Perancangan IdentitasVisual Rumah Makan Surabi Imut

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL

RUMAH MAKAN SURABI IMUT

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Muhammad Taufiq Hidayath 51907085

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena berkat karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir yang berjudul PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL RUMAH MAKAN SURABI IMUT sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan mata kuliah Tugas Akhir di Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung. Penulis menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaikinya.

Penulis menerima dengan senang hati atas segala masukan baik langsung maupun tidak langsung. Dan akhirnya semoga laporan ini dapat menjadi wujud ibadah penulis kepada Zat Yang Maha Mengetahui lagi Bijaksana, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para mahasiswa.

Bandung, 6 Agustus 2011


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jawa Barat mempunyai beraneka ragam sajian kuliner yang menarik. Beberapa jenis produk kuliner Jawa Barat merupakan makanan yang biasanya digunakan sebagai makanan pokok, atau lauk-pauk. Sebagian besar produk kuliner yang tak kalah menarik untuk dicicipi adalah golongan Cangkarang Bongkang atau jajanan (Yetti Herayati, 1986, 29). Fungsi makanan sampingan yang terdapat di Jawa Barat sendiri, sangatlah beraneka ragam. Beberapa diantaranya bisa digunakan sebagai hantaran untuk bepergian atau untuk dibawa pulang oleh tetamu selepas mengadakan upacara adat tertentu, adapun jajanan yang biasanya menjadi konsumsi lain selain nasi.

Salah satu jajanan tradisional khas Jawa Barat yang terkenal dan digemari adalah kue surabi. Jajanan berbahan dasar tepung dan santan yang dihangatkan diatas kayu bakar dan dikemas menggunakan lipatan daun pisang ini termasuk salah satu yang unik. Kue surabi bisa dinikmati dengan rasa manis dengan menggunakan cairan gula merah atau kinca, bisa dinikmati dengan rasa pedas menggunakan samara


(4)

oncom, dan bisa juga dinikmati dengan rasa asin yang biasanya dicampur dengan telur.

Keunikan cita rasa dari kue surabi masih bisa dinikmati hingga saat ini. Meskipun banyak produsen makanan modern yang sudah menyebar, tak membuat keberadaan kue surabi sebagai makanan khas Jawa Barat teralihkan dari pandangan masyarakat. Bahkan, para penggemar sajian kue surabi, tidak pernah menyerah untuk mencari penjual kue surabi meskipun harus mencari ke setiap sudut kota Bandung.

Banyaknya penjual kue surabi membuat masyarakat tidak perlu merasa kesulitan mencarinya lagi. Salah satu tempat di kawasan Jalan Setiabudi No. 194, Bandung terdapat rumah makan yang menyediakan menu utama kue surabi yaitu Surabi Imut. Surabi imut pun merupakan pelopor rumah makan yang tak hanya menyediakan menu utama surabi, tetapi menjadi pelopor rumah makan yang mengolah penyajian kue surabi yang bisa disantap dalam berbagai rasa. Di sini penikmat kue surabi bisa mencicipi kembali nikmatnya kue surabi yang merupakan jajanan khas Jawa Barat, mulai dari cita rasa tradisional, sampai olahan rasa lain yang mampu menumbuhkan rasa ingin tahu rasanya.


(5)

disediakan meja dengan tempat duduk kursi, sedangkan di lantai atas, disediakan tempat duduk lesehan, sehingga para pengunjung bisa leluasa menikmati sajian surabi sambil bercengkrama bersama.

Identitas visual merupakan salah satu bagian penting dalam branding. Dimana branding adalah kegiatan mewujudkan brand agar janji produsen bisa tersampaikan dan menjalin loyalitas konsumen terhadap produsen, dan kegiatannya mencakup pembuatan identitas visual kemudian penerapannya kedalam media.

Tanpa adanya identitas visual, surabi tradisional memang dikenal karena nama makanannya. Akan tetapi tidak bisa membedakan antara produk yang satu dengan produk lannya. Pada dasarnya Surabi Imut telah dikenal karena merupakan penjual surabi pertama yang menawarkan olahan rasa yang berbeda-beda sebagai menu utama. Dimulai dari standar dasar rasa, yaitu asin dan manis. Yang secara khusus merupakan pengembangan rasa kinca dan samara. Pengembangan disini lebih pada memberi varian rasa manis melalui rasa-rasa lain yang dikenali oleh masyarakat. Kondisi ini perlu diperkuat dengan adanya identitas visual yang baik, terutama untuk menunjukkan produknya. Tanpa pengelolaan identitas visual yang baik, terutama dalam menerapkan identitas visual kedalam beberapa aplikasi media, akan memunculkan kerancuan produk, termasuk rumah


(6)

makannya. Mengingat di daerah yang sama juga terdapat tempat makan yang juga menjual surabi. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman lebih dalam mengenai bagaimana merancang identitas visual dengan baik dan sesuai dengan brand yang diangkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas, dapat ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:

1. Konsumen masih merasa asing terhadap hasil pengembangan surabi yang dilakukan oleh Surabi Imut.

2. Belum terbentuknya identitas visual yang bisa dengan mudah dijaga konsistensinya oleh Surabi Imut.

3. Adanya dampak yang ditimbulkan oleh kehadiran Surabi Imut selaku pengembang brand surabi terhadap surabi lainnya.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka diperlukanlah suatu tindakan perancangan identitas yang bisa menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh Surabi Imut. Sehingga, masalah utama yang diangkat adalah: “Bagaimana cara membuat identitas visual Surabi Imut yang menarik dan mudah diaplikasikan kedalam beberapa media?”


