Prevalensi Otitis Eksterna Maligna di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011-2013

(1)

Lampiran 1.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosafat H M G

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 9 Mei 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Menteng VII Gg.Kurnia No.14 Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK St.Antonius (1998-1999)

2. SD.St.Antonius VI Medan (1999-2005) 3. SMP.St.Thomas 1 Medan (2005-2008) 4. SMA.St.Thomas 1 Medan (2008-2011) Riwayat pelatihan : -


(2)

(3)

Lampiran 4

Lembar Check List Rekam Medis OEM No No rekam medis Jenis

kelamin

Usia Penyakit penyerta

Gejala Klinis

Penatalaksan aan 1 45.10.76 Pria (1) 69 tahun

(5)

DM (1) Otalgia (5) Antibiotic (2)

2. 51.10.71 Wanita (2) 77 tahun (5)

DM (1) Otorhea (6)

Antibiotic (2)

3 57.64.96 Wanita (1) 60 tahun (4)

DM (1) Otorhea, otalgia (2)

Antibiotic (2)

4 48.87.35 Pria (1) 40 tahun (3)

HIV (2) Otalgia,oto rhea (2)

Antibiotic (2)

5 04.68.17 Pria (1) 45 tahun (3)

DM (1) Otalgia (5) Antibiotik (2)

6 42.10.04 Wanita (2) 47 tahun (3)

DM (1) Otalgia,oto rhea (2)

Antibiotic (2)


(4)

Lampiran 5. Output SPSS

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid pria 3 50.0 50.0 50.0

wanita 3 50.0 50.0 100.0 Total 6 100.0 100.0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 31-50 tahun 3 50.0 50.0 50.0

51-60 tahun 1 16.7 16.7 66.7 >60 tahun 2 33.3 33.3 100.0 Total 6 100.0 100.0

penypenyerta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid DM 5 83.3 83.3 83.3

Bukan DM 1 16.7 16.7 100.0 Total 6 100.0 100.0

tatalaksana

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid antibiotik 6 100.0 100.0 100.0


(5)

gejalaklinis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid otalgia + ottorhea 3 50.0 50.0 50.0

otalgia 2 33.3 33.3 83.3 ottorhea 1 16.7 16.7 100.0 Total 6 100.0 100.0


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Berenholz, L., Katzenell, U., Harell, M., 2002. Evolving resistant pseudomonas to ciprofloxacin in malignant otitis external . Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12352675 [ Accesed 26 Maret 2014 ] Carfrae, M.J., Kesser, BW., 2008. Malignant Otitis Externa. Available from : http://www.osuem.com/downloads/resources/alignantOtitisExterna.pdf [ Accesed 20 November 2014]

Carney, S.,2008.Malignant otitis externa. In: Browning,et al,(eds) Scott-Brown’s otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. Michigan:Butterworths,3336-9.

Chandler ,J.R., 1974. Malignant external otitis : Laringoscope . Available from : http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview [ Accesed 26 Maret 2014 ]

Franco-Vidal,V., Blanchet,H.,Bebear,C.,Dutronc,H.,Darrouzet,V,2007. Necrotizing external otitis : a report of 46 cases. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17721365 [ Accesed 26 Maret 2014 ] Ghazali,M.V.,Sastromihardjo,S.,Soedjarwo,S.R.,Soelaryo,T.,Pramulyo,H.S.,(edito r) 2013.Studi cross-sectional. Dalam: Sastroasmoro,S.,Ismael,S.,.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klins. Jakarta. Penerbit : Sagung Seto , 140 Guss,J.,Ruckenstein,M.J.,2010. Infection of The external Ear. In: Flint,et al,(eds)

Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery.Philadelphia:Mosby Elsevier,1944-8

Hamzany, Y., Soudry, E., Preis, M.,Hadar, T.,Hilly,O.,Bishara,J.,et al., 2011 . Fungal Malignant otitis external . Available : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0163445311000028 [ Accessed 26 Maret 2014]


(7)

Jung, T.T.,2003. Disease of The External Ear. In: Snow.J, Ballenger.J.,(eds) Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Ontario:BC

Decker, 238- 41.

Lambor,D.V., Das,C.P., Goel, H.C., Tiwari,M., Lambor,D.S., Fegade, M.V., 2013.Necrotising otitis external :clinical profile and management protocol.

Available from :

http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid =9080992 [ Accesed 26 Maret 2014]

Latham,et al.,2008. Hyperbaric Oxigen Therapy. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview [Accessed 12 December 2014]

Levenson,M.J., Parisier, S.C., Dolitsky, J.,Bindra, G., 1991. Ciprofloxacin : drug of choice in the treatment of malignant otitis external . Available from :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1865729 [ Accesed 26 Maret 2014 ] Linstrom,C.J.,Lucente.F.E.,2013. Diseases of The External Ear. In: Johnson.J,et

al, (ed).Bailey’s Head & Neck Surgery Otolaryngology. Michigan:Lippincott William & Wilkins, 2340-3.

Mani, N., Sudhoff,H., Rajagopal, S., Moffat, D., Axon,PR., 2007. Cranial nerve involvement in malignant otitis external : implication for clinical outcome. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17473694 [ Accesed 26 Maret 2014 ]

Moore, K.L., Agur, A., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Hipokrates

Nussenbaum,B., 2014. Malignant Otitis Externa. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview [ Accessed 3 April 2014]

Peleg, U., Perez, R., Raveh, D., Barelowitz, D., Cohen, D., 2007. Stratification for malignant external otitis. Available from : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0194599807002173 [ Accessed 26 Maret 2014 ]

Philips,J.S.,Jones,S.E.M.,2006. Hyperbaric oxygen as an adjuvant treatment for malignant otitis externa.Available from :


(8)

http://www.sld.cu/galerias/pdf/sitios/rehabilitacion-fis/oh-otitis_ext.pdf [Accessed 12 December 2014]

Roland,P.S.,Stroman,D.W.,2002.Microbiology of acute otitis externa,

Laryngoscope. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12169893. [Accessed 12 December 2014]


(9)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.2. Definisi Operasional

- Prevalensi adalah jumlah kasus penyakit dalam suatu waktu tertentu dihubungkan dengan besarnya populasi. Perhitungan prevalensi di sini adalah jumlah kasus OEM periode Januari 2011 hingga Desember 2013 dibandingkan dengan populasi. Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh kasus otitis eksterna dalam periode Januari 2011 hingga Desember 2013.

- Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien OEM pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini didapat dengan melakukan observasi.Alat ukur yang dipakai adalah data rekam medis. Hasil ukur adalah :

- Pria = 1 - Wanita = 2 Jenis

Kelamin

Usia Penyakit penyerta

penatalaksanaan OEM

Prevalensi

gejala klinis


(10)

Skala : nominal

- Usia adalah umur pasien OEM saat penelitian dilaksanakan dan umur dinyatakan dalam tahun. Hal ini didapat dengan melakukan observasi.Alat ukur yang dipakai adalah data rekam medis. Hasil ukur adalah :

o < 10 tahun = 1 o 11-30 tahun = 2 o 31-50 tahun = 3 o 51-60 tahun = 4 o > 60 tahun = 5 Skala ukur :ordinal

- Penyakit penyerta adalah penyakit yang menjadi faktor resiko pasien OEM. Hal ini didapat dengan melakukan observasi. Alat ukur yang dipakai adalah data rekam medis. Hasil ukur adalah

o Pasien dengan DM = 1 o Pasien tidak DM = 2 Skala ukur : nominal

- Penatalaksanaan adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan pertolongan atau menyembuhkan pasien OEM. Hal ini didapat dengan melakukan observasi. Alat ukur yang dipakai adalah data rekam medis. Hasil ukur adalah :

o Tatalaksana dengan antibiotik dan debridement = 1 o Tatalaksana dengan antibiotik = 2

o Tatalaksana dengan debridement = 3 Skala ukur : nominal

- Manifestasi klinis adalah keluhan pasien yang dicatat di rekam medis dan temuan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik. Hal ini didapat


(11)

dengan melakukan observasi. Alat ukur yang dipakai adalah data rekam medis. Hasil ukur adalah :

o Otalgia , otorhea , granulasi pada MAE =1

o Otalgia , otorhea =2

o Otalgia , granulasi pada MAE = 3

o Otorhea , granulasi pada MAE = 4

o Otalgia = 5

o Otorhea = 6

o granulasi pada MAE = 7 skala ukur : nominal


(12)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian mendeskripsikan prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2014 hingga Desember 2014.

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Belum adanya penelitian yang akurat tentang prevalensi OEM di Indonesia dan karena penulis bertempat tinggal di Kota Medan menjadi alasan mengapa penelitian ini dilakukan di rumah sakit rujukan tertinggi di Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pada RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari 2011 hingga Desember 2013 yang didiagnosis menderita otitis eksterna.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling, dimana semua pasien yang menderita OEM pada RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2011-2013 dimasukkan ke dalam sampel penelitian.


(13)

o Sampel harus memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu pasien telah didiagnosis OEM.

Kriteria eksklusi dari sampel dalam penelitian ini:

o Sampel dengan rekam medis yang tidak lengkap, meliputi umur, gejala klinis, penyakit penyerta, jenis kelamin dan tata laksana.

4.4 Metode pengumpulan data

Data diperoleh dari instalasi rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

4.5 Pengelolaan dan analisis data

Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien OEM. Data yang telah terkumpul itu kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Program and Service Solutian (SPSS). Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara deskriptif. Data kemudian akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel-tabel distributif.


(14)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 . Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. RSUP Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Medan, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP Haji Adam Malik adalah rumah sakit tipe A dan menjadi pusat rujukan untuk Provinsi Sumatera Utara.

Peneltian ini telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional terhadap 6 sampel yang menderita OEM. Data diperoleh dengan melihat rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2 Karakteristik Individu

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling, di mana peneliti mengambil seluruh data pasien OEM. Peneliti mendapatkan 254 pasien yang pada bagian pendataan / komputer rekam medis menderita OEM. Dan dari 254 pasien itu, ternyata hanya ada 6 pasien yang bertepatan dengan kriteria inklusi yang ditetapkan penulis . Sedangkan sisanya setelah diteliti ternyata tidak menderita OEM karena tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk OEM, yaitu memiliki gejala klinis seperti otalgia, otorhea atau granulasi dan memiliki penyakit yang bersifat immunocompromised seperti DM . Dari rekam medis keenam pasien OEM tersebut, peneliti mendapatkan semua data yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, penyakit penyerta, penatalaksaan, dan gejala klinis, sehingga seluruh sampel termasuk dalam kriteria inklusi untuk penelitian ini.

Jumlah populasi adalah jumlah seluruh pasien otitis eksterna di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 hingga Desember 2013.


(15)

Dan penulis mendapatkan jumlah populasi pada penelitian ini adalah 1063 pasien.

Gambar 5.1 Alur pengambilan sampel

5.1.3 Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin ditampilkan dalam tabel ini.

Tabel 5.1 Distribusi pasien OEM berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 3 50%

Perempuan 3 50%

Total 6 100%

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 3 orang (50%) pasien OEM adalah laki-laki dan pasien wanita sebanyak 3 orang (50%). Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan antara jumlah pasien laki-laki dan wanita.


(16)

5.1.4 Distribusi OEM Berdasarkan Usia

Karakteristik pasien berdasarkan usia juga dilakukan dalam penelitian ini dan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi pasien OEM berdasarkan usia

Umur Frekuensi Persentase

< 10 tahun 11 – 30 tahun 31 – 50 tahun

0 0 3 0% 0% 50% 51-60 tahun >60 tahun 1 2 16.7% 33.3%

Total 6 100%

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 6 pasien OEM, 3 orang pasien (50%) berumur diantara 31-50 tahun. Satu pasien OEM (16.7%) berusia di antara 51-60 tahun dan 2 pasien OEM (33.3%) berusia diatas 60 tahun.

5.1.5 Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta yaitu DM merupakan salah satu faktor resiko yang penting untuk OEM. Distribusi penyakit penyerta OEM dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel.5.3 Distribusi pasien OEM berdasarkan penyakit penyerta

Penyakit penyerta Frekuensi Persentase

DM 5 83.3%

Bukan DM 1 16.7%


(17)

Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa 5 (83.3%) dari 6 pasien OEM merupakan penderita DM. Sedangkan 1 pasien (16.7 %) OEM tidak menderita DM.

5.1.6 Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan

Penatalaksaan yang dilakukan terhadap pasien OEM digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi pasien OEM berdasarkan penatalaksanaan

Penatalaksanaan Frekuensi Persentase Antibiotik +

debridement

0 0%

Antibiotik

Debridement

6 0

100% 0 %

Total 6 100%

Tabel 5.4 di atas menunjukkan dari 6 pasien OEM, seluruhnya (100%) ditatalaksana dengan menggunakan antibiotik, tanpa melakukan debridement pada pasien.

