Prevalensi Hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Juli 2011

(1)

PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 – JULI 2011

Oleh :

Novalita Ningtyas Wandari

080100184

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 – JULI 2011

KARYA TULIS ILMIAH

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Novalita Ningtyas Wandari

NIM : 080100184

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Juli 2011

Nama : Novalita Ningtyas Wandari NIM : 080100184

Pembimbing Penguji I

... ... (dr. Asrul, Sp. B - KBD) (dr. Juliandi Harahap, M.A)

Penguji II

...

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc CM-FM)

Medan, 7 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang:Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Di Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan usia 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa. Meskipun begitu, epidemiologi hemoroid tidak begitu diketahui karena penelitian yang ada memiliki hasil yang sangat bervariasi. Untuk memantau perkembangan penyakit ini, maka dilakukan penelitian untuk melihat prevalensi terbaru penyakit ini.

Objektif:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

Metode:Penelitian deskriptif ini bersifat potong lintang dan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Sampel pada penelitian ini sebanyak 166 orang. Data diambil dengan melihat rekam medis pasien hemoroid. Perhitungan prevalensi juga turut dilakukan.

Hasil:Diketahui 95 orang (57,2%) penderita hemoroid adalah lelaki. Kelompok usia yang terbanyak menderita hemoroid adalah kelompok 15-44 yaitu 77 orang (46,4%). Keluhan utama yang sering diderita pasien adalah perdarahan dari anus sebanyak 82 orang (49,4%). Jenis hemoroid yang paling banyak diderita pasien adalah hemoroid internal yaitu 102 orang (61,4%) dengan derajat hemoroid internal terbanyak adalah derajat I dengan frekuensi 45 orang (36,6%). Prevalensi kasus pasti hemoroid terhadap total kasus hemoroid adalah sebanyak 69,17%. Kesimpulan: Prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011 adalah 69,17%.


(5)

ABSTRACT

Background:Hemorrhoidal plexus is a normal venous blood vessel that located in distal mucose rectal and anoderm. Disorder of hemorrhoid happens when this vessel swelling. In United States, hemorrhoid is a common disease whereabout patients in 45 yaers of age reach 1294 per 100.000. eventhough epidemiological features of hemorrhoidal disease are not well known because available studies have provided very variable conclusions. To observe the progression of this disease, therefore a research was conducted to observed the latest prevalence of hemorrhoid.

Objectif:The purpose of this research was to find out the prevalence of hemorrhoid at Haji Adam Malik General Hospital in January 2009 – July 2011.

Method:This is a descriptive, cross sectional study and was conducted at Haji Adam Malik General Hospital. Total sample in this research was 166 people. Data was taken by observing medical record of Hemorrhoid patients and prevalence count was made.

Result:Result show that 95 of hemorrhoid patients are males (58,5%). Seventy seven (46,4%) of hemorrhoid patients are at group 15-44 years old. Bleeding is the most common symptom of hemorrhoid patient.which is at 82 people (49,4%). One hundred and two (61,4%) of hemorrhoid patients have internal hemorrhoid and 45 people (36,6%) with grade I internal hemorrhoid. The prevalence of confirmed hemorrhoid case to the early diagnosis of hemorrhoid is 69,17%.

Conclusion:Prevalence of confirmed hemorrhoid case to early diagnosis of hemorrhoid case is 69,17%.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul

“PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2009 –JULI 2011”

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penulisan KTI sampai selesai. Setinggi-tinggi penghargaan kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Asrul, Sp. B – KBD selaku dosen pembimbing yang banyak memberi petunjuk dan ilmu yang berharga dalam proses penulisan KTI ini.

3. Dr. Juliandi Harahap, MA dan dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc CM-FM M.Pd. Ked selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Kepala dan petugas Instalasi Litbang RSUP Haji Adam Malik yang telah memberi bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

5. Kepala dan petugas Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik yang telah memberi bantuan untuk melakukan penelitian.

6. Ayah dan Ibu, terima kasih atas setiap doa dan kasih sayang yang tak pernah terputus hingga saat ini.

7. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun KTI ini, Hiria W. lestari dan Rafika Rahman. Selain itu juga kepada para sahabat yang telah memberi masukan kepada saya yaitu Widya, Novi, Solita, Ana, Yusda, dan Mila serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan moral, materil dan masukan yang berguna yang diberikan dalam penulisan KTI ini.


(7)

Saya menyadari bahwa penyusunan KTI ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan KTI ini.

Medan, 10 Desember 2011, Penulis Novalita Ningtyas Wandari


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... ... i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT………... iii

KATA PENGANTAR... .. iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... ... . xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... .. 4

2.1. Definisi Hemoroid ... 4

2.2. Etiologi Hemoroid ... 4

2.3. Anatomi Anal Canal ... 5

2.4. Patogenesis Hemoroid ... 6

2.5. Klasifikasi Hemoroid ... 7

2.6. Derajat Hemoroid Internal ... 7

2.7. Gejala Klinis Hemoroid ... 8

2.8. Diagnosis Hemoroid ... 8

2.8.1. Anamnesis Hemoroid... ... 8

2.8.2. Pemeriksaan Fisik Hemoroid ... 9

2.8.3. Pemeriksaan Penunjang Hemoroid ... 10


(9)

2.10.Penatalaksanaan Hemoroid ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Defenisi Operasional... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN... 21

5.1. Hasil Penelitian ..……..………... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ………... …. 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel….……….... …. 21

5.2. Pembahasan………... 24

5.2.1. Perhitungan Prevalensi Hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011……… 24

5.2.2. Distribusi Hemoroid Berdasarkan Jenis Kelamin...… 24

5.2.3. Distribusi Hemoroid Berdasarkan Umur………. 25

5.2.4. Distribusi Hemoroid Berdasarkan Keluahan Utama 25

5.2.5. Distribusi Hemoroid Berdasarkan Jenis Hemoroid 26 5.2.6 Distribusi Hemoroid Berdasarkan Derajat Hemoroid Internal……….………… 26


(10)

6.1. Kesimpulan... ... 27 6.2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin……….... 22

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur..………... 22

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama………. 23

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Hemoroid………. 23 Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Hemoroid Internal… 24


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Anatomi anal canal……… 5 Gambar 2.2 Hemoroid yang mengalami thrombosis……… 10


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 ETHICAL CLEARANCE

LAMPIRAN 3 LEMBAR OBSERVASI

LAMPIRAN 4 DATA INDUK PENELITIAN

LAMPIRAN 5 OUTPUT DATA HASIL

PENELITIAN


(14)

ABSTRAK

Latar Belakang:Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Di Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan usia 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa. Meskipun begitu, epidemiologi hemoroid tidak begitu diketahui karena penelitian yang ada memiliki hasil yang sangat bervariasi. Untuk memantau perkembangan penyakit ini, maka dilakukan penelitian untuk melihat prevalensi terbaru penyakit ini.