(7)

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk membuat identitas yang baru, agar Rumah Makan Surabi Imut bisa dengan mudah menggunakan dan mengaplikasikan identitas visual secara terus-menerus secara


(8)

BAB II

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL RUMAH MAKAN SURABI IMUT

2.1. Surabi Imut

Surabi adalah makanan khas Jawa Barat. Bahan yang digunakan untuk membuat surabi diantaranya, tepung terigu, sedikit gula putih dan air santan kelapa. Cara memasaknya dipanggang di dalam mangkuk tembikar dan menggunakan panas dari kayu bakar. Penyajiannya bisa dimakan diatas piring atau mangkuk atau dibalut dengan daun pisang untuk digenggam. Cara ini adalah salah satu dari keanekaragaman cara memasak masakan tradisional di Jawa Barat.

Gambar 2.1 Mangkuk Tembikar yang biasa digunakan dalam pembuatan kue surabi Sumber: Data Pribadi

Penyajian kue ini bermacam-macam, ada yang secara konvensional menggunakan kinca atau air gula merah, rasa pedas menggunakan samara oncom atau sambal oncom yang ditumbuk, dan rasa asin yang


(9)

biasanya surabi ditambahkan dengan telur ketika dalam keadaan setengah matang dalam panggangan.

Di Bandung sendiri sampai saat ini masih bisa ditemukan penjual kue surabi tradisional yang biasanya mulai berjualan pada pagi hari. Lengkap dengan cara memasaknya yang masih menggunakan kayu bakar atau arang, dan menyajikan dua rasa yang khas seperti yang dijelaskan diatas. Para penjual kue surabi bisa ditemukan berjualan di pinggir jalan, di jalan-jalan kecil, atau gang.

Surabi Imut berdiri sejak bulan Juli tahun 1998 pada saat terjadinya krisis moneter global, terutama krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Surabi Imut didirikan atas dasar gagasan Ating Supardi dan putrinya yang bernama Riana Rismawati. Surabi imut terletak di Jl. Dr. Setiabudi 175 Bandung. Di tempat ini Surabi Imut semakin berkembang bahkan keberadaannya diakui dan dijadikan contoh oleh banyak produsen makanan. Dan sebagai wujud keberhasilan dari Surabi Imut, Riana Rismawati sebagai pengelola telah berhasil mempertahankan kue Surabi sebagai ikon makanan khas Bandung.

Sejak tanggal 1 Januari 2008, Surabi Imut pindah alamat dan hanya membuka satu outlet yaitu di Jl. Dr. Setiabudhi no. 194 Bandung. Lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi Surabi Imut yang lama (Jl. Dr.


(10)

Setiabudhi 175 Bandung), berjarak kira-kira 500 meter turun ke bawah dari lokasi yang lama, dan tepatnya berseberangan dengan rumah makan Ma Uneh. Lokasi ini dapat dinilai strategis, karena berdekatan dengan aktivitas perdagangan, pendidikan dan bisnis. Daerah tersebut berdekatan dengan beberapa universitas, juga merupakan salah satu jalur keluar-masuk dari luar kota Bandung. Dapat dikatakan bahwa mayoritas konsumennya adalah mahasiswa yang berkuliah atau tinggal di daerah Setiabudi. Selain mahasiswa,tentu saja pengunjung kegiatan bisnis di daerah tersebut.

Surabi Imut adalah pelopor untuk pembuatan surabi aneka rasa. Jika sebelumnya orang mengenal surabi adalah makanan khas Jawa Barat yang hanya bisa dinikmati dalam dua rasa (Surabi Manis dan surabi Oncom), sekarang Surabi Imut sudah melakukan pengembangan kedalam menu kue surabi menjadi 38 rasa dengan campuran berbagai bahan dan pendekatan cita rasa kuliner yang berbeda. Dalam hal ini, Surabi Imut bisa mempertahankan surabi dengan cita rasa Sunda dan juga Eropa, berupa olahan rasa yang menghasilkan surabi dengan sensasi hangat, dingin. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan melakukan pengembangan terhadap surabi kedalam berbagai rasa yang baru, bisa memunculkan rasa penasaran pada pengunjung.


(11)

menu yang disediakan oleh Surabi Imut diantaranya (1) surabi oncom, (2) surabi manis, (3) surabi oncom keju, (4) surabi coklat keju susu, (5) surabi coklat pisang keju, (6) surabi coklat pisang susu, (7) surabi coklat pisang keju susu, (8) surabi kacang coklat susu, (9) surabi kacang keju susu, (10) surabi kacang coklat keju susu, (11) surabi keju susu, (12) surabi telur spesial, (13) surabi telur oncom, (14) surabi telur oncom spesial, (15) surabi telur oncom ayam spesial, (16) surabi supreme, (17) surabi sosis spesial, (18) surabi ayam spesial, (19) surabi sosis ayam spesial, (20) surabi telur sosis spesial, (21) surabi telur ayam spesial, (22) surabi telur sosis ayam spesial, (23) surabi telur ayam sosis oncom spesial, (24) surabi telur oncom sosis spesial, (25) surabi oncom ayam spesial, (26) surabi oncom sosis spesial, (27) surabi oncom ayam sosis spesial, (28) surabi oncom spesial, (29) surabi cincang spesial, (30) surabi vlacokelat, (31) surabi vla strawberi, (32) surabi hitam putih, (33) surabi oreo keju, (34) surabi ice cream, (35) surabi crunch cokelat, (36) surabi ice durian (37) surabi saus bolognaise, (38) surabi oreo ice cream.

