PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik
atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.
Mayoritas dari luka bakar terjadi di rumah. Dapur dan ruang makan
merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka
bakar ini biasa terjadi saat memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya
terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. Saat menggoreng
juga bisa terjadi karena percikan dari minyak goreng yang menggenai kulit
serta kesalahan dalam memegang setrika saat sedang menyetrika. Hal-hal
diatas merupakan hal yang sering terjadi dan dapat menyebabkan luka bakar
pada kulit. Luka bakar sendiri merupakan suatu keadaan dan sudah menjadi
suatu masalah umum di negara-negara di seluruh dunia. Penanganan dan
perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan perawatan yang
kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena sampai saat ini
angka morbiditas dan mortalitas masih tinggi (Sunarso, 2008).
Kasus luka bakar yang terjadi di RSUP dr. Cipto Mangukusumo,
Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang
dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan di Unit luka bakar RSU
dr. Soetomo Surabaya jumlah kasus yang dirawat selama satu tahun mulai

dari Januari 2000 hingga Desember 2000 sebanyak 106 kasus atau 48,4% dari
seluruh penderita bedah plastik yang dirawat yaitu sebanyak 219, jumlah
kematian akibat luka bakar sebanyak 28 penderita atau sekitar 26,41% dari

1

2

seluruh penderita luka bakar yang dirawat. Statistik menunjukkan bahwa 60%
luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan
kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar,
ledakan bom, dan gunung meletus (Sjaifuddin, 2006).
Luka bakar grade I hanya terbatas pada lapisan epidermis, dan hanya
dijumpai eritema saja dan tanpa merusak lapisan yang lebih dalam. Luka
bakar grade II ini terjadi kerusakan yang mengenai bagian epidermis dan
lapisan yang lebih dalam yaitu atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebacea masih banyak. Pada luka bakar grade
II ini dijumpai bulla, dan terdapat reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Pada luka bakar grade III terjadi kerusakan dalam mulai dari jaringan
subkutan hingga ke tulang. Pada grade III ini luka dijumpai proses nekrosis

jaringan yang ditandai oleh warna kulit hitam kering. Seorang korban luka
bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk
diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (imbalance
elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang
berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional
(trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan
bekas luka (scar). Banyak cara dan alternatif pengobatan yang bisa dilakukan
salah satunya dengan madu, yang merupakan bahan alami yang sering kita
temukan disekitar kita dan mudah didapatkan (Monica, 2009).
Madu adalah makanan yang mengandung aneka zat gizi seperti
karbohidrat, protein, asam amino, vitamin, mineral, dekstrin, pigmen
tumbuhan dan komponen aromatik. Sejak lebih dari 5.000 tahun lalu, madu

3

digunakan sebagai pengobatan berbagai penyakit, seperti asma, radang sendi,
luka bakar, sembelit, demam, wasir, migren, dan penyakit saraf. Salah satu
keuntungan madu terbaik adalah melindungi tubuh dari infeksi dan
mempercepat penyembuhan, karena madu mempunyai fungsi bakterisidal,
anti alergi, anti radang, antiseptik, antibiotik, anti jamur, dan anti bakteri.

Madu terdiri dari 35% protein dan berisi separuh dari semua asam amino,
serta mengandung konsentrat tinggi dari banyak nutrisi penting. Madu
mengandung sejumlah besar mineral, vitamin B kompleks, vitamin C, D dan
E. Madu juga memiliki efek anti bakteri sehingga banyak dipakai untuk
mengobati luka dan mempercepat penyembuhan (Aden, 2010).
Madu mempunyai osmolaritas yang tinggi, dan juga memiliki sifat
antibakterial, yakni hydrogen peroksidase. Madu juga mengandung substansi
fitokimia, yaitu suatu bahan kimia alami pada tanaman yang berpotensi
membunuh virus, bakteria dan jamur. Waktu penyembuhan luka yang dirawat
dengan madu lebih cepat sekitar empat kali daripada waktu penyembuhan
luka yang dirawat dengan obat lain(Yapucu. et al, 2007). Sebagai agen
penyembuh luka, madu memiliki empat karakteristik yang efektif melawan
pertumbuhan bakteri. Karakteristik tersebut antara lain: tinggi kandungan
gula, asam glukonik (yang menciptakan lingkungan yang asam, pH 3,2 - 4,5)
dan hydrogen peroksida. Kadar gula yang tinggi dan kelembaban yang
rendah akan membuat madu memiliki osmolaritas yang tinggi yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga resiko untuk terjadinya infeksi
pada luka dapat berkurang. Penggunaan madu secara topikal pada luka bakar
akan berefek pada luka menjadi steril. Sehingga pada akhirnya didapatkan