Objektif:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

Metode:Penelitian deskriptif ini bersifat potong lintang dan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Sampel pada penelitian ini sebanyak 166 orang. Data diambil dengan melihat rekam medis pasien hemoroid. Perhitungan prevalensi juga turut dilakukan.

Hasil:Diketahui 95 orang (57,2%) penderita hemoroid adalah lelaki. Kelompok usia yang terbanyak menderita hemoroid adalah kelompok 15-44 yaitu 77 orang (46,4%). Keluhan utama yang sering diderita pasien adalah perdarahan dari anus sebanyak 82 orang (49,4%). Jenis hemoroid yang paling banyak diderita pasien adalah hemoroid internal yaitu 102 orang (61,4%) dengan derajat hemoroid internal terbanyak adalah derajat I dengan frekuensi 45 orang (36,6%). Prevalensi kasus pasti hemoroid terhadap total kasus hemoroid adalah sebanyak 69,17%. Kesimpulan: Prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011 adalah 69,17%.


(15)

ABSTRACT

Background:Hemorrhoidal plexus is a normal venous blood vessel that located in distal mucose rectal and anoderm. Disorder of hemorrhoid happens when this vessel swelling. In United States, hemorrhoid is a common disease whereabout patients in 45 yaers of age reach 1294 per 100.000. eventhough epidemiological features of hemorrhoidal disease are not well known because available studies have provided very variable conclusions. To observe the progression of this disease, therefore a research was conducted to observed the latest prevalence of hemorrhoid.

Objectif:The purpose of this research was to find out the prevalence of hemorrhoid at Haji Adam Malik General Hospital in January 2009 – July 2011.

Method:This is a descriptive, cross sectional study and was conducted at Haji Adam Malik General Hospital. Total sample in this research was 166 people. Data was taken by observing medical record of Hemorrhoid patients and prevalence count was made.

Result:Result show that 95 of hemorrhoid patients are males (58,5%). Seventy seven (46,4%) of hemorrhoid patients are at group 15-44 years old. Bleeding is the most common symptom of hemorrhoid patient.which is at 82 people (49,4%). One hundred and two (61,4%) of hemorrhoid patients have internal hemorrhoid and 45 people (36,6%) with grade I internal hemorrhoid. The prevalence of confirmed hemorrhoid case to the early diagnosis of hemorrhoid is 69,17%.

Conclusion:Prevalence of confirmed hemorrhoid case to early diagnosis of hemorrhoid case is 69,17%.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari

“hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemoroidal inferior dan superior” (Dorland, 2002).

Kelainan daerah anorektal ini merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Welling DR (1988) dalam Villalba dan Abbas (2007) menyatakan bahwa Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menderita hemoroid. Penelitian tentang hemoroid telah banyak dipublikasikan sekitar tahun 1970an. Hal ini menunjukkan bahwa hemoroid telah sejak lama menjadi masalah bagi kehidupan kita.

Penyebab pasti dari hemoroid belum diketahui, faktor yang berperan dalam perkembangan hemoroid adalah kehamilan, hereditas, konstipasi, dan lamanya waktu yang dihabiskan di toilet saat buang air besar ( Villalba dan Abbas, 2007).

Pasien dengan hemoroid dapat mengalami gejala maupun tidak sama sekali, hal ini bergantung pada jenis hemoroid serta derajat pada hemoroid internal. Pada derajat I ditandai dengan adanya darah segar pada saat defekasi, namun ketika hemoroid tidak ditatalaksana dengan baik maka dapat berlanjut ke derajat III atau IV. Hemoroid internal derajat IV dapat menimbulkan nyeri akut yang berat (Nisar dkk, 2003).

Pigot dkk (2005) menyatakan terdapat empat gejala utama yang membuat pasien datang ke praktek dokter diantaranya adalah nyeri, perdarahan, massa, dan pruritus pada anal. Nyeri pada hemoroid eksternal yang mengalami trombosis dapat berlangsung selama 48 sampai dengan 72 jam kemudian nyeri berkurang secara spontan tetapi juga dapat berkurang setelah beberapa hari. Perdarahan


(17)

merupakan gejala umum yang terdapat pada hemoroid. Sebanyak 20 persen perdarahan usus bagian bawah disebabkan oleh hemoroid (Strate dkk, 2008). Meskipun hanya 3 persen yang mengalami anemia dari perdarahan tersebut. Gejala-gejala ini mungkin tidak mengancam nyawa tetapi dapat mengurangi kualitas hidup seseorang.

Hemoroid sering terjadi pada dewasa dengan umur 45 sampai dengan 65 tahun (Chong dkk, 2008). Di Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani prosedur sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan anorektal memperlihatkan adanya hemoroid (Nikpour dan Asgari, 2008).

Meskipun begitu, menurut Pigot dkk (2005) epidemiologi hemoroid tidak begitu diketahui karena penelitian yang ada memiliki hasil yang sangat bervariasi. Banyak orang yang mengalami hemoroid dan tidak berkonsultasi dengan dokter. Pasien terkadang merasa ragu untuk mengobatinya karena rasa takut, malu, dan nyeri pada terapi hemoroid, sehingga insidensi yang sebenarnya dari penyakit ini tidak dapat dipastikan (Kaidar-Person dkk, 2007).

Atas pertimbangan data-data tersebut penulis berkeinginan untuk meneliti tentang prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Juli 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat dibuat sebuah rumusan

masalah: “bagaimana prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 –Juli 2011?”.


(18)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi hemoroid berdasarkan jenis kelamin di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

2. Mengetahui prevalensi hemoroid berdasarkan umur di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

3. Mengetahui prevalensi hemoroid berdasarkan keluhan utama di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

4. Mengetahui prevalensi hemoroid berdasarkan jenis dan derajatnya di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman di bidang penelitian serta informasi yang berguna dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Dapat digunakan sebagai informasi bagi mahasiswa lain untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

3. Bagi masyarakat, menyediakan informasi tentang hemoroid yang berhubungan dengan data epidemiologi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hemoroid

Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari

“hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior” (Dorland, 2002).