Varian rasa yang beragam memberikan pilihan pada konsumen, pilihan ini tentu bukan saja merupakan alternatif, tetapi upaya untuk memenangkan selera konsumen yang beragam. Saat ini rasa Eropa sudah banyak dikenal, dapat dikenali dengan banyaknya penjualan makanan dan kue, seperti brownies, risoles keju, klappertaart, makaroni, pizza, dan sejenisnya. Kondisi ini menyebabkan pilihan rasa menjadi


(12)

beragam dan lebih mudah diterima. Varian pencampur rasa tersebut menjadi relevan, bila dikaitkan dengan kondisi ini.

Tidak ada jenis makanan tradisional lain yang memiliki nama yang sama dengan kue surabi. Dari perbedaan inilah, kue surabi bisa dengan mudah dikenal dan akrab dengan masyarakat. Hanya dengan nama saja, surabi tradisional sudah memiliki identitas sendiri. Meskipun telah melewati beberapa zaman, tetap saja masyarakat menyebutnya dengan nama surabi.

Strategi yang dijalankan oleh pemilik Surabi Imut, adalah bertahan dengan menggunakan nama surabi, tetapi melakukan pengembangan pada pengolahan varian rasa. Untuk mempertahankan citra, kata surabi digunakan untuk menegaskan jenis produk, sekaligus dijadikan nama produk dan nama rumah makan.

Diantara keduanya, ada beberapa perbedaan dibalik kesamaan nama yang dimiliki, baik oleh surabi tradisional maupun Surabi Imut. Perbedaan tersebut berada pada identitas visual salah satunya pada logo. Surabi tradisional kebanyakan tidak memiliki logo, kalaupun ada, belum tentu mencerminkan siapa yang membuatnya. Sedangkan dari sisi pengemasan, surabi tradisional biasanya menggunakan daun


(13)

pisang, sementara surabi Imut menggunakan kotak kertas dan Styrofoam sebagai kemasannya.

Namanya kian dikenal oleh konsumen karena mempelopori pengembangan kue surabi. Tempatnya pun cocok menjadi sarana berkumpul bersama teman kerja, keluarga, maupun orang terdekat lainnya. Hanya saja, ada beberapa hal penting yang kurang diperhatikan oleh Surabi Imut. Hal itu secara tidak langsung berdampak kurang baik bagi brand Surabi Imut secara visual, yaitu, penggunaan identitas visual yang tidak diutamakan.

Oleh sebab itu, perancangan kembali identitas visual surabi imut memang diperlukan agar mudah diterapkan kedalam beberapa kemungkinan media, bisa dijaga konsistensinya, dan tidak memunculkan pergeseran dengan bentuk tradisi yang biasanya diterapkan pada surabi tradisional.

Persoalan kesadaran merek, dalam hal ini yang terkait dengan logo dan penggunaannya masih menjadi kendala pada jenis usaha tertentu. Terutama masyarakat awam, menilai bahwa logo tidak secara langsung berkaitan dengan keberhasilan sebuah usaha. Ini bisa dilihat dari tampilan yang tidak konsisten, tidak diterapkan pada objek-objek yang berhubungan langsung dengan produk. (dapat dilihat pada gambar di bawah ini)


(14)

Gambar 2.2. Tampak Depan Rumah Makan Surabi Imut Sumber: Data Pribadi

Terlihat penerapan logo yang belum jelas statusnya. Dalam hal ini gambar yang dikategorikan sebagai logo, ditempatkan seperti ilustrasi pada spanduk.

Selanjutnya persoalan penggunaan yang belum dimanfaatkan untuk menanamkan merek rumah makan ini.

Gambar 2.3 Surabi Oreo Ice Cream, salah satu menu surabi di Surabi Imut Sumber: Data Pribadi


(15)

Peranti makan adalah salah satu contoh objek yang dapat dmanfaatkan untuk menanamkan merek di benak konsumen. Dalam hal ini logo dapat ditempatkan pada salah satu atau semua peralatan tersebut. Hal ini belum dimanfaatkan oleh rumah makan Surabi Imut.

2.2. Identitas Visual

2.2.1. Pengertian Logo

Jauh sebelum kemunculan sistem pertukaran barang (barter, atau jual beli), manusia sudah diberkahi akal untuk mengelompokkan berbagai jenis benda. Sebelum manusia mengenal namanya, manusia mengelompokkan benda berdasarkan fungsinya. Sebagai gambaran, diantara dua jenis benda tajam, manusia bisa membedakan alat mana yang bisa digunakan untuk memotong benda keras seperti kayu. Kemudian untuk membedakan kedua benda tersebut, manusia menandai benda tersebut dengan memberinya nama. Sehingga, muncul berbagai jenis benda tajam dengan berbagai nama yang berbeda, seperti kapak, gergaji, pisau, pisau cukur dan sebagainya. Begitu juga dengan makanan di Jawa Barat. Masyarakat bisa dengan mudah mengenali berbagai jenis makanan yang berbeda, meskipun makanan tersebut terbungkus kemasan yang sama, seperti leupeut, buras, doko-doko, dan kue surabi.


