Prevalensi Atrial Septal Defect Di Rsup Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2012

(1)

PREVALENSI ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011 – 2012

Oleh :

SHANADZ ALVIKHA 100100123

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PREVALENSI ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011 – 2012

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

SHANADZ ALVIKHA 100100123

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Prevalensi Atrial Septal Defect di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 2011-2012

Nama : Shanadz Alvikha NIM : 100100123

Pembimbing Penguji I

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP(K)) (Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK) NIP. 19460430197302 1001 NIP. 19530417 198003 2 001

Penguji II

(dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD) NIP. 19720901 199903 2001

MEDAN, Januari 2014 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP.19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Atrial septal defect merupakan penyakit jantung bawaan yang cukup sering terjadi di Indonesia. Penyakit ini dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan letak defek tersebut. Penyakit ini juga lebih condong terjadi pada perempuan dan jarang menimbulkan gejala klinis, sehingga sulit terdeteksi. Oleh karena itu penelitian ini

dibuat untuk mengetahui prevalensi atrial septal defect yang ada pada masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data

dilakukan melalui analisis pada 51 data rekam medis penderita atrial septal defect

mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2012 yang dipilih dengan metode total

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 51 orang penderita atrial septal

defect di RSUP Haji Adam Malik, dengan laki – laki berjumlah 16 orang (31,4%)

dan perempuan 35 orang (68,6%). Sedangkan tipe terbanyak adalah ostium

secundum yang berjumlah 39 (76,5%) dari keseluruhan kasus.


(5)

ABSTRACT

Atrial septal defect is a congenital heart defect with a fair incidence rate in Indonesia.the disease has been classified into 3 types based on each location.this congenital heart defect is more frequent in woman and infrequently made a symptom,so its difficult to diagnose.upon that, this study was conduct to find out the prevalence of the atrial septal defect in the Haji Adam Malik General Hospital Center.

This research is a descriptive study using cross sectional method which arranged in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan. Data collecting procedure was carried out by analyze 51 atrial septal defect patient’s medical records which diagnosed from 2011 until 2012, selected by total sampling method.

The results of this study shows that there is 51 people with atrial septal defect in Haji Adam Malik General Hospital Center, which is 16 male (31,4%) and 35 female (68,6%) while the most subtype is ostium secundum which is 39 patients (76,5%) of all atrial septal defect cases.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, tak henti penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rezeki, rahmat dan karunia berlimpah yang telah diberikan, tanpa-Nya karya tulis ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini berjudul, “Prevalensi Atrial Septal Defect di RSUP H. Adam Malik Periode 2011 - 2012” dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian karya ini dimulai dari penentuan judul hingga terbentuk sebuah hasil penelitian, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K) selaku dosen pembimbing

yang telah banyak membantu melalui pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Prof. Dr. dr. Rozaimah Z. Hamid, MS, Sp.FK dan dr. Putri C. Eyanoer,

MS, Epi, PhD selaku dosen penguji yang telah memberi ide, kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.

3. Orangtua penulis, yayah, drs. H. Nasir S. Ali dan mama, dra. Hj. Elly

Nawati, kakak dan abang, drg. Shelly mayvira dan dr. Reza Havhie Firdaus atas kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan tanpa henti yang selama ini dan akan terus penulis terima.

4. Teman-teman seperjuangan di FK USU, Eka, Fauzan, Fatin, Gita,

Hadhinah, Inez, Putri, Susy, Syafira, Inge, Shiela, Tika, Dina, Rizka, Ega, serta seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan, cerita, pengalaman dan keceriaan selama tujuh semester menjalani pendidikan di sini.


(7)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah berupa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun struktural. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Medan, Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi Jantung ... 4

2.2. Sirkulasi Darah Jantung ... 4

2.3. Sirkulasi Darah Jantung Janin ... 6

2.4. Atrial Septal Defect ... 7

2.4.1. Definisi ... 7

2.4.2. Klasifikasi ... 7

2.4.3. Patofisiologi ... 8

2.4.4. Riwayat ... 8

2.4.5. Manifestasi Klinis ... 8

2.4.6. Pemeriksaan Fisik ... 9

2.4.7. Elektrokardiogram ... 9

2.4.8. Foto Thoraks ... 9

2.4.9. Ekokardiogram ... 10

2.4.10.Katerisasi Jantung ... 10

2.4.11.Penatalaksanaan ... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 12

3.1. Kerangka Konsep ... 12


(9)

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 15

4.1. Rancangan Penelitian ... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Tempat Penelitian ... 15

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 15

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1. Hasil Penelitian ... 16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 16

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 16

5.2. Pembahasan ... 19

5.2.1. Karakteristik Sampel ... 19

5.2.2. Gejala Klinis ... 21

5.2.3. Jenis Penyakit ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

6.1. Kesimpulan ... 23

6.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin ... 17

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

usia ... 17

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

gejala klinis ... 18

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Data Induk


(12)

ABSTRAK

Atrial septal defect merupakan penyakit jantung bawaan yang cukup sering terjadi di Indonesia. Penyakit ini dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan letak defek tersebut. Penyakit ini juga lebih condong terjadi pada perempuan dan jarang menimbulkan gejala klinis, sehingga sulit terdeteksi. Oleh karena itu penelitian ini

dibuat untuk mengetahui prevalensi atrial septal defect yang ada pada masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data

dilakukan melalui analisis pada 51 data rekam medis penderita atrial septal defect

mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2012 yang dipilih dengan metode total

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 51 orang penderita atrial septal

defect di RSUP Haji Adam Malik, dengan laki – laki berjumlah 16 orang (31,4%)

dan perempuan 35 orang (68,6%). Sedangkan tipe terbanyak adalah ostium

secundum yang berjumlah 39 (76,5%) dari keseluruhan kasus.


(13)

ABSTRACT

Atrial septal defect is a congenital heart defect with a fair incidence rate in Indonesia.the disease has been classified into 3 types based on each location.this congenital heart defect is more frequent in woman and infrequently made a symptom,so its difficult to diagnose.upon that, this study was conduct to find out the prevalence of the atrial septal defect in the Haji Adam Malik General Hospital Center.

This research is a descriptive study using cross sectional method which arranged in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan. Data collecting procedure was carried out by analyze 51 atrial septal defect patient’s medical records which diagnosed from 2011 until 2012, selected by total sampling method.

