagai
industri terkait pariwisata akan berpengaruh terhadap produktivitas suatu negara.
Menurut data yang dipublikasi oleh lembaga WTTC (2014), pertumbuhan
kontribusi total pariwisata terhadap GDP di Negara-negara ASEAN+4 selama
periode 2008 hingga 2012 mengalami fluktuasi (Tabel 5). Selama periode ini,
terdapat negara yang mengalami penurunan (pertumbuhan negatif) yaitu, Brunei
Darusalam, Malaysia, Kamboja, Philiphina, Thailand, Vietnam, India, dan Korea
Selatan. Penurunan tersebut terjadi akibat dampak krisis finansial dunia pada
tahun 2008 yang juga berdampak pada sektor pariwisata (UNWTO 2009).
Namun, untuk negara-negara yang tidak mengalami penurunan kondisi
pariwisatanya tidak optimal dalam menunjang GDP karena pertumbuhan yang
terjadi di negara tersebut juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

6

Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total di Negaranegara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen)
Tahun
Negara
2008
2009
2010
2011
2012
Brunei Darusalam
10.38
-18.45
18.43
16.26
2.06
Indonesia
16.57
6.28
17.03
14.03
3.61
Laos
25.58
10.64
20.35
13.48
9.04
Malaysia
7.03
-6.40
14.72
10.15
5.51
Myanmar
31.61
0.65
17.33
19.88
7.54
Kamboja
10.57
-1.51
6.88
20.52
9.86
Philiphina
-30.59
6.32
6.06
24.64
15.39
Singapura
4.43
9.18
22.12
19.02
4.19
Thailand
5.23
-10.58
7.34
18.73
15.06
Vietnam
35.74
-18.80
8.16
14.74
10.07
China
16.52
6.19
7.06
17.72
11.41
India
8.90
-11.38
18.76
12.65
-3.95
Jepang
7.65
4.62
4.86
7.24
3.13
Korea Selatan
-9.10
-4.42
10.05
3.34
4.95
Sumber : WTTC (2014)
Begitu pentingnya sektor pariwisata bagi perekonomian negara-negara
ASEAN dan Mitra ASEAN di era liberalisai, menjadikan pemerintah terkait akan
terus berupaya membangun dan mengembangkan pariwisata di daerahnya.
Namun, dalam penenerapan kebijakan yang dibuat pemerintah seringkali tidak
berjalan dengan efektif. Hal tersebut disebabkan karena pemerintah maupun
pelaku di sektor pariwisata kurang memahami perannya dalam merencanakan dan
mengimplementasikan program terkait pengembangan sektor pariwisata.
Kemudian, kurangnya kordinasi dan kerjasama lintas sektor di pemerintahan
dalam memacu kemajuan pariwisata menjadikan tidak optimalnya kinerja industri
pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006).
Negara-negara ASEAN+4 memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun
pengembangan sektor ini banyak menemui hambatan dalam perjalanannya. maka
kajian mengenai peran pariwisata dalam perekonomian suatu negara menjadi hal
yang penting untuk dilakukan. Kemudian, analisis faktor yang mempengaruhi
kedatangan pariwisata juga diperlukan dalam rangka mengetahui pengembangan
pariwisata di negara-negara ASEAN+4 untuk kedepannya.

Rumusan Masalah
Sektor pariwisata berperan penting dalam rangka meningkatkan
perekonomian suatu negara, khususnya dalam mengurangi jumlah pengangguran
dan meningkatkan produktivitas suatu negara (Eugenio, at al 2004). Pemerintah
setiap negara ASEAN+4 terus membuat berbagai program melalui kebijakankebijakan yang dapat meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Kebijakankebijakan yang dibuat ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke

7

negara tersebut dan sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan dari sektor
ini.
Tabel 6 menunjukkan pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan
internasional di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2012.
Menurut data yang dipublikasi oleh Bank Dunia (2014), menunjukkan bahwa
pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional ke Negara-negara
ASEAN+4 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Data tersebut juga menunjukkan
bahwa terjadi penurunan jumlah kedatangan wisata pada tahun 2008 dan 2009.
Penurunan jumlah kedatangan tersebut terjadi karena krisis finansial yang dialami
oleh dunia (UNWTO 2009). Krisis finansial ini juga berdampak pada
perekonomian negara-negara tujuan wisata dan menyebabkan berkurangnya
berbagai faktor produksi yang di dalamnya termasuk sektor pariwisata. Selain
pada tahun 2009, Jepang juga mengalami penurunan jumlah kedatangan
wisatawan pada tahun 2011, yang disebabkan karena bencana alam (gempa bumi
dan tsunami) yang terjadi di negara tersebut (Saputra 2011).
Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negaranegara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen)
Tahun
Negara
2008
2009
2010
2011
2012
Brunei Darusalam

26.26

-30.53

36.31

13.08

-13.64

Indonesia

13.22

1.44

10.74

9.24

5.15

Laos

13.4

-4.32

34.79

6.95

19.82

Malaysia

5.14

7.23

3.94

0.56

1.29

Myanmar
Kamboja

-28.50
5.46

20.58
1.74

21.86
16

20.46
14.91

NA
24.36

Philiphina

1.52

-3.89

16.67

11.28

9.09

Singapura

-2.25

-3.73

22.34

13.42

6.81

Thailand

0.83

-2.98

12.62

20.67

16.25

Vietnam

0.17

-11.54

34.77

19.09

13.87

China

-3.05

-4.1

9.41

3.44

0.25

India

3.96

-2.18

11.76

9.23

4.26

Jepang

0.05

-18.69

26.82

-27.78

34.39

Korea Selatan
6.87
Sumber : World Bank (2014)

13.45

12.54

11.33

13.73

ASEAN+4 memiliki potensi pariwisata yang besar dan berkontribusi bagi
perekonomian di kawasan tersebut. Hal tersebut terkait penerimaan yang
diperoleh masyarakat dari pengeluaran wisatawan dalam melakukan kunjungan
wisata. Selain itu, keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor padat
karya juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di kawasan tersebut. Akan

8

tetapi, besarnya potensi pariwisata belum mampu menopang perekonomian secara
optimal. Karena pertumbuhan kontribusi pariwisata terhadap GDP yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut masih megalami fluktuasi selama periode
2008 sampai 2012 (Tabel 5). Menurut Nirwandar (2011) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan pariwisata di era globalisasi diantaranya kemajuan
teknologi, kualitas sumberdaya manusia, pelayanan pariwisata, tingkat keamanan,
dan tingkat kesehatan. Oleh karena itu, perlu dianalisis tentang pengaruh
pariwisata terhadap perekonomian di negara ASEAN+4.
Sebagi pemegang otoritas, pemerintah perlu menerapkan suatu kebijakan
yang tepat untuk mengembangkan dan memperbaiki berbagai fasilitas dan
pelayanan di sektor pariwisata. Kebijakan yang tepat ini akan mengoptimalkan
kinerja industri pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006).
Kedatangan wisatawan menjadi kunci dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah,
seiring perkembangan sektor pariwisata dunia. Maka perlu dianalisis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan internasional ke
kawasan ASEAN+4.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dianalisis
dalam penelitian ini diantaranya :
1. Bagaimana kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4?
2. Bagaimana pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negaranegara ASEAN+4?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke
negara-negara ASEAN+4?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran pada bagian latar belakang dan permusan masalah
di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4.
2. Menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian Negaranega ra ASEAN+4.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan
ke wilayah ASEAN+4.

Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat memberikan masukan
maupun solusi untuk pengembangan pariwisata di wilayah ASEAN+4.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan serta
wawasan serta informasi pariwisata di wilayah ASEAN+4 dan dapat
digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya.
3. Bagi pelaku industri pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan dalam meningkatkan kinerja pariwisata.