5.1.7 Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditemukan pada pasien OEM pada penelitian ini dibuat dalam tabel 5.5 di bawah ini.


(18)

Tabel 5.5 Distribusi pasien OEM berdasarkan gejala klinis

Gejala klinis Frekuensi Persentase Otalgia + otorhea +

granulasi

0 0%

Otalgia + otorhea Otalgia + granulasi Otorhea + granulasi Otalgia Otorhea Granulasi 3 0 0 2 1 0 50% 0% 0% 33.3% 16.7% 0%

Total 6 100%

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 3 pasien OEM (50%) memiliki gejala klinis berupa otalgia dan otorhea, 2 pasien OEM ( 33.3%) hanya dengan otalgia dan 1 pasien (16.7%) dengan hanya otorhea.

5.1.8 Perhitungan Prevalensi OEM

Perhitungan prevalensi diambil dari pasien OEM dibandingkan dengan pasien yang diduga menderita OEM pada awalnya.

Prevalensi OEM = Jumlah kasus OEM x 100% Jumlah seluruh kasus otitis eksterna

= 6 x 100 %

1063 = 0,564 %

5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian ini didapatkan jumlah penderita laki-laki sebanyak 50% dan wanita 50%. Dapat disebutkan bahwa tidak ada perbedaan pasien OEM berdasarkan jenis kelamin, sehingga dapat


(19)

disimpulkan bahwa resiko menderita OEM adalah sama antara laki-laki dan wanita. Dalam teori dan penelitian sebelumnya juga memang tidak disebutkan bahwa jenis kelamin menjadi salah satu resiko untuk penyakit OEM ( Carfrae,et al, 2008 ) . Dalam hal ini, hasil penelitian sama dengan hasil teori dan penelitian sebelumnya.

5.2.2 Distribusi OEM Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian didapat bahwa usia terbanyak penderita OEM adalah sekitar 31-50 tahun yaitu sebanyak 3 pasien (50%). Satu pasien (16.7%) penderita OEM berusia diantara 51-60, dan 2 orang pasien OEM (33.3%) berusia lebih dari 60 tahun. Dalam teori yang pernah dikeluarkan oleh Nussenbaum,dkk pada tahun 2014, OEM lebih sering terjadi pada orang yang sudah tua atau berumur lebih dari 60 tahun dan terkena penyakit DM. Hal ini mungkin sedikit berbeda dengan hasil yang ada pada penelitian ini. Perbedaan ini mungkin dikarenakan faktor cuaca dan iklim. Nussenbaum dkk, juga pada penelitiannya menyampaikan bahwa OEM memiliki kecenderungan untuk terjadi di daerah yang lembab dan panas. Indonesia terletak di iklim tropis yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi, sehingga lebih memungkinkan OEM terjadi pada usia yang lebih rendah daripada di daerah yang memiliki iklim yang berbeda dengan Indonesia seperti Amerika Serikat, tempat di mana Nussenbaum dkk, melakukan penelitiannya.

Selain itu, salah satu penderita OEM yang berumur diantara 31 dan 50 adalah penderita penyakit HIV-AIDS . Carfrae,dkk pada tahun 2008 juga menyatakan bahwa pasien OEM yang juga menderita penyakit immunocompromised biasanya berumur lebih muda daripada yang menderita DM. Hal ini yang menyebabkan distribusi pasien OEM berdasarkan usia pada penelitian ini cenderung lebih banyak terdapat pada usia yang lebih muda.


(20)

5.2.3 Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 5 orang pasien OEM (83.3%) adalah juga penderita DM dan 1 orang pasien OEM (16.7%) bukan penderita DM. Dalam teori sebelumnya memang dikatakan bahwa OEM lebih sering mengenai pasien yang menderita DM (Berenholz,et al,2002 ) . Selain itu, satu pasien OEM yang bukan penderita DM adalah penderita HIV-AIDS. Pada penelitian dan teori sebelumnya juga disebutkan bahwa penyakit-penyakit immunocompromised dapat juga menjadi faktor predisposisi untuk OEM (Carney,et al,2008; Carfrae,et al,2008). Dalam hal ini, hasil penelitian sama dengan hasil teori dan penelitian-penelitian sebelumnya.

5.2.4 Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keenam pasien OEM (100%) ditatalaksana dengan hanya pemberian antibiotic tanpa ada dilakukannya debridement pada MAE pasien. Pada teori sebelumnya dikatakan bahwa penatalaksanaan OEM adalah dengan antibiotik dan jika perlu dilakukan debridement pada MAE pasien (Carney,et al,2008) . Tidak dilakukannya debridement pada pasien OEM pada penelitian ini mungkin dikarenakan tidak adanya indikasi untuk melakukan debridement, yaitu jika penyakit tidak respon dengan antibiotik. Dalam hal ini, hasil penelitian sama dengan hasil teori dan penelitian-peneltian sebelumnya.

5.2.5 Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 3 orang pasien OEM (50%) memliki gejala klinis berupa otalgia dan otorhea, 2 pasien OEM (33.3%) hanya dengan otalgia, dan 1 pasien OEM (16.7 %) hanya dengan otorhea. Pada teori dan penelitian sebelumnya memang disebutkan jika pasien OEM pada umumnya memliki gejala klinis otalgia, otorhea dan granulasi pada MAE. Dalam hal ini, hasil penelitian sedikit berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya karena tidak ditemukannya granulasi pada pasien OEM pada penelitian ini.


(21)

5.2.6 Prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik Medan

Pada penelitian ini telah dilakukan perhitungan hasil prevalensi OEM yaitu 0,564%. Prevalensi OEM pada penelitian ini memang rendah. Dalam penelitian dan teori sebelumnya memang disebutkan bahwa angka kejadian OEM sedikit.


(22)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari peneltitan yang telah saya lakukan, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :

a. Prevalensi OEM terhadap seluruh kasus otitis eksterna di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 hingga Desember 2013 adalah 0,564 %.

b. Otalgia adalah gejala klinis yang paling sering ditemukan pada pasien OEM.

c. Terapi dengan antibiotik adalah penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita OEM.

d. DM adalah penyakit penyerta yang paling banyak diderita oleh pasien OEM yaitu sebanyak 5 orang.

e. Distribusi penyakit OEM berdasarkan jenis kelamin tidak ditemukan adanya perbedaan antara pria dan wanita.

f. Distribusi penyakit OEM berdasarkan usia cenderung lebih banyak pada usia 31-50 tahun.