The results of this study shows that there is 51 people with atrial septal defect in Haji Adam Malik General Hospital Center, which is 16 male (31,4%) and 35 female (68,6%) while the most subtype is ostium secundum which is 39 patients (76,5%) of all atrial septal defect cases.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Renaldy (2010), secara global, Defek Septal Atrium (Atrial

Septal Defect - ASD) merupakan kelainan kedua tersering (6-10%) setelah (Ventricular Septal Defect) VSD (25-30%) dan merupakan kelainan jantung kongenital utama yang sering ditemukan pada orang pada dewasa.

Ostium sekundum terjadi pada sekitar 50-70% kasus, dengan perbandingan

wanita dan pria 2:1. Sedangkan ostium primum pada sekitar 30% kasus dan defek

sinus venosus pada sekitar 10% kasus dengan perbandingan wanita dan pria sama, yaitu 1:1 (Rahajoe, 2001).

Angka kejadian penyakit ASD menurut data yang diambil dari rumah sakit dokter Soetomo, Surabaya pada tahun 2004, 2005, 2006 secara berurutan 10,59%, 9,73%, 6,99% dan dikatakan termasuk salah satu kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemui tiap tahunnya (Cahyono dan Rachman, 2007).

ASD juga terdapat sebanyak 7,4% menurut data yang diambil dari rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta periode Februari sampai dengan Agustus 2009 (Sjarif et al., 2011).

Manisfestasi klinis yang ditimbulkan penyakit ini akan mempengaruhi kualitas hidup kedepannya, bergantung besar kecilnya defek yang ada. Dikatakan sekitar 10% pasien yang di diagnosa penyakit ini mengeluhkan kinerja mereka yang semakin menurun setiap harinya, di karenakan sesak dan mudah lelah yang ditimbulkan penyakit ini. Dari hasil penelitian juga dikatakan persentasi komplikasi akan meningkat apabila defeknya mencapai lebih dari 3cm (Dugdale, 2012).

Penutupan defek dari penyakit ini dapat dilakukan apabila defeknya lebih dari 2cm, dan dapat dilakukan secara bedah maupun amplatzer. Tetapi keuntungan dari keduanya masih diperdebatkan karena aritmia atrium masih ditemukan pada beberapa pasien walaupun sudah menjalani penutupan dari defek tersebut (Markham, 2012).


(15)

Angka kematian Atrial septal defect meningkat sebanyak 30% pada orang dewasa, yang biasanya disebabkan oleh komplikasi yang ditimbulkan. Tercatat 12% angka kematian disebabkan oleh gagal jantung dan timbul pada golongan usia dewasa muda. Gagal jantung juga merupakan komplikasi yang sering ditimbulkan dan merupakan penyebab tersering meningkatnya angka kematian (Haque, Khan, dan Mahmud, 2011).

Sampai saat ini, belum dtemukan angka kejadian ASD beserta dengan tipenya di kota Medan, maka dari latar belakang tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tentang “Prevalensi Atrial Septal Defect (ASD) di

RSUP H. Adam Malik periode 2011-2012”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana angka kejadian Atrial Septal Defect (ASD) pada RSUP H.

Adam Malik periode 2011-2012?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui angka kejadian Atrial Septal Defect (ASD) pada RSUP H.

Adam Malik periode 2011-2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proporsi pasien anak maupun dewasa yang

terdiagnosa penyakit ASD di RSUP H. Adam Malik periode 2011-2012

2. Untuk mengetahui perbandingan wanita dan laki-laki yang


(16)

3. Untuk mengetahui jenis-jenis ASD yang didiagnosa dan jenis yang ditemukan paling banyak di RSUP H. Adam Malik periode 2011-2012

4. Untuk mengetahui gejala klinis yang ditimbulkan pada penderita ASD

di RSUP H. Adam Malik periode 2011 - 2012

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang prevalensi Atrial Septal Defect

di RSUP H. Adam Malik periode 2011 - 2012.

2. Bagi Pendidikan

Untuk menambah kemampuan berfikir secara logis dan sistematis serta mampu melakukan penelitian dengan metode yang baik dan benar.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit Atrial Septal Defect (ASD), serta sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Jantung

Jantung terletak pada bagian mediastinum medialis dan sebagian jantung tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan jantung dibatasi oleh sternum dan juga iga 3, 4, 5. Hampir dua per tiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis median sternum (Mahadevan, 2012).

Jantung mempunyai empat ruang yaitu, atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan di sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan di sebelah bawah jantung dan mempunyai dinding lebih tebal karena atrium berfungsi untuk

memompa darah ke seluruh tubuh (Jurcut et al., 2010).

Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah yang rendah kadar oksigennya yang berasal dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen yang berasal dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke ventrikel kiri. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. Ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Secara anatomis atrium kanan terletak agak ke depan dibanding ventrikel kanan atau atrium kiri (Ellis, 2006).

Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium (Mahadevan, 2012).

2.2. Sirkulasi Darah Jantung

Jantung adalah pompa ganda.Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan separuh kiri dan memiliki empat ruang. Ruang bagian atas yang disebut atrium menerima darah yang kembali dari jantung dan memindahkannya ke ruang bawah yang disebut ventrikel. Ventrikel akan memompa darah dari jantung. Pembuluh


(18)

yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel menuju ke jaringan adalah arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum, yaitu suatu otot kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung (Rogers, 2011).

Sistem sirkulasi jantung terdiri atas dua, yaitu sirkulasi paru yang terdiri dari pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan paru, dan sirkulasi sistemik yang terdiri atas pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah

antara jantung dan sistem organ (Tavianto et al., 2013).

Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan kembali dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi CO2. Darah yang mengalami deoksigenasi parsial tersebut mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, yang memompanya ke luar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah ke dalam sirkulasi paru. Di dalam paru darah tersebut kehilangan CO2 ekstranya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, ruang pompa yang memompa darah ke seluruh organ kecuali paru, jadi sisi kiri jantung memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi

arteri besar untuk memperdarahi berbagai jaringan tubuh (Barret et al., 2010).