(16)

Veronica Napoles (seperti dikutip Surianto Rustan, 2009), a man was a symbol maker long before he was a tool maker, his desire for identification is deeply embedded in his past.

Hak kepemilikan menjadi permasalahan kedua setelah manusia mengenal berbagai jenis barang. Meskipun setiap barang memiliki nama masing-masing, barang tersebut belum tentu milik orang yang sama. Bisa saja barang tersebut milik orang lain yang sengaja ditaruh atau mungkin tertinggal. Bayangkan bila pemilik benda tersebut datang untuk mengambil benda tersebut, tanpa adanya hak kepemilikan, bisa jadi kedua orang tersebut akan bertengkar untuk menentukan milik siapa benda tersebut sebenarnya. Untuk itu, diperlukanlah sesuatu untuk menandai barang satu dan lainnya agar tidak tertukar dengan milik orang lain.

Salah satu strategi produsen untuk meningkatkan kualitas brand -nya adalah melalui identitas visual berupa logo sebagai bentuk identitas yang menandai kepemilikan produk atau perusahaan tersebut secara visual.

Asal kata logo dari bahasa Yunani yaitu logos yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, dan akal budi. Logo adalah penyingkatan


(17)

istilah logo lebih popular daripada logotype (Surianto Rustan, 2009, 12).

2.2.2. Fungsi Logo

Fungsi logo pada dasarnya adalah untuk mempermudah konsumen dalam memilih atau mengelompokkan barang. logo juga memiliki beberapa peranan penting lainnya, diantaranya berfungsi untuk (Surianto Rustan, 2009, 47):

1. Identitas diri, untuk membedakan dengan identitas milik orang lain.

2. Tanda kepemilikan, untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain.

3. Tanda jaminan kualitas.

4. Mencegah tindak peniruan / penyalahgunaan.

2.2.3. Proses Pembuatan

Untuk mendapatkan logo yang baik, diperlukan proses yang sistematis yang disiplin, diantaranya (Alina Wheeler, 2009, 6): 1. Riset dan Analisa. Fakta-fakta entitas haruslah diketahui

agar ide logo tidak melenceng. Keseluruhan hasil riset dikumpulkan kedalam bentuk keyword / kata kunci dan rangkumannya disimpan untuk proses berikutnya.

2. Thumbnails. Berdasarkan hasil riset dan analisa, dilanjutkan pembuatan sketsa kasar untuk


(18)

mengelompokkan berbagai ide logo yang kemudian diseleksi untuk mendapatkan sketsa logo utama. Pada proses ini, tidak dianjurkan untuk menggunakan komputer. 3. Komputer. Pada proses ini, sketsa yang telah diseleksi

akan diedit atau digambar ulang dengan software menggambar yang dianjurkan berbasis vector.

4. Review. Setelah hasil edit atau penggambaran ulang selesai, maka akan terkumpul beberapa alternatif desain logo. Dalam tahap ini, alternatif-alternatif tersebut diajukan ke klien untuk dipilih.

5. Sistem Identitas. Setelah proses penyeleksian selesai, hasil akhir dari logo tersebut dirangkum kedalam satu buku panduan yang didukung oleh satu paket ketentuan mengenai logo seperti ketentuan warna, tipografi, alternatif logo, yang patut diperhatikan oleh perusahaan. 6. Produksi. Berdsasarkan buku pedoman, berbagai media

mulai diproduksi menggunakan identitas yang sudah ditetapkan.

2.3. Target Audiens

Target audiens sendiri dilakukan karena adalah sekelompok orang yang nantinya akan mengambil keputusan untuk memiliki produk. Dalam membuat, mengembangkan, atau membuat kembali identitas visual,


(19)

juga harus melihat siapa dan seperti apa konsumen yang menjadi target audiens-nya. Dengan demikian, produsen yang memiliki identitas visual tersebut, bisa sekaligus merasakan perasaan konsumennya terhadap barang atau jasa yang dibuat.

Surabi merupakan jajanan khas yang bisa dinikmati oleh semua umur. Rumah makan surabi ini dibuat untuk mencerminkan konsumen yang dituju, yaitu muda, segar, dan memiliki semangat tinggi.

Pada dasarnya identitas visual berkaitan dengan permasalahan internal perusahaan. Disini, rumah makan Surabi Imut menyadari bahwa konsep usaha ini tidak dapat dipisahkan dari konsumennya.

2.3.1. Demografis

Dalam perancangan identitas visual ini, ditujukan pada remaja yang aktif dan produktif. Konsumen rumah makan ini rata-rata berusia antara 16-25 tahun. Remaja, pada usia produktif biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, terutama pada sesuatu yang baru, apalagi yang berhubungan dengan salah satu hasil budaya dan tradisi di negaranya sendiri. Juga ditujukan pada orangtua yang produktif. Usia berkisar antara 26-40 tahun. Orangtua yang berusia produktif bisa menikmati jajanan khas Bandung ini bersama keluarga.