6.2 Saran

Dari serangkaian proses yang telah dijalani peneliti sewaktu melakukan penelitian ini, maka dapat diutarakan saran yang mungkin bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Saran itu adalah :

- Pendataan dan pengkodean yang dilakukan di rekam medis sebaiknya perlu ditinjau kembali karena peneliti sering menemukan ketidaksesuaian antara nomor rekam medis, kode penyakit dan diagnosis penyakit.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi Telinga Luar

Telinga secara umum dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu bagian luar, tengah dan dalam. Telinga berfungsi untuk keseimbangan dan pendengaran. Telinga luar terdiri dari auricula, MAE, dan membran timpani. Auricula terdiri dari tulang-tulang rawan elastis yang ditutupi oleh kulit. MAE meluas dari concha auricular ke membrane timpani. Meatus acusticus externa berbentuk seperti huruf S. Sepertiga lateral MAE terdiri dari tulang rawan dan dilapisi kulit yang bersinambung dengan lapis luar

membran timpani (Moore et al,2002) Gambar 2.1. Anatomi telinga

(sumber:https://www.ntuh.gov.tw/ENT/DocLib3/Malignant%20otitis%20externa %2020070821.pdf ) [accessed 25 Mei 2014 ]

2.2. Otitis Eksterna (OE)

Otitis eksterna adalah peradangan (khususnya infeksi) pada MAE (Guss,et al,2010). Penyebab dari otitis eksterna dapat berupa infeksi dari


(24)

bakteri. Awal dari kejadian infeksi ini dipercaya adalah pencabutan dari serumen yang bersifat hidrofobik yang melapisi MAE. Hal ini membuat epitel terpapar dengan air dan kontaminan-kontaminan yang lain. Hal inilah yang menyebabkan bisa terjadinya infeksi bakteri. Respon infeksi dan radang yang terjadi menyebabkan eritema yang progresif dan edema epitel serta lapisan subkutan. Hal ini lah yang mengakibatkan gejala-gejala seperti gatal, nyeri dan otorhea (Guss,et al,2010).

Selain dari infeksi bakteri, otitis eksterna juga bisa juga tejadi akibat infeksi jamur. Infeksi jamur pada MAE pada umumnya dianggap opportunistic, terjadi setelah pengobatan dari infeksi bakteri. Infeksi superfisial MAE karena Candida sp dapat dilihat pada pasien yang memakai alat bantu pendengaran.. asperigillus sp dapat menyebabkan infeksi yang lebih agresif, melibatkan epitel dan jaringan-jaringan subkutan (Guss,et al,2010).

Tabel 2.1. Organisme yang menyebabkan otitis eksterna Organisme yang biasa menyebabkan otitis ekstena

Pseudomonas aeruginosa 40%

Staphylococcus epidermidis 9%

Staphylococcus aureus 8%

Aspergilus , candida 2%

Dll

(Roland PS,et al,2002)

Nyeri adalah gejala yang umum yang berhubungan dengan infeksi bakteri. Nyeri dapat menjadi sangat parah dan dapat dieksaserbasi dengan manipulasi aurikula ataupun tragus. Gatal-gatal juga dapat terjadi dalam infeksi bakteri yang awal, infeksi akibat jamur, dan dalam semua bentuk otitis eksterna kronis. Rasa penuh di telinga dan berkurangnya pendengaran dapat juga terjadi dalam otitis eksterna karena akumulasi dari debris di MAE. Otorhea lebih sering terjadi pada infeksi bakteri (Guss,et al,2010).


(25)

2.3 Otitis Eksterna Maligna (OEM)

2.3.1. Definisi OEM

Otitis eksterna maligna adalah infeksi dari MAE yang progresif, berpotensial untuk mematikan jaringan sekitarnya dan dasar tengkorak, biasanya terlihat pada pasien lanjut usia yang menderita diabetes atau penyakit immunocompromised lainnya. Pasien diabetes adalah populasi yang beresiko untuk ini. Selain itu pasien dengan gangguan sistem imun seperti leukemia, neutropenia dan yang sedang menjalani terapi dengan obat-obat supresi sum-sum tulang (Jung, et al,2003). Akhir-akhir ini, OEM lebih dikenal dengan nama necrotizing otitis externa .(Guss,et al,2010).

2.3.2 Insidens dan Epidemiologi

Otitis eksterna maligna adalah termasuk gangguan yang jarang yang terutama terjadi pada pasien immunocompromised . Otitis eksterna maligna sering menyerang orang-orang yang sudah tua dengan diabetes mellitus, walaupun OEM dilaporkan juga pada banyak keadaan immunocompromised lainnya, termasuk keganasan myeloid , pharmacologic immunosuppression dan HIV/AIDS. Tetapi walaupun pada umumnya dilaporkan dalam kondisi immunocompromised, OEM juga pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang immunocompetent ( Guss, et al,2010).

2.3.3 Etiologi

Kebanyakan kasus disebabkan oleh P.aeruginosa diikuti S.aureus. Aspergillus sp adalah jamur yang pang paling sering menjadi patogen yang menyebabkan OEM, tetapi infeksi dari jamur-jamur yang lain juga pernah dilaporkan. Fluorquinolon-resistant Pseudomonas juga merupakan salah satu masalah yang muncul, dan sangat menyusahkan karena hanya fluoroquinolon lah satu-satunya antibiotik yang dapat diberi secara enteral ( Guss,et al,2010).


(26)

2.3.4.Faktor Predisposisi

Otitis eksterna maligna umumnya menyerang pasien diabetes yang mungkin punya gangguan respon imun terhadap Pseudomonas melalui beberapa mekanisme imun yang berbeda seperti gangguan mobilitas leukosit. Namun,microangiopathy yang terjadi pada jaringan-jaringan pasien diabetes yang dieksaserbasi oleh Pseudomonas diduga menjadi penyebab yang lebih penting daripada gangguan imun akibat diabetes lainnya. Pelemahan fagositosis biasanya dikarenakan hiperglikemia MAE dimana sering terjadi pada pasien muda yang menderita diabetes tipe 1. Dalam banyak kasus OEM, hanya pelemahan ringan toleransi glukosa yang terjadi. Serumen pada pasien diabetes juga memiliki pH yang lebih tinggi dari pada orang yang normal, yang mungkin mengurangi kemampuan untuk membunuh bakteri (Carney,et al,2008).