Berbeda dengan sirkulasi pulmonalis, yang seluruh darahnhya mengalir melalui paru, sirkulasi sistemik dapat dilihat sebagai rangkaian jalur-jalur paralel. Sebagian darah yang dipompakan keluar oleh ventrikel kiri menuju otot-otot, sebagian ke ginjal, sebagian ke otak, dan seterusnya. Jadi, keluaran ventrikel kiri tersebar, sehingga tiap-tiap bagian tubuh menerima pasokan darah segar. Dengan demikian darah yang kita ikutin hanya menuju ke satu jaringan sistemik. Jaringan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi zat-zat gizi untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk buangan yang ditambahkan ke darah. Darah sekarang secara


(19)

parsial kekurangan O2 dan mengandung CO2 yang meningkat akan kembali ke sisi kanan jantung (Guyton dan Hall, 2006).

2.3. Sirkulasi Darah Jantung Janin

Pada janin, aliran darah berbeda dengan setelah lahir.Perbedaan utama sirkulasi janin dengan sirkulasi setelah lahir adalah janin tidak bernafas dimana paru-paru tidak berfungsi. Janin memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2 melalui pertukaran dengan darah ibu melalui plasenta. Karena darah tidak perlu mengalir ke paru untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2. Pada sirkulasi janin terdapat

dua jalan pintas, yaitu foramen ovale (suatu lubang di septum antara atrium kanan

dan kiri) dan duktus arteriosus (suatu pembuluh yang menghbungkan arteri

pulmonalis dan aorta ketika keduanya keluar dari jantung (Dawson et al., 2010).

Darah beroksigen tinggi dibawa dari plasenta melalui vena umbilikalis dan diteruskan ke dalam vena kava inferior janin. Dengan demikian, ketika dikembalikan ke atrium kanan dari sirkulasi sistemik , darah telah bercampur dengan darah oksigen tinggi dari vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah yang kembali dari jaringan janin. Selama masa janin, karena tingginya resistensi yang diakibatkan oleh paru yang kolaps, tekanan di separuh kanan jantung dan sirkulasi paru lebih tinggi daripada di separuh kiri jantung dan sirjulasi sistemik, situasi yang terbalik dibandingkan dengan setelah lahir (Sherwood, 2001).

Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan dan kiri, sebagian darah campuran yang beroksigen cukup yang kembali ke atrium kanan segera disalurkan

ke atrium kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian mengalir ke dalam

ventrikel kiri dan dipompa ke luar ke sirkulasi sistemik. Selain memperdarahi jaringan, sirkulasi sistemik janin juga mengalirkan darah melalui arteri umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan darah ibu melalui plasenta. Sisa darah di atrium kanan yang tidak segera dialihkan ke atrium kiri mengalir ke ventrikel kanan, yang memompa darah ke dalam arteri pulmonalis. Karena tekanan di arteri pulmonalis lebih besar daripada tekanan aorta, darah dialihkan dari arteri pulmonalis ke dalam aorta melalui duktus arteriosus mengikuti penurunan


(20)

gradient tekanan. Sebagian besar darah yang dipompa akan keluar dari ventrikel kanan yang ditujukan ke sirkulasi paru segera dialihkan ke aorta dan disalurkan ke sirkulasi sistemik, mengabaikan paru yang non-fungsional (Blackburn, 2007).

Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang

dikenal sebagai fossa ovalis di septum atrium. Duktus arteriosus kolaps dan

akhirnya berdegenerasi menjadi untai ligamentosa tipis yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum (Ricci dan Kyle 2009).

2.4. Atrial Septal Defect 2.4.1. Defenisi

Atrial Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan dimana adanya lubang yang menghubungkan atrium kiri dan kanan yang bisa menetap sampai dewasa (Ghanie, 2009).

2.4.2. Klasifikasi

Menurut Webb, dan Gatzoulis (2006) Atrial Septal Defect terdiri dari 3

jenis, yaitu :

a. Defek pada bagian fossa ovalis yang disebut sebagai tipe ostium

secundum, defek ini melibatkan daerah fossa ovalis dan yang paling sering ditemukan (kira-kira hampir 70% dari kasus ASD). Jaringan septum atrium memisahkan bagian inferior defek ini dari katup atrioventrikular.

b. Defek pada AV septum yang disebut sebagai tipe ostium primum,

dimana terletak pada bagian inferior fossa ovalis, terdapat sebanyak

20% dari kasus ASD.

c. Defek pada sinus venosus, terdapat sebanyak 6% dari kasus ASD, defek

ini terletak di dekat vena kava superior (bisa juga dekat dengan vena kava inferior, tapi jarang terjadi).


(21)

2.4.3. Patofisiologi

Darah mengalir dari pirau kiri ke kanan, ASD jarang berhubungan dengan terjadinya gagal jantung atau hipertensi pulmonal pada anak-anak dan lansia. Jarang juga ASD dengan defek yang besar menyebabkan gagal jantung pada anak bayi. Konsekuensi hemodinamik ASD dengan defek yang besar biasanya muncul pada pasien dewasa pada decade ketiga atau keempat, dimana gejalanya mirip dengan gagal jantung karena ventrikel kanan mempunyai beban yang berlebihan, aritmia atrium karena peregangan atrium yang kronik dan juga hipertensi pulmonal (Fulton, 2008).

2.4.4. Riwayat

ASD ditemukan hampir 6% dari anak-anak yg menderita penyakit jantung bawaan yang bertahan hidup dalam satu tahun pertama.ASD merupakan penyakit

jantung bawaan yang sering didiagnosa pada orang dewasa (Bender et al., 2011).

ASD mempunyai rasio perbandingan wanita dan laki-laki 2:1. Cara penularan yang dijelaskan dalam kebanyakan kasus terdiri dari berbagai ragam faktor, dimana resiko mencapai 2,5% apabila terdapat kerabat dekat yang terkena defek ini. Tetapi, contoh penularan secara autosomal dominan yang dikenali adalah berhubungan dengan gangguan konduksi AV yang berat dan malformasi

ekstremitas atas seperti pada syndrom holt-oram (Bender et al., 2011).

2.4.5. Manisfestasi Klinis

Kebanyakan dari anak-anak yang menderita ASD bersifat asimptomatik, tetapi hampir semuanya mengeluhkan bahwa mereka merasa gampang lelah. Gejala klinis berupa gampang lelah dan sesak diketahui pada usia akhir remaja dan awal dua puluhan dan sepertiga-nya akan bersifat simptomatik sampai dewasa. Gagal jantung jarang pada masa anak-anak dan menjadi terhitung pada tahun keempat dan kelima kehidupan dan bisa berhubungan dengan timbulnya aritmia (Cheung, 2006).


