76 setelah 2 bulan tidak mengonsumsi tempe aktivitas SOD masih dalam keadaan
baik. Artinya pemberian tempe selama 4 minggu masih dapat mempertahankan aktivitas SOD 2 bulan berikutnya ketika tempe tidak lagi diberikan.
Gambar 24 Perubahan rata-rata aktivitas SOD
UmL
Analisis bivariat lebih lanjut berdasar hasil FFQ terhadap riwayat konsumsi tempe sebelum penelitian dilaksanakan menunjukkan, bahwa sampel
dengan aktivitas SOD lebih besar dari mean ternyata lebih banyak yang mengonsumsi tempe setiap hari 48.1 dibanding yang tidak mengonsumsi
tempe setiap hari 26.9. Hal ini berarti bahwa konsumsi tempe rutin setiap hari dapat meningkatkan aktivitas SOD hingga mencapai level yang aman.
b. Perubahan total aktivitas SOD
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pemberian tempe
dapat meningkatkan aktivitas SOD sampel sebesar 56.9, lebih besar dibanding kontrol
28.9. Namun demikian analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan
bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol karena peningkatan aktivitas SOD pada kelompok kontrol ada dalam kisaran kelompok intervensi Tabel 38.
Mineral Zn dalam serum sampel juga mengalami peningkatan sebesar 22.27 sedangkan pada kelompok kontrol juga meningkat namun tidak sebesar
dibanding kelompok intervensi yaitu sebesar 12.75. Kandungan Zn pada tempe yang hampir setara dengan Zn pada ayam kemungkinan menyebabkan
peningkatan Zn pada kelompok intervensi. Meskipun mengalami peningkatan pada kelompok intervensi, namun secara statistik tidak ada perbedaan hasil
dengan kelompok kontrol, karena perubahan pada kelompok kontrol ada dalam kisaran hasil kelompok intervensi.
5 10
15 20
25
Sebelum Setelah
Sebelum Setelah
mean mean
Total sampel A+B
Intervensi Kontrol
UmL
77 Tabel 38 Kadar SOD dan Zn sebelum dan setelah intervensi
Parameter Fase
Intervensi Kontrol
p-value SOD UmL
Sebelum Setelah
Selisih Selisih
p-value 11.3 + 7.4
17.6 + 8.11 6.3 + 9.6
56.9 0.000
10.9 + 7.2 13.8 + 8.6
2.9 + 10.2 28.9
0.044 0.141
Seng mgdL Sebelum
Setelah Selisih
Selisih p-value
0.69 + 0.2 0.83 + 0.18
0.12 + 16.7 22.27
0.000 0.76 + 0.16
0.83 + 0.17 0.07 + 0.17
12.75 0.004
0.211
Di dalam mitokondria, SOD berbentuk Mn-SOD, sementara dalam bagian yang lebih luas yaitu sitosol, SOD berbentuk Zn-Cu SOD Gropper et al. 2005.
Menurut Darnenne et al. 1982, aktivitas SOD sangat tergantung pada keberadaan Zn yang mampu meningkatkan menstabilkan enzim.
Peran Zn terhadap peningkatan aktivitas SOD kemungkinan dengan cara menstimulai
limfosit T untuk berproliferasi sehingga memacu aktivitas enzim selular Takana et al. 1989 maupun humoral Vouldoukis et al. 2000; Vouldoukis et al. 2003.
Kostyuk et al. 2001 dalam Winarsi 2004 menduga adanya interaksi flavonoid dan Zn
++
, memiliki tambahan 1 pusat radical scavenging sehingga efek antioksidannya menjadi lebih kuat. Hal tersebut mungkin berlaku untuk isoflavon
dan Zn yang bekerjasama meningkatkan SOD. Peningkatan aktivitas SOD pada kelompok intervensi dalam penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astuti 1997 yang memberikan tempe kepada tikus. Hasil intervensi selama enam minggu menunjukkan terjadinya
peningkatan SOD pada serum dan hati tikus yang sejalan dengan peningkatan jumlah tempe yang diberikan. Demikian juga penelitian yang dilakukan Winarsi
2004 pada wanita premenopause dengan memberikan susu skim yang difortifikasi isoflavon ternyata dapat meningkatkan kadar SOD setelah intervensi.
Mekanisma peningkatan aktivitas SOD kemungkinan karena peningkatan jumlah Cu, Fe dan Zn dalam tempe, dimana mineral-mineral tersebut merupakan
78 kofaktor dan pengatur SOD dalam sitosol Gropper et al. 2005. Peningkatan
mineral tersebut disebabkan karena selama proses fermentasi terjadi peningkatan enzim fitase yang akan menurunkan asam fitat sekitar sepertiga dimana asam fitat
tersebut dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn dan Cu Sudarmadji Markakis 1977. Penurunan asam fitat akan meningkatkan ketersediaan Zn, Fe dan Cu
untuk membantu fungsi SOD. Penelitian Astuti 1992 juga menjelaskan bahwa terjadi peningkatan distribusi Fe, Cu dan Zn dalam sel hati tikus yang diberikan
tempe, namun peningkatan tidak terjadi pada kelompok yang diberi kasein dan kedelai.
