Pengaruh orientasi Kewirausahaan Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing (Survey Pada Pelaku Bisnis Di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung Dan Kabupaten Bandung)

(1)

1 1.1.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan bisnis yang semakin ketat dewasa ini mengharuskan perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat, apapun jenis bisnis yang mereka jalankan. Persaingan di antara perusahaan tersebut akan menghasilkan tarik menarik konsumen agar bisnisnya semakin maju. Untuk menarik konsumen setiap perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk memasarkan produknya. Setiap perusahaan tentu mempunyai cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Pemasaran mengambil peranan penting dalam setiap persaingan bisnis yang terjadi. Adanya persaingan bisnis memang sangatlah wajar, namun sebaiknya disikapi positif oleh para pebisnis.

Syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan pelanggan dan agar tujuan tersebut dapat tercapai maka setiap perusahaan harus berupaya menghasilkan dan meyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas (reasonable). Dengan demikian maka setiap perusahaan harus memahami prilaku konsumen pada pasar sasarannya, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 1997)


(2)

Persaingan usaha yangbegitu ketat mengharuskan perusahaan memiliki keunggulan bersaing, jika tidak maka perusahaantersebut tidak dapat bertahan lama.Keunggulan bersaing dalam sebuah organisasi dapat diperoleh dengan memperhatikan nilaisuperior bagi pelanggan, kebudayaan dan iklim untuk membawa perbaikkan pada efisiensi danefektivitas.

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa, 2005:53). Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing terlibat dalam tindakan serupa (Barney,2010:9).

Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461). Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha (Saiman,2014:128).

Untuk bisa mempertahankan kemampuan dalam keunggulan bersaing tersebut, banyak aspek-aspek yang harus ditempuh diantaranya adalah orientasi kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha itu sendiri. Keinginan berwirausaha biasanya muncul karena kegemaran terhadap jenis usaha, memiliki impian personal, serta ingin keinginan untuk mandiri (Echdar, 2013:42). Pemilik


(3)

atau pengelola usaha menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, kapan modal digunakan, bagaimana pembelanjaan dilakukan, dan siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang disasar. Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan karena orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000:14).

Orientasi kewirausahaan adalah perilaku wirausahawandalam mengelola usahanya. Keberanian mengambil resiko, inovasi dan sikapproaktif akan membuat perusahaan-perusahaan kecil mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka.Seseorang yang berani mengambil risiko dapat didefinisikan sebagai seseorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian konteks pengambilan keputusan. Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak.Konsepsi

entrepreneurial orientation merupakan solusi yangrelevan dan dipostulasikan berdampak positif bagiusaha kecil dalam lingkungan persaingan yang ketat.

Selain orientasi kewirausahaan faktor lain yang mempengaruhi keunggulan bersaing adalah orientasi pasar. Menurut (Kohli dan Jaworski, 1990: 1-18), orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang bisa membawa pada meningkatnya kinerja pemasaran. (Naver dan Slater, 1990: 34) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar


(4)

pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan menentukan keberhasilan perusahaan.

Perusahaan seharusnya selalu berupaya memuaskan kebutuhanserta keinginan konsumen secara lebih baikdaripada para pesaing. Perusahaan yangberorientasi pasar berarti mampu melihatkebutuhan pasar (konsumen) ke depan.Dengan mengetahui kebutuhan pasarterlebih dahulu, berarti perusahaan tersebutakan lebih mampu untuk mempersiapkanproduk yang diinginkan oleh pasar.

Saat ini bisnis kuliner di Indonesia sudah menjamur, sehingga membuat pengusaha untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya agar tidak kalah bersaing dengan bisnis yang sejenis. Begitu juga dengan bisnis yang menerapkan bisnis waralaba (franchise). Perkembangan waralaba di Indonesia khususnya makanan siap saji sangat pesat. Dimungkinkan karena pengusaha yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchise) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba.

One Fried Chicken berpusat di Banjaran Kab. Bandung. Dalam perkembangan bisnisnya menerapkan strategi kerjasama langsung dengan sistem bagi hasil dan strategi franchise. Untuk menarik konsumennya adapun motto dari

produk One Fried Chicken yaitu, “Bedakan Rasanya, Rasakan Bedanya. Selanjutnya Berikut ini beberapa cabang – cabang unit One Fried Chicken.


(5)

Tabel 1.1

Cabang – Cabang Unit One Fried Chicken

No. Unit Cabang No. Unit Cabang

1. OFC Sanggar Indah

Banjaran (Pusat)

13. OFC Lagadar

2. OFC GPA Banjaran 14. OFC Cijagra

3. OFC Ciroyom 15. OFC Buah Batu

4. OFC Cijagra 16. OFC Rancaekek

5. OFC Karasak 17. OFC Kebon Tangkil

6. OFC Margahayu Permai 18. OFC Manglid

7. OFC Melong Green 19. OFC Ciwidey

8. OFC Nata Endah 20. OFC Kopo Permai

9. OFC Babakan Tarogong 21. OFC Sukahati

10. OFC Babakan Ciparay 22. OFC Suryalaya

11. OFC Kopo Permai 23. OFC Ciluncat

12. OFC Dimensi 24. OFC Cebek

Sumber : One Fried Chicken, 2015

One Fried Chicken berdiri pada tahun 2009. Awal mulanya bisnis ini berpusat di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, namun pada tahun 2010 berpindah lokasi ke daerah Banjaran Kabupaten Bandung dikarenakan banyak bisnis ayam krispy serupayang menyebabkan bisnis ini kurang berkembang. Selain itu daya beli konsumen yang masih rendah penjualan pun cenderung sulit berkembang. Fenomena ini semakin menyadarkan para pengusaha untuk mencari pendekatan-pendekatan serta terobosan yang inovatif guna merebut pangsa pasar. Kunci penting untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing yang maksimal. Penelitian ini akan dilakukan di 24 cabang One Fried Chicken yang ada di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung karena setiap cabang kurang maksimal dalam penerapan setiap variabel yang akan dibahas oleh peneliti.


(6)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suparlan Wihardjo selaku pemilik dari One Fried Chicken mengemukakan bahwa setiap franchiseecabang unit One Fried Chicken memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang benar-benar memiliki kontrol penuh terhadap cabang tersebut, ada juga yang mempercayakan kepada karyawan untuk mengurus keberlanjutan dari cabang itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap cabang tidak memiliki kemampuan yang sama untuk mengembangkan bisnisnya ini walaupun selalu mendapat dukungan dari pihak manajemen. Selain itu kurang beraninya seorang pemilik dalam melakukan stock barang lebih untuk berjualan menyebabkan penjualan kurang mengalami peningkatan yang signifikan.

Sehubungan dengan hal itu, penulis melakukan survey awal dengan menyebarkan kuisioner kepada 24 responden franchisee One Fried Chicken tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken Sebagai berikut:

Tabel 1.2

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Kewirausahaan One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1.