9

4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan dasar merumuskan
kebijakan ataupun program dalam rangka meningkatkan kinerja sektor
pariwisata guna meningkatkan kinerja perekonomian Negara-negara
ASEAN+4.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini menganalisis tentang pengaruh sektor
pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4 dengan
menambahkan variabel korupsi sebagai variabel tambahan. Selanjutnya,
penelitian lebih difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4. Negara ASEAN yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos,
Malaysia, Philiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Negara Myanmar tidak
dimasukan sebagai objek penelitian ini, karena adanya keterbatasan data yang
tersedia untuk negara ini. Terdapat empat negara mitra ASEAN yang juga
menjadi objek penelitian diantaranya China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Periode 2005 sampai 2012 digunakan sebagai waktu pengamatan karena
keterbatasan data sebelum dan sesudah periode ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan pergerakan manusia dalam melakukan perjalanan atau persinggahan
sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar
lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif
tanpa bermaksud mencari nafkah tetap (BPS 2014). Kemudian, menurut UNWTO
(2014) pariwisata merupakan fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang
melibatkan pergerakan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan mereka
untuk tujuan-tujuan profesional pribadi atau bisnis (UNWTO 2014).
GDP Berdasarkan Komponen-komponen Pengeluaran
GDP sering dianggap sebagai indikator terbaik dalam mengukur kinerja
ekonomi. GDP merupakan indikator yang digunakan untuk meringkas aktivitas
ekonommi dalam satuan nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu.
Banyak para ekonom dan pembuat keputusan menjelaskan bahwa pos pendapatan
nasional membagi GDP ke dalam empat kelompok pengeluaran yaitu konsumsi,
investasi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih (Mankiw 2007). Kelompok
pengeluaran GDP tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = C + I + G + NX

10

Keterangan:
Y
= GDP atau pos pendapatan nasional
C
= konsumsi
I
= investasi
G
= pengeluaran pemerintah
NX = ekspor bersih
Persamaan diatas menunjukkan GDP sebagai jumlah dari konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan ini merupakan
sebuah persamaan identitas yang harus digunakan agar variabel-variabel dapat
didefinisikan. Persamaan ini biasa disebut sebagai identitas pos pendapatan
nasional (national income accounts identity).
Konsumsi merupakan pos yang terdiri dari jumlah barang dan jasa yang
dibeli oleh rumah tangga. Konsumsi ini terbagi atas tiga subkelompok, yaitu
barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama
adalah jenis barang yang habis dipakai dalam waktu yang singkat. Barang tahan
lama adalah jenis barang yang mempunyai usia panjang. Jasa merupakan
pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu atau perusahaan.
Investasi adalah barang-barang yang dibeli untuk keperluan atau
penggunaan di masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga subkelompok, yaitu
investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan.
Investasi tetap bisnis merupakan suatu pembelian terhadap pabrik dan peralatan
baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembeliaan rumah baru oleh
rumah tangga dan pemilik modal. Investasi persediaan merupakan peningkatan
dalam persediaaan barang perusahaan.
Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah
pusat maupun daerah. Jenis pembelian ini meliputi peralatan militer, infrastuktur,
dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Akan tetapi pemberian jaminan
sosial dan kesejahteraan tidak termasuk di sini, karena pada kasus ini hanya
merelokasi pendapatan yang ada dan tidak memerlukan pertukaran barang dan
jasa.
Net ekspor atau ekspor bersih merupakan nilai barang dan jasa yang
diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara
lain. Ekspor neto menunjukkan positif terjadi ketika nilai ekspor lebih besar
dibandingkan nilai import, dan begitupula sebaliknya.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja perekonomian di suatu negara. Pengukuran kinerja ini dilihat
melalui jumlah output yang dihasilkan oleh rumah tangga dan perusahaan di suatu
negara. Dalam kegiatan perekonomian keduanya akan saling berhubungan. Dilihat
dari sisi pengeluaran, Rumah tangga akan mengeluarkan biaya terhadap output
dari perusahaan yang mereka konsumsi. Perusahaan akan mengeluarkan biaya
untuk upah dan gaji kepada rumah tangga sebagai penyedia faktor produksi yang
dimiliki oleh rumah tangga (Todaro dan Smith, 2006). Selain itu, pemerintah juga
mempunyai peran dalam perekonomian yang terjadi. Penerimaan yang diperoleh
pemerintah dari pajak yang dibayarkan rumah tangga dan perusahaan kemudian