Penyakit-penyakit immunocompromised yang lain, terutama yang mengenai cell-mediated immunity misalnya AIDS juga dapat menjadi faktor predisposisi dari OEM, walaupun hal ini masih diduga bahwa infeksinya dimulai dari telinga tengah dan sering disebabkan oleh organisme selain Pseudomonas (Carney, et al,2008).

2.3.5 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan klinik, pasien OEM biasanya datang dengan otalgia hebat. Selain itu, pada pemeriksaan otoskopi dijumpai adanya granulasi jaringan pada dasar dari MAE di dekat perbatasan antara tulang dan kartilago. Terkadang, dijumpai paralisis dari nervus fasial dan sindroma foramen jugular, hanya saja hal ini adalah tanda-tanda prognosis yang buruk (Jung,et al,2003). Pada tahap awal, infeksi OEM dibatasi hanya pada jaringan lunak dan kulit MAE. Dalam perkembangannya, infeksi mengenai struktur tulang temporal. Selanjutnya, jika tetap dibiarkan, OEM akan berkembang ke dalam tahap lanjutan, dimana infeksinya melebihi tulang temporal sepanjang dasar tengkorak, intracranial atau keduanya.(Guss,et al,2010)


(27)

Nervus fasialis adalah nervus kranial yang paling sering terkena, dengan paralisis akibat dari keterlibatan foramen stylomastoid. Perkembangan selanjutnya melibatkan nervus kranialis bawah di foramen jugular dan kanal hipoglosus. Keterlibatan intrakranial menyebabkan demam,sakit kepala, kaku kuduk dan gangguan kesadaran (Guss,et al,2010).

2.3.6 Diagnosis

Sebenarnya masih ada kerancuan dalam menegakkan diagnosis OEM.Telah lebih dari 25 studi retrospektif yang telah ditinjau mengenai OEM ini. Dalam kesimpulannya ,akhirnya ditetapkan jika kombinasi dari nyeri,granulasi,otorhea dan resistensi kepada terapi lokal untuk setidaknya 8 sampai 10 hari adalah sangat sensitif untuk mendiagnosis OEM (Carney,et al,2008).

Pasien suspek OEM yang juga menderita diabetes atau dalam keadaan immunocompromised, ditemukannya Pseudomonas aeruginosa dalam kultur, hasil pemeriksaan bone scan yang positif dan palsi dari nervus kranial adalah faktor yang menambah spesifisitas dari diagnosis OEM (Carney, et al,2008).


(28)

Tabel 2.2. Diagnosis OEM

Tabel Diagnosis OEM 1. Anamnesa

a. Otalgia yang menetap

b. Otorrhea yang menetap dan granulasi

c. Diabetes mellitus, umur tua, dalam keadaan immunocompromised d. Neuropati kranial

2. Pemeriksaan Fisik a. Granulasi pada MAE b. Discharge yang purulent

c. +/- neuropati kranial, terutama nervus VII 3. Kultur

a. Pseudomonas aeruginosa b. Pseudomonas sp.

4. Radiologi

a. Nuclear (gallium, technetium) b. CT scan

c. MRI (Linstrom,et al,2013)

2.3.7 Pemeriksaan Radiologi

CT scan dengan kontras dari tulang temporal adalah langkah pemeriksaan radiologi awal yang harus dilakukan, menghasilkan gambaran detail tulang yang baik tetapi dengan informasi yang sedikit tentang jaringan lunak. Itu dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang seperti erosi dari dinding kanal anterior dengan keterlibatan dari sendi temporomandibular dan erosi dari kavum timpani dan dasar dari tengkorak. CT-scan juga mungkin menunjukkan penebalan dari jaringan lunak. (Linstrom,et al,2013).


(29)

Magnetic resonance imaging (MRI) dengan atau tanpa peningkatan gadolinium mungkin dapat menguntungkan dalam menjelaskan luasnya penyebaran penyakit di dasar tulang tengkorak. Keterlibatan dari rongga-rongga medulla tulang juga terlihat dengan dasar tengah tulang tengkorak. Magnetic resonance imaging menghasilkan informasi yang tidak begitu tepat untuk tulang. Patensi dari sinus-sinus dural dan pembuluh darah besar di leher dapat diperiksa Magnetic resonance angiography atau venography. Magnetic resonance imaging adalah alat diagnostik yang berguna untuk memeriksa penyebaran penyakit tetapi kurang begitu berguna untuk melihat osteomyelitis dasar tengkorak (Linstrom,et al,2013).

Technetium (Tc-99m) dan gallium (Ga-67) telah dianjurkan dalam evaluasi osteomyelitis dasar tengkorak. Sensitifitas mereka untuk menyatakan adanya infeksi jauh lebih baik daripada spesifisitas mereka untuk penyebabnya. Tc-99m memberikan informasi yang sangat baik tentang fungsi tulang tetapi lebih jelek tentang struktur tulang. Hasil scan yang positif diperkirakan terjadinya aktifitas osteoblastic sebanyak 10% di atas normal. Hasil scan positif dalam akut ataupun kronik osteomyelitis dan di area-area di mana terjadi perbaikan tulang yang sedang aktif tanpa infeksi, seperti dalam trauma. Kegunaannya dalam evaluasi osteomyelitis dasar tengkorak melengkapi scan Ga-67. Ga-67 diperkirakan tergabung dalam protein-protein dan polimorfonukleosit di bagian yang aktif terkena infeksi. Pemeriksaan ini akan menyoroti infeksi akut bukan penyebaran dari proses osteomyelitis. Selama penatalaksanaan berlangsung, Ga-67 akan kembali ke norman (negatif). Tc-99m akan tertinggal lebih lama selama berbulan-bulan. Dalam beberapa studi, kedua pemeriksaan ini direkomendasikan, dan pemeriksaan imaging digunakan untuk melihat respon dari terapi (Linstrom,et al,2013)

Indium-111-labelled leukocyte (dalam hitung jumlah darah putih) telah didemonstrasikan untuk menghasilkan hasil yang lebih baik untuk mendeteksi osteomyelitis daripada Ga-67 dan/atau Tc-99m dan mungkin


(30)

bisa menggantikan radionukelid yang lama dalam mengevaluasi osteomyelitis dasar tengkorak (Linstrom,et al,2013).