(22)

2.4.6. Pemeriksaan Fisik

Pada anak yang lebih tua, dada kiri anterior terlihat sedikit menonjol dan aktivitas ventrikel kanan meningkat, dan tak teraba thrill. Suara jantung pertama mengeras dapat didengar sedikit dibawah garis sternum kiri, suara jantung kedua sangat khas yaitu terpisah lebar dan tidak mengikuti variasi pernafasan. Bila terjadi hipertensi pulmonal, komponen pulmonal bunyi jantung kedua mengeras dan pemisahan kedua komponen tidak lagi lebar. Terdengar bising sistolik ejeksi yang halus disela iga II parasternal kiri. Bising mid-diastolik mungkin terdengar di sela iga IV parasternal, sifatnya mengenderang dan mengingkat apabila inspirasi. Bising ini terjadi akibat aliran melewati katup trikuspid yang berlebihan, pada defek yang besar dengan rasio aliran pirau interatrial lebih dari dua. Bising pansistolik regurgitasi mitral dapat terdengar di daerah apeks pada ASD tipe

ostium primum dengan celah pada katup mitral atau pada ASD tipe ostium

sekundum yang disertai prolaps katup mitral (Hoffman, 2005).

2.4.7. Elektrokardiogram

Pada elektrokardiogram umumnya terlihat deviasi sumbu QRS ke kanan,

hipertrofi ventrikel kanan, dan right bundle branch block (RBBB). Pemanjangan

interval PR dan deviasi sumbu QRS ke kiri mengarah pada kemungkinan defek septum atrium primum. Bila sumbu gelombang P negatif, maka perlu dipikirkan kemungkinan defek sinus venosus (Child, 2008).

2.4.8. Foto Thorax

Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru meningkat (plethora).Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambaran vaskularisasi paru mengurang


(23)

2.4.9. Ekokardiogram

Ekokardiogram akan memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradox. Ekokardiografi dua dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial.Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang besar (Child, 2008).

Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat (Child, 2008).

Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai dinding atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras dikerjakan bila doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial (Crawford et al., 2006).

2.4.10.Katerisasi Jantung

Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru. Pada sindrom Eisenmenger, saturasi oksigen di atrium kiri menurun (Fulton, 2008).

Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa, akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas, dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium (Fulton, 2008).

2.4.11.Penatalaksanaan

Bedah penutupan defek septum atrium dilakukan bila rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik lebih dari dua. Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah dapat memastikan adanya defek septum atrium dengan


(24)

aliran pirau yang bermakna, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit vaskular paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pumonalis yang tinggi dan tidak berespon dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defeknya merupakan kontra indikasi (Swanton dan Benerjee 2008).

Selain secara bedah, sekarang ditemukan cara penutupan defek dengan cara amplatzer atau yang disebut sebagai ASO (Atrial Septal Occluder)

(Humenberger et al. , 2010).

Semua prosedur dilakukan dibawah anastesi menggunakan intubasi endotracheal dan diarahkan melalui fluoroscopy. Setelah didapatkan penilaian hemodinamik, semua pasien menjalani pengukuran balon berdasarkan besar defek

tersebut. Tindakan ASO dilakukan berkisar 2 – 4 mm lebih besar dari yang bisa

diregangkan (Zeller, Lynm, dan Glass, 2006).

Terapi aspirin yaitu 100 mg/hari diusulkan paling tidak 2 hari untuk menjaga selama minimal 6 bulan setelah dilakukan tindakan. Heparin secara intravena diadministrasikan secara intravena (Thompson, 2013).

Pengamatan pasien dilakukan 1 hari, 1 minggu, 3 – 6 bulan, 12 bulan, dan

kemudian setahun setelah dilakukan tindakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui status pasien tersebut dan juga untuk mendapatkan informasi mengenai tanda dan gejala adanya komplikasi. Ekokaridografi hanya dilakukan apabila ada indikasi


(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Definisi Operasional

Judul Penelitian : Prevalensi Atrial Septal Defect di RSUP H. Adam Malik

Periode 2011 – 2012.

3.2.1. Prevalensi

Definisi Prevalensi :Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi total (Dorland, 1998).

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam medis

Hasil pengukuran : Jumlah pasien Atrial Septal Defect

Skala pengukuran : Interval

Prevalensi Atrial Septal Defect

Usia

Jenis ASD Jenis Kelamin


(26)

3.2.2. Atrial Septal Defect

Definisi Atrial Septal Defect : Atrial Septal Defect adalah suatu penyakit

jantung bawaan dimana terdapat lubang yang menghubungkan atrium kanan dan kiri san bisa menetap sampai dewasa (Oxford medical dictionary, 2007).

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam Medis

Hasil pengukuran : Menderita atau tidak

Skala pengukuran : Nominal

3.2.3. Jenis Atrial Septal Defect

Definisi : Jenis-jenis Atrial Septal Defect

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam Medis

Hasil pengukuran : Ostium Secundum

Ostium Primum Sinus Venosus

Skala pengukuran : Nominal

3.2.4. Usia

Definisi : Usia pasien yang terdiagnosa Atrial Septal Defect

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam Medis

Hasil pengukuran : Balita (0-5 tahun), anak – anak (6-11 tahun),

remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17 – 25

tahun)


(27)

3.2.5. Jenis Kelamin

Definisi : Jenis kelamin pasien yang menderita Atrial Septal

Defect

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam Medis

Hasil pengukuran : Laki-laki atau perempuan

Skala pengukuran : Nominal

3.2.6. Gejala Klinis

Definisi : Adanya gejala yang ditimbulkan oleh suatu

penyakit baik secara subjektif maupun objektif

Cara pengukuran : Pengumpulan data

Alat ukur : Rekam medis

Hasil pengukuran : Tidak ada gejala klinis, Stenosis, Sesak karena

aktivitas, Mudah lelah, Dsypnea


(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan case series yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi atrial septal

defect di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2011 sampai dengan 2012.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Agustus sampai November 2013 di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua penderita atrial septal defect di RSUP

H. Adam Malik Medan peride 2011 sampai dengan 2012.

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total

sampling yang berarti semua pasien atrial septal defect periode 2011 sampai dengan 2012 sebagai sampel.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang didapat dari rekam medis pasien atrial septal defect periode 2011

sampai dengan 2012.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperlukan akan diolah dengan menggunakan progam perangkat lunak yang telah disesuaikan. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara deskriptif. Kemudian data akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.