11

dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sarana penunjang perekonomian seperti
belanja infrastruktur, gaji pegawai, dan lain sebagainya.

Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar pada dasarnya menjelaskan hubungan
atara tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi. Dasar pemikiran teori ini
adalah bahwa pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu hanya cukup untuk
menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah pada satu periode. Dalam
periode berikutnya tingkat pendapatan nasional ini tidak akan mampu menyerap
seeluruh tenaga kerja yang ada, karena adanya tambahan kapasitas produksi pada
periode berikutnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian
diperlukan tambahan investasi baru sebagai tambahan modal yang digunakan
untuk penyerapan tingkat tenaga kerja penuh pada periode berikutnya. Menurut
Todaro dan Smith (2006), model pertumbuhan Harrod-Domar dapat disusun
melalui persamaan berikut :
1. Pada persamaan pertama mendefinisikan bahwa Tabungan (S) merupakan
bagian dalam jumlah tertentu (s) dari total pendapatan nasional (Y). Dapat
ditulis dalam persamaan berikut:
S = sY
2. Pada persamaan kedua menjelaskan bahwa perubahan stok modal ( )
mempunyai hubungan langsung terhadap perubahan jumlah pendapatan
nasional atau output ( ), seperti ditunjukan oleh rasio modal-output (k).
Maka persamaan tersebut adalah:
=k
3. Jika diketahui bahwa
= (S=I) dan k
persamaan sebagai berikut:

=sY maka dapat dibuat

Persamaan tersebut merupakan persamaan dalam teori pertumbuhan
Harood-Domar, yang secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
GDP ( ) ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan (s) dan rasio
modal-output nasional (k).
Secara spesifik teori Harrod-Domar menyatakan bahwa tanpa adanya
intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara
langsung atau berbanding lurus dengan rasio tabungan. Kemudian akan secara
langsung berbanding terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu
perekonomian.

12

Teori Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow merupakan sebuah model yang berkontribusi
dalam pembentukan teori pertumbuhan neoklasik yang juga menjadi sebuah dasar
pemikiran dalam pembentukan liberalisasi perdagangan antar negara. Model ini
menyatakan bahwa perekonomian semua negara akan bertemu (converge) pada
tingkat pendapatan yang sama, dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut
memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan
produktivitas yang sama (Mankiw 2007).
Model Solow menjelaskan interaksi antara pertumbuhan tenaga kerja,
pertumbuhan modal dalam suatu perekonomian. Kemajuan teknologi juga
ditetapkan sebagai faktor residu dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang dan juga diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya (Mankiw 2007). Selanjutnya, tingkat kemajuan teknologi
(sebagai penentu produktivitas tenaga kerja) ditentukan secara eksogen, sehingga
model ini terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan eksogen. Adapun
perumusan model ini menggunakan fungsi agregat standar, yaitu:

Dimana,
Y = output total
K = stok modal modal total
L = tenaga kerja total
E = efisiensi tenaga kerja
L x E digunakan untuk mengukur jumlah para pekerja efektif. Perhitungan
tersebut mengukur jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E.
Fungsi produksi ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada stok
modal total K dan jumlah pekerja efektif (L x E).
Fungsi produksi yang digunakan dapat menunjukkan ekulibrium
perekonomian pada jangka panjang. Kondisi ini diperoleh ketika perubahan
persediaan modal yang terjadi sama dengan nol. Perubahan persediaan modal
sendiri diperoleh dari selisih antara investasi dikurang investasi pulang pokok.
Adapun perumusannya adalah sebagai berikut:
Perubahan persediaan modal = investasi – investasi pulang pokok
Δk
= sf(k)
– ( + n +g)k
Mengacu pada fungsi produksi sebelumnya k dinyatakan sebagai K / (L x
E) yang menujukan modal per pekerja efektif. Selanjutnya, y ditunjukan dari Y /
(L x E) sebagai output per pekerja efektif atau dapat ditulis kembali sebagai y =
f(k) dan s sebagai tingkat tabungan. Karena k = K / (L x E) maka ada tiga kaidah
yang dapat menjelaskan investasi pulang pokok: k dibutuhkan untuk
menggantikan modal yang terdepresiasi, nk digunakan untuk menyatakan modal
yang diberikan kepada para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk pemberian
modal kepada para pekerja efektif baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.
Kondisi ketika perubahan persediaan modal sama dengan nol yang diperoleh dari

13

investasi yang diberikan dikurang investasi pulang pokok merupakan kondisi
mapan (stady-state level of capital).
Peran pariwisata dalam perekonomian
Pekembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari begitu
pentingnya peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu negara. Banyak
sektor ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
sektor pariwisata. Industri pariwisata mempunyai dampak ganda (multiplier
effect) terhadap perekonomian. Selain itu pariwisata juga memberikan keuntungan
ke bawah, terutama bagi masyarakat diwilayah tersebut. Dalam keadaan ideal,
pariwisata menghidupkan pasar lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap
impor. Multiplier effect ini juga akan berpengaruh terhadap semakin membaiknya
kualitas pelayanan lokal melalui investasi dan belanja dalam negeri (Ismayanti
2010).
Menurut Yoeti (2008), Sektor pariwisata berfungsi sebagai katalisator
pembangunan (agent of development) sebuah wilayah sekaligus mempercepat
proses pembangunan itu sendiri. Adapun peran sektor pariwisata bagi
perekonomian suatu wilayah yaitu:
1. Meningkatkan perolehan devisa negara.
2. Mempercepat dan memperluas proses kesempatan berusaha.
3. Memperbesar kesempatan kerja bagi masyarakat.
4. Mempercepat proses pemerataan pendapatan.
5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan penerimaan daerah
melalui retribusi.
6. Meningkatkan pendapatan negara.
7. Memperkuat posisi neraca pembayaran negara.
8. Mendorong pertumbuan dan pembangunan wilayah yang memiliki
sumberdaya alam terbatas.

Faktor daya tarik kedatangan wisatawan
Ada beberapa faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah
tujuan wisatawan (DTW). Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan
wisatawan berkunjung ke tempat wisata adalah sebagai berikut:
1. Harga
Harga menjadi salah satu faktor penentu bagi wisatawan berkujung ke
suatu tempat wisata. Namun, seringkali faktor harga menjadi
pertimbangan kedua dalam penentuan permintaan pariwisata. Kebanyakan
wisatawan mementingkan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dengan
waktu yang diinginkannya.
2. Daya tarik wisata
Kedatangan wisatawan juga ditentuka oleh pemilihan DTW yang akan
dikunjungi. Bagi wisatawan kesesuaian keinginan dan daya tarik yang
disediakan oleh DTW menjadi faktor penentu wisatawan untuk
berkunjung. Daya tarik ini biasanya berkaitan dengan karakteristik atau
macam-macam pariwisata yang ditawarkan.