Apakah anda memiliki kedekatan terhadap karyawan/konsumen untuk meningkatkan penjualan

6 25 % 18 75 %

2.

Apakah anda berani membeli bahan baku lebih untuk stock di tempat berjualan

10 42 % 14 58 %

Orientasi Kewirausahaan (Rata – rata

Jawaban) 8 33% 16 67 %


(7)

Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi kewirausahaan One Fried Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi adalah seperti pada kedekatan yang dilakukan yaitu 75% tidak memiliki kedekatan khusus terhadap karyawan/konsumen untuk meningkatkan penjualannya. Dan pada keberanian

franchisee untuk keputusan pembelian bahan baku menyatakan 58% pemilik tidak berani untuk mengambil resiko dengan membeli stock bahan baku. Rata-rata jawaban responden bahwa 67 % orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken masih kurang efektif untuk meningkatkan penjualan cabangnya masing-masing.

Selain pentingnya orientasi kewirausahaan yang harus di tanam oleh seorang pengusaha, adapun orientasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu orientasi pasar. Orientasi pasar lebih berfokus pada penciptaan citra organisasi terhadap kemampuannya untuk memperoleh simpati dari para pelanggan karena mampu memberikan pelayanan yang sangat baik sehingga konsumen merasa sangat puas. Perusahaan seharusnya akan selalu berupaya memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen secara lebih baik daripada para pesaing.

Melalui wawancara dengan pemilik One Fried Chicken perlu terus melakukan peningkatan dari segi keinginan yang diharapkan oleh konsumen karena masih adanya beberapa komplain konsumen yang disampaikan kepada franchisee

ataupun karyawannya.Tetapi dalam hal ini masih kurangnya koordinasi antara

franchisee dengan karyawan menyebabkan pelayanan konsumen tidak berjalan secara baik. Selain itu dalam aspek ini juga peran pesaing sangatlah perlu diperhatikan karena sebagai pembanding produk ini dipasaran.


(8)

Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai orientasi pasar yang dilakukan oleh One Fried Chicken.

Tabel 1.3

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Pasar One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah produk yang dijual sudah sesuai dengan keinginan konsumen

14 59 % 10 41 %

2.

Apakah produk yang dijual sudah sanggup menyaingi produk pesaing One Fried Chicken

7 29 % 17 71 %

3.

Apakah koordinasi antara pemilik dan karyawan berjalan dengan baik untuk melayani konsumen

9 38 % 15 62 %

Orientasi Pasar (Rata – rata Jawaban)

10 42 % 14 58 %

Sumber : One Fried Chicken

Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi pasar One Fried Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti pada produk yang diinginkan konsumen yaitu sebesar 59 % menyatakan bahwa produk yang dijual oleh One Fried Chicken sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Tetapi pada tingkat persaingan produk sebesar 71% menyatakan bahwa produk One Fried Chicken belum bisa menyaingi produk pesaing. Sedangkan untuk koordinasi antara

franchisee dengan karyawan sebesar 62% menyatakan belum berjalan dengan baik. Rata – rata jawaban responden bahwa 58 % orientasi pasar pada One Fried Chicken masih belum berjalan secara baik.

Oleh sebab itu, perusahaan harus memiliki orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar yang baik agar dapat mendapatkan tingkat keunggulan bersaing yang diharapkan. Dalam wawancara dengan franchisee One Fried Chicken


(9)

mengatakan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam menghadapi keunggulan bersaing diantaranya adalah sebagian konsumen masih mengeluhkan harga yang ditetapkan oleh One Fried Chicken dikarenakan produk yang tidak ada perbedaan dengan produk yang lebih dikenal oleh konsumen. Sehingga menyebabkan beberapa konsumen lebih memlih produk yang lebih di kenal tersebut. Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai keputusan pembelian yang diberikan oleh One Fried Chicken.

Tabel 1.4

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Keunggulan Bersaing One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah harga yang ditetapkan oleh manajemen sudah sesuai dengan keinginan konsumen

12 50 % 12 50 %

2.

Adakah perbedaan produk yang dijual dengan produk pesaing One Fried Chicken

5 21 % 19 79 %

3.

Apakah produk One Fried Chicken sudah mampu memberikan citra yang baik kepada konsumen

7 29 % 17 71 %

Keunggulan Bersaing (Rata – rata

Jawaban) 8 33 % 16 67 %

Sumber : One Fried Chicken

Berdasarkan tabel survey awal tentang keunggulan bersaing One Fried Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti pada perbedaan produk yang dijual yaitu sebesar 79 % menyatakan bahwa produk yang dijual oleh One Fried Chicken tidak berbeda dengan pesaing. Dan untuk citra produk One Fried Chicken kepada konsumen yaitu sebesar 67% menyatakan One Fried Chicken belum memiliki citra yang baik.


(10)

Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik membuat penelitian yang tertuang dalam usulan penelitian dengan judul

”Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing pada Pelaku Bisnis di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung”

1.2.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan yaitu:

1. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda – beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di harapkan oleh

franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang

2. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang diinginkan oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah

3. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried Chicken menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu di kenal oleh konsumen.

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :


(11)

1. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.

2. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.

3. Bagaimana tanggapan franchisee tentang keunggulan bersaing pada One Fried Chicken.

4. Apakahterdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

5. Apakahterdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.

2. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.

3. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang keunggulan bersaing pada One Fried Chicken.


(12)

4. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

5. Untuk mengetahuipengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak Manajemen One Fried Chicken.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Hasil Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu mengenai Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing melalui pembelajaran kuliah dan tentu saja pada penelitian ini

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mendapatkan pengetahuandan sebagai bahan pertimbangan lainnya yang mungkin digunakan untuk penelitian lebih lanjut.


(13)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka peneliti mengadakan penelitan pada One Fried Chicken.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2015 sampai dengan Agustus 2015. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai ketahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini:

Tabel 1.5.

Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun Akademik 2014/2015

Tahap Prose dur

Bulan

Fe bruari Mare t April Me i Juni Juli Ags

I

Tahap Pe rsiapan: 1.Sosialisasi Skripsi 2.Melakukan Survey Awal

II

Tahap Pe laksaan UP: 1. Pembuatan Proposal UP 2.Melakukan Bimbingan 3.Seminar

4. Revisi

III

Tahap Pe laksaan Skripsi: 1.Penelitian Lapangan 2.Melakukan

penyempurnaan Proposal 3.Melakukan Bimbingan 5.Sidang akhir skripsi 6. Revisi dan

pengumpulan draft skripsi


(14)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Orientasi Kewirausahaan 2.1.1.1. Definisi Kewirausahaan

Enterpreneurship atau kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain. (Eddy S. Soegoto, 2014: 26).