(29)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, RSUP H.Adam Malik juga ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Penelitian ini dilakukan di sub bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden a) Deskripsi Karakteristik Sampel

Penelitian dilakukan secara deskriptif, dengan mengambil data dari rekam medis periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012 di RSUP

H. Adam Malik. Berdasarkan teknik total sampling, ditemukan 213 pasien

yang mempunya penyakit jantung bawaan, dan 51 pasien yang menderita

penyakit atrial septal defect. Karakteristik yang diamati terhadap sampel


(30)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 16 31,4

Perempuan 35 68,6

Total 51 100

Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh jumlah sampel laki-laki 16 orang yaitu sebanyak 31,4% sedangkan perempuan 35 orang yaitu sebanyak 68,6%. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase(%)

0-5 tahun 35 68,6

6-11 tahun 10 19,6

12-16 tahun 4 7,8

17-25 tahun 2 3,9

Total 51 100

Berdasarkan dari usia, kelompok yang terbanyak terdapat pada golongan 0

– 5 tahun yaitu sebanyak 68,6%, pada 6 – 11 tahun yaitu sebanyak 19,6%, pada 12

– 16 tahun sebanyak 7,8%, dan pada 17 – 25 tahun sebanyak 3,9%. Data lengkap

dapat dilihat pada tabel 5.2.

b) Gejala Klinis

Gejala klinis sampel dilihat dari gejala klinis saat pasien datang untuk berobat, yang tertulis di rekam medisnya.


(31)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan gejala klinis

Gejala Klinis Frekuensi Persentase(%)

Tidak ada gejala klinis 12 23,5

Dyspnea, mudah lelah, dan stenosis 1 2

Sesak karena beraktivitas dan mudah lelah 1 2

Dyspnea dan stenosis 9 17,6

Dyspnea 10 19,6

Dyspnea, sesak karena beraktivitas dan mudah lelah

11 21,6

Dyspnea dan mudah lelah 1 2

Mudah lelas dan sesak karena beraktivitas 5 9,8

Stenosis 1 2

Total 51 100

Berdasarkan dari gejala klinis, yang terbanyak adalah ketidak adaan gejala

klinis (silent symptoms) yaitu sebanyak 23,5%, kemudian dyspnea, mudah lelah,

dan sesak karena aktivitas yatu sebanyak 21,6% dan lain-lain. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.3.

c) Jenis Penyakit

Dari 51 rekam medis yang diamati, dilakukan pencatatan terhadap

jenis penyakit dari atrial septal defect, yang diderita oleh pasien tersebut.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit

Jenis Penyakit Frekuensi Persentase(%)

Ostium sekundum 39 76,5

Ostium primum 9 17,6

Sinus venosus 3 5,9


(32)

Berdasarkan dari jenis penyakit, yang terbanyak adalah jenis ostium secundum, yaitu sebanyak 76,5%, kemudian ostium primum, yaitu sebanyak

17,6% dan yang terakhir adalah sinus venosus, yaitu sebanyak 5,9%. Data lengkap

dapat dilihat pada tabel 5.4.

d) Prevalensi Atrial Septal Defect

Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi total (Dorland, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian pada 213 rekam medis pasien

penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik periode 2011 – 2012

ditemukan 51 pasien menderita atrial septal defect. Dari data tersebut,

dapat dihitung prevalensi total atrial septal defect.

Prevalensi ASD= Jumlah Kasus Atrial Septal Defect X100%

Jumlah Pasien Penyakit Jantung Bawaan

= 51 X 100% 213 = 24%

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Sampel

Hasil penelitian terhadap jenis kelamin sampel berdasarkan tabel 5.1.

Didapati bahwa pasien atrial septal defect terbanyak adalah yang berjenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 35 orang (68,6%) sedangkan sampel berjenis kelamin

laki – laki hanya sebanyak 16 orang (31,4%).

Hal ini sesuai dengan Madani et al., (2012) bahwa atrial septal defect lebih


(33)

data European Society Of Cardiology pada tahun 2009, bahwa 57% pasien atrial septal defect yang datang kerumah sakit berjenis kelamin perempuan (Bender et al., 2011).

Pria dan wanita menunjukkan berbagai tingkat ekspresi gen yang berbeda dalam warisan secara genetik, yang menjelaskan mengapa salah satu jenis kelamin mungkin lebih cenderung untuk terkena penyakit jantung bawaan tertentu yang dalam hal ini ditunjukan pada golongan perempuan. Ada teori yang menyatakan bahwa pada kromosom xy lebih sering menunjukkan terjadinya mutasi genetic,

salah satunya akan berakibat menjadi Atrial septal Defect. Namun hal ini belum

diketahui secara pasti dan masih diteliti lebih lanjut (pinho et al., 2013).

Berdasarkan tabel 5.2 didapati hasil penelitian terhadap pasien atrial

septal defect menurut kelompok usia, yaitu pada balita (0 – 5 tahun) yaitu

sebanyak 68,6%, pada anak – anak (6 – 11 tahun) yaitu sebanyak 19,6%, pada

remaja awal (12 – 16 tahun) sebanyak 7,8%, dan pada remaja akhir (17 – 25

tahun) sebanyak 3,9%.

Menurut Chessa et al., (2002) dituliskan bahwa atrial septal defect paling

sering ditemukan saat balita (0 – 5 tahun) saat dilakukannya pemeriksaan untuk

mengetahui kelainan yang diderita oleh bayi, dan juga apabila bayi tersebut datang dengan keadaan susah bernafas.

Namun pada hasil penelitian, penyakit ini paling sering ditemukan karena ketidak sengajaan pada dewasa saat dilakukannya general check up (Berger dan Ewert, 2010).

Hal ini bergantung pada besar kecilnya defek yang ada, serta peralatan yang tersedia di rumah sakit. Dikatakan defek yang lebih kecil sulit untuk terlihat dan jarang sekali meimbulkan keluhan, sehingga itu yang menyebabkan penyakit ini dijumpai saat dewasa. Lain halnya dengan defek yang cukup besar, itu akan menimbulkan banyak keluhan karena oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh juga semakin sedikit, sehingga dapat dideteksi lebih awal (Sankey, 2013).


