39 3. Umur Beton
Modulus elastisitas beton meningkat seiring pertambahan umur beton seperti halnya kuat tekannya, namun modulus elastisitas meningkat lebih cepat daripada
kekuatannya. 4. Mix Design Beton
Jenis beton memberikan nilai E modulus elastisitas yang berbeda-beda pada umur dan kekuatan yang sama.
2.6.2.4 Penyerapan Air Absorbsi
Absorbsi merupakan banyaknya air yang diserap sampel beton. Besar kecilnya penyerapan air oleh beton sangat dipengaruhi oleh pori atau rongga yang terdapat pada
beton. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam beton maka akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang.
Berdasarkan SNI 03-6433-2000, perhitungan besarnya penyerapan air menggunakan persamaan:
100 Absorbsi
A
A B
... ... ....2.3 Dimana :
A
= Berat beton dalam kondisi kering gr
B
= Berat beton setelah direndam gr
2.6.3 Beton Ringan Lightweight Concrete
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi Aerated Lightweight ConcreteALC atau sering disebut juga
Autoclaved Aerated Concrete AAC. Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular
Universitas Sumatera Utara
40 Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton ringan
adalah beton yang memiliki berat jenis density lebih ringan daripada beton pada umumnya. Tujuan penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri
dari struktur sehingga komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton
ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman di tahun 1943. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material
bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna
tinggi. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat. Berbeda dengan
beton non aerated, pada beton ini ditambahkan agregat ringan dalam pembuatannya, seperti batu apung pumice, serat sintesis dan alami, slag baja, perlite, dan lain-lain.
Pembuatan beton ringan berpori jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan yang cukup sulit.
Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
1. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregatcampuran isian beton
ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, sterofoam, batu alwa, atau abu terbang yang dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halus agregat halusnya disaring, contohnya debuabu
terbangnya dibersihkan.
Universitas Sumatera Utara
41 3.
Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.
Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 800 kgm³ sd 2000 kgm³. Karena itu
keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi high rise building akan dapat secara signifikan mengurangi
berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi. Keuntungan lain dari beton ringan antara lain : memiliki nilai tahanan panas
thermal insulation yang baik, memiliki tahanan suara peredaman yang baik, tahan api fire resistant, transportasi mudah dan dapat mengurangi kebutuhan bekisting
formwok dan perancah scaffolding. Sedangkan kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya compressive strength, sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan
untuk perkuatan struktural. Aplikasipenggunaan beton ringan bisa berupa batu beton beton, panel dinding,
lintel balok beton, panel lantai, atap, serta kusen atau ambang pintu dan jendela. Beberapa produk ada yang diperkuat lagi dengan ditanamkan besi beton di dalamnya.
Salah satu contoh untuk panel dinding atau panel lantai. Beton AAC tak sekuat beton konvensional. Perbandingannya hanya 16 dari kekuatan beton konvensional.
Meskipun berupa rongga udara, beton ringan aerasi dapat menahan beban hingga 1200 psi.
Berat jenis beton dengan agregat ringan yang kering udara sangat bervariasi, tergantung pada pemilihan agregatnya , apakah pasir alam atau agregat pecah yang
ringan halus yang dipergunakan. Berat jenis sebesar 1850 kgm3 dapat dianggap
Universitas Sumatera Utara
42 sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang
kadang melebihi. Kekuatan tekan dan tarik belah hasil uji beton yang menggunakan agregat
ringan diambil berdasarkan rata rata tiga benda uji. Rata-rata kekuatan tekan dan
tarik belah minimum yang harus dimiliki beton yang menggunakan agregat ringan didasarkan atas berat isi kering maksimum, seperti dalam tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7 Persyaratan kuat tekan dan tarik belah rata-rata untuk beton ringan struktural
Berat isi kering udara, 28 hari, maksimum kgcm
3
Kuat tarik belah tidak langsung rata-rata MPa
Kuat tekan rata-rata, 28 hari, minimum MPa
Semua Agregat Ringan 1760
2,2 28
1680 2,1
21 1600
2,0 17
Agregat Ringan dan Pasir 1840
2,3 28
1760 2,1
21 1680
2,0 17
CATATAN 1 Nilai kuat tekan dan berat isi diambil dari rata-rata 3 buah benda uji sedangkan kuat tarik belah diambil rata-rata dari 6 benda uji,
CATATAN 2 Nilai antara untuk kekuatan tekan dan nilai berat isi yang berkait dapat diperoleh dengan penambahan atau interpolasi,
CATATAN 3 Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan kuat tarik rata-rata minimum dapat digunakan bila rancangannya dimodifikasi untuk mengimbangi nilai yang lebih
rendah,
CATATAN 4 1 MPa 10 kgcm
2
.
Sumber : SNI 03-2461-2002, Spesifikasi agregat ringan untuk beton ringan struktural , BSN
Universitas Sumatera Utara
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
4 56785
9 : ;
8= ;: ?
:; :8:
5; 5A= 6
= :; =;=
:8:A: B ?
: C=:; 5 ?
D 5 E
= F5; 6 :A
9 :;
8= A: ??:; 8=
G : H
7 E: 6 7 E
= F
I 567;
J : ? A 6:
D K5 ?
;= ? L5
:E6 5 F 5;
K5 ?;= ? M =
=A N
;= O5 E D = 6:D
M F : 6
5 E: N 6: E
:
.
M :F 5A H
5 E :
H5; 8: C=
D =A =;85 E H5 6
7;
.
P 5 ;C=:;
H 5;8:
C =
D = A=;85 E H
5 67; F5A = 6=
5;C = :;
? : 6
6 5 ?
:; H
5 6 7; Q
? : 6
6: E =
? H
5A : B
H 5 6
7;
,
5;C = :
; 5A :D 6=D = 6:D
8: ;
: H D 7 EH
D =
.
R ST
U S V
3.1
W X SY V ST
SZ X V
[ \]\ZX X S]
_ ` a bc
d e f g `
h c bf
i b
j b f
d e k bf l bf
g b
f mb no `
kb f
i e pq f r
Mix Design
s
d e n t
` bpb f i e f
u b
v h
c w
c a
c f
u e
k
d e f
g `
h c bf
x `
bp y
e z
b f
,
x ` bp
y b kc
z i ea
b j
,
{ a b
| p c
| cp b
| u
bf } t |
q k
t | c
i e f u
b v
h c
w c
a cf
u e k
~ b
| ca
u bf
} f
b a
c |
b
x e
| c n
o ` a b
f u
b f w
b kbf
w e ae
| bc
Universitas Sumatera Utara