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi – dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif (Weerawerdeena,2003,p.411).

Menurut Siswanto Sudoto (1989) dalam buku Eddy S. Soegoto

“Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung” mengungkapkan bahwa segala

sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil resiko untuk mewujudkan gagasannya.


(15)

2.1.1.2. Sikap Entrepreneur

Sikap yang harus dimiliki seorang entrepreneur dalam membangun dan mengembangkan usaha adalah

1. Disiplin

Disiplin atas ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, kesepakatan kerja yang dibuat dan taat azas.

2. Komitmen Tinggi

Memiliki komitmen tinggi, jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan) atas kesepakatan yang telah dibuat seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap konsumen adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan dan problem solving bagi masalah konsumen sehingga kepercayaan konsumen akan berimbas pada pembelian yang terus meningkat sehingga profit perusahaan meningkat.

3. Jujur

Kejujuran sangat melekat pada konsep pemasaran yang berorientasi pada kepuasan konsumen. Wirausahawan harus menjunjung tinggi kejujuran dalam melakukan kegiatan usahanya sehingga akan mendapatkan konsumen aktual dan potensial, baik jangka pendek maupun jangka panjang.


(16)

4. Kreatif dan inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan terus memiliki daya kreativitas tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.

Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru sering kali ide-ide genius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

Namun, gagasan-gagasan yang baik pun, jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi.

Gagasan-gagasan yang genius umumnya membutuhkan daya motivasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku dipasar.

Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan nilai guna/ nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga

mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang

laku di pasaran.

Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya peningkatan nilai ekonomis produk tersebut bagi konsumen.


(17)

5. Mandiri

Seorang entrepreneur harus memiliki sikap mandiri dalam mengelola usahanya, yakni tidak tergantung pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan usahanya.

6. Realistis

Penetapan keputusan bisnis harus realistis, objektif dan rasional dengan melihat fakta/realitas di lapangan dan menyeleksi masukan atau saran dari luar.

2.1.1.3. Konsep Orientasi Kewirausahaan

Orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja usaha. Porter (2007) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai strategi benefit perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang sama. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan berani mengambil risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).

Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar sekarang maupun ke pasar baru. Kemampuan inovasi


(18)

berhubungan dengan persepsi dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang baru dan unik (Schumpeter dan Milton, 1989, dalam Suryanita 2006).

Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan proaktif, seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan dan membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis, 2002, dalam Suryanita 2006). Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap agresif-kompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 1996; Morris and Paul, 1987).

Berani mengambil risiko merupakan sikap berani menghadapi tantangan dengan melakukan eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis dimana kemungkinan hasilnya penuh ketidakpastian. Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak. Fungsi utama dari tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkan pengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. 2003, dalam Suryanita, 2006).


(19)

2.1.1.4. Indikator Orientasi Kewirausahaan

Weerawerdeena (2003) dalam Andriani Suryanita (2006:11) menyatakan

bahwa, “Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan

sifat proaktif”. Pendapat ini serupa dengan pendapat Lumpkin dan Dess (1996)

dalam Hanifah (2011:3) yang berpendapat, “Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara proaktif dan selalu inovatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator orientasi kewirausahaan terdiri dari tiga, yaitu:

1. Keinovatifan (innovativeness) 2. Pengambilan resiko (risk tasking) 3. Keproaktifan (proactiveness)

2.1.2. Orientasi Pasar

2.1.2.1. Definisi Orientasi Pasar

Orientasi pasar adalah suatu proses dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan (Uncles,2000).


(20)

Menurut Lukas dan Farrell (Bagas Prakosa, 2005: 40), Orientasi Pasar adalah proses dari menghasilkan dan memberikan informasi pasar untuk tujuan menciptakan superior value bagi konsumen.

Menurut Kohli dan Jaworski (1990: 1-18), orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang bisa membawa pada meningkatnya kinerja pemasaran. Naver dan Slater (1990: 34) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku – perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan menentukan keberhasilan perusahaan.

Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran. Pemasaran adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis/niaga yang meliputi bauran pemasaran di mana produk (barang, jasa, dan ide) yang dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus, 2007).


(21)

2.1.2.2. Perspektif Orientasi Pasar

Orientasi pasar bagi perusahaan merupakan suatu keharusan untuk bertahan hidup di lingkungan yang dinamis dan penuh dengan persaingan. Perusahaan pada kondisi intensitas persaingan yang tinggi sangat diperlukan strategi orientasi pasar, perusahaan dengan orientasi pasar yang minimum akan kalah bersaing dengan perusahaan pesaing. Menurut Cravens & Peircy (2006) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk berorientasi pasar, yaitu pendekatan market driven dan pendekatan driving market. Market driven merujuk pada orientasi bisnis yang berdasarkan pada pemahaman dan reaksi terhadap pilihan-pilihan dan perilaku pemain di struktur pasar yang ada. Strategi tradisional berfokus pada konsumen dimana diasumsikan bahwa konsumen mengetahui apa yang mereka inginkan. Implikasi dari hal tersebut adalah the rules of the competitive game dibentuk oleh pembeli (Carpenters et.,al., 2001). Sedangkan pendekatan driving market mengimplikasikan pengaruh terhadap struktur pasar atau prilaku pasar, dengan tujuan meningkatkan posisi persaingan. Baik pendekatan market driven dan driving market, sama-sama berfokus pada konsumen, pesaing, dan kondisi pasar secara umum.

Perencanaan stratejik berorientasi pasar adalah sebuah proses manajerial untuk membangun dan memelihara jalan yang baik antara tujuan-tujuan organisasi, keahlian-keahlian, sumber daya dan peluang-peluang yang diakibatkan perubahan pasar.

Perusahaan dengan orientasi pasar yang rendah hanya memiliki pemahaman yang dangkal terhadap persaingan dan kebutuhan pelanggan. Dengan


(22)

begitu, pelanggan lebih mudah tertarik kepada pesaing yang memberikan penawaran customer value (nilai pelanggan) lebih baik atau bahkan sama. Bagi perusahaan, hal ini akan menyebabkan posisi persaingan yang tidak terfokus. Perusahaan yang berorientasi pasar harus menekankan perhatian dan kemampuannya pada pelanggan (customer) guna terciptanya nilai pelanggan yang superior guna meningkatan keunggulan bersaing perusahaan.

Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang adalah perusahaan yang mengacu kepada strategi orientasi pasar. Orientasi pasar merupakan suatu keharusan, jadikanlah orientasi pasar sebagai budaya atau kultur pada perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan terciptanya; kinerja bisnis yang superior, nilai pelanggan yang superior, profitabilitas jangka panjang dan keunggulan daya saing perusahaan.

2.1.2.3. Konsep Orientasi Pasar

Narver dan Slater (1990, p. 21-22) menyatakan bahwa orientasi pasar terdiri dari 3 komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi.