2.3.8 Penatalaksanaan

Pada awal pemeriksaan, seharusnya dilakukan kultur jaringan dari MAE. Jika ada, granulasi harus dibiopsi untuk mengesampingkan carcinoma ataupun pathogen lain selain Pseudomonas. Karena Pseudomonas adalah etiologi yang utama, pasien diobati dengan antibiotik anti-Pseudomonas dalam waktu enam minggu atau lebih. Dua antibiotik, antipseudomonal dan aminoglikosida biasanya dipilih karena gabungan yang didapat dari keduanya dan untuk mencegah resitensi dari bakteri tersebut. Selain itu dua anti-Pseudomonas juga dipilih dari beberapa alternatif, termasuk gentamisin atau tobramicyn dengan atau tanpa tiracillin atau piperacillin. Antibiotik altenatif lain juga dapat berupa mezlocillin atau azlocillin, ceftazidime, imipenem, aztreonam, amikacin, norfloxacin, dan ciprofloxacin (Linstrom,et al,2013).

Selain tata laksana farmakologi, pemberian oksigen hiperbarik juga dapat digunakan digunakan .Oksigen hiperbarik juga diduga dapat digunakan untuk memfasilitasi osteoneogenesis dan untuk mendukung perbaikan dari kerusakan tulang (Linstrom,et al,2013). Selain itu, oksigen hiperbarik dapat digunakan untuk menghentikan toksin alfa dari bakteri dan juga dapat mempermudah antibiotik seperti aminoglikosida, sefalosporin , sulfonamide untuk penetrasi. Oksigen hiperbarik juga berguna untuk memperbaiki fungsi polimorfonuklear dan pembersihan bakteri. Hal ini yang dapat dimanfaatkan dari oksigen hiperbarik untuk mengobati nekrosis dari jaringan lunak (Latham,et al, 2008)

Selain itu, perlu juga dilakukan surgical debridement pada jaringan untuk pasien yang tidak respon dengan pengobatan konvensional (Linstrom,et al 2013).


(31)

2.3.9 Komplikasi

Karena penngunaan anti- Pseudomonas semakin maju, mortalitas dan komplikasi dari OEM sendiri telah menurun secara drastis. Pada awal penelitian, angka mortalitas dari OEM mencapai 46% (Chandler,1968). Adanya palsi dari nervus kranial merupakan tanda dari OEM yang sudah progresif dan pasien tersebut memiliki angka mortalitas sampai 80% (Philips,et al,2006).

Tabel 2.3. Komplikasi OEM Komplikasi OEM

Neuropati kranial

Progresi ke mastoid, parotid, dasar tengkorak, dan otak Meningitis

Death

(Linstrom,et al,2013)

2.4 Prevalensi

Prevalensi adalah proporsi subyek yang sakit pada suatu waktu tertentu (kasus lama dan baru). Sedangkan insidensi adalah proporsi subjek yang semula sehat kemudian menjadi sakit (kasus baru) dalam periode tertentu (Ghazali,et al,2013).


(32)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Otitis eksterna (OE) adalah peradangan (khususnya infeksi) pada meatus acusticus externus (MAE) (Guss,et al,2010). Otitis eksterna mengenai 4 dari 100 anak-anak dan orang tua setiap tahun.Otitis eksterna secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe, yaitu: OE difus akut, OE lokal akut, OE kronik, OE maligna dan otomikosis (Nussenbaum,et al,2014).

Otits eksterna tipe maligna (OEM) sendiri adalah infeksi dari MAE yang progresif, berpotensial untuk mematikan jaringan sekitarnya dan dasar tengkorak, biasnya terlihat pada pasien lanjut usia yang menderita diabetes atau penyakit immunocompromised lainnya. Pasien diabetes adalah populasi yang beresiko untuk ini. Selain itu pasien dengan gangguan sistem imun seperti leukemia, neutropenia dan yang sedang menjalani terapi dengan obat-obat supresi sum-sum tulang (Jung,et al,2003). Chandler pada tahun 1997 melaporkan bahwa 32% penderita OEM terkena paralisis nervus fasial. Franco-Vidal juga melaporkan insidensi paralisis nervus fasial sebanyak 20% pada penderita OEM pada tahun 2007.

Kasus OEM sendiri diyakini pertama kali dilaporkan oleh seorang dokter bernama Toulmouche pada tahun 1838. Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus osteomyelitis pseudomonas pada tulang temporal. Chandler mendiskusikan karakteristik dari OEM pada tahun 1968 dan akhirnya menetapkan OEM menjadi suatu penyakit klinis yang jelas.

Pada kenyataannya, OEM juga masih menjadi masalah terutama karena menjadi semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus (DM) dan HIV-AIDS. Menurut Berenholz (2002) dalam Carfrae (2008) revalensi OEM disebutkan mencapai 90%-100% pada penderita DM.


(33)

Di beberapa belahan dunia sendiri, kasus OEM sangat bervariasi. Franco-Vidal, dkk misalnya melaporkan 46 kasus OEM pada Rumah Sakit Pellegrin Prancis pada tahun 2007.

Di kawasan Asia, Berenholz, dkk melaporkan sebanyak 28 kasus OEM pada Wolfson Medical Center, Israel pada tahun 2002. Dan pada GOA Medical College and Hospital, India, Lambor dkk pada tahun 2013 melaporkan sebanyak 27 kasus OEM . Peleg,dkk juga melaporkan 18 kasus OEM di Sharee Medical Center, Jerusalem, Israel pada tahun 2007. Di Rabin Medical Center, Petah Tiqwa, Israel, Hamzany,dkk melaporkan 60 kasus OEM pada tahun 2011.

Di Indonesia sendiri, masih belum ada laporan data yang akurat tentang OEM. Hal itulah yang mencetuskan pemikiran penulis untuk mengetahui prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011-2013.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011-2013 ? “.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi otitis eksterna maligna di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011-2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna maligna berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna maligna berdasarkan jenis kelamin.


(34)

3. Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna maligna berdasarkan penyakit penyerta.

4. Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna maligna berdasarkan penatalaksanaan.

5. Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna maligna berdasarkan manifestasi klinis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki faedah sebagai : 1.4.1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Bahan masukan dan database bagi tenaga kesehatan di RSUP Haji Adam Malik Medan untuk perencanaan penatalaksanaan penderita OEM.

1.4.2. Institusi Pendidikan

Untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam hal OEM . 1.4.3. Untuk Peneliti


(35)

ABSTRAK

Otitis eksterna maligna (OEM) adalah salah satu klasifikasi dari otitis eksterna. OEM dapat disebabkan oleh beberapa pathogen seperti P.aeruginosa , S.Aureus, dan Aspergillus sp. Diabetes mellitus (DM) dan penyakit immunocompromised biasanya merupakan faktor resiko dari penyakit OEM ini. Penyakit ini belum banyak diteliti di Indonesia, karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi OEM di Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik medan periode 2011 hingga 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode potong lintang dan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini adalah 6 pasien. Data diambil dengan mengamati rekam medis pasien.