(20)

Menyadari target konsumen, maka secara internal nuansa ini yang berusaha akan diterapkan pada seluruh elemen rumah makan ini.

2.3.2. Geografis

Surabi Imut ditujukan untuk konsumen yang berasal dari Kota Bandung, namun tidak menutup kemungkinan ditujukan untuk konsumen yang berada diluar wilayah Bandung. Karena, konsumen yang berasal dari luar Bandung pun bisa mencicipi keunikan rasa dari jajanan khas Kota Bandung. Dengan demikian, Surabi Imut ditujukan untuk konsumen yang berasal dari Indonesia, terutama provinsi Jawa Barat khususnya Bandung.

2.3.3. Status Ekonomi dan Sosial

Surabi Imut ditujukan kepada konsumen yang memiliki status ekonomi dan sosial di tingkat menengah keatas. Dimana, konsumen di tingkat ini memiliki kehidupan yang tergolong sudah modern.

2.3.4. Psikografis


(21)

- Konsumen yang memiliki gaya hidup menyenangkan dan sehat.

- Konsumen yang suka hidup dalam kebersamaan, berkumpul, dan saling berbagi.

2.4. Metode S.W.O.T

Untuk menghasilkan identitas visual yang baik dan sesuai, diperlukan pengolahan data yang baik. Salah satunya melalui metode S.W.O.T. Metode ini ditemukan oleh Albert Humphrey. Metode ini dilakukan untuk mengetahui:

- kekuatan (strength), yang merupakan segala sesuatu yang dimiliki dan dapat melancarkan perjalanan sebuah perusahaan

- kelemahan(weakness), yang menjadi penghambat jalannya sebuah perusahaan

- kesempatan (opportunity), yang datang dari luar dan mampu memperluas perjalanan sebuah perusahaan, dan

- ancaman (threat), yang datang dari luar dan mampu mempersempit kemungkinan perjalanan sebuah perusahaan.


(22)

Tabel 2.1. Metode S.W.O.T Rumah Makan Surabi Imut

Kekuatan Kelemahan

Peluang

- Surabi Imut mengembangkan menu surabi kedalam 38 rasa. - Nama “Surabi Imut” mudah

dihafal dan dikenal oleh konsumen.

- Belum ada klasifikasi terhadap menu yang disediakan oleh Surabi Imut

- Kurang konsisten terhadap identitas visual-nya

Threat

- Surabi lain pun mulai mengikuti jejak Surabi Imut yang telah mengembangkan kue surabi kedalam berbagai rasa.

- Surabi lain pun mulai menggunakan nama yang sama-sama mudah dihafal

- Surabi lain sudah melakukan klasifikasi terhadap menu yang dikembangkan

- Penerapan logo yang dijalankan oleh surabi lain terlihat konsisten

Berdasarkan hasil analisa S.W.O.T dan pengelompokkan target market, didapat satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang dimiliki oleh Surabi Imut, yaitu, perlunya merancang kembali identitas visual yang bisa dengan mudah dijaga konsistensinya.


(23)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan 3.1.1. Strategi Komunikasi

Dalam pembuatan identitas visual pada Surabi Imut, cara berkomunikasi harus diperhatikan. Baik dari sisi budaya perusahaan, maupun dari sisi konsumen dan budaya berkomunikasi di lingkungan sekitar. Apabila hal ini tidak diperhatikan, yang terjadi adalah kegagalan dalam menyampaikan pesan dalam identitas visual.

Komunikasi yang digunakan adalah tradisional, segar, dan berkelanjutan. Mengingat rumah makan ini mempertahankan sifat tradisional dari sisi makanan, sifat segar dari bahan pendamping makanan yang beragam dan mengikuti perkembangan zaman, serta berkelanjutan yang merupakan representasi dari upaya untuk bertahan dan berkembang.

3.1.1.1. Pendekatan Verbal

Melihat kembali target market Surabi Imut yang tidak hanya berasal dari Bandung saja, sangat tidak memungkinkan apabila menggunakan bahasa Sunda.


(24)

Dengan demikian, bahasa yang digunakan dalam menjelaskan keterangan identitas visual adalah Bahasa Indonesia yang baik dan tidak menggunakan istilah-istilah asing agar bisa dimengerti oleh semua orang.

3.1.1.2. Pendekatan Visual

Tampilan visual yang akan dimunculkan kedalam identitas visual Rumah Makan Surabi Imut adalah representasi dari konsep verbal, yaitu bersifat tradisional, segar, dan berkelanjutan.

Unsur-unsur yang akan digunakan merupakan interpretasi dari konsep tersebut. Konsep ini diterjemahkan dalam beberapa pilihan unsur visual diantaranya bentuk dasar yang bersifat dinamis, pemilihan karakter yang berkaitan dengan sifat tradisional, segar dan berkelanjutan.

3.1.2. Strategi Kreatif

Untuk mendukung visualisasi logo yang ekspresif dan tidak meninggalkan sisi tradisional dari surabi, dibuat elemen visual yang diperoleh dari hasil penyederhanaan bentuk. Dalam hal ini bentuk kue surabi yang berupa lingkaran adalah relevan dengan bentuk dasar bulat. Bentuk ini dapat diinterpretasikan dengan


(25)

Selanjutnya unsur lain dapat digunakan sebagai gagasan kreatif, salah satunya adalah proses pembuatannya, termasuk bahan pelengkapnya, seperti cairan santan ataupun cairan gula merah.