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).

2.2. Etiologi Hemoroid

Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah:

a. Penuaan b. Kehamilan c. Hereditas

d. Konstipasi atau diare kronik

e. Penggunaan toilet yang berlama-lama

f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama g. Obesitas.

Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kongesti vaskular dan prolapsus mukosa (Schubert dkk, 2009). Selain itu dikatakan ada hubungan antara hemoroid dengan penyakit hati maupun konsumsi alkohol (Mc Kesson Health Solution LCC, 2004).


(20)

2.3. Anatomi Anal Canal

Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi oleh epitel skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (lajur morgagni).

Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal superior sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari arteri pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteri-arteri tersebut akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.

Gambar 2.1.

Anatomi anal canal yang memperlihatkan pleksus hemoroid internal dan eksternal ( Penninger dan Zainea, 2001).

Hemoroid adalah bantalan vaskular yang terdapat di anal canal yang biasanya ditemukan di tiga daerah utama yaitu kiri samping, kanan depan, dan bagian kanan belakang. Hemoroid berada dibawah lapisan epitel anal canal dan


(21)

terdiri dari plexus arteriovenosus terutama antara cabang terminal arteri rektal superior dan arteri hemoroid superior. Selain itu hemoroid juga menghubungkan antara arteri hemoroid dengan jaringan sekitar.

Persarafan pada bagian atas anal canal disuplai oleh plexus otonom, bagian bawah dipersarafi oleh saraf somatik rektal inferior yang merupakan akhir percabangan saraf pudendal (Snell, 2006).

2.4. Patogenesis Hemoroid

Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia (Nisar dan Scholefield, 2003).

Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Acheson dan Schofield, 2006).

Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor


(22)

sehingga terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.

Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast.

2.5. Klasifikasi Hemoroid

Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:

a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut saraf nyeri somatik

b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.

c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri (Corman, 2004)

2.6. Derajat Hemoroid Internal

Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yakni:

a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.

b. Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.

c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali secara manual oleh pasien.


(23)

d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski dimasukkan secara manual.

2.7. Gejala klinis Hemoroid

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba dan Abbas, 2007) yaitu:

a. Hemoroid internal

1. Prolaps dan keluarnya mukus. 2. Perdarahan.

3. Rasa tak nyaman. 4. Gatal.

b. Hemoroid eksternal 1. Rasa terbakar.

2. Nyeri ( jika mengalami trombosis). 3. Gatal.

2.8. Diagnosis Hemoroid

Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan: a. Anamnesis.

b. Pemeriksaan fisik. c. Pemeriksaan penunjang.

2.8.1 Anamnesis Hemoroid

Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis (Canan, 2002).


(24)

Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan trombosis ( Wexner, Person, dan Kaidar-person, 2006)

2.8.2 Pemeriksaan Fisik Hemoroid

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis (Canan, 2002).

Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus dinilai (Nisar dan Scholefield, 2003).

Gambar 2.2. menunjukkan hemoroid yang mengalami trombosis (Schubert, Schade, dan wexner, 2009).


(25)

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang Hemoroid

Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.

Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).

2.9. Diagnosa Banding hemoroid

Menurut Kaidar-Person dkk (2007) selama evaluasi awal pasien, kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala seperti perdarahan rektal, gatal pada anus, rasa tak nyaman, massa serta nyeri dapat disingkirkan. Kanker kolorektal dan anal, dan melanoma anorektal merupakan contoh penyebab gejala tersebut. Dibawah ini adalah diagnosa banding untuk gejala-gejala diatas:

a. Nyeri

1. Fisura anal 2. Herpes anal 3. Proktitis ulseratif 4. Proctalgia fugax b. Massa


(26)

1. Karsinoma anal 2. Perianal warts 3. Skin tags c. Nyeri dan massa

1. Hematom perianal 2. Abses

3. Pilonidal sinus d. Nyeri dan perdarahan

1. Fisura anal 2. proktitis

e. Nyeri, massa, dan perdarahan Hematom perianal ulseratif f. Massa dan perdarahan

Karsinoma anal g. Perdarahan

1. Polips kolorektal 2. Karsinoma kolorektal 3. Karsinoma anal

2.10. Penatalaksanaan Hemoroid

Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.

Penatalaksanaan Konservatif

Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010)

Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan


(27)

pada derajat awal hemoroid (Zhou dkk, 2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.

Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).

Pembedahan

Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.

HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:

a. Hemoroid internal derajat II berulang. b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala. c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.

d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura. e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.

f. Permintaan pasien.

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:

1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan


(28)

fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007). Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.

2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.

3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal. 4. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi

jaringan hemoroid dan pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat rendah.

5. Laser haemorrhoidectomy.

6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.

7. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid (American Gastroenterological Association, 2004).


(29)

8. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).

Menurut Nagie (2007), pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan: 1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti

buah-buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus. 2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari

3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.


(30)

Keluhan Utama BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Prevalensi adalah jumlah suatu penyakit pada periode waktu tertentu dibandingkan dengan populasi. Perhitungan prevalensi pada penelitian ini adalah jumlah kasus pasti hemoroid periode Januari 2009 – Juli 2011 dibandingkan seluruh kasus dengan diagnose banding hemoroid. 2. Hemoroid adalah penyakit yang diderita pasien dan terdiagnosa oleh

dokter dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan disertai maupun tidak disertai pemeriksaan anuskopi atau kolonoskopi.

3. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat pasien hemoroid untuk mengunjungi dokter. Cara pengukuran adalah observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a. Nyeri b. Perdarahan

c. Massa pada anorektal

d. Gatal pada anorektal (Pigot dkk, 2005).

4. Umur adalah umur pasien hemoroid yang tercantum didalam data rekam medis dan dinyatakan dalam tahun. Cara pengukuran adalah dengan observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

Umur

Jenis kelamin

Hemoroid

Jenis dan derajat hemoroid Prevalensi


(31)

a. < 15 tahun b. 15 – 44 tahun c. 45 – 64 tahun

d. ≥ 65 tahun ( Everheart, 2004). Skala ukur: ordinal.

5. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien hemoroid yang tercantum dalam data rekam medis. Cara pengukuran adalah observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a. Pria b. Wanita Skala: Nominal.

6. Jenis hemoroid adalah jenis hemoroid yang diderita pasien dan tercantum dalam data rekam medis.

Cara pengukuran adalah dengan observasi pada data rekam medis dan keluhan yang bersangkutan dengan jenis hemoroid. Hemoroid eksternal ditandai dengan keluhan adanya rasa terbakar, nyeri, gatal. Sedangkan hemoroid internal ditandai dengan prolapsus dan pengeluaran mukosa, perdarahan, rasa tak nyaman, gatal (Villalba dan Abbas, 2007). Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a. Hemoroid eksternal b. Hemoroid internal. Skala: Nominal

7. Derajat hemoroid adalah derajat hemoroid internal yang tercantum dalam data rekam medis. Derajat hemoroid internal dibagi atas empat derajat yaitu derajat I, II, III, dan IV. Cara ukur yang digunakan adalah observasi data rekam medis dengan tanda dan gejala tiap derajat hemoroid internal yaitu:

 Derajat I ditandai dengan adanya perdarahan tanpa tanpa nyeri. Darah tampak segar dan dapat terlihat pada feses dan tidak tercampur feses. Perdarahan terjadi saat defekasi, terdapat tetesan darah.


(32)

 Derajat II ditandai dengan perdarahan tanpa nyeri, massa pada anus saat defekasi, rasa terbakar atau gatal pada anus.

 Derajat III ditandai dengan perdarahan tanpa nyeri, massa pada anus saat defekasi, mucous leakage, rasa terbakar atau gatal pada anus, hemoroid yang prolapsus dapat dimasukkan secara manual.

 Derajat IV ditandai dengan hemoroid yang prolapsus dan tidak dapat dimasukkan secara manual, mukosa pada perianal, perdarahan dapat disertai nyeri (Cintron dan Abcarian, 2008).

Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil pengukuran adalah:

a. Derajat I b. Derajat II c. Derajat III d. Derajat IV Skala: ordinal.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data telah dilakukan secara bersamaan dengan melihat data rekam medik penderita hemoroid yang tercatat selama periode 2009-2011.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di bagian rekam medik RSUP Haji Adam Malik Medan dan telah dilakukan selama bulan Juli – Agustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh pasien hemoroid. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non randomized accidental sampling yaitu mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia ditempat penelitian yang didapat melalui rekam medis pasien.

4.4. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien penderita hemoroid selama periode 2009-2011 yang didapat di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan kemudian telah dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distributif.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di bagian rekam medik RSUP Haji Adam Malik Medan. Lokasi penelitian terletak di jalan Bunga Lau nomor 17, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Sesuai dengan SK Menkes no. 355/Menkes/SK/VII/1990 RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit dengan predikat A. Dengan predikat tersebut, RSUP Haji Adam Malik berarti telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu RSUP Haji Adam Malik adalah rumah sakit rujukan di wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera barat, dan Riau.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Populasi penelitian merupakan kasus yang memiliki diagnosa banding hemoroid sebanyak 240 orang. Sedangkan sampel merupakan kasus dengan diagnosa hemoroid berjumlah 166 orang. Dalam penelitian ini karakteristik sampel yang diamati adalah jenis kelamin, umur, keluhan utama, jenis hemoroid dan derajat hemoroid. Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang tersimpan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan.

Pada tabel 5.1. digambarkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, ditemukan sebanyak 95 orang (57,2%) penderita hemoroid dengan jenis kelamin lelaki dan sebanyak 71 orang (42,8%) penderita hemoroid dengan jenis kelamin perempuan.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Persen (%)

Lelaki 95 57,2

Perempuan 71 42,8


(35)

Pada penelitian ditemukan penderita hemoroid dengan kelompok umur <15 tahun sebanyak 1 orang (0,6%). Kelompok umur 15-44 tahun dengan frekuensi tertinggi yaitu 77 orang (46,4%) diikuti dengan kelompak umur 45-64 tahun sebanyak 60 orang (36,1%) serta kelompok umur >65 tahun sebanyak 28 orang (16,9%).

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Usia Frekuensi Persen(%)

< 15 tahun 1 0,6

15-44 tahun 77 46,4

45-64 tahun 60 36,1

>65 tahun 28 16,9

Total 166 100

Selain itu keluhan utama yang paling sering dialami pasien adalah perdarahan dari anus yang tercatat sebanyak 82 orang (49,4%), diikuti dengan benjolan sebanyak 51 orang (30,7%), nyeri sebanyak 12 orang (7,2 %). Selain itu terdapat keluhan lain yang tidak spesifik yaitu konstipasi, nyeri perut, dan mencret. Keluhan tidak spesifik tersebut didapati pada 15 orang (9,0%) penderita. Perdarahan dari anus yang disertai dengan gejala lain sebanyak 6 orang (3,6 %)

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama Keluhan utama Frekuensi Persen(%)

Berdarah 82 49,4

Benjolan 51 30,7

Nyeri 12 7,2

Lainnya 15 9,0

Berdarah disertai gejala

lainnya 6 3,6

Total 166 100,0

Jenis hemoroid yang paling sering ditemukan adalah hemoroid internal dengan frekuensi 102 orang (61,4%), hemoroid eksternal sebanyak 43 orang


(36)

(25,9%). Penderita dengan hemoroid internal dan eksternal yang terjadi bersamaan tercatat sebanyak 21 orang (12,7%).

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Hemoroid Jenis Hemoroid Frekuensi Persen(%)

Internal 102 61,4

Eksternal 43 25,9

Internal dan eksternal 21 12,7

Total 166 100,0

Terdapat 123 pasien dengan hemoroid internal, baik yang hemoroid internal saja ataupun hemoroid internal yang timbul bersamaan dengan hemoroid eksternal. Sebanyak 45 orang dengan hemoroid internal derajat I. Hemoroid internal derajat II sebanyak 33 orang (26,8%), dan derajat III sebanyak 28 orang (22,8%). Pasien dengan diagnosa hemoroid derajat IV sebanyak 17 orang (13,8%).

