Gambaran Umum IPK Brumbung Perum Perhutani

40 kuesioner sesudah bekerja diberikan setelah pengukuran kelelahan sesudah bekerja. 5 Tenaga kerja sampel diberi waktu 30 menit untuk mengisi kuesioner. 6 Setelah 30 menit kuesioner dikumpulkan.

3.6.1.4 Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti Soekidjo Notoatmodjo, 2002:93. Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung pada tenaga kerja bagian moulding IPK Brumbung.

3.6.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data yang berhubungan dengan ketenagakerjaan seperti jumlah tenaga kerja dan gambaran umum perusahaan.

3.6.2.1 Gambaran Umum IPK Brumbung Perum Perhutani

Penggergajian Brumbung didirikan pada tahun 1952 dan mulai berproduksi pada tahun 1953 di bawah unit organisasi KPH. Pada tanggal 9 Oktober 1967 sta- tus penggergajian mesin PGM Brumbung dialihkan dari KPH Semarang ke TPK Khusus Jalan Deli Semarang. Pada tanggal 5 Januari 1981 PGM Brumbung dia- lihkan penguasaannya yang semula di bawah AdministraturKepala Pelaksana Ekspor Unit I menjadi di bawah Biro Industri Perum Perhutani Unit I Jawa Te- ngah dan dalam perkembangannya pada tahun yang sama dialihkan ke KPH Se- marang. Bahwa adanya perubahan produksi yang semula di bidang pembuatan RST diubah menjadi pembuatan moulding dan FJL, maka diikuti perubahan struk- 41 tur organisasi dan job discribtion IPK Brumbung perlu ditinjau ulang, sehingga pada 26 Januari 2005 IPK Brumbung yang semula bagian dari Perhutani KPH Se- marang menjadi IPK Brumbung Mandiri. IPK Brumbung merupakan salah satu bagian dari Perum Perhutani berlokasi di Jalan Raya Semarang – Purwodadi Km 15 No. 58 Semarang. IPK Brumbung terdiri dari dua unit produksi yaitu unit penggergajian mesin PGM dan unit moulding. PGM hanya memproduksi potongan-potongan kayu dalam bentuk balok yang siap diolah dengan berbagai ukuran. Moulding terdiri dari berbagai tahapan proses produksi yaitu pembahanan, pengeringan, moulding, perakitan dan FJL Finger Joint Laminating Board. Bagian moulding mengerjakan pembuatan komponen mebel. Kayu sebagai bahan baku, setelah dikeringkan dengan bentuk dan ukuran tertentu dilanjutkan proses penghalusan serta pembuatan komponen sehingga tampak apabila kayu yang dikerjakan akan menjadi komponen mebel yang jika dirakit nantinya akan membentuk mebel. Kayu yang siap dirakit kemudian dihaluskan dengan mesin pa- sah otomatis planer satu sisi maupun dua sisi. Setelah itu dihaluskan dengan spin- dle maupun disanding untuk menghilangkan debu terlebih dahulu sebelum diolah di mesin tenoner. Pemotongan komponen digunakan band saw apabila masih terdapat kayu dengan ukuran yang tidak standar. Selain penghalusan kayu, moulding dikerjakan dengan memnuat lubang de- ngan mesin bor, double mortice, maupun router. Pembuatan pen dengan twin ta- ble tenoner , dan pasak. Setelah komponen selesai dikerjakan, dikumpulkan di ter- minal untuk disortir dan dikelompokkan sesuai bentuk dan jumlah pesanan. Ta- 42 hapan-tahapan di bagian moulding berpotensi menghasilkan bising dan debu. Ru- angan yang luas dengan banyak mesin yang beroperasi menjadikan bagian moul- ding terasa panas. Hasil pengukuran iklim kerja pada tiga titik di bagian moulding diperoleh ISBB 29,9 °C – 31,2°C, dimana menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep.51MEN1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di tempat kerja.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 3.7.1 Sound level meter Alat pengukur kebisingan yang digunakan untuk mengukur intensitas kebi- singan di tempat kerja. Adapun cara kerja Sound level meter adalah sebagai berikut: 3.7.1.1 Persiapan Alat 1. Pasang baterai pada tempatnya. 2. Tekan tombol power. 3. Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak. 4. Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga angka pada monitor sesuai dengan angka kalibrator. 3.7.1.2 Pengukuran 1. Pilih selektor pada posisi: Fast : untuk jenis kebisingan kontinyu

Dokumen yang terkait

Strategi Peningkatan Nilai Tambah Industri Kayu Jati Perum Perhutani (Sudi Kasus pada PGM-KIPKJ Cepu & PGM Brumbung)

0 7 166

PENGARUH KOMPENSASI, KOMPETENSI, DISIPLIN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI KAYU BRUMBUNG PERUM PERHUTANI JAWA TENGAH.

0 2 15

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN KARANGANYAR

0 5 62

Strategi Peningkatan Nilai Tambah Industri Kayu Jati Perum Perhutani (Sudi Kasus pada PGM KIPKJ Cepu & PGM Brumbung)

0 7 156

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI “CANDY” PT Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 3 18

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI“CANDY” PT Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 3 17

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA GETARAN MESIN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA BAGIAN MOULDING INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU BRUMBUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH TAHUN 2009.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA GETARAN MESIN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA BAGIAN MOULDING INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU BRUMBUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH TAHUN 2009.

2 3 79

Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Semarang Tahun 2005.

0 0 2

KEBISINGAN BERPENGARUH TERHADAP BEBAN KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN TENAGA KERJA DI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU

0 0 5