Dalam hal ini sifat produk pembuatnya yang cair, proses pemasakan yang menghasilkan produk matang yang kemudian disantap selagi hangat, merupakan representasi konsep yang disusun. Sifat-sifat inilah yang secara bertahap dimanfaatkan untuk menyusun bentuk logo yang akan dibuat.

3.1.3. Strategi Media

Identitas visual Rumah Makan Surabi Imut akan dikemas kedalam logo. Aplikasi logo ini disusun pada beberapa media pendukung keberadaan rumah makan ini.

Adapun beberapa media pendukung yang merupakan hasil penerapan logo kedalam beberapa media, diantaranya:

- Sign System - Daftar menu - Kartu Nama - Kop surat, - Nomor Meja - Sampul Nota - Piring, dan - Kaos Seragam


(26)

3.2. Konsep Visual

Konsep visual dalam pembuatan identitas visual Surabi Imut ini menggunakan penyederhanaan dari berbagai bentuk asli yang memiliki kaitan erat dan menjadi ciri khas utama dari surabi yang merupakan ikon makanan khas Kota Bandung. Melalui tahapan pemilihan, penyederhanaan, sampai penataan bentuk-bentuk tersebut kedalam satu kesatuan yang saling mendukung tersebut, bisa didapatlah pencerminan identitas Rumah Makan Surabi Imut secara visual.

3.2.1. Konsep Logo

Konsep logo yang dibuat untuk Rumah Makan Surabi Imut diperoleh dari sesuatu yang menarik perhatian melalui warna dan rasa. Melalui tampilan logo yang unik, mudah diingat dan memiliki tingkat keterbacaan yang baik.

Untuk mendapatkan kesan seperti itu, setelah melalui beberapa percobaan bahan, didapatlah pendekatan secara visual melalui cairan gula merah atau lebih dikenal dengan nama kinca. Pemilihan kinca, karena sifatnya yang cair, sehingga memiliki fleksibilitas tinggi. Sesuai dengan konsep yang diangkat. Masih terikat dengan sifat tradisional, sekaligus segar karena harus dikonsumsi dalam waktu yang tidak lama, dan yang terakhir sesuai dengan sifatnya yang lentur, bersanding sejajar dengan


(27)

Gambar 3.1. Gambar contoh coretan kinca diatas kertas Sumber: Dokumen Pribadi

Bentuk logo dibuat bulat seperti bentuk surabi, tetapi tampak seperti coretan untuk mencerminkan kesegaran yang

berkelanjutan. Selanjutnya bentuk dibuat terpisah-pisah, menunjukkan gerak berputar membentuk lingkaran.

3.2.2. Tipografi

Konsep tipografi yang bersifat eksperimental sangat dibutuhkan untuk mampu merepresentasikan sifat inovatif dari Surabi Imut yang mampu memberikan sesuatu yang baru bagi para konsumennya. Tipografi yang telah dibuat, selain harus memiliki sifat-sifat tersebut harus bisa dibaurkan sebagai pendukung logo dan menjadi ciri khas dari identitas Surabi Imut.


(28)

Gambar 3.2. Gambar contoh huruf yang terbuat dari kinca Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3.3. Gambar tipografi kinca yang sudah digambar ulang Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3.4. tipografi Myriad Pro Regular, Italicdan Bold


(29)

Tipografi dibuat sejenis dengan karakter logo, yaitu menggunakan cairan kinca. Cairan ini dikemas membentuk huruf-huruf yang nantinya akan digunakan untuk mendukung keberadaan logo dan aplikasi desainnya.

3.2.3. Warna

Logo baru Surabi Imut menggunakan tiga warna yang diambil dari palet Pantone Solid Coated dan ditetapkan sebagai warna utama hasil pemilihan untuk mendapatkan warna yang memunculkan makna-makna baik.

Warna hitam digunakan sebagai warna logotype. Warna ini diambil dari palet Pantone Solid Coated karena takaran campuran warna CMYK sama rata 100%. Warna hitam menampilkan kesan profesional, tingkat pengetahuan yang lebih dalam, modern, sesuatu yang baru, dan mewakili sifat padat.

Warna cokelat dengan kode Pantone 159c ini digunakan sebagai warna logogram dari logo Surabi Imut yang baru. Warna ini mewakili kejayaan, klasik, tradisional, menyatu dengan alam, dan mewakili warna gula.


(30)

Warna cokelat dengan kode Pantone 181c digunakan sebagai warna logogram Surabi Imut setelah warna cokelat 159c. Warna ini mewakili sifat tradisional, klasik, alami, dan mewakili warna makanan cokelat.

Warna hijau dengan kode 394c dipilih untuk warna hijau lembaran daun pisang. Warna hijau ini dipilih karena termasuk warna yang mampu membangkitkan selera makan dan menampakkan kesegaran.

Warna hijau 394c dipadukan dengan warna hijau muda dengan kode Pantone 360c yang digunakan sebagai garis-garis vertical agar terlihat penurunan warnanya dengan jelas dan memperlihatkan pendekatan yang jelas kepada bentuk asli dari daun pisang.

Warna-warna ini digunakan pada logo beserta aplikasi logo pada media.