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Hemoroid Internal Derajat hemoroid Frekuensi Persen(%)

I 45 36,6

II 33 26,8

III 28 22,8

IV 17 13,8

Total 123 100,0

5.2. Pembahasan

5.2.1. Perhitungan Prevalensi Hemoroid di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2009 – Juli 2011

Diketahui dari 240 kasus yang memiliki diagnosa banding hemoroid ditemukan sebanyak 166 kasus dengan diagnose hemoroid.

Dari hasil penelitian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

= (166/240) x 100% = 69,17 %


(37)

Sesuai dengan perhitungan di atas, maka prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2009 – Juli 2011 adalah 69,17 %.

5.2.2. Distribusi Hemoroid berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian didapati jumlah penderita hemoroid dengan jenis kelamin lelaki sebanyak 95 orang sedangkan perempuan sebanyak 71 orang. Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara kedua gender. Jadi meskipun lelaki lebih banyak yang terkena hemoroid tapi perempuan juga memiliki peluang yang sama besar.

5.2.3. Distribusi Hemoroid Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok umur yang terbanyak menderita hemoroid yaitu kelompok umur 15-44 tahun dan kelompok umur 45-64 tahun. Kedua kelompok tersebut mendominasi angka kejadian hemoroid dibandingkan dengan kelompok umur <15 tahun dan > 65 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan hemoroid sering terjadi pada dewasa dengan umur 45 sampai dengan 65 tahun (Chong dkk, 2008).

Penuaan berhubungan dengan diverse effect pada usus besar diantaranya termasuk gangguan dalam pembelahan mukosa, diferensiasi, metabolism, dan imunitas. Penyakit yang umum sering ditemukan pada orangtua termasuk kanker kolon, divertikulosis, dan pola BAB yang terganggu. Ketiga-tiganya akan mengarah kepada konstipasi dan diare kronik ( Hall, 2009). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Villalba dan Abbas (2007) yang menyatakan bahwa konstipasi dan diare kronik merupakan faktor-faktor yang dapat mendukung terjadinya hemoroid.

Selain itu pada orang-orang dengan usia lanjut, permasalahan utama yang sering terjadi adalah imobilitas dan polifarmasi (World Gastroenterology Organisation, 2007). Kedua hal ini berpengaruh pada pola BAB dan menjadikan orang dengan usia yang lebih tua cenderung terkena konstipasi lima kali lebih sering daripada yang lebih muda. Dan konstipasi tersebut dapat berlanjut menjadi hemoroid.


(38)

Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsusn(Acheson dan Schofield, 2006).

5.2.4. Distribusi Hemoroid berdasarkan Keluhan Utama

Pada penelitian ini didapati bahwa keluhan yang paling sering membawa pasien ke dokter adalah perdarahan. Pada hasil didapati sebanyak 82 orang dengan keluhan perdarahan. Pasien yang mengeluhkan adanya benjolan pada daerah anorektal sebanyak 51 orang sedangkan nyeri sebanyak 12 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana Pigot dkk (2005) menyatakan terdapat empat gejala utama yang membuat pasien datang ke praktek dokter diantaranya adalah nyeri, perdarahan, massa, dan pruritus pada anal. Perdarahan, benjolan, dan nyeri dapat terjadi bersamaan. Pada hasil penelitian didapatkan kejadian keluhan perdarahan anorektal yang disertai gejala lain sebanyak 6 orang. Hal ini sesuai dengan penggambaran karakteristik dari penelitian Osborn dkk (2009) yang mengemukakan bahwa sebanyak 45% pasien mengeluhkan perdarahan disertai dengan gejala lain seperti nyeri, konstipasi dan lain-lain. Selain itu juga terdapat gejala lainnya yaitu konstipasi, nyeri perut, dan mencret. Adanya konstipasi menunjukkan kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Villalba dan Abbas (2007) yang menyatakan faktor yang berperan dalam perkembangan hemoroid adalah kehamilan, hereditas, konstipasi, dan lamanya waktu yang dihabiskan di toilet saat buang air besar.

5.2.5. Distribusi Hemoroid berdasarkan Jenis Hemoroid

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari 166 pasien, sebanyak 102 orang menderita hemoroid internal. Jenis hemoroid tersebut merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di RSUP Haji Adam Malik. Sedangkan hemoroid ekternal sebanyak 43 orang. Pada penelitian ini juga ditemukan kejadian hemoroid internal dan eksternal ditemukan bersamaan, angka kejadian tersebut sebanyak 21 orang.


(39)

5.2.6. Distribusi Hemoroid berdasarkan Derajat Hemoroid Internal

Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar pasien menderita hemoroid derajat I sebanyak 45 orang (36,6%) namun jumlah ini tidak telalu signifikan bila dibandingkan dengan pasien hemoroid derajat II yang berjumlah sebanyak 33 orang (26,8%). Perbandingan ini cukup berbeda dengan karakteristik yang ditemukan oleh Osborn dkk (2009) dimana pasien dengan hemoroid internal derajat I sebanyak 7 % sedangkan hemoroid internal derajat II sebanyak 74 %.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Prevalensi hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan periode januari 2009 – Juli 2011 adalah 166 kasus (69,17%).

2. Dalam penelitian ini lelaki lebih sering menderita hemoroid dengan frekuensi sebesar 95 orang (57,2%) bila dibandingkan dengan perempuan yang memiliki frekuensi sebesar 71 orang (42,8 %), namun perbedaan itu tidak terlalu signifikan.

3. Kelompok umur yang terbanyak menderita hemoroid adalah 15-44 tahun dengan frekuensi sebanyak 77 orang (46,4%), sedangkan kelompok umur <15 tahun merupakan kelompok usia yang paling jarang menderita hemoroid dengan pasien sebanyak 1 orang (0,6%). 4. Keluhan utama yang paling sering ditemukan pada pasien hemoroid

adalah perdarahan yaitu sebanyak 82 orang (49,4%)

5. Jenis hemoroid yang paling sering ditemukan pada pasien hemoroid adalah hemoroid internal dengan frekuensi sebanyak 102 orang (61,4%). Namun hemoroid internal dan eksternal dapat terjadi persamaan dimana ditemukan sekitar 21 orang (12,7%) pada data rekam medis.

6. Derajat hemoroid interna yang paling banyak diderita pasien hemoroid adalah derajat I frekuensi 45 orang (36,6%) sedangkan derajat IV adalah derajat hemoroid yang paling sedikit ditemukan pada pasien hemoroid di RSUP Haji Adam Malik dengan frekuensi sebesar 17 orang (13,8%).