(34)

5.2.2 Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit ini tidak khas, sehingga jarang

menimbulkan kecurigaan terhadap penyakit ini (Chessa et al., 2002).

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.3 yang terbanyak adalah ketidak

adaan gejala klinis (silent symptoms) yaitu sebanyak 23,5%, kemudian dyspnea,

mudah lelah, dan sesak karena aktivitas yatu sebanyak 21,6%, dyspnea terdapat

sebanyak 19,6%, dyspnea dan stenosis sebanyak 17,6%, mudah lelah disertai

sesak karena aktivitas sebanyak 9,8% dan lain – lain seperti yang ditulis pada

tabel 5.3.

Gejala klinis yang ditimbulkan bergantung kepada besar kecilnya defek yang ada, tentu saja defek yang lebih besar akan menunjukkan gejala yang lebih spesifik. Karena adanya lubang yang menghubungkan kedua atrium, maka darah yang tinggi kadar oksigennya akan bercampur dengan darah yang rendah kadar oksigennya, pada saat diedarkan ke seluruh tubuh ini akan menimbulkan sedikit

gangguan, yaitu kurangnya pasokan oksigen ke dalam jaringan (Dong et al.,

2011).

Atrial septal defect sering ditemukan tanpa gejala, ataupun adanya gejala

seperti dyspnea, mudah lelah, sesak disertai aktivitas sehingga penyakit ini lebih

sering terdiagnosa pada orang dewasa (Cheung, 2006).

Hal ini disebabkan seiring berjalannya waktu akan timbul komplikasi sehingga diagnosa lebih dapat ditegakkan dengan dipikirkan kemungkinan penyebab dari komplikasi tersebut dibandingkan menegakkan diagnosa dengan gejala klinis yang minim seperti sesak nafas dan mudah lelah. Komplikasi yang paling sering ditimbulkan oleh penyakit ini adalah gagal jantung akibat kurangnya pasokan oksigen serta hipertrofi atrium dan ventrikel (Schiller et al., 2012).

Teori ini juga dibuktikan oleh Beerbaum et al., (2008) bahwa sekitar 25%

yang terdiagnosa atrial septal defect menunjukkan adanya gejala klinis yaitu


(35)

5.3.3 Jenis Penyakit

Menurut Webb dan Gatzoulis (2006) atrial septal defect memiliki 3 jenis,

yaitu ostium secundum, ostium primum, dan sinus venosus. Dari ketiga jenis ini

yang paling sering ditemukan adalah ostium secundum kira – kira 70% dari

keseluruhan kasus.

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.4 yang terbanyak adalah jenis ostium secundum, yaitu sebanyak 76,5%, kemudian ostium primum, yaitu

sebanyak 17,6% dan yang terakhir adalah sinus venosus, yaitu sebanyak 5,9%.

Hal ini sesuai dengan Rahajoe (2011) hampir dari keseluruhan kasus atrial

septal defect yang ditemui adalah jenis ostium secundum, sedangkan jenis sinus venosus termasuk dalam kasus yang jarang dijumpai dari keseluruhan kasus atrial septal defect itu sendiri.

Ostium secundum sendiri adalah bentuk atrial septal defect dimana foramen ovale yang tidak menutup secara sempurna. Beberapa teori mengatakan hal ini bisa disebabkan berbagai macam hal yaitu mutasi genetic, infeksi maternal,

konsumsi alkohol dan rokok saat hamil dan lain – lain sehingga pertumbuhan dan

perkembangan jaringan janin menjadi tidak sempurna. Hal ini yang menyebabkan

jenis ostium secundum lebih sering muncul dibandingkan yang lain (Chen et al.,

2010).


(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai prevalensi atrial

septal defect di RSUP H. Adam Malik periode 2011 – 2012, diperoleh kesimpulan seperti berikut:

1. Jumlah kasus atrial septal defect di RSUP H. Adam Malik periode 2011 –

2012 dilaporkan adalah sebanyak 51 kasus.

2. Kasus atrial septal defect paling banyak ditemukan pada kelompok usia

balita (0 – 5 tahun) yaitu sebanyak 35 kasus (68,6%) dan yang paling

sedikit pada kelompok usia remaja akhir (17 – 25 tahun) yaitu sebanyak 2

kasus (3,9%).

3. Kasus atrial septal defect paling banyak ditemukan pada pasien yang

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 35 kasus (68,6%) disbanding

dengan pasien yang berjenis kelamin laki – laki, yaitu sebanyak 16 kasus

(31,4%).

4. Gejala klinis yang paling banyak ditimbulkan oleh penyakit jantung

bawaan ini adalah ketidak – adaannya gejala klinis atau yang disebut silent

symptoms yaitu sebanyak 12 kasus (23,5%).

5. Jenis penyakit dari atrial septal defect yang paling banyak dilaporkan adalah ostium secundum, yaitu 39 kasus (76,5%).

6.2 Saran

1. Disarankan kepada kepala rumah sakit dan juga kepala bagian rekam medis untuk menyimpan data rekam medis dengan cara baru, yaitu paperless. Sehingga data dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,

dengan kondisi yang lebih rapid an tersusun dengan baik .

2. Diharapkan agar data ini dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya dan dapat dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas dan dilanjutkan ke studi analitik.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Barret, K.E., Barman, S.M., Boitano, S., Brooks, H.L., 2010. Ganong’s Review of

Medical Physiology.23rd ed. New York: Mc Graw Hill. Page: 671 – 677.

Beerbaum, P., Farich, V., Bell, A., Gieseke, J., Korporich, H., Sartikouch, S., 2008. Atypical atrial septal defect in children : noninvasive evaluation by

cardiac MRI. Pediatric Radiology. Available Form :

http://link.springer.com/article/10.1007/s00247-008-0977-8#page-1 [Accesed 3 November 2013].

Bender, J. R., Russel, K. S., Rosenfeld, E. L., Chaudry, S., 2011.Oxford American

Handbook of Cardiology. 1st ed. New York: Oxford University Press. Page : 160 – 165.

Berger, F., Ewert, P., 2011. Benefit of atrial septal defect closure. EurHearJ.