Hasil menunjukkan bahwa tiga pasien OEM (50%) adalah pria dan wanita sebanyak tiga pasien OEM (50%) adalah wanita. Kelompok umur terbanyak yang menderita penyakit ini adalah umur diantara 31 hingga 50 tahun yaitu tiga pasien (50%). DM merupakan penyakit penyerta terbanyak yang juga diderita oleh pasien OEM yaitu sebanyak lima pasien (83.3%). Antibiotik merupakan pengobatan yang digunakan untuk semua pasien OEM. Otalgia dan ottorhea merupakan temuan klinis yang paling sering ditemukan pada pasien OEM. Prevalensi kasus OEM pada RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013 adalah 0,564% .

Kesimpulan penelitian ini adalah prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik periode 2011 hingga 2013 adalah rendah.


(36)

ABSTRACT

Malignant external otitis (MEO) is one of the classification of externa otitis. MEO can be caused by several pathogens such as P.aeruginosa, S.aureus, and Aspergillus sp. Diabetes mellitus (DM) and immunocompromised disease are usually the risk factor of this MEO. MEO’s prevalence has not been studied in Indonesia, which is why this study was conducted to determine the prevalence of MEO in North Sumatra.

The purpose of this study was to determine the prevalence of MEO at RSUP Haji Adam Malik period 2011 to 2013.

This is a descriptive study with cross-sectional method and performed in Haji Adam Malik General Hospital Medan. The sample are 6 patients. Data retrieved by observing the patient's medical record.

The results showed that three patients (50%) were men and three patients (50%) were female . Largest age group suffering from this disease are aged between 31 to 50 years , three patients (50%). DM is the most well-morbidities suffered by patients MEOs as many as five patients (83.3%). Antibiotics are used for the treatment of all patients MEO. Otalgia and otorhea is the most often clinical findings in patients with MEO. Prevalence MEO case on Haji Adam Malik Hospital Medan the period 2011 to 2013 is 0,564%.

The conclusion of this study is the prevalence MEO Haji Adam Malik Hospital in the period 2011 to 2013 is low.


(37)

PREVALENSI OTITIS EKSTENA MALIGNA (OEM)

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011-2013

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YOSAFAT H M G

110100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(38)

PREVALENSI OTITIS EKSTERNA MALIGNA (OEM)

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011-2013

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

YOSAFAT H M G

110100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(39)

(40)

(41)

ABSTRAK

Otitis eksterna maligna (OEM) adalah salah satu klasifikasi dari otitis eksterna. OEM dapat disebabkan oleh beberapa pathogen seperti P.aeruginosa , S.Aureus, dan Aspergillus sp. Diabetes mellitus (DM) dan penyakit immunocompromised biasanya merupakan faktor resiko dari penyakit OEM ini. Penyakit ini belum banyak diteliti di Indonesia, karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi OEM di Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik medan periode 2011 hingga 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode potong lintang dan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini adalah 6 pasien. Data diambil dengan mengamati rekam medis pasien.

Hasil menunjukkan bahwa tiga pasien OEM (50%) adalah pria dan wanita sebanyak tiga pasien OEM (50%) adalah wanita. Kelompok umur terbanyak yang menderita penyakit ini adalah umur diantara 31 hingga 50 tahun yaitu tiga pasien (50%). DM merupakan penyakit penyerta terbanyak yang juga diderita oleh pasien OEM yaitu sebanyak lima pasien (83.3%). Antibiotik merupakan pengobatan yang digunakan untuk semua pasien OEM. Otalgia dan ottorhea merupakan temuan klinis yang paling sering ditemukan pada pasien OEM. Prevalensi kasus OEM pada RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013 adalah 0,564% .

Kesimpulan penelitian ini adalah prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik periode 2011 hingga 2013 adalah rendah.


(42)

ABSTRACT

Malignant external otitis (MEO) is one of the classification of externa otitis. MEO can be caused by several pathogens such as P.aeruginosa, S.aureus, and Aspergillus sp. Diabetes mellitus (DM) and immunocompromised disease are usually the risk factor of this MEO. MEO’s prevalence has not been studied in Indonesia, which is why this study was conducted to determine the prevalence of MEO in North Sumatra.

The purpose of this study was to determine the prevalence of MEO at RSUP Haji Adam Malik period 2011 to 2013.

This is a descriptive study with cross-sectional method and performed in Haji Adam Malik General Hospital Medan. The sample are 6 patients. Data retrieved by observing the patient's medical record.

The results showed that three patients (50%) were men and three patients (50%) were female . Largest age group suffering from this disease are aged between 31 to 50 years , three patients (50%). DM is the most well-morbidities suffered by patients MEOs as many as five patients (83.3%). Antibiotics are used for the treatment of all patients MEO. Otalgia and otorhea is the most often clinical findings in patients with MEO. Prevalence MEO case on Haji Adam Malik Hospital Medan the period 2011 to 2013 is 0,564%.

The conclusion of this study is the prevalence MEO Haji Adam Malik Hospital in the period 2011 to 2013 is low.


(43)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya dengan judul “ Prevalensi Otitis Eksterna Maligna di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011-2013 “ .

Dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Prof.dr.Gontar A. Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Harry A.Asroel,M.Ked,Sp.THT-KL, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya yang memberi saya banyak masukan, kritik dan saran sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

3. dr.Lita Feriyawati,Sp.PA, selaku dosen pembimbing akademik saya , yang banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahaan di Fakultas Kedokteran USU.

4. dr.Aldy S. Rambe,Sp.S(K),dr.M.Fahdy,Sp.OG, dan dr.Yoan Carolina,MKT selaku dosen penguji saya yang memberikan masukan dalam perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh pegawai dan staf Bagian Pendidikan dan Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan yang memberi izin dan bantuan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

7. Ayah saya yang tersayang, Gayo Melkior Gultom,SH,M.Kes, yang begitu sabar menghadapi dan mendoakan penulis selama ini dan Ibu saya, Almh.Rosmawati Pakpahan yang memberi dukungan luar biasa ketika penulis hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri.


(44)

8. Kakak saya, dr.Ika Gultom, dan kedua adik saya, Nancy dan Juli Gultom, yang banyak membantu penulis dalam menghadapi dunia perkuliahan.