(23)

 Orientasi Pelanggan

Dimensi ini dapat dinyatakan melalui luasnya monitoring atas komitmen karyawan terhadap pelanggan, pengembangan strategi bersaing yang didasarkan pada pemahaman atas kebutuhan konsumen, pemahaman manajemen bagaimana perusahaan menciptakan customer value. Orientasi pelanggan menghasilkan sebuah logika lain, yaitu sebagai hasil dari intensitas penggarapan kebijakan yang berorientasi pasar, perusahaan memiliki peluang untuk membentuk persepsi pada pelanggan atas nilai-nilai yang dibangunnya, selanjutnya nilai-nilai tersebut akan menghasilkan nilai kepuasan bagi pelanggan

 Orientasi Pesaing

Orientasi pesaing dapat dinyatakan melalui tingkat monitoring informasi pesaing dan menyebarluaskan informasi tersebut pada semua fungsi yang ada di dalam organisasi seperti divisi riset dan pengembangan produk, mendiskusikan dengan pimpinan perusahaan, bagaimana kekuatan pesaing dan strategi yang mereka kembangkan saat ini atau strategi yang akan dikembangkan di masa depan. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak gerakan dan pangsa pasar pesaing serta perusahaan menemukakan berbagai strategi untuk melawannya.


(24)

 Koordinasi interfungsional / koordinasi antar fungsi

Koordinasi antarfungsi mengidentifikasi kemampuan yang dibutuhkan oleh organisasi dalam rangka membentuk rantai nilai (value chain) yang meliputi aktivitas utama dan aktivitas pendukung (Grant, 1991). Perusahaan harus memiliki kemampuan khusus dengan tugas individual untuk diintegrasikan ke dalam fungsi yang lebih luas cakupannya seperti kemampuan pemasaran, riset, dan pengembangan. Integrasi antarfungsi dalam organisasi memerlukan sumber daya, khususnya pengetahuan dan keahlian dari setiap pekerja sehingga dapat mendukung organisasi dalam menyajikan nilai terbaik bagi pelanggannya.

2.1.2.4. Indikator Orientasi Pasar

Menurut Narver dan Slater (1990) ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi pasar, yaitu :

 Orientasi pelanggan adalah kemauan perusahaan untuk memahami para pelanggannya.

 Orientasi pesaing adalah kemauan perusahaan untuk memonitor para pesaingnya.

 Informasi pasar adalah upaya perusahaan untuk mencari informasi tentang kondisi pasar.


(25)

2.1.3. Keunggulan Bersaing

2.1.3.1. Definisi Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing menurut Leonardus Saiman (2009: 124) adalah suatu manfaat yang ada ketika suatu perusahaan mempunyai dan menghasilkan suatu produk atau jasa yang dilihat dari pasar targetnya lebih baik dibandingkan dengan para kompetitor terdekat. Untuk mencapai keunggulan bersaing seorang wirausahawan harus mampu mengenali berbagai unsur dasar.

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53).

Menurut Walker, Gordon (2009, p. 17) keunggulan bersaing adalah tujuan pemikiran strategik dan fokus utama dalam mencapai kesuksesan sebuah aktivitas kewirausahaan. Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) keunggulan

bersaing adalah sebagai berikut: “Competitive advantage is a benefit that exists when a firm has a product or service that is seen by its target market as better

than those of competitors”.

2.1.3.2. Sumber – Sumber Keunggulan Bersaing

Sebuah pandangan berbasis sumber daya perusahaan mengatakan bahwa aset berwujud dan tidak berwujud, memungkinkan perusahaan untuk memahami dan menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Barney,


(26)

1991:101). Selanjutnya Best (2010) menggambarkan sumber – sumber keunggulan bersaing terdiri dari cost advantage, differentation advantage dan

marketing advantage.

Gambar 2.1.

Major Sources of Competitive Advantage

Sumber : Roger J. Best (2010, p. 150), Market – Based management. Strategies for Growing Customer Value and Profitability

Menurut (David, 2011:108), Persaingan antara perusahaaan mengalami peningkatan dalam kondisi:

1. Banyaknya usaha yang bersaing

2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing

3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing 4. Penurunan permintaan produk industri

5. Turunnya harga produk/ jasa di industri

6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah

Competitive Advantage

Cost Advantage  Variable Cost  Marketing

Expenses  Operating

Differentitation Advantage  Product

Differentiation  Service Quality  Brand

Reputation

Marketing Advantage  Distribution  Sales Effort  Brand


(27)

7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi 8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah

9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing 10.Saat produk dapat dihancurkan

11.Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas 12.Ketika permintaan konsumen turun

13.Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan 14.Ketika saingan menjual produk / jasa serupa 15.Ketika merger menjadi hal umum di industri

2.1.3.3. Konsep Keunggulan Bersaing

Konsep keunggulan bersaing (Competitive Advantage), menurut Porter (1994), tidak dapat dipahami dengan cara memandang sebuah perusahaan sebagai suatu keseluruhan, tetapi harus dari asal keunggulan bersaing itu yaitu berbagai aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Analisis rantai nilai lebih tepat untuk meneliti keunggulan bersaing daripada nilai tambah (harga jual dikurangi biaya pembelian bahan baku), karena analisis ini dapat mengetahui nilai-nilai yang dimiliki semua aktivitas, sehingga dapat diketahui asal atau sumber dari keunggulan bersaing itu.


(28)

Dengan menggunakan analisis rantai nilai ini, manajemen dapat melakukan aktivitas berikut :

a. Memahami perilaku biaya

b. Mengidentifikasi apa yang menciptakan nilai bagi pembeli

c. Memilih strategi teknologi yang mencerminkan signifikansi teknologi perusahaan untuk keunggulan bersaing

d. Integrasi hubungan stratejik antar unit usaha yang ada, untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage) menurut Day dan Wensley (1988) diartikan sebagai kompetisi yang berbeda dalam keunggulan keahlian dan sumber daya. Secara luas menunjukkan apa yang diteliti di pasar yaitu keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value yang unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah dan menghasilkan pangsa pasar dan kinerja yang menguntungkan.

Cravens (1996) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu proses dinamis bukan sekedar dilihat sebagai hasil akhir. Keunggulan bersaing memiliki tahapan proses yang terdiri atas sumber keunggulan, keunggulan posisi dan prestasi hasil akhir serta investasi laba untuk mempertahankan Keunggulan dipertahankan dengan berjuang sekuat tenaga untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap nilai yang diberikan pada para pembeli dan atau mengurangi biaya dalam menyediakan produk atau jasa. Sedangkan menurut Keegan (1995), keunggulan bersaing ada kalau terdapat keserasian antara kompetensi yang membedakan dari sebuah perusahaan dan


(29)

faktor-faktor kritis untuk meraih sukses dalam industri yang menyebabkan perusahaan tadi mempunyai prestasi yang jauh lebih baik dari pada pesaingnya. Ada 2 cara dasar untuk mencapai keunggulan bersaing, yang pertama dengan strategi biaya rendah yang memampukan perusahaan untuk menawarkan produk dengan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Yang kedua, dengan strategi diferensiasi produk, sehingga pelanggan menganggap memperoleh manfaat unik yang sesuai dengan harga yang cukup. Akan tetapi kedua strategi tersebut mempunyai pengaruh yang sama yakni meningkatkan anggapan manfaat yang dinikmati oleh pelanggan.