(41)

6.2. Saran

1. Peningkatan kualitas pencatatan dari rekam medis baik dari kejelasan tulisan maupun kelengkapannya.

2. Sebaiknya ditingkatkan penyuluhan – penyuluhan pola makanan sehat dan kaya serat pada masyrakat untuk mengurangi kejadian hemoroid.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Acheson, A.G. & Scholefield, J. H., 2008. Management of Haemorrhoids. British Medical Journal;336: 380-383.

American Gastroenterological Association. American Gastroenterological Association Technical Review on The Diagnosis and Treatment of Hemorrhoids. American Gastroenterological Association Clinical Practice Comitee.

Burkitt, D.P, 1972. Varicose Veins, Deep Vein Trombosis, and Haemorrhoids: Epidemiology and Suggested Aetiology. British Medical Journal: 556-561.

Canan, A, 2002. Hemorrhoids and Other Anorectal Disorders. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy. 3rd ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Chong, P.S. & Bartolo, D.C.C., 2008. Hemorrhoids and Fissure in ano. Gastroenterology Clinics of North America 37: 627-644.

Cintron, J.R. & Abcarian, H., 2007. Benign Anorectal: Hemorrhoid. In: Wolff, B.G., Fleshman, J.W., and Beck, D.E., ed. The ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery. Newyork: Springer, 156-172.

Corman, M.L, 2004. Hemorrhoids. Colon & Rectal Surgery. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 177-253.

Daniel, W.J., 2010. Anorectal Pain, Bleeding, and Lumps. Australian Family Physician 39 (6): 376-381.


(43)

Everheart, J.E., 2004. Digestive Disease in The United States: Epidemiology and Impact, National Institute of Health. Washington, DC: US government Printing Office.

Felix. 2006. Duduk, Salah, Berdiri, Juga Salah. Farmacia Majalah Kedokteran dan Farmasi. Jakarta. Available from:

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one-news.asp?IDNews=278 [Accessed 7 January 2012]

Hall, K.E., 2009. Effect of Aging on Gastrointestinal System. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.1062.

Halverson, A., 2007. Hemorrhoids. Clin Colon Rectal surgery 20 (2): 77-84.

Hemorrhoid Institute of South Texas, 2009. Hemorrhoids Summary. Available from: http://hemorrhoidinstituteofst.com. [Accesed 6 May 2011].

Kaidar-Person, O., Person, B., and Wexner, S.D., 2007. Hemorrhoidal Disease: A Comprehensive Review. J. American College of Surgeons 204 (1): 102-114.

McKesson Health Solution LLC, 2004. Hemorrhoids. Philadelpia: Clinical Reference System. Available from:

http://www.mdconsult.com. [accessed 11 March 2011].

Nagie, D 2007. What You Need to Know about Hemorrhoids…but were too Embarrassed to Ask, Beth Israel Deaconess Medical Center. Available from: http://www.BottomLineSecrets.com. [accessed 11 March 2011].


(44)

Nikpour, S. & Asgari, A.A., 2008. Colonoscopic Evaluation of Minimal Rectal Bleeding in Average-Risk Patients for Colorectal Cancer. World Journal of Gastroenterology 14(42): 6536-6540.

Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical Journal; 327: 847-851.

Osborn, N.K., King, K.H., and Adeniji, O.A., 2009. Hemorroid Treatment in

Outpatient Gastroenterology Practice Using The O’Regan Disposable

Hemorrhoid Banding System is Safe and Effective. The Journal of Medicine 2 (5): 251.

Penninger, J.I. & Zainea, G.G., 2001. Common Anorectal Conditions: Part I. Symptoms and Complains. American Family Physician 63 (12): 2391-2398.

Pigot, F., Siproudis L., and Allaert, F.A, 2005. Risk Factor Associated with Hemorrhoidal Symptoms in Specialized. Gastroenterology Clin Biol 29 (12): 1270-1274.

Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta: EGC.

Strate, L.L., Ayanlan, J.Z., Kotier, G., Syngal, S., 2008. Risk Faktor for Mortality in Lower Intestinal Bleeding. Clin Gastroenterol Hepatol 6 (9): 955-1004.

Villalba, H., Abbas, M.A., 2007. Hemorrhoids : Modern Remedies for an Ancient Disease. The Permanente Journal 11 (2): 74-76.

World Gastroenterological Organisation. World Gastroenterological Organisation Practice Guidelines: Constipation. World Gastroenterological Organisation. Available from:

http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/05 _constipation.pdf [Accessed 7 January 2012]


(45)

Zhou, Q., Mills, E., Martinez, Z.M.J., and Allonso, C.P., 2006. Metaanalysis of Flavonoid for The Treatment of Haemorrhoid. BrJ Surg; 93: 909-920.


(46)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novalita Ningtyas Wandari Tempat / Tanggal Lahir : Binjai / 13 November 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Soekarno Hatta No. 449 KM. 18,1 Binjai Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah inpres No.056001 Stabat (1996-2002)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Binjai (2002-2005)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Binjai (2005-2008)

Riwayat Pelatihan : 1. Upgrading PEMA FK USU 2011 (2011)

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Keputrian PHBI (2008-2009) 2. Sekretaris Divisi Keputrian PHBI (2009-2010) 3. Anggota Divisi Keputrian PHBI (2010-2011) 4. Anggota Komisi I Majelis Mahasiswa PEMA FK USU (2010-2011)

5. Sekretaris Departemen Mahasiswa Asing PEMA FK USU (2011-2012)


(47)

LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

“Prevalensi Hemoroid di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2009 – Juli 2011”

Identitas Pasien

Nomor Pasien : Nomor Rekam Medis :

Nama :

Jenis Kelamin : ♂ / ♀

Umur :

Alamat :

Keluhan Utama : a. Perdarahan

b. Nyeri

c. Massa abdomen d. gatal

Keluhan Tambahan :

Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan Penunjang :

Diagnosis (dan Penyebab) : a. Jenis hemoroid : b. Derajat hemoroid :


(48)

LAMPIRAN 4

DATA INDUK PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 – JULI 2011 No. No. Rekam