9. Semua teman dan sahabat yang membantu dan memberi dukungan moril kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang pada akhirnya dapat membuat karya tulis ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi para pembaca umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Medan, 8 Desember 2014 Penulis,


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ……… i

ABSTRAK ………... ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1

1.1 . Latar Belakang ………. 1

1.2 . Rumusan Masalah ……… 2

1.3 . Tujuan Penelitian ………. 2

1.3.1 Tujuan Umum ……….. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ………. 2

1.4 . Manfaat Penelitian ………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 4

2.1 . Anatomi Telinga Luar ………. 4

2.2 . Otitis Eksterna ……….. 4

2.3 . Otits Eksterna Maligna (OEM) ……… 6

2.3.1. Definisi ………... 6

2.3.2. Insidens dan Epidemiologi ……… 6

2.3.3. Etiologi ……….. 6

2.3.4.Faktor Predisposisi ………. 7


(46)

2.3.6.Diagnosis ………... 8

2.3.7.Pemeriksaan Radiologi ……….. 9

2.3.8.Penatalaksanaan ………. 10

2.3.9.Komplikasi ………. 11

2.4 . Prevalensi ……… 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL… 13 3.1 . Kerangka Konsep Penelitian ……….. 13

3.2 . Definisi Operasional ………. 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….. 15

4.1. Jenis Penelitian ……….. 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 15

4.2.1. Waktu Peneltian ……….. 15

4.2.2.Tempat Peneltian ………. 15

4.3. Populasi dan Sampel ………. 15

4.3.1. Populasi Penelitian ……… 15

4.3.2. Sampel Penelitian ………. 15

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 16

4.5. Pengelolaan dan Analisis Data ……….. 16

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ………... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 18

5.1.2. Karakteristik Individu ………... 18

5.1.3. Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin ….. 19

5.1.4. Distribusi OEM Berdasarkan Usia.. ……… 19

5.1.5. Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta.. 20 5.1.6. Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan … 20


(47)

5.1.7. Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis ……. 21 5.1.8. Perhitungan Prevalensi OEM ………... 22 5.2. Pembahasan ……… 22 5.2.1. Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin …… 22 5.2.2. Distribusi OEM Berdasarkan Usia ………... 22 5.2.3. Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta.. 23 5.2.4. Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan … 23 5.2.5. Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis ……. 24 5.2.6. Prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik ….. 24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ……….. 25 6.2. Saran ……… 25 DAFTAR PUSTAKA ……… 27


(48)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Organisme yang menyebabkan otitis eksterna ………. 5

2.2. Diagnosis OEM ……… 9

2.3. Komplikasi OEM ………. 12

5.1. Distribusi pasien OEM berdasarkan jenis kelamin ………. 19

5.2. Distribusi pasien OEM berdasarkan usia………. 20

5.3. Distribusi pasien OEM berdasarkan penyakit penyerta ………….. 20

5.4. Distribusi pasien OEM berdasarkan penatalaksanaan ……… 21


(49)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Anatomi Telinga ………. 4


(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Daftar Riwayat hidup ……….. 30 Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian ……… 31 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………… 32 Lampiran 4. Data Induk ……… 33 Lampiran 5. Output SPSS ……… 34


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ……… i

ABSTRAK ………... ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1

1.1 . Latar Belakang ………. 1

1.2 . Rumusan Masalah ……… 2

1.3. Tujuan Penelitian ………. 2

1.3.1 Tujuan Umum ……….. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ………. 2

1.4 . Manfaat Penelitian ………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 4

2.1 . Anatomi Telinga Luar ………. 4

2.2 . Otitis Eksterna ……….. 4

2.3 . Otits Eksterna Maligna (OEM) ……… 6

2.3.1. Definisi ………... 6

2.3.2. Insidens dan Epidemiologi ……… 6

2.3.3. Etiologi ……….. 6

2.3.4.Faktor Predisposisi ………. 7


(2)

2.3.6.Diagnosis ………... 8

2.3.7.Pemeriksaan Radiologi ……….. 9

2.3.8.Penatalaksanaan ………. 10

2.3.9.Komplikasi ………. 11

2.4 . Prevalensi ……… 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL… 13 3.1 . Kerangka Konsep Penelitian ……….. 13

3.2 . Definisi Operasional ………. 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….. 15

4.1. Jenis Penelitian ……….. 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 15

4.2.1. Waktu Peneltian ……….. 15

4.2.2.Tempat Peneltian ………. 15

4.3. Populasi dan Sampel ………. 15

4.3.1. Populasi Penelitian ……… 15

4.3.2. Sampel Penelitian ………. 15

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 16

4.5. Pengelolaan dan Analisis Data ……….. 16

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ………... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 18

5.1.2. Karakteristik Individu ………... 18

5.1.3. Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin ….. 19

5.1.4. Distribusi OEM Berdasarkan Usia.. ……… 19

5.1.5. Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta.. 20

5.1.6. Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan … 20


(3)

5.1.7. Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis ……. 21

5.1.8. Perhitungan Prevalensi OEM ………... 22 5.2. Pembahasan ……… 22 5.2.1. Distribusi OEM Berdasarkan Jenis Kelamin …… 22 5.2.2. Distribusi OEM Berdasarkan Usia ………... 22

5.2.3. Distribusi OEM Berdasarkan Penyakit Penyerta.. 23

5.2.4. Distribusi OEM Berdasarkan Penatalaksanaan … 23 5.2.5. Distribusi OEM Berdasarkan Gejala Klinis ……. 24 5.2.6. Prevalensi OEM di RSUP Haji Adam Malik ….. 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ……….. 25 6.2. Saran ……… 25


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Organisme yang menyebabkan otitis eksterna ………. 5

2.2. Diagnosis OEM ……… 9

2.3. Komplikasi OEM ………. 12

5.1. Distribusi pasien OEM berdasarkan jenis kelamin ………. 19

5.2. Distribusi pasien OEM berdasarkan usia………. 20

5.3. Distribusi pasien OEM berdasarkan penyakit penyerta ………….. 20

5.4. Distribusi pasien OEM berdasarkan penatalaksanaan ……… 21

5.5. Distribusi pasien OEM berdasarkan gejala klinis ……… 22


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Anatomi Telinga ………. 4 5.1. Alur Pengambilan Sampel ………...……… 19


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Daftar Riwayat hidup ……….. 30 Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian ……… 31 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………… 32 Lampiran 4. Data Induk ……… 33 Lampiran 5. Output SPSS ……… 34