14

3. Kemudahan berkunjung
Asesibilitas wisatawan untuk berkunjung ke DTW mempengaruhi pilihan
kunjungan wisatawan. Asestabilitas ini berkaitan dengan ketersediaan
transportasi dan prasarana yang memadai (seperti bandara yang nyaman,
infrastruktur jalan, air bersih, listrik, dan jumlah hotel).
4. Infomasi dan layanan sebelum kunjungan
Semua informasi tentang sarana yang dibutuhkan wisatawan di DTW
berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Sarana ini terkait dengan
tempat penukaran valuta asing, perpanjangan visa, dan pemesanan tiket
kepulangan wisatawan.
5. Citra
Seringkali wisatawan memiliki kesan tesendiri tentang DTW. Hal tersebut
berkaitan dengan citra yang ditimbulkan oleh DTW terhadap wisatawan
dan keyakinan wisatawan akan pariwisata yang akan diperoleh ketika
berkunjung ke DTW. Selanjutnya citra ini akan menjadi suatu
pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.

Penelitian Terdahulu
Studi yang dilakukan oleh Eugenio-Martin et al. (2004) mengenai
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data panel untuk
negara-negara Amerika Latin menunjukkan bahwa bahwa jumlah kedatangan
pariwisata, GDP tahun sebelumnya, investasi dari pendapatan domestik dan
stabilitas negara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran
pemerintah dan tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam penelitian ini variabel pariwisata diukur dari besarnya investasi
dan kedatangan pariwisata tahun sebelumnya. Indikator investasi pariwisata
dilihat dari investasi dari pendapatan domestik, pengeluaran publik untuk
pendidikan, konsumsi umum pemerintah, stabilitas negara dan tingkat korupsi.
Indikator kedatangan pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan dan GDP tahun
sebelumnya. Selanjutnya, pada penelitian oleh Eugenio-Martin, et al (2004) yang
meneliti tentang penentu kedatangan pariwisata di Amerika Latin dan membagi
negara menjadi tiga kelompok berdasarkan per kapita (tinggi, menengah, dan
rendah). Hasilnya menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan ke negara-negara
Amerika Latin di pengaruhi oleh GDP, angka harapan hidup dan perdagangan
yang semuanya berpengaruh positif. Hasil penelitian dengan membagi negara
berdasarkan tingkat pendapatannya mendapatkan hasil yang berbeda-beda.
Kedatangan wisatawan di negara pendapatan tinggi dipengaruhi secara positif
dengan pendapatan per kapita negara tujuan, tingkat pendidikan tinggi dan
menengah, akan tetapi tingkat investasi per kapita berpengaruh secara negatif.
Kemudian, kedatangan wisatawan di negara berpendapatan menengah
dipengaruhi secara positif oleh pendapatan perkapita, perdagangan dan harapan
hidup di negara tujuan. Kedatangan wisatawan di negara berpendapatan rendah
dipengaruhi positif oleh pendapatan per kapita, investasi per kapita, harapan hidup
dan tingkat pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Naude dan Saayman (2005) menggunakan
analisis data panel mengenai penentu kedatangan wisatawan ke Afrika. Hasil