(31)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Logo Surabi Imut

4.1.1. Proses Pembuatan

Dalam membuat logo Surabi Imut, dilakukan beberapa tahapan yang dilakukan secara berurutan dan disiplin. Tahapan-tahapan ini dilakukan agar menghasilkan logo yang sesuai dengan konsep dan brand Surabi Imut sendiri.

Tahapan pembuatan logo baru ini antara lain: • Pengumpulan Kata Kunci

Kata kunci didapat dari hasil peninjauan profil, visi, dan misi Surabi Imut. Selebihnya didapat berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian penulis terhadap Surabi Imut. Dari hasil pengumpulan kata kunci, didapat beberapa kata kunci disertai pengembangannya sebagai berikut:

Kata Kunci Pengembangan

Surabi - Bulat

- Bagian atas berwarna putih dan bagian bawa berwarna cokelat matang


(32)

- Surabi asin dan pedas (oncom) Makan - Selera makan (nafsu makan baik)

- Alat makan (sendok, garpu, piring, mangkuk, hotplate, cawan, gelas) - Memakan

- Dimakan - Termakan

- Saling memakan - Makanan

Tradisi - Cara memakan (diatas piring atau mangkuk, dibungkus dan digenggam menggunakan daun pisang)

- Cara memasak (dipanggang diatas bara)

- Alat memasak (mangkuk tembikar, bara api atau kompor gas)

- Penyajian rasa

- Makanan ikon khas Kota Bandung Eksperimen - Inovasi

- Membuat dan mencoba sesuatu yang baru

- Tahapan (digambarkan dengan tangga)


(33)

- Poin (digambarkan dengan poin atau penataan titik-titik)

- Siklus (digambarkan dengan lingkaran)

Modern - Baru

- Ekspresif - Mudah - Lebih efisien

Nyaman - Tenang

- Datar - Hangat

Tabel 4.1. Tabel kata kunci untuk logo baru Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

Pembuatan Sketsa Kasar

Setelah melalui pemilihan dan pengelompokan kata kunci yang sudah dikumpulkan, kemudian dibuatkan sketsa kasar untuk mendapatkan visualisasi dasar yang berguna untuk panduan pembuatan logo yang akan dilanjutkan pada tahapan selanjutnya.

Sketsa kasar dibuat menggunakan pensil mekanik 2B 0,5 poin diatas kertas sketsa dan spidol snowman kecil untuk mempermudah pembuatan contoh logotype. Pada tahapan


(34)

ini hasil akhir masih berupa kumpulan logogram dan logotype yang terpisah.

Gambar 4.1. sketsa kasar pertama untuk logo baru Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi


(35)

Gambar 4.2. sketsa kasar kedua untuk logo baru Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

Setelah sketsa kasar dibuat, kemudian dipilihlah bakal logogram dan logotype dari kedua kertas tersebut untuk kemudian digunakan sebagai panduan penggambaran pada tahap selanjutnya.


(36)

Gambar 4.3. gabungan hasil pemilihan sketsa kasar untuk logo baru Surabi Imut

Sumber: Dokumen Pribadi

Eksperimen Media

Pada tahapan ini, sketsa logo yang telah dibuat digambar ulang dengan media yang baru. Media baru yang telah dipilih adalah cairan gula merah. Media ini dipilih berdasarkan kata kunci tradisi dengan pengembangan rasa.


(37)

Gambar 4.5. Eksperimen media untuk logotypebaru Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

Tidak hanya logogram dan logotype, tipografi pun diolah kembali dengan media ini untuk menghasilkan tipografi khas Surabi Imut yang diberi nama Kinca.


(38)

Gambar 4.6. Eksperimen media untuk tipografi Kinca Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

Pemindaian dan Penggambaran Ulang

Setelah mendapatkan hasil ekperimen media yang cukup, tahapan pembuatan logo dilanjutkan kedalam tahapan pemindaian dan penggambaran ulang menggunakan perangkat lunak komputer.

Perangkat lunak yang digunakan adalah Adobe Illustrator CS 2, karena dengan menggunakan perangkat lunak ini, pembuatan logo bisa semakin mudah dan tidak perlu khawatir akan ketepatan warna.

Peninjauan Ulang dan Penetapan

Setelah terkumpul hasil penggambaran ulang dengan menggunakan perangkat lunak komputer, dilakukanlah peninjauan ulang untuk menetapkan satu logo terpilih dari


(39)

Gambar 4.7. Logo utama yang telah melalui proses peninjauan dan penetapan

Sumber: Dokumen Pribadi

Pembuatan Ketentuan-ketentuan Logo

Setelah terpilih satu logo baru yang dijdikan logo utama, barulah dibuatkan berbagai ketentuan seperti (1) Data Surabi Imut (Company Profile), (2) Konsep Logo, (3) Proses Pembuatan, (4) Sistem Pemetaan, (5) Warna Logo, (6) Tipografi, (7) Ukuran Logo, (8) Logo dengan atau tanpa Tagline, (9) Alternatif Logo, (10) Supergraphic, (11) Elemen Visual, (12) Logo yang Tidak Sesuai, (13) Tata Letak Logo, dan (14) Aplikasi Media.


(40)

4.1.2. Elemen Visual

Elemen visual berfungsi sebagai unsur pendukung logo yang bisa ditempatkan sebagai pendukung layout pada manual book atau digunakan sebagai latar di berbagai media.