4

proses regenerasi yang cepat dan epitelialisasi akan berjalan dengan lebih
baik (Monica, 2009).
Madu merupakan bahan alami yang memiliki banyak manfaat, mudah
di dapat serta berlimpah keberadaannya disekitar kita. Banyak kasus kejadian
luka bakar serta dari data statistik menunjukkan bahwa angka kejadian luka
bakar 60% terjadi oleh karena kecelakaan rumah tangga. Bekas yang
ditinggalkan dari luka bakar ini tentunya dapat merusak estetika dari kulit itu
sendiri bila luka tidak tertanggani dengan baik. Pada luka bakar grade IIA
dijumpai luka masih berwarna putih, terdapat bula namun kerusakannya
sudah melebihi lapisan epidermis sehingga terdapat proses kontraksi dan
epitelialisasi dalam proses penyembuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan menggunakan manfaat
madu terhadap penyembuhan luka bakar sebagai salah satu alternatif baru
dalam pengobatan luka bakar yang dapat terjadi disekitar kita.
1.2.

Rumusan Masalah
Apakah madu topikal berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan

penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain
Wistar)?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian madu topikal terhadap peningkatan
kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA yang dilakukan pada tikus
putih (Rattus novergicus Strain Wistar).

5

1.3.2.Tujuan khusus
1. Mengetahui pengaruh madu topikal terhadap peningkatan kontraksi luka
bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar).
2. Mengetahui pengaruh madu topikal terhadap peningkatan epitelialisasi
luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar)
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat akademik
Hasil


penelitian

diharapkan

dapat

menambah

wawasan

ilmu

pengetahuan mengenai pengaruh madu terhadap peningkatan epitelialisasi
dan kontraksi luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus
Strain Wistar).
1.4.2.Manfaat masyarakat
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai pemanfaatan madu pada luka bakar terhadap waktu
penyembuhan luka .
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat, khususnya tenaga medis

dalam pemberian terapi penyembuhan luka bakar .
3. Sebagai dasar penelitian selanjutnya.

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA
PADA TIKUS PUTIH
(Rattus novergicus Strain Wistar)

Oleh :
LILING DESTA PRASETIANI
07020022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2011

i


HASIL PENELITIAN

PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA
PADA TIKUS PUTIH
(Rattus novergicus Strain Wistar)

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Fakultas Kedokteran

Oleh :
LILING DESTA PRASETIANI
07020022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN
2011
i

LEMBAR PENGESAHAAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Telah disetujui sebagai hasil penelitian
untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
17 Maret 2011

Pembimbing I

dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP

Pembimbing II

dr.Yoyok Subagio


Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang,

dr. Irma Suswati, M.Kes

ii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Liling Desta Prasetiani ini
telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal : 17 Maret 2011

Tim Penguji

dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP

, Ketua


dr. Yoyok Subagio

, Anggota

dr. Hawin Nurdiana, M.Kes.

, Anggota

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan
hidayah-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian yang berjudul
“PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN
PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus
novergicus Strain Wistar)”. Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan
Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini kemungkinan jauh
dari sempurna, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin
serta mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam rangka
penyusunan. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sangatlah tidak
mudah menjalani masa perkuliahan hingga pada penyusunan tugas akhir ini. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia kesehatan, kesabaran
dan lindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

iv

4. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
5. dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes selaku Pembantu Dekan 3 Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
6. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP selaku Pembimbing I atas bimbingan,
ketelitian, dukungan, saran dan bantuan maupun kesabaran dan waktu
yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.
7. dr. Yoyok Subagio selaku Pembimbing II atas bimbingan, dukungan,
saran,bantuan maupun waktu yang telah diberikan dalam penyusunan
karya tulis akhir ini.
8. dr. Hawin Nurdiana, M.Kes. selaku Penguji atas saran, kritik dan
bimbingannya dalam penyusunan karya tulis akhir ini.
9. Orang tuaku tercinta Bpk. Alex Eko Pranoto dan Ibu Suyatmini serta adikadikku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan moral
maupun materiil, serta doa-Nya selama ananda menuntut ilmu.
10. Sahabat-sahabatku tersayang Decy, Nurma, Ines, Nita, Linda, Julian,
Hakim, Kenyo, Syamita, Hani dan mas Aris terima kasih atas semua
bantuan serta dorongannya, semoga kita semua bisa sukses dan menjadi
dokter yang berguna bagi masyarakat Amin. Trimakasih juga kepada Mas
Irul yang selalu siap mengedit n mengeprin Karya Tulis Akhir saya.
11. Staf TU, Pak Yono, Bu Rom, Mas Jamil, dan adik-adik magang terima
kasih atas bantuan dan kemudahan dalam urusan administrasi dan tugas
akhir ini.

v

12. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
angkatan 2007 yang menjadi teman seperjuangan selama menempuh
pendidikan kedokteran.
13. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini
dan juga mendoakan demi suksesnya karya tulis ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Juli 2010

Penulis

vi

Syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT
atas segala anugrah yang tak terhingga yang
telah dilimpahkan kepadaku,,,

vii

ABSTRAK
Prasetiani, Liling. 2011. Pengaruh Madu Topikal Terhadap
Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Grade IIA Pada
(Rattus novergicus Strain Wistar). Tugas Akhir, Fakultas
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (I) dr.
Asparini, Sp.BP , (II) dr. Yoyok Subagio.

