Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI
5.1. Tinggi Embung
Tinggi tubuh embung ditentukan berdasarkan kapasitas desain kolam embung yang terpilih yaitu 454.017,67 m
3
. Berdasarkan grafik hubungan antara elv. dan kapasitas kolam maka direncanakan puncak bendung terletak pada elevasi + 124 m.
Dari hasil flood routing didapat elv. muka air banjir +127.90 m Sedangkan Elv. dasar kolam +114 m. maka tinggi embung = +127,90 - +114 = 13,9 m = 14 m
Kedalaman Pondasi Tinggi Tanah Dasar
Tinggi M.A. Normal Tinggi M.A Banjir
Tinggi Embung Tinggi Jagaan
Gambar 5.1. Menentukan Tinggi Embung
5.2. Tinggi Puncak
Untuk mendapatkan tinggi puncak maka perlu dicari tinggi jagaan sebagai berikut: a Penentuan tinggi jagaan
Tinggi jagaan adalah jarak bebas antara mercu embung dengan permukaan air maksimum rencana. Tinggi jagaan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
H
f
≥ ∆h + h
w
atau 2
e
h + h
a
+ h
i
H
f
≥ h
w
+ 2
e
h + h
a
+ h
i
di mana : H
f
= tinggi jagaan tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk ∆h = yang terjadi akibat timbulnya banjir abnormal
H
w
= tinggi ombak akibat tiupan angin h
e
= tinggi ombak akibat gempa h
a
= tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk, apabila terjadi kemacetan-kemacetan pada pintu bangunan pelimpah.
hi = tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi dari waduk
Tinggi Embung
Gambar 5.2a. Tinggi Jagaan free board
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
Embung ∆
Gambar 5.2b. Tinggi Jagaan free board
b Tinggi kenaikan permukaan air yang disebabkan oleh banjir abnormal ∆h dihitung
berdasarkan persamaan sebagai berikut :
T Q
h A
h Q
Q h
× ×
+ =
∆ 1
. .
3 2
α
di mana : Q
o
= debit banjir rencana m
3
det Q = kapasitas rencana m
3
det α = 0.2 untuk bangunan pelimpah terbuka
α = 1.0 untuk bangunan pelimpah tertutup h = kedalaman pelimpah rencana m
A = luas permukaan air waduk pada elevasi banjir rencana km
2
T = durasi terjadinya banjir abnormal 1 sd 3 jam Untuk perhitungan digunakan data-data sebagai berikut :
Q
o
= 225,39 m³dt Q = 477,39 m³dt
h = 2 m A = 0.317m²
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
T = 3 Jam h
∆ = 3
39 ,
477 2
317 ,
1 2
39 ,
477 39
, 225
2 .
3 2
× ×
+ ×
× ×
h ∆ = 0.12 m
c Tinggi ombak yang disebabkan oleh angin h
w
Tinggi ombak yang disebabkan oleh angin ini perhitungannya sangat dipengaruhi oleh panjangnya lintasan ombak F dan kecepatan angin di atas permukaan air
waduk. Panjang lintasan ombak yang dipakai adalah F
eff
sebesar 410 m Gambar 5.3.. Sedangkan kecepatan angin di atas permukaan air waduk diambil dari data di
stasiun BMG Semarang yaitu 20 mdet. Perhitungan tinggi ombak h
w
ini menggunakan grafik metode SMB yang dikombinasikan dengan metode Saville. Dengan kemiringan hulu 1 : 3 tinggi
jangkauan ombak h
w
yang didapat adalah 0,23 m .
Gambar 5.3. Grafik perhitungan metode SMB Suyono Sosrodarsono, 1989
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
d Tinggi ombak yang disebabkan oleh gempa h
e
Digunakan data-data pada tabel berikut : Tabel 5.1 Koefisien gempa DHV Consultant, 1991
Zone Koefisien Z Keterangan
A B
C D
E F
1,90-2,00 1,60-1,90
1,20-1,60 0,80-1,20
0,40-0,80 0,20-0,40
Kab. Semarang
Tabel 5.2 Faktor koreksi DHV Consultant, 1991
Tipe Batuan Faktor V
Rock Foundation Diluvium Rock Fill Dam
Aluvium
Soft Aluvium 0,9
1,0 1,1
1,2
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
Tabel 5.3 Percepatan dasar gempa DHV Consultant, 1991
Periode Ulang tahun Percepatan dasar gempa Ac
cmdt²
10 20
50
100 200
500 1000
5000 10000
98,42 119,62
151,72 181,21
215,81 271,35
322,35 482,80
564,54
V
-
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
7
Gambar 5.4 Pembagian zone gempa di Indonesia
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
Dari data pada tabel-tabel di atas, maka dapat ditentukan harga yang akan digunakan yaitu:
Koefisien gempa
z = 0,80
Percepatan dasar gempa Ac = 151.72 cmdt² Faktor
koreksi V
= 1,1
Percepatan grafitasi g = 980 cmdt²
Perhitungan intensitas seismis horizontal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
e = g
V Ac
z .
. e =
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
× ×
980 1
72 .
151 8
. e = 0.1238
Menurut Persamaan 2.83 besarnya tinggi gelombang yang diakibatkan oleh gempa h
e
adalah : .
. h
g e
h
e
π τ
= Didapatkan tinggi ombak yang disebabkan oleh gempa adalah :
. .
H g
e h
e
π τ
= di mana :
e = Intensitas seismis horizontal τ = Siklus seismis 1 detik
h = Kedalaman air di dalam waduk
= elv.HWL – elv.dasar = +127.9 - +114
= 13.9 m = 14 m MSL =
14 8
. 9
14 .
3 1
12 .
× ×
= 0.326 m
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
Jadi tinggi puncak ombak di atas permukaan air rata-rata 2
e
h = 0.163 m.
e Kenaikan permukaan air waduk yang disebabkan oleh ketidaknormalan operasi pintu bangunan h
a
h
a
diambil = 0,5 m Suyono Sosrodarsono, 1989 f Angka tambahan tinggi jagaan yang didasarkan pada tipe embung h
i
Mengingat limpasan melalui mercu embung urugan sangat riskan maka untuk
embung tipe ini angka tambahan tinggi jagaan h
i
ditentukan sebesar 1,0 m Suyono Sosrodarsono, 1989.
Berdasarkan data perhitungan tersebut di atas di mana : Tabel 5.5 Menentukan tinggi jagaan
∆h = 0.12 m h
w
= 0,23
m
2
e
h
= 0,163 m h
a
= 0,5 m h
i
= 1 m
Maka tinggi jagaan dapat ditentukan , yang hasilnya adalah sebagai berikut : H
f
= 0.12+0,23+0,5+1 = 1.85 m
H
f
= 0.12+0.163 + 0,5 + 1 = 1.783 m
H
f
= 0,23+0,163+ 0,5 + 1 = 1.893 m
Dari ketiga alternatif tinggi jagaan tersebut diambil tinggi jagaan, 1,893m.= 2 m
Elevasi puncak = + 127,9 + tinggi jagaan = +127,9 + 2 = 129,9 = + 130
Laporan Tugas Akhir Budi S.
L2A002031 Perencanaan Embung Sungai Kreo
Kukuh Dwi P. L2A002092
Tinggi Embung Lebar Mercu Embung