Elemen visual yang dibuat untuk mendukung logo baru Surabi Imut diambil dari salah satu tradisi pengemasan surabi tradisional yang masih menggunakan daun pisang. Selain karena alasan tradisi, warna hijau klorofil dari daun pisang pun mampu meningkatkan selera makan.

4.2. Manual Book Logo Surabi Imut

Manual book adalah media utama yang menjadi panduan atas semua ketentuan yang sudah ditetapkan dari logo baru Surabi Imut. Melalui buku panduan ini, Surabi Imut bisa dengan mudah memproduksi peralatan dan perlengkapan yang sudah merupakan bagian pengaplikasian logo.

4.2.1. Media Manual Book

Dalam membuat manual book ini, digunakan kertas artpaper dengan dengan dua ukuran ketebalan kertas. Untuk bagian sampul, digunakan artpaper dengan ketebalan 360gsm dan untuk bagian isi digunakan artpaper 260gsm.


(41)

Ukuran dari manual book ini sebesar 42cm x 29,7cm untuk mendapatkan keterbacaan yang baik serta ruangan yang luas bagi gambar keterangan yang dicantumkan.

4.2.2. Teknis Produksi Manual Book

Dalam pembuatan manual book ini, digunakan teknik pencetakan laser printing untuk kedua bagian baik sampul maupun isinya karena artpaper hanya mampu menyerap tinta pigmen serbuk dari dalam mesin cetak laser. Sedangkan untuk penjilidan menggunakan softcover dan laminasi glossy agar terlihat mengkilap namun tidak terlihat begitu formal.

4.3. Aplikasi Media

Melalui manual book, pengaplikasian logo baru kedalam kemungkinan berbagai media yang sudah dipilih menjadi mudah. Sehingga proses produksi bisa disesuaikan dengan ketentuan pengaplikasian logo kedalam media yang sudah ditentukan. Berikut adalah beberapa media yang sudah dipilih untuk mengaplikasikan logo baru Surabi Imut.

4.3.1. Sign System

Sign system yang digunakan berupa main sign yang ditempatkan dibagian luar bangunan, tepatnya dibagian kiri bangunan. Main sign ini sendiri memiliki fungsi untuk menandai bahwa Surabi Imut tepat berada di daerah tersebut.


(42)

Gambar 4.8. Main sign Surabi Imut dalam format 3D Sumber: Dokumen Pribadi

Main sign yang dibuat berupa ekstensi dari bagian bangunan dengan bahan dasar batu bata yang dilapis dengan campuran pasir dan semen yang diberi sentuhan elemen visual daun pisang menggunakan campuran cat tembok dan waterproof. Ekstensi tersebut dibuat naik keatas dan ditambah neon glow berwarna putih yang diberi gambar logo yang menggunakan bahan yang sama agar bisa terlihat baik siang maupun malam hari.

4.3.2. Daftar Menu

Daftar menu adalah perlengkapan yang vital bagi rumah makan manapun. Daftar menu Surabi Imut dibuat dengan menggunakan media artpaper dengan ukuran 42cm x 29,7cm dengan teknik cetak dua muka dan diberi laminasi doff agar


(43)

bisa dengan mudah diberi tanda checklist pada bagian menu yang dipilihdan menghapusnya kembali.

Gambar 4.9. Daftar menu Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

4.3.3. Kartu Nama

Kartu nama Surabi Imut menggunakan teknik lipatan yang mengikuti kebiasaan melipat dan membuka daun pisang. Teknik ini dipilih untuk mengingatkan kolega atau konsumen yang menerima kartu nama ini akan tradisi surabi beserta makanan tradisional lainnya akan fungsi daun pisang.


(44)

Gambar 4.10. Kartu nama Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

Kartu nama ini dibuat empat halaman bolak-balik dan dipisahkan kedalam dua bagian kertas. Kemudian dicetak dua muka diatas kertas linen putih dengan menggunakan mesin cetak laser.

Untuk proses lipatan, halaman pertama dipotong menjadi dua bagian dan diberi tanda pada seperempat bagian untuk perekatan. Pada bagian kedua, seperempat bagian sisi kanan dan kiri dilipat sejajar secara vertikal. Kemudian, kedua bagian direkatkan satu sama lain pada sisi yang telah diberi tanda lalu buat sebuah lipatan

.

4.3.4. Kop Surat

Kop surat dicetak diatas kertas linen putih berukuran 21 cm x 29,7 cm.


(45)

Gambar 4.11. Kop Surat Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

4.3.5. Nomor Meja

Nomor meja dibuat menggunakan hasil cetak rancangan penomoran yang direkatkan diatas karton setebal 3 mm dengan alas berukuran 7 cm dan kedua sisi berukuran 10 cm.

Gambar 4.12. Nomor meja Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi


(46)

4.3.6. Sampul Nota

Sampul nota dicetak diatas kertas artpaper 360 gsm dengan ukuran 15 cm x 8 cm.

Gambar 4.13. Sampul nota Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

4.3.7. Piring

Piring menggunakan bahan melamine dengan cap food grade yang dipercaya aman untuk dijadikan alat makan. Dicetak dengan teknik sublimasi coat menggunakan transfer paper.


(47)

Gambar 4.13. Piring Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

4.3.8. Kaos Seragam

Kaos seragam dibuat dalam dua warna yaitu, putih dan hijau. Kaos berwarna putih digunakan untuk