Medis

Jenis Kelamin

Umur Keluhan

Utama

Jenis Hemoroid Derajat Hemoroid

Internal 1 38.47.-- lelaki 15-44 tahun nyeri internal II 2 39.54.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal II 3 39.29.-- lelaki > 64 tahun nyeri eksternal - 4 39.16.-- perempuan 45-64 tahun benjolan internal dan

eksternal

III 5 00.39.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 6 25.08.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III 7 38.57.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III 8 38.43.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal IV 9 40.96.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal - 10 42.64.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal III 11 23.58.-- lelaki 45-64 tahun berdarah eksternal - 12 01.83.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III 13 06.90.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal I 14 30.96.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I 15 18.11.-- perempuan > 64 tahun lainnya internal I 16 42.43.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 17 42.72.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 18 42.41.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal II 19 42.81.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 20 42.64.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal I 21 42.68.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 22 42.42.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 23 42.15.-- perempuan 45-64 tahun berdarah eksternal - 24 42.32.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 25 42.23.-- perempuan 15-44 tahun benjolan internal IV 26 42.08.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 27 42.02.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 28 38.66.-- lelaki 15-44 tahun benjolan eksternal - 29 42.90.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 30 41.88.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan IV


(49)

eksternal

31 34.79.-- perempuan 15-44 tahun berdarah eksternal - 32 14.40.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal IV 33 42.92.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal - 34 40.58.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal III 35 43.41.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal - 36 43.01.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal I 37 43.37.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal III 38 43.17.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 39 43.03.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 40 43.07.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal IV 41 40.82.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal III 42 25.34.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal II 43 47.67.-- perempuan 45-64 tahun berdarah eksternal - 44 43.13.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 45 45.98.-- lelaki 15-44 tahun berdarah

disertai gejala lain

eksternal -

46 45.23.-- lelaki 15-44 tahun nyeri internal I 47 45.72.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal II 48 44.94.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

II 49 44.19.-- perempuan 45-64 tahun berdarah

disertai gejala lain

internal dan eksternal

II

50 43.06.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 51 47.41.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal IV 52 46.41.-- lelaki 15-44 tahun nyeri internal I 53 46.61.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal II 54 46.36.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 55 46.42.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

II 56 46.62.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III 57 46.20.-- lelaki 45-64 tahun berdarah

disertai gejala lain

eksternal -

58 46.22.-- lelaki 45-64 tahun benjolan eksternal - 59 46.58.-- perempuan 45-64 tahun lainnya internal II 60 46.54.-- perempuan 15-44 tahun benjolan internal IV 61 46.54.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I


(50)

62 46.79.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal - 63 46.10.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal IV 64 46.31.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal IV 65 38.43.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III 66 38.30.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 67 41.11.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 68 19.67.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal dan

eksternal

III 69 12.76.-- perempuan > 64 tahun benjolan internal III 70 41.29.-- perempuan 15-44 tahun nyeri eksternal - 71 42.41.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal I 72 42.94.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal III 73 39.04.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal III 74 43.37.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal II 75 43.63.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

II 76 43.07.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I 77 43.41.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal - 78 43.29.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal III 79 43.00.-- lelaki > 64 tahun lainnya internal II 80 44.47.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal III 81 44.52.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal I 82 44.38.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 83 44.19.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 84 44.42.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal II 85 44.41.-- perempuan 45-64 tahun benjolan internal II 86 44.38.-- perempuan 15-44 tahun berdarah eksternal - 87 44.98.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 88 32.68.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal IV 89 44.35.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 90 44.26.-- lelaki 15-44 tahun benjolan eksternal - 91 54.06.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal II 92 39.38.-- perempuan 15-44 tahun lainnya internal I 93 39.15.-- lelaki <15 tahun berdarah internal I 94 42.94.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal II 95 42.90.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 96 36.66.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

III 97 36.63.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I


(51)

98 45.27.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III 99 36.66.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal - 100 42.32.-- perempuan 45-64 tahun benjolan eksternal - 101 44.59.-- perempuan 15-44 tahun lainnya internal I 102 45.23.-- lelaki 15-44 tahun nyeri internal I 103 45.98.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal - 104 46.92.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II 105 46.61.-- lelaki 15-44 tahun benjolan eksternal - 106 14.80.-- lelaki > 64 tahun benjolan eksternal - 107 33.54.-- lelaki 15-44 tahun lainnya internal dan

eksternal

I 108 29.26.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal - 109 31.51.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal - 110 19.62.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II 111 13.98.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal II 112 01.83.-- lelaki > 64 tahun benjolan eksternal - 113 30.96.-- perempuan 45-64 tahun berdarah

disertai gejala lain

internal I

114 28.26.-- perempuan 45-64 tahun nyeri internal I 115 13.10.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal II 116 12.76.-- perempuan 45-64 tahun lainnya internal II 117 19.67.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal dan

eksternal

III 118 34.41.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal I 119 25.34.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal II 120 42.00.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II 121 42.92.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal - 122 42.11.-- lelaki 45-64 tahun lainnya eksternal - 123 42.13.-- perempuan 45-64 tahun lainnya eksternal - 124 42.98.-- perempuan 15-44 tahun lainnya internal II 125 41.66.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I 126 41.75.-- perempuan 15-44 tahun benjolan internal III 127 42.97.-- perempuan 45-64 tahun lainnya internal IV 128 27.34.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal II 129 45.27.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III 130 47.71.-- perempuan 45-64 tahun benjolan eksternal - 131 46.78.-- perempuan > 64 tahun berdarah eksternal - 132 46.23.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal II 133 45.69.-- perempuan 15-44 tahun berdarah eksternal -


(52)

134 45.53.-- perempuan > 64 tahun berdarah internal dan eksternal

II 135 41.25.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 136 44.06.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal II 137 44.41.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III 138 44.98.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I 139 44.79.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I 140 44.70.-- lelaki 45-64 tahun berdarah eksternal - 141 44.63.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III 142 40.96.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal IV 143 42.32.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 144 42.00.-- lelaki 45-64 tahun berdarah

disertai gejala lain

internal IV

145 42.64.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal dan eksternal

IV 146 47.03.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I 147 46.46.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal IV 148 39.18.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal - 149 39.07.-- perempuan 15-44 tahun berdarah

disertai gejala lain

internal I

150 39.04.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal III 151 45.18.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal - 152 22.83.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal III 153 38.04.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan

eksternal

II 154 42.23.-- perempuan > 64 tahun benjolan internal IV 155 47.98.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal II 156 39.16.-- perempuan 45-64 tahun benjolan internal dan

eksternal

III 157 45.78.-- lelaki 45-64 tahun benjolan eksternal - 158 48.12.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 159 45.53.-- perempuan > 64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I 160 46.23.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I 161 43.41.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal II 162 43.37.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal III 163 46.42.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal dan

eksternal

II 164 46.10.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal IV 165 40.90.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal I