2.1.3.4. Indikator Keunggulan Bersaing

Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) adapun indikator dalam keunggulan bersaing adalah sebagai berikut:

1. Kualitas produk 2. Harga

2.1.5. Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini:


(30)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1. Cynthia Vanessa

Djodjobo dan

Hendra N. Tawas, Jurnal EMBA Vol.2

No.3 September

2014, Hal. 1214-1224

ISSN 2303-1174

Pengaruh orientasi kewirausahaan, inovasi

produk, dan

keunggulan bersaing

terhadap kinerja

pemasaran usaha nasi kuning di Kota Manado

Keunggulan bersaing secara parsial

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap kinerja pemasaran usaha nasi kuning di kota Manado Penggunaan variabel orientasi kewirausahaan sebagai variabel independen Penggunaan variabel kinerja pemasaran sebagai variabel dependen, sedangkan peneliti menggunakan variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

dependen 2. Setyawati, Harini

Abrilia (2013)

Pengaruh orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar

Terhadap kinerja

perusahaan melalui keunggulan bersaing

Dan persepsi

ketidakpastian lingkungan

Sebagai prediksi

variabel moderasi

Penelitian ini menunjukan hasil bahwa Hubungan antara orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing adalah positif

(berbanding lurus)dan

Hubungan antara Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing adalah positif signifikan. Penggunaan variabel orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar sebagai variabel independen

Variabel kinerja perusahaan sebagai variabel dependen, sedangkan peneliti menggunakan variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

dependen

3. Heri Setiawan,

Jurnal Orasi Bisnis

Edisi ke-VIII,

November 2012,

Hal. 12-19 ISSN: 2085-1375

Pengaruh orientasi

pasar, orientasi

teknologi dan

inovasi produk

terhadap keunggulan bersaing usaha

songket skala kecil di Kota Palembang

Hasil penelitian ini menyatakan variabel faktor orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing usaha songket.

Penggunaan variabel orientasi pasar sebagai variabel independen dan keunggulan bersaing sebagai variabel dependen Penggunaan variabel orientasi teknologi dan inovasi produk sebagai variabel independen, sedangkan peneliti menggunakan variabel orientasi kewirausahaan sebagai variabel independen 4. Mega Usvita,

e-Jurnal Apresiasi

Ekonomi Volume

3, Nomor 1, Januari 2015, Hal. 31-37 ISSN: 2337-3997

Pengaruh orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan melalui keunggulan

bersaing sebagai

variabel intervening (survei pada ukm

pangan Dinas

Hasil penelitian ini menunjukan Orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap keunggulan

bersaing dan

Penggunaan variabel orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar sebagai variabel independen

Penggunaan variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

intervening dan kinerja

perusahaan sebagai variabel


(31)

Perindagtamben Kota Padang)

Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing dependen, sedangkan peneliti menggunakan variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

dependen 5. Aristin Nikmah, Ari

Pradhanawat,

Wahyu Hidayat

(2015)

Pengaruh orientasi

pasar, orientasi

pembelajaran dan

Inovasi produk

terhadap keunggulan bersaing ikm (sentra IKM

tenun ikat troso Kabupaten Jepara)

Hasil penelitian ini menemukan Orientasi pasar memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap

keunggulan bersaing.

Penggunaan variabel orientasi pasar sebagai variabel independen dan keunggulan bersaing sebagai variabel dependen Penggunaan variabel orientasi pembelajaran

dan inovasi

produksebagai variabel independen, sedangkan peneliti menggunakan variabel orientasi kewirausahaan sebagai variabel independen 6. Daniel Alexander

Titahena, Abdul Syukur, St. Dwiarso Utomo (2012)

Analisis pengaruh orientasi pasar, inovasi

dan orientasi

kewirausahaan

terhadap kinerja

pemasaran

dengan intervening keunggulan bersaing

Hasil penelitian ini menyatakan

ada hubungan

signifikan positif dan mendukung tentang adanya hubungan antara orientasi pasar terhadap

keunggulan bersaing dan ada hubungan signifikan positif dan mendukung tentang adanya hubungan antara orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing. Penggunaan variabel orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar sebagai variabel independen

Penggunaan variabel kinerja pemasaran sebagai variabel dependen dan variabel

keunggulan bersaing sebagai variabel intervening, sedangkan peneliti menggunakan variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

dependen

2.2. Kerangka Pemikiran

Pada era globalisasi ini Orientasi kewirausahaan ini tentu sangatlah penting dimiliki oleh seorang pengusaha.. Orientasi kewirausahaan merupakan metode, praktek, gaya pembuatan keputusan yang digunakan untuk mengambil


(32)

tindakan dengan penuh tanggung jawab. Adapun aspek-aspek di dalam orientasi kewirausahaan ini adalah seperti keinovatifan, proaktif, serta keberanian dalam mengambil resiko. Karena semakin baiknya orientasi kewirausahaan seorang pengusaha akan berdampak pada citra sebuah perusahaan tersebut dan mampu mengalahkan pesaing – pesaing mereka.

Selain orientasi kewirausahaan, adapun faktor lainnya yang menentukan keunggulan bersaing sebuah perusahaan yaitu, orientasi pasar. Faktor ini menekankan kepada sejauh mana konsumen bisa tertarik kepada produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan tidak mengesampingkan faktor pesaing. Perusahaan yang berorientasi pasar berarti mampu melihat kebutuhan pasar ke depan. Karena dengan orientasi pasar ini juga, perusahaan dituntut untuk selalu berupaya memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen secara lebih baik.

Oleh karena itu sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing di bandingkan dengan perusahaan lain karena di era ini konsumen lebih banyak pilihan dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan keunggulan bersaing perusahaan akan lebih mudah dalam menciptakan sebuah tujuan yang diharapkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu peran dari keunggulan bersaing ini juga perusahaan akan mampu menjaga eksistensi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan bidangnya. Keunggulan bersaing tidak hanya di lihat dari produk yang dihasilkannya, melainkan penilaiannya dari segala aspek baik itu internal maupun eksternal di dalam perusahaan itu sendiri Dalam pelaksanaannya tentu akan banyak rintangan untuk mewujudkan nilai keunggulan bersaing ini.