32 (5) : 531-534.

Blackburn, S. T. 2007., Maternal, Fetal & Neonatal Physiology : A Clinical

Perspective. 3rd ed. USA: Elsevier Inc. Page : 244 – 249.

Cahyono, A., Rachman, M. A., 2007. Distribusi Kematian Pasien Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Dokter

Soetomo Tahun 2004, 2005, dan 2006. Jurnal Kardiologi Indonesia 28(4):

279-284.

Chessa, M., Carminati, M., Butera, G., Bini, M. R., Drago, M., Rosti, L., Giamberti, A., Pome, G., Bossone, E., Frigiola, A., 2002. Early and late complications associated with transcatheter occlusion of secundum atrial


(38)

Chen, Y., Mao, J., Sun, Y., Zhang, Q., Cheng, H., Yan, W., Choy, W. K., Li, H.

2010. Gen Mutation in Atrial Septal Defect. CCA. 411(21-22) : 1741 –

1745.

Cheung, Y. F., 2006. Fundamentals of Congenital Heart Disease.1st ed.

Singapore:.Elsevier Pte Ltd. Page: 430 – 435.

Child, J. S., 2008. Congenital Heart Disease in The Adult. In: Harrison’s

Cardiovascular Medicine. 17thed. New York: The McGraw-Hill. Page: 231 – 235.

Crawford, M. H., Srivathson, K., McGothlin, D. P., 2006. Current Consult:

Cardiology. New York: The McGraw-Hill. Page: 78 – 85.

Dawson, J., Kamlin, C., Wong, C., Pas, A., Vento, M., Cole, T., Donath, S., Hooper, S., Davis, P., Morley, C. 2010. Changes in heart rate in the first

minutes after birth. BMJ. 95 (3) : 177 – 181.

Dugdale, C. D., 2012. Atrial Septal Defect (ASD). Washington University School

of Medicine.Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000157.htm. [Accesed 20 April 2013].

Dong, L., Pan, C., Shu, X. 2011. Cyanosis in a Primum Atrial Septal Defect

Without Pulmonary Hypertension. JACC. 57(22):2290

Ellis, H. 2006. Clinical Anatomy: Applied anatomy for students and junior

doctors. 11th ed. Oxford: Blackwell Publishing. Page: 245 – 257.

Faiz, O., Moffat, D., 2002. Anatomy at a Glance. 1st ed. Oxford: Blackwell


(39)

Fulton, D. R., 2008. Congenital Heart Disease in Children and Adolescents.In : Hurst’s The Heart. New York: The McGraw-Hill. Page: 60 – 78.

Ghanie, A., 2009.Penyakit Jantung Kongenital Pada Dewasa. Dalam: Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi Pertama. Jakarta: Interna Publishing. Page: 1120 – 1129.

Guyton, C. A., Hall, E. J., 2006. Medical Physiology. 11th ed. Pennsylvania:

Elsevier Inc. Page: 400 – 420.

Haque, M. S., Khan, H., Mahmud, R. S., 2011. Presentation of Atrial Septal

Defect (ASD) - Symptoms and Signs. JDMC. 20(1) : 9 – 11.

Hoffman, J. I. E., 2005. Congenital Heart Disease. In: Essential Cardiology

Principles and Practice. 2nd ed. New Jersey: Humana Press Inc.Page : 328 – 337.

Humenberger, M., Rosenhek, R., Gabriel, H., Rader, F., Heger, M., Klaar, U., Binder, T., 2011. Benefit of atrial septal defect closure in adults:

impact of age. EurHeartJ. 32(1) : 553 – 560.

Jurcut, R., Giusca, S., Gerche, L. A., Vasile, S., Ginghina, C., Voigt, J. 2010. The

echocardiographic assessment of the right ventricle. EurHeartJ. 11 (2) :

81-96.

Madani, A., Jaafreh, M., Haweleh, A., Hijaz, I., Obeda, A., Goul, Y., Mrawah, M., Amlih, R., Phar, H. R., Hakim, F., 2012. Initial experience of atrial septal defect closure with occlutech figulla occlude device at queen alia


(40)

http://www.jrms.gov.jo/Portals/1/Journal/2012/PDF%20September%20201 2/Madani%203-12.pdf [Accesed 2 November 2013].

Mahadevan, V. 2012. Anatomy of the Heart. Surgery Journal. 30 (1) : 5 – 8.

Markham, W. L., 2012. Atrial Septal Defect. Journal of Vanderbilt University.

Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/162914-overview#a0199 [Accesed 20 April 2013].

Pinho, E., Gomes, A. A., Silva J. M., Torres, P. T., Coelho, A., Almaeda, B. P., Lourenco, P., Bettencourt, P. 2013. Atrial Septal Defect In Very Old

Woman. Cardiol Res. 4(1) : 41 - 44.

Rahajoe, A. U., 2001. Defek Septum Atrium. Dalam: Kardiologi. Edisi Pertama.

Cetakan Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page: 45 – 57.

Renaldy,, 2010. Gambaran Penyakit Atrial Septal Defect di Rumah Sakit Hasan

Sadikin Bandung, Periode 1 Januari 2007-31 Desember 2009. Available

from: http://repository.maranatha.edu/2259/3/0710057_Chapter1.pdf

[Accesed 20 April 2013].

Ricci, S. S., Kyle, T., 2009. Maternity and Pediatric Nursing. Philadelphia:

Wolters Kluwer Health.Page: 72 – 80.

Rogers, K., 2011. The Cardiovascular System. 1st ed. New York: Britannica

Educational Publishing. Page: 430 – 444.

Sankey, C. 2013. Atrial Septal Defect In Adult Patients. J Gen Intern Med 28(11)


(41)

Schiller, O., Greene, A. E., Moak, J., Gierdalski, M., Berul, C. 2012. The Poor Perfomance of Electrocardiograms for Detection of Atrial Septal Defect in

Children. JACC. 59(13s1) : E825.

Sherwood, L., 1996. Human Physiology : From Cells To System. 2nd ed. Thomson

Publishing Inc. 501 – 520.

Sjarif, R. D., Anggriawan, L. S., Putra, T. S., Djer, M. M., 2011. Anthropometric

Profiles Of Children With Congenital Heart Disease.University of

Indonesia. Available from:

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/mejidn/article/download/1014 /1014 [Accesed 20 April 2013].