Sementara itu penelitian yang dilakukan Lee 2006 menunjukkan peningkatan aktivitas SOD, katalase dan GPx pada tikus yang diberi genistein dari
kedelai. Penelitian secara in vitro yang dilakukan oleh Hu et al. 2004 berhasil
mendeteksi bahwa ekstrak fermentasi kedelai mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin C untuk melawan peroksidasi asam
lemak tidak jenuh. Ditunjukkan bahwa ekstrak fermentasi kedelai mempunyai dua fungsi yaitu sebagai antioksidan sekaligus sebagai acceptor radikal bebas
yang mengubah radikal bebas menjadi substansi yang tidak berbahaya melalui proses penurunan energi. Sementara itu secara in vivo menunjukkan telah terjadi
peningkatan aktivitas SOD, katalase dan GPx di hati. Rimbach et al. 2008 menyebutkan bahwa isoflavon berperan sebagai antioksidan lewat mekanisme
penghambat oksidasi LDL, stimulasi aktivitas enzim antioksidan SOD dan katalase serta induksi sintesa glutathione. Kandungan protein yang tinggi pada
tempe kemungkinan meningkatkan jumlah protein pembentuk enzim. Meningkatnya aktivitas enzim SOD setelah pemberian tempe juga diduga
karena induksi gen yang bertanggung jawab pada sintesis enzim antioksidan Suarsana 2009. Hal tersebut didukung oleh penelitian Boras et al. 2006 dalam
Suarsana 2009 bahwa kultur sel yang diberi genistein dapat meningkatkan ekspresi MnSOD yang kemungkinan melalui mekanisme: interaksi genistein
dengan reseptor estrogen, aktivasi ERK12 extracellular-signal regulated kinase dan melalui translokasi NFkB atau Nrf2 ke inti sehingga meningkatkan ekspresi
MnSOD dan menurunkan peroksida intraselullar.
79 Mekanisme peran isoflavon untuk meningkatkan transkripsi gen
antioksidan dijelaskan pada gambar 25 yang menyatakan bahwa diet tinggi isoflavon dapat meningkatkan aktivitas eNOS endotel nitrik oksida sintase,
sehingga sel endotel akan menghasil NO nitrik oksida yang mempunyai peran penting dalam ekspresi gen antioksidan GPx yang dimediasi oleh Nrf2. Jika
dihubungkan dengan penelitian ini, maka meskipun tempe hanya disebut mengandung SOD, namun kandungan isoflavon dalam tempe mampu
meningkatkan enzim antioksidan lain yaitu GPx. Isoflavon, khususnya genistein dan daidzein daidzein mempunyai produk turunan yaitu equol yang strukturnya
mirip estrogen mempunyai afinitas terhadap ER- β atau ER-α.
Gambar 25 Peran isoflavon dalam aktivasi transkripsi gen antioksidan Mann et al. 2007 and
Siow, Ricard C.M, et al. 2007 Mekanisme yang terjadi adalah estrogen atau isoflavon berikatan dengan
ER β atau ERα pada permukaan membran sel yang selanjutnya akan mengaktifkan
kinase dalam intrasel dan mengaktifkan MAPK MAP kinase phosphorylation
dan kemudian MAPK akan memodifikasi residu sistein pada Keap-1
menyebabkan pemisahan dan translokasi transkipsi Nrf2 berfungsi menghambat stress oksidasi serta meningkatkan pelepasan Nrf2 dan NF-kB ke nukleus.
Selanjutnya Nrf2 akan mengikat ARE antioxidant response element atau EpRE electrophile response element pada daerah target gen dan akan menginduksi gen
antioksidan.
80 Pemberian tempe sebanyak 160 g per hari selama 4 minggu mampu
meningkatkan kadar Zn serum dan meningkatkan aktivitas SOD dalam sel. Kandungan isoflavon khususnya isoflavon aglikon dapat berperan seperti estrogen
sehingga mampu meningkatkan kadar SOD, sedangkan kandungan protein turut berperan dalam pembuatan enzim antioksidan dan kandungan Zn yang tinggi pada
tempe mampu meningkatkan aktivitas SOD.
Kadar Ox-LDL Sebelum dan Setelah Intervensi
Beberapa studi kasus kontrol melaporkan tingginya kadar Ox-LDL pada penderita PJK dibandingkan dengan individu yang sehat. Toshima et al. 2000
menyatakan bahwa konsentrasi Ox-LDL merupakan marker yang sensitif terhadap PJK dibanding K-total, trigliserida, apoB dan K-HDL pada pasien PJK. Hal
tersebut dikonfirmasi oleh Suzuki et al. 2002 bahwa Ox-LDL merupakan parameter yang lebih sensitif terhadap PJK dibandingkan K-total, trigliserida, K-
HDL, K-LDL, lipoprotein dan rasio K-totalHDL. Dengan kata lain Ox-LDL merupakan prediktor yang kuat untuk PJK.
a. Perubahan Ox-LDL pada setiap fase