Peningkatan
Tikus Putih
Kedokteran,
Ruby Riana

Latar Belakang: Luka bakar grade IIA ini terjadi kerusakan yang mengenai
bagian epidermis dan lapisan yang lebih dalam yaitu atas dari corium/dermis.
Luka bakar apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi
dan juga akan meninggalkan bekas luka. Madu bisa menjadi alternatif baru yang
dapat digunakan untuk pengobatan luka bakar. Madu merupakan bahan alami
dengan banyak manfaat, murah serta mudah di dapatkan dimana madu sendiri
memiliki sifat osmolaritas yang tinggi, dan juga memiliki sifat anti septik, yakni
hydrogen peroksidase. Oleh karena itu madu dapat dijadikan sebagai alternatif
pengobatan terhadap luka bakar grade IIA.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian madu topikal terhadap peningkatan
kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA yang dilakukan pada tikus putih
(Rattus novergicus Strain wistar).
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan true experimental dengan desain
penelitian yang digunakan adalah “postest only design”. Sampel dalam penelitian
ini menggunakan tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus Strain
Wistar). Data dianalisa menggunakan uji Anova dan uji Post Hoct Tukey.
Hasil Penelitian: Hasil uji Anova untuk kontraksi luka didapatkan nilai
signifikansi < 0,01, dan untuk luas luka didapatkan nilai signifikan < 0,01
sehingga didapatkan adanya pengaruh madu topikal terhadap peningkatan
kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih. Hasil uji Tukey
diperoleh perbedaan pengaruh perlakuan terlihat pada pengamatan hari ke 1
sampai hari ke- 10.
Kesimpulan: Pemberian madu topikal berpengaruh terhadap peningkatan
kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus
novergicus strain wistar).
Kata Kunci: Madu, Luka bakar grade IIA, Tikus putih (Rattus novergicus Strain
Wistar).

viii

ABSTRACT

Prasetiani, Liling. 2011. The Effect of Topical Honey on the Grade IIA Thermal
Injury Healing Process on Rattus novergicus Strain Wistar. Thesis,
Faculty of Medical Science, University of Muhammadiyah Malang.
Advisors: (1) dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP (2) dr. Yoyok Subagio

Background: On Grade IIA thermal injury, the damage reaches epidermis and the
depeer upper layer of corium or dermis. If burn wound not able to be handled
well, it will result in complications and also will leave a scar. Honey can be new
alternative for burn wound recovery. Honey is a cheap and easily found natural
material with many benefits. It has high osmolarity and antiseptic agent, hydrogen
peroxide. Honey also contains phytochemical substances, natural chemicals found
in plants potential to kill viruses, bacterias, and fungus. Accordingly, honey can
be used as an alternative medication for grade IIA thermal Injury.
Purpose: This study investigated the effect of topical honey medication on the
Grade IIA thermal injury healing process on Rattus novergicus Strain Wistar.
Method: This study was a true experimental with post test only design. The
samples were male white mice (Rattus novergicus Strain Wistar). The data were
analyzed with Homogenity of Variance test, Normality test, Anova test and Post
Hoct Tukey test.
Finding: Anova test for wound’s contraction showed a significance value

Dokumen yang terkait

PENGARUH GEL EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) TERHADAP KECEPATAN KONTRAKSI LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA KULIT TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

1 31 21

PENGARUH PEMBERIAN BUBUK KOPI ROBUSTA (COFFEA ROBUSTA LINDL) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)

1 25 23

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

1 6 29

PENGARUH PEMBERIAN GETAH BATANG JARAK CINA (JATROPHA MULTIFIDA L) TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) STRAIN WISTAR

5 12 22

EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRAK COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS JANTAN PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR)

1 20 25

PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar)

1 60 22

PEMBERIAN SALIVA TOPIKAL MENINGKATKAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II A PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar)

0 23 19

Pengaruh Madu Randu (Ceiba pentandra) Terhadap Peningkatan Kecepatan Penyembuhan Acute Erosive Gastritis Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus Strain Wistar) Yang Diinduksi Oleh Aspirin

0 15 7

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MADU LEBAH DAN NACL 0,9% TERHADAP KONTRAKSI LUKA BARU PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS STRAIN WISTAR)

0 5 5

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera Linn) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus Norvegicus)

4 35 20