Bidal Ketimbangrasaan Bidal Kemurahhatian

b. maksimalkan pujian kepada pihak lain. 4 Bidal Kerendahhatian Modesty Maxim Bidal kerendahhatian terbagi menjadi dua subbidal, yaitu: a. minimalkan pujian pada diri sendiri b. maksimalkan penjelekan kepada diri sendiri. 5 Bidal Kesetujuan Agremeent Maxim Bidal kesetujuan terbagi menjadi dua subbidal, yaitu: a. minimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan pihak lain b. maksimalkan kesetujuan antara diri sendiri dan pihak lain. 6 Bidal Kesimpatian Sympaty Maxim Bidal kesimpatian terbagi menjadi dua subbidal, yaitu: a. minimalkan antipati antara diri sendiri dan pihak lain b. maksimalkan simpati antara diri sendiri dan pihak lain. Gunarwan dalam Rustono 199:71 menyatakan bahwa prinsip kesantunan Leech didasarkan pada nosi-nosi: 1 biaya cost dan keuntungan benefit, 2 celaan dan penjelekan dispraise, dan pujian praise, 3 kesetujuan agreement, serta 4 kesimpatian dan keantipatian sympati antipaty. Adapun bidal-bidal kesantunan yang dikemukakan oleh Leech lebih lengkapnya dijelaskan sebagai berikut.

2.2.2.1 Bidal Ketimbangrasaan

Bidal ketimbangrasaan ini di dalam prinsip kesantunan memberikan petunjuk bahwa pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan- ringannya tetapi dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Bidal ketimbangrasaan ini lazimnya diungkapkan dengan tuturan impositif dan tuturan komisif Leech 1983:207. Contoh: 1 A : “Ndi? Ben aku wae sing nggawa bukumu” “Mana? Biar saya saja yang membawa bukumu” B : “Ora usah, mengko ngrepoti kowe.” “Tidak perlu, nanti merepotkan kamu.” 2 A : “Ndi? Ben aku wae sing nggawa bukumu” “Mana? Biar saya saja yang membawa bukumu” B : “Ya kaya kuwi sing jenenge kanca, gelem nggawake bukune.” “Ya seperti itu yang namanya teman, mau membawakan buku.” Di dalam tingkat kesantunan tuturan 1 B berbeda dari tuturan 2 B. hal itu karena tuturan 1 B meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan kepada mitra tutur. Sementara itu, tuturan 2 B sebaliknya, yaitu memaksimalkan keuntungan kepada diri sendiri dan memaksimalkan kerugian kepada mitra tutur. Di antara tuturan itu, tuturan 1 B mematuhi prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan dan tuturan 2 B melanggarnya.

2.2.2.2 Bidal Kemurahhatian

Nasehat yang dikemukakan di dalam bidal kemurahhatian adalah bahwa pihak lain di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tuturan yang biasanya mengungkapakan bidal kemurahhatian ini adalah tuturan ekspresif dan tuturan asertif Leech 1983:209. Contoh: 3 A : “Gambarmu apik tenan.” “Gambarmu bagus sekali.” B : “Aja ngono, gambarku biasa-biasa wae, luwih apik ndhekmu.” “Jangan begitu, gambarku biasa-biasa saja, lebih bagus punyamu.” 4 A : “Dhuwitmu akeh tenan.” “Uangmu banyak sekali” B : “Sapa dhisik. Mesti kowe arep njaluk dhuwitku to? Tapi aja akeh- akeh, aja luwih saka sewu. ” “Siapa dulu. Pasti kamu mau minta uangku to? Tetapi jangan banyak- banyak, jangan lebih dari seribu.” Tuturan 3 B mamatuhi bidal kemurahhatian karena memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain dan meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri, sedangkan tuturan 4 B melanggar bidal kemurahhatian prinsip kesantunan karena memaksimalkan keuntungan kepada diri sendiri dan meminimalkan keuntungan kepada pihak lain.

2.2.2.3 Bidal Keperkenaan