15

penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik, infrastruktur pariwisata,
pembangunan negara, kesehatan, berpengaruh positif bagi kedatangan wisatawan.
Namun, faktor pendapatan wisatawan memiliki hubungan negatif terhadap
kedatangan wisatawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sodik dan Nuryadin (2005) mengenai
investasi dan pertumbuhan ekonomi regional di 26 propinsi di Indonesia pada
periode 1998 sampai 2003 menunjukkan bahwa investasi dalam dan luar negeri,
keterbukaan ekonomi yang diwakili oleh nilai ekspor bersih berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, variabel laju inflasi hanya berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi regional pada tahun 2000 sampai 2003. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel.
Penelitian yang dilakukan oleh Dritsakis (2012) mengenai hubungan
antara pembangunan pariwisata yang diukur dari penerimaan dari turis perkapita
dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi tujuh negara di Mediterania. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terbukti dari hubungan panel kointegrasi antara
pembangunan pariwisata dan GDP dalam kasus tujuh negara di Mediterania. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pariwisata memiliki dampak yang tinggi
pada GDP negara tersebut. Selain itu, nilai tukar juga mempengaruhi terhadap
peningkatkan perekonomian negara.
Dita (2013) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan pariwisata internasional Indonesia dari negara-negara
ASEAN. Hasil dari analisis menggunakan data panel pada penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah akomodasi dan permintaan tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata ini. Variabel GDP negara asal,
harga relatif, dan infrastruktur negara tujuan berpengaruh negatif terhadap
permintaan pariwisata Indonesia. Variabel infrastruktur yang diwakili oleh
panjang jalan beraspal berpengaruh negatif terhadap kedatangan pariwisata. Hal
ini terkait kecenderungan wisatawan yang tidak mempedulikan infrastruktur.
Penelitian tentang model permintaan pariwisata Indonesia dilakukan
Hakim, et al. (2013) yang menggunakan proksi kedatangan wisatawan asing
sebagai variabel permintaan pariwisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
permintaan pariwisata di indonesia dipengaruhi oleh GDP Indonesia, GDP negara
asal wisatawan, harga pariwisata Indonesia, harga pariwisata negara lain,
konsumsi pariwisata. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa GDP
Indonesia, GDP negara asal, harga pariwisata negara lain dan konsumsi
berpengaruh positif terhadap penawaran wisata Indonesia. Akan tetapi, harga
pariwisata Indonesia berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata.
Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan metode fixed effect.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Makochekanwa (2013) dengan judul an
analysis of tourism contribution to economic groeth in SADC (Southern Africa
Development Community) countries. Penelitian ini mengunakan metode data
panel statis sebagai alat analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengeluaran wisatawan mancanegara, investasi modal sektor pariwisata, index
kebebasan ekonomi, partisipasi sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan
GDP perkapita suatu negara. Akan tetapi, investasi langsung dan total konsumsi
rumah tangga berpengaruh negatif terhadap perekonomian di wilayah ini.
Subekti (2013) melakukan penelitian tentang dampak korupsi dan variabel
ekonomi lainnya terhadap perekonomian sepuluh negara ASEAN+3 tahun 2000

16

sampai 2010. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi modal fisik, belanja
pemerintah, dan pengeluaran pendidikan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Variabel korupsi berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Korupsi diindikasikan sebagai rendahnya
kualitas institusi pemerintah yang menghambat kinerja perekonomian di kawasan
ASEAN+3.
Beberapa penelitian terkait pariwisata dan pertumbuhan ekonomi
menggunakan metode analisis data panel dinamis. Namun, metode data panel
statis juga dapat digunakan dalam penelitian ini seperti yang dilakukan oleh
Makochekanwa (2013) dalam penelitian di negara-negara SADC. Namun,
penelitian ini melihat pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi
berdasarkan pengeluaran wisatawan yang terdiri dari pegeluaran wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik untuk produk-produk pariwisata di negara
tujuan, investasi modal di sektor pariwisata, dan total pengeluaran pemerintah.
Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan variabel tingkat korupsi yang
mempengaruhi tingkat efisiensi dan kinerja perekonomian suatu negara (EugenioMartín et al. 2004).
Selanjutnya, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan
pariwisata ke DTW pada penelitian ini menggunakan metode panel statis.
Beberapa penelitian menggunakan variabel harga dalam menentukan kedatangan
wisatawan ke tempat tujuan wisata yang dilihat dari perbandingan antara index
harga konsumen negara tujuan terhadap index harga negara asal wisatawan
terhadap nilai tukar antar dua negara. Namun, pada penelitian ini variabel yang
digunakan merupakan perbandingan antara nilai tukar nominal dan paritas daya
beli antara negara tujuan terhadap Amerika (Eugenio-Martín et al. 2004). GDP
perkapita negara tujuan harapan hidup dan perdagangan juga digunakan sebagai
variabel independen dalam penelitian ini dengan merujuk pada penelitian
Eugenio-Martín et al. (2004). Kualitas pelayanan publik digunakan dalam
pen