(53)

(54)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT

PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 – JULI 2011

1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lelaki 95 57.2 57.2 57.2

perempuan 71 42.8 42.8 100.0

Total 166 100.0 100.0

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Golongan Umur

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <15 tahun 1 .6 .6 .6

15-44 tahun 77 46.4 46.4 47.0

45-64 tahun 60 36.1 36.1 83.1

> 64 tahun 28 16.9 16.9 100.0

Total 166 100.0 100.0

3. Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(55)

Valid berdarah 82 49.4 49.4 49.4

benjolan 51 30.7 30.7 80.1

nyeri 12 7.2 7.2 87.3

lainnya 15 9.0 9.0 96.4

berdarah disertai gejala lain 6 3.6 3.6 100.0

Total 166 100.0 100.0

4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Hemoroid

Jenis Hemoroid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid internal 102 61.4 61.4 61.4

eksternal 43 25.9 25.9 87.3

internal dan eksternal 21 12.7 12.7 100.0

Total 166 100.0 100.0

5. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Hemoroid Internal

Derajat Hemoroid Internal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(56)

II 33 26.8 26.8 63.4

III 28 22.8 22.8 86.2

IV 17 13.8 13.8 100.0


(1)

98 45.27.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III

99 36.66.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal -

100 42.32.-- perempuan 45-64 tahun benjolan eksternal -

101 44.59.-- perempuan 15-44 tahun lainnya internal I

102 45.23.-- lelaki 15-44 tahun nyeri internal I

103 45.98.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal -

104 46.92.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II

105 46.61.-- lelaki 15-44 tahun benjolan eksternal -

106 14.80.-- lelaki > 64 tahun benjolan eksternal -

107 33.54.-- lelaki 15-44 tahun lainnya internal dan eksternal

I

108 29.26.-- lelaki > 64 tahun berdarah eksternal -

109 31.51.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal -

110 19.62.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II

111 13.98.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal II

112 01.83.-- lelaki > 64 tahun benjolan eksternal -

113 30.96.-- perempuan 45-64 tahun berdarah disertai gejala

lain

internal I

114 28.26.-- perempuan 45-64 tahun nyeri internal I

115 13.10.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal II

116 12.76.-- perempuan 45-64 tahun lainnya internal II

117 19.67.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal dan eksternal

III

118 34.41.-- lelaki 45-64 tahun nyeri internal I

119 25.34.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal II

120 42.00.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal II

121 42.92.-- lelaki 15-44 tahun lainnya eksternal -

122 42.11.-- lelaki 45-64 tahun lainnya eksternal -

123 42.13.-- perempuan 45-64 tahun lainnya eksternal -

124 42.98.-- perempuan 15-44 tahun lainnya internal II

125 41.66.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I

126 41.75.-- perempuan 15-44 tahun benjolan internal III

127 42.97.-- perempuan 45-64 tahun lainnya internal IV

128 27.34.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal II

129 45.27.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III

130 47.71.-- perempuan 45-64 tahun benjolan eksternal - 131 46.78.-- perempuan > 64 tahun berdarah eksternal -

132 46.23.-- lelaki 45-64 tahun benjolan internal II


(2)

134 45.53.-- perempuan > 64 tahun berdarah internal dan eksternal

II 135 41.25.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal -

136 44.06.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal II

137 44.41.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal III

138 44.98.-- perempuan 15-44 tahun berdarah internal I

139 44.79.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I

140 44.70.-- lelaki 45-64 tahun berdarah eksternal -

141 44.63.-- lelaki > 64 tahun benjolan internal III

142 40.96.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal IV

143 42.32.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 144 42.00.-- lelaki 45-64 tahun berdarah

disertai gejala lain

internal IV

145 42.64.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal dan eksternal

IV

146 47.03.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal I

147 46.46.-- lelaki 15-44 tahun benjolan internal IV

148 39.18.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal -

149 39.07.-- perempuan 15-44 tahun berdarah disertai gejala

lain

internal I

150 39.04.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal III

151 45.18.-- lelaki 15-44 tahun berdarah eksternal -

152 22.83.-- lelaki 45-64 tahun berdarah internal III

153 38.04.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal dan eksternal

II 154 42.23.-- perempuan > 64 tahun benjolan internal IV

155 47.98.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal II

156 39.16.-- perempuan 45-64 tahun benjolan internal dan eksternal

III

157 45.78.-- lelaki 45-64 tahun benjolan eksternal -

158 48.12.-- perempuan 15-44 tahun benjolan eksternal - 159 45.53.-- perempuan > 64 tahun berdarah internal dan

eksternal

I

160 46.23.-- perempuan 45-64 tahun berdarah internal I

161 43.41.-- lelaki > 64 tahun berdarah internal II

162 43.37.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal III

163 46.42.-- lelaki 15-44 tahun berdarah internal dan eksternal

II


(3)

(4)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT

PREVALENSI HEMOROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 – JULI 2011

1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lelaki 95 57.2 57.2 57.2

perempuan 71 42.8 42.8 100.0

Total 166 100.0 100.0

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Golongan Umur

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <15 tahun 1 .6 .6 .6

15-44 tahun 77 46.4 46.4 47.0

45-64 tahun 60 36.1 36.1 83.1

> 64 tahun 28 16.9 16.9 100.0

Total 166 100.0 100.0

3. Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Valid berdarah 82 49.4 49.4 49.4

benjolan 51 30.7 30.7 80.1

nyeri 12 7.2 7.2 87.3

lainnya 15 9.0 9.0 96.4

berdarah disertai gejala lain 6 3.6 3.6 100.0

Total 166 100.0 100.0

4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Hemoroid

Jenis Hemoroid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid internal 102 61.4 61.4 61.4

eksternal 43 25.9 25.9 87.3

internal dan eksternal 21 12.7 12.7 100.0

Total 166 100.0 100.0

5. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Hemoroid Internal

Derajat Hemoroid Internal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

II 33 26.8 26.8 63.4

III 28 22.8 22.8 86.2

IV 17 13.8 13.8 100.0