(33)

Oleh sebab itu perusahaan harus siap dan mampu dalam menghadapi semua resiko yang akan terjadi.

Maka oleh sebab itu, agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing perusahaan harus secara aktif mampu mengembangkan faktor-faktor diatas yaitu, Orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar. Semakin baiknya faktor-faktor tersebut, maka akan semakin baik juga kinerja sebuah perusahaan dalam mewujudkan sebuah tujuan perusahaan yang diharapkan.

2.2.1. Keterkaitan Orientasi Kewirausahaan Terhadap keunggulan Bersaing

Orientasi kewirausahaan adalah faktor yang paling harus dimiliki oleh seorang pengusaha. Karena orientasi kewirausahaan memiliki faktor penting dalam mewujudkan tingkat keunggulan bersaing. Dalam penerapannya orientasi kewirausahaan akan menunjukkan pola pikir untuk menunjukkan citra di perusahaan tersebut.

Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi (Suryanita, 2006), Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2005) membuktikan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan daya saing UKM yang didominasi oleh strategi-strategi bisnis yang baik. Strategis bisnis yang diterapkanadalah keunggulan bersaing, keunggulan mutu dan spesialisasi produk.


(34)

2.2.2. Keterkaitan Orientasi Pasar Terhadap keunggulan Bersaing

Pada sebuah perusahaan sangatlah penting untuk memikirkan pasar yang akan kita tuju. Hal ini akan berimplikasi kepada keunggulan bersaing perusahaan tersebut. Orientasi pasar pun tidak hanya berfokus terhadap konsumen, tetapi pesaing dan aspek lainnya bisa menjadi penilaian untuk mengukur sejauh mana

perusahaan mampu untuk mempertahankan dan mengembangkan

eksistensinya.Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi pembeli serta kinerja dalam bisnis.

Berikut ini adalah skema paradigma berpikir dari penelitian ini:

fr

Gambar 2.2.

Skema Paradigma Penelitian Orientasi

Kewirausahaan (X1) 1. Keinovatifan

2. Pengambilan resiko 3. Keproaktifan

Weerawerdeena (2003)

Keunggulan Bersaing (Y)

1. Kualitas produk 2. Harga

Longenecker, Moore, dan Petty (2003:30)

X1ke Y: Suryanita (2006)

X2 ke Y:

Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005)

Orientasi Pasar (X2)

1. Orientasi pelanggan 2. Orientasi pesaing 3. Informasi pasar


(35)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta

–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1: Variabel Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken

H2: Variabel Orientasi pasar berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken


(36)

36

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Menurut Umar Husein (2005:303) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Sesuai dengan pengertian diatas bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah.Objek dalam Penelitian ini adalah Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Keunggulan Bersaing. Penelitian ini dilakukan pada One Fried Chicken.


(37)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitan menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut : “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.


(38)

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Regresi Berganda.

3.2.1. Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut: “Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Desain penelitian menurut Indrianto Nur dan Supomo Bambang (2002:249) adalah sebagai berikut :

“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”


(39)

Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.

Menurut Sugiyono (2009:13) penjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :

1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan luas jangkauan (scope), hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian yaitu:


(40)

a. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda-beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di harapkan oleh franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang b. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang

diinginkan oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah

c. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried Chicken menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu di kenal oleh franchisee.

2. Merumuskan Masalah

Rumusan Masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data yaitu :

a. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Kewirausahaan pada One Fried Chicken

b. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Pasar pada One Fried Chicken

c. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Keunggulan Bersaing pada One Fried Chicken

d. Apakah terdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

e. Apakah terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.


(41)

3. Konsep dan Teori yang relevan dan Penemuan yang Relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir.Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara Memilih prosedur dan teknik yang digunakan terhadap masalah penelitian (hipotesis).Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang


(42)

digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Orientasi Kewirausahaan (Variabel Independen“X1”) dan Orientasi Pasar (Variabel Independen “X2”) terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Orientasi Kewirausahaan (Variabel Independen“X1”) dan Orientasi Pasar (Variabel Independen “X2”) terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:


(43)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelititan Metode yang Digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T-1 Descriptive Descriptive Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-4 Verificative Explanatory

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut:

“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X1) dan (X2)

Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga mempengaruhi variabel lain.Variabel independen dalam penelitian ini Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Orientasi Pasar (X2).


(44)

Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar ditentukan dengan skala ordinal, data-data diperoleh dari hasil wawancara pada franchisee dan melalui kuesioner.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu Keunggulan Bersaing.

Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel operasional di bawah ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Orientasi Kewirausahaan (X1) Kewirausahaan adalah kemampuan

kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar,

dan sumber

daya untuk

mencari peluang menuju kesuksesan. Weerawerdeena (2003:411) 1. Keinovatifan 2. Pengambilan resiko 3. Keproaktivan

 Tingkat kemampuan menghasilkan produk baru  Tingkat

kemampuan mengeksplorasi produk yang sudah ada

 Tingkat stock bahan baku

 Tingkat kepuasan konsumen  Tingkat

keterlibatan franchisee

Ordinal

Orientasi Pasar (X2)

Orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif

dan efisien

1. Orientasi Pelanggan

 Tingkat promosi  Tingkat

segmentasi konsumen

Ordinal


(45)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Umar Husein (2005:41), Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari pribadi (franchisee) maupun dari satu instansi yang mengolah

untuk menciptakan

perilaku –

perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan.

Naver dan

Slater (1990: 34)

2. Orientasi Pesaing

3. Informasi Pasar

 Tingkat penjualan antar franchisee

 Tungkat Lokasi usaha

 Tingkat Peluang pasar

Keunggulan Bersaing

(Y)

Competitive advantage is a benefit that exists when a

firm has a

product or

service that is seen by its target mark et as

better than

those of

competitors Longnecker,

Moore, dan

Petty (2003:30)

1. Kualitas produk

2. Harga

 Tingkat ketahanan produk

 Tingkat

penetapan harga


(46)

data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah:

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.


(47)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122), adalah:

“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.”

Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu seluruh franchisee One Fried Chicken sebanyak 24 responden.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Lapangan (Field Research), yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan sekunder (data yang diambil langsung dari One Fried Chicken).


(48)

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

2) Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penelitian secara langsung dilapangan.

b. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab pihak-pihak yang mempunyai kaitan langsung dengan objek yang diteliti.

c. Kuesioner, yaitu alat penelitian berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah franchisee. Disini peneliti menggunakan skala Likert.

Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

a. Sangat Setuju (SS) 5 1

b. Setuju (S) 4 2

c. Ragu (R) 3 3

d. Tidak Setuju (TS) 2 4

e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(Sumber : Sugiyono 2007, 108)

Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah


(49)

analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

Untuk menilai kuisioner apakah valid dan realibel maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.2.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan dari instrumen yang digunakan yaitu apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan. Uji validitas ini diujikan kepada 24 responden yang merupakan franchisee One Fried Chicken.

