29
4.2.2 Distribusi Tegangan pada Isolator Rantai dalam Keadaan Normal dengan Variasi C2
Pada bagian ini dilakukan simulasi perhitungan distribusi tegangan pada isolator rantai dengan parameter C1 = 50 , C3 = 1 , V = 1000 dianggap konstan
dan nilai C2 yang dibuat bervariasi antara 4 - 6. Hasil dari simulasi ini dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Gambar 4. 4 Grafik perubahan nilai effisiensi terhadap perubahan nilai C2
Dari data diatas dapat terlihat bahwa semakin besar nilai C2 maka akan semakin buruk effisiensi dari isolator rantai tersebut. Hal ini juga menunjukkan
bahwa semakin kecil nilai C2 maka akan semakin merata pula distribusi tegangan pada isolator rantai. Serta dengan bertambahnya C2 maka distribusi tegangan
isolator rantai akan cenderung membesar pada ujung isolator rantai yang dekat dengan kawat transmisi.
0.250 0.260
0.270 0.280
0.290 0.300
0.310
4.000 4.143
4.286 4.429
4.571 4.714
4.857 5.000
E F
F IS
IE N
S I
C2
Universitas Sumatera Utara
30
4.2.3 Distribusi Tegangan pada Isolator Rantai dalam Keadaan Normal dengan Variasi C3
Pada bagian ini dilakukan simulasi perhitungan distribusi tegangan pada isolator rantai dengan parameter C1 = 50 , C2 = 4 , V = 1000 dianggap konstan
dan nilai C3 yang dibuat bervariasi yaitu 0,5 - 1. Hasil dari simulasi ini dapat dilihat pada Lampiran.
Gambar 4.5 Grafik perubahan nilai effisiensi terhadap perubahan nilai C3
Dari data diatas dapat terlihat bahwa semakin besar nilai C3 maka akan semakin baik pula effisiensi dari isolator rantai tersebut. Hal ini juga
menunjukkan bahwa semakin besar nilai C3 maka akan semakin merata pula distribusi tegangan pada isolator rantai. Serta dengan bertambahnya C3 maka
distribusi tegangan isolator rantai akan cenderung membesar pada ujung isolator rantai yang dekat dengan menara.
0.000 0.200
0.400 0.600
0.800 1.000
1.200
0.500 0.571
0.643 0.714
0.786 0.857
0.929 1.000
E F
F IS
IE N
S I
C3
Universitas Sumatera Utara
31
4.3 Distribusi Tegangan pada Isolator Rantai Saat ada Satu Isolator yang