Swanton, H. R., Banerjee, S., 2008. Swanton’s Cardiology.6th ed. Oxford:

Blackwell Science Ltd. Page: 235 – 256.

Tavianto, D., Wargahadibrata, H. A., Gani, C. C. 2013. Patofisiologi pintasan

jantung paru. Jurnal Anastesi Periopratif. 1 (2) : 10-15.

Thompson, E., 2013. Atrial septal defect. Journal of the American Academy of

Physician Assistants.26 (6) : 53-54.

Vijarnson, C., Durongpisitkul, K., Chanthong, P., Chungsomprasong, P., Soongswang, J., 2012. Transcatheter Closure of Atrial Septal Defects in Children, Middle-Aged Adults, and Older Adults: Failure Rates, Early

Complications; and Balloon Sizing Effects. Cardiology Research and


(42)

Webb, G., Gatzoulis, M. A., 2006. Congenital Heart Disease For The Adult. University of Pennsylvania School of Medicine. Available From: http://circ.ahajournals.org/content/114/15/1645.long [Accesed 25 April 2013].

Zeller, J. L., Lynm, C., Glass, R. M., 2006. Atrial Septal Defect. The Journal of


(43)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shanadz Alvikha

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Agustus 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Gebang no. 2

Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta Harapan 1 Medan

2. SMP Swasta Harapan 1 Medan 3. SMA Negeri 1 Medan


(44)

(45)

(46)

Lampiran 4

DATA INDUK

NO USIA

JENIS

KELAMIN GEJALA KLINIS JENIS PENYAKIT

1 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium primum 2 Balita Perempuan Dyspnea, Mudah lelah, Stenosis ostium sekundum 3 Anak - anak Perempuan Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 4 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum 5 Balita Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 6 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum 7 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis sinus venosus 8 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

9 Balita Laki-laki Dyspnea sinus venosus

10 Anak - anak Laki-laki Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 11 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum

12 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

13 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

14 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 15 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum

16 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

17 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 18 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 19 Anak - anak Laki-laki Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum 20 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 21 Balita Perempuan Dyspnea, Mudah lelah ostium sekundum 22 Remaja Awal Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum 23 Anak - anak Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum 24 Balita Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium primum 25 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

26 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

27 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 28 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 29 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 30 Remaja Awal Laki-laki Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 31 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis sinus venosus 32 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum 33 Anak - anak Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium primum


(47)

34 Remaja Akhir Perempuan Dyspnea ostium sekundum 35 Remaja Awal Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

36 Remaja Awal Perempuan Dyspnea ostium sekundum

37 Balita Perempuan Dyspnea, Stenosis ostium sekundum 38 Remaja Akhir Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

39 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

40 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 41 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 42 Balita Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum 43 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum 44 Balita Perempuan Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

45 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

46 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

47 Balita Perempuan Stenosis ostium sekundum

48 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum 49 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

50 Balita Laki-laki Dyspnea ostium sekundum


(48)

Lampiran 5

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Balita 35 68.6 68.6 68.6

Anak - anak 10 19.6 19.6 88.2

Remaja Awal 4 7.8 7.8 96.1

Remaja Akhir 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 16 31.4 31.4 31.4

Perempuan 35 68.6 68.6 100.0


(49)

Jenis Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ostium sekundum 39 76.5 76.5 76.5

Ostium primum 9 17.6 17.6 94.1

Sinus venosus 3 5.9 5.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Gejala Klinis

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak ada gejala klinis 12 13.3 13.3 13.3

Dyspnea 32 35.6 35.6 48.9

Sesak karena aktivitas 17 18.9 18.9 67.8

Stenosis 19 21.1 21.1 88.9

Mudahlelah 10 11.1 11.1 100


(1)

(2)

(3)

Lampiran 4

DATA INDUK

NO USIA

JENIS

KELAMIN GEJALA KLINIS JENIS PENYAKIT

1 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium primum

2 Balita Perempuan Dyspnea, Mudah lelah, Stenosis ostium sekundum

3 Anak - anak Perempuan Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

4 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

5 Balita Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

6 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum

7 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis sinus venosus

8 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

9 Balita Laki-laki Dyspnea sinus venosus

10 Anak - anak Laki-laki Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

11 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum

12 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

13 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

14 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

15 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium primum

16 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

17 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

18 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

19 Anak - anak Laki-laki Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum

20 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

21 Balita Perempuan Dyspnea, Mudah lelah ostium sekundum

22 Remaja Awal Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum

23 Anak - anak Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium sekundum

24 Balita Perempuan Mudah lelah, Sesak karena aktivitas ostium primum

25 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

26 Balita Perempuan Dyspnea ostium sekundum

27 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

28 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

29 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

30 Remaja Awal Laki-laki Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

31 Balita Laki-laki Tidak ada gejala klinis sinus venosus

32 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum


(4)

34 Remaja Akhir Perempuan Dyspnea ostium sekundum

35 Remaja Awal Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

36 Remaja Awal Perempuan Dyspnea ostium sekundum

37 Balita Perempuan Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

38 Remaja Akhir Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

39 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

40 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

41 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

42 Balita Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

43 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

44 Balita Perempuan Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

45 Balita Perempuan Dyspnea ostium primum

46 Anak - anak Perempuan Dyspnea, Sesak karena aktivitas, Mudah lelah ostium sekundum

47 Balita Perempuan Stenosis ostium sekundum

48 Balita Laki-laki Dyspnea, Stenosis ostium sekundum

49 Balita Perempuan Tidak ada gejala klinis ostium sekundum

50 Balita Laki-laki Dyspnea ostium sekundum


(5)

Lampiran 5

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Balita 35 68.6 68.6 68.6

Anak - anak 10 19.6 19.6 88.2

Remaja Awal 4 7.8 7.8 96.1

Remaja Akhir 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 16 31.4 31.4 31.4

Perempuan 35 68.6 68.6 100.0


(6)

Jenis Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ostium sekundum 39 76.5 76.5 76.5

Ostium primum 9 17.6 17.6 94.1

Sinus venosus 3 5.9 5.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Gejala Klinis

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada gejala klinis 12 13.3 13.3 13.3

Dyspnea 32 35.6 35.6 48.9

Sesak karena aktivitas 17 18.9 18.9 67.8

Stenosis 19 21.1 21.1 88.9

Mudahlelah 10 11.1 11.1 100