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi

bivariate pearson (product moment) yang diolah dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Kriteria pengujian validitas yaitu:

1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2. Jika rhitung < rtabel, maka instrumen atau item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).


(50)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas

Variabel Orientasi Kewirausahaan (X1)

No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,689 0,388 Valid

2 0,739 0,388 Valid

3 0,659 0,388 Valid

4 0,560 0,388 Valid

5 0,641 0,388 Valid

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Orientasi Pasar (X2)

No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,721 0,388 Valid

2 0,551 0,388 Valid

3 0,816 0,388 Valid

4 0,707 0,388 Valid

5 0,816 0,388 Valid

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas

Variabel Keunggulan Bersaing (Y) No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,572 0,388 Valid

2 0,572 0,388 Valid

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Pada ketiga tabel diatas dapat dilihat untuk hasil uji validitas yang menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari r tabel yaitu 0,388 yang artinya seluruh pernyataan tersebut layak


(51)

digunakan sebagai intrumen penelitian atau dengan kata lain item-item pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam analisis berikutnya.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah :

“Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”. Uji reliabilitas berfungsi untuk mengukur tingkat kehandalan suatu kuesioner yang menggambarkan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan dengan menggunakan metode

Spearman Brown taraf signifikansi 5%. Peneliti menggunakan batasan 0.6. Apabila nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka dinyatakan varibel tersebut dinyatakan reliabel. Adapun hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada rumus


(52)

Tabel 3.7.

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian Variabel Koefisien

Reliabilitas r kritis Kesimpulan

Orientasi Kewirausahaan (X1) 0,794 0,600 Reliabel

Orientasi Pasar (X2) 0,845 0,600 Reliabel

Keunggulan Bersaing (Y) 0,727 0,600 Reliabel

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel yang sedang diteliti lebih besar dari 0,6 hasil ini menunjukkan bahwa butir kuesioner pada masing-masing variabel andal untuk mengukur variabelnya masing- masing.

3.2.4.3. Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan doiolah dengan pendektan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untung menganalisa data di perlukan data internal, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan sekala interval melalui metode “Methode Succesive Interval” (Hays, 1969:39) dan selanjutnya dianalisis regresi korelasi serta determinasi.


(53)

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.

b. Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk seetiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.

c. Menghitung nilai Z (Tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data n > 30 di anggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

d. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi kumulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Methode Succesive Interval.

(Umi Narimawati , 2010:47)

Dimana :

Means of Interval : Rata-Rata Interval Dencity at Lower Limit : Kepadatan bawah atas Dencity at Upper Limit : Kepadatan atas bawah Area Bellow Upper Limit : Daerah di bawah batas atas Area Bellow Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah

Mean of interval= D i y a L w r Li i – D i y a U r Li i r a wU r Li i – r a w L w r Li i


(54)

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus :

Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program software MSI.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Narimawati umi (2010:41), rancangan analisis dapat di definisikan sebagai berikut :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.

3.2.5.1.1. Analisis Data Deskriptif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan


(55)

apa yang dilakukan oleh One Fried Chicken berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian.Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat.Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh franchisee, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua franchisee.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban franchisee, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor Total = S r a

S r I a X 100 % (Sumber: Umi Narimawati, 2010:45)


(1)

4.1.2.3. Deskripsi Jabatan ... 67

4.2. Karakteristik Responden ... 68

4.2.1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 68

4.2.2. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 69

4.2.2. Karakteristik Responden Menurut Pengeluaran Perbulan ... 70

4.3. Analisis Deskriptif ... 72

4.3.1. Analisis Deskriptif Orientasi Kewirausahaan sebagai Variabel X1 72 4.3.2. Analisis Deskriptif Orientasi Pasar sebagai Variabel X2 ... 78

4.3.3. Analisis Deskriptif Keunggulan Bersaing sebagai Variabel Y ... 83

4.4. Analisis Verifikatif ... 87

4.4.1. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 87

4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 89

4.4.2.1. Uji Normalitas ... 89

4.4.2.2. Uji Multikolinieritas ... 92

4.4.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 93

4.4.3. Analisis Korelasi ... 94

4.4.3.1. Korelasi Secara Parsial antara Orientasi Kewirausahaan dengan Keunggulan Bersaing ... 95

4.4.3.2. Korelasi Secara Parsial antara Orientasi Pasar dengan Keunggulan Bersaing ... 96


(2)

4.5. Pengujian Hipotesis ... 99

4.5.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji T) ... 99

4.5.1.1. Pengujian Hipotesis Parsial Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing ... 100

4.5.1.2. Pengujian Hipotesis Parsial Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.1. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Barney,J.B. 2010. Gaining and Sustaining Competitive Advantage, Fourth Edition. Addison-Wesley, Massachusetts.

Cynthia Vanessa dan Hendra N. Tawas. 2014. “Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Inovasi Produk, dan Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Pemasaran Usaha Nasi Kuning di Kota Manado”. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 Hal. 1214 – 1224 ISSN 2303-1174 Covin, J & D. Slevin.1989.Strategic Management of Small Firms in Hostile & Benign

Environments.Strategic Management Journal.

Cravens, D.W.1996.“Pemasaran Strategis”, Alih Bahasa: Lina Salim,Edisi Keempat, Jilid Satu.Jakarta : Penerbit Erlangga.

Deswindi, Leli (2007). “Kecepatan Tingkat Penerimaan dan Perilaku KonsumenTerhadap Produk Lama Yang Mengalami Perubahan dan Produk InovasiBaru Dalam Upaya Memasuki dan Merebut Pasar”. Business and Management Journal Bunda Mulia, Vol: 3, No. 2. Jakarta : FTI Universitas Bunda Mulia.

Dyne V.L and Graham, J. W . 2008. “Organizational Citizenship Behavior” Construct Redention Measurement and Validation” Academy Management Journal. David, F.R. 2011. Strategic Management: Concept and Cases, Global Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Echdar,S. 2013. Manajemen Entrepreneurship: Kiat Sukses Menjadi Wirausaha. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Eddy Soeryanto S. 2014.Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung edisi Revisi. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia

Frese, Brantjes dan Hoorn, 2002, “Psychological Success Factors of Small

Scale Businesses in Namibia : The Roles of Strategy Process, Entrepreneurial Orientation and The Environment”, Journal ofDevelopmental Entrepreneurship, Vol. 7, No. 3.

http://belajartanpabuku.blogspot.com/2013/04/konsep-orientasi-pasar.html http://eddhies-marketing.blogspot.com/2010/10/perspektif-orientasi-pasar.html

Heri Setiawan. 2012. Pengaruh Orientasi Pasar, Orientasi Teknologi danInovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Usaha Songket Skala Kecil di Kota Palembang. Jurnal Orasi Bisnis Edisi ke-VIII, November. Hal. 12-19. ISSN: 2085-1375

Husein, Umar. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Indriantoro, Nur, dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit BPFE

Knight, G. 2000. Entrepreneurship and Marketing Strategy: the SME Under Globalization. Journal of International Marketing. ISSN 1069-031X, Vol.8, No.2 (2000)


(4)

Kohli ,A. K., & Jaworski, B. J., 1990. “Market Orientation : The Construct, Research Proposition, and Managerial Implication”, Journal ofMarketing, pp. 1 – 18

Kotler,P., Armstrong,G., Ang,G.H., Leong,S.M., Tan,C.T., dan Tse,D.K. 2005. Principles of Marketing: An Asian Perspective. Singapore: Pearson Prentice Hall.

Lumpkin G.T. and Dess G.G. 1996, Clarifying the Entreprenuerial Orientation Construct and Linking it to Performance, Academy of Management Review, Vol 21 No.1 135-172 Mega Usvita. 2015. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap

Kinerja Perusahaan Melaluli Keunggulan Bersaing Sebagai Variabel Intervening (Survei Pada UKM Pangan Dinas PERINDAGTAMBEN Kota Padang). E-jurnal Apresiasi Ekonomi, Vol. 3, No. 1, Januari. Hal. 31-37. ISSN: 2337-3997

Morris, M & G. Paul, 1987, “The Relationship Between Entrepreneurship Marketing in Established Firms”,Journal of Business Venturing 2 (3), 247-59

M. Wandra Utama. 2009. Pengaruh Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi KewirausahaanTerhadap Kualitas Aliansi Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Narver, J.C., & Slater, S.F. (1990). “The Effect of Market Orietation on ProductInnovation”. Journal of Marketing. p.20-35.

Ndaru Kusuma Dewa. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Promosi Dan HargaTerhadap Minat Beli (Studi Kasus Starone di Area Jakarta Pusat). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Porter, M.E., (1994), “Keunggulan Bersaing”, Tim Penerjemah Binarupa Aksara., Jakarta: Binarupa Aksara

Porter, Michael E. 2007. Strategi Bersaing “Teknik Menganalisis Industri dengan Pesaing”. Alih bahasa Sigit Suryanto. Jakarta: Karisma Publishing Group.

Prakosa,B. 2005. Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi dan Orientasi Pembelajaran Terhadap Kinerja Perusahaan Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing (Studi Empiris Pada Industri Manufaktur di Semarang). Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.2, No.1.www.eprints.undip.ac.id/15063 diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 00.15 WIB

Saiman,L. 2014. Kewirausahaan (Teori, Praktik, dan Kasus-kasus), edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Sensi Tribuana Dewi. (2006). Analisis Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Untuk Meningkatkan Kinerja Pemasaran (Studi Pada Industri Batik di Kota dan Kabupaten Pekalongan). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Song X. Michael and Farry M.E., 1997., “ The Determinants of Japanese New ProductSuccesses”. Journal Of Marketing Research.Vol. XXXIV February


(5)

Sugiyono. 2005. StatistikUntukPenelitian. Bandung : CV Alphabeta

. 2009. MetodePenelitianKuantitatif dan Kualitatif R&D.Bandung : CV.Alphabeta . 2011. StatistikuntukPenelitian. Bandung: CV. Alphabeta

. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:CV Alpha beta

Suryanita A, 2006, “Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Kompetensi Pengetahuan terhadap Kapabilitas untuk Meningkatkan Kinerja Pemasaran”, Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang

Tjiptono, Fandy, 1997. Prinsip – Prinsip Total Quality Service, Yogyakarta : Andi Offset Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan

Aplikasinya. Bandung : Fakultas Ekonomi UNIKOM.

Umi, Narimawati., Linna, Ismawati., & Sri Dewi, Anggadini. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis

Uncles, Mark. (2000). “Market Orientation”. Australian Journal of Management.Vol.25,No.2.

Weerawardena, Jay. (2003). “Exploring The Role of Market Learning Capability inCompetitive Strategy”. European Journal of Marketing. Vol.37,p.407-429.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Gilang Ramadhan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 Maret 1991

Alamat : Perum. Sanggar Indah Banjaran Blok AB no.11

Nomor Telepon : 085720190110

Agama : Islam

E-Mail : mgrgilang11@gmail.com

Pendidikan Formal

1996 – 1997 : TK Bhayangkari 45 Bandung

1997 – 2003 : SDN Jenderal Sudirman IV Purwakarta

2003 – 2006 : SMPN 1 Purwakarta

2006 – 2009 : SMAN 2 Banjar

2011 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

Pendidikan Non Formal

1.Pelatihan Kerja Aplikasi Komputer dan Komputer Akuntansi oleh Lembaga Pelatihan Kerja Bina Insan Mandiri, Bandung 2011

2.Character Building oleh Fakultas Ekonomi UNIKOM dan SECAPA TNI/Angkatan Darat, Bandung 2012

3.Seminar "Sistem Ekonomi Syariah Berbasis IT", Auditorium UNIKOM Bandung, 2013

4.Seminar Bedah Buku “Entrepreneur Menjadi Pebisnis Ulung”, Auditorium UNIKOM Bandung, 2013


Dokumen yang terkait

Pengaruh Orientasi Pembelajaran dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing (Survei pada Sentra Boneka di Kopo Sayati Bandung)

0 2 1

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing Sentra Industri Kaos Suci, Bandung

0 11 1

Analisis Orientasi Pembelajaran Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing Pada IKM Sepatu Di Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Bandung

9 87 167

Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovasi Bisnis terhadap Keunggulan Bersaing (Survey Pada Sentra UKM kaos di kawasan Suci Bandung)

2 17 55

Pengaruh orientasi kewirausahaan dan inovasi produk terhadap keunggulan bersaing :(survey pada Sentra UKM Kaos di Kawasan Suci Bandung)

0 4 1

Pengaruh Orientasi Pasar Dan Orientasi Pembelajaran Terhadap Keunggulan Bersaing (survei Pada Sentra UKM Topi Margaasih Bandung)

1 15 1

Strategi Keunggulan Bersaing Melalui Orientasi Pasar Dan Jiwa Kewirausahaan Pada Sentra Industri Kaos Suci Bandung

1 29 85

Pengaruh Orientasi Pasar Dan Orientasi Pembelajaran Terhadap Keunggulan Bersaing Pada Sentra Rajut Binong Jati Bandung

2 39 71

PENGARUH ADAPTABILITAS LINGKUNGAN DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PADA PENGARUH ADAPTABILITAS LINGKUNGAN DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PADA PERUSAHAAN PERIKLANAN DI YOGYAKARTA.

0 3 16

Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, Inovasi Usaha dan Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Usaha Pada UMKM Konveksi Di Kabupaten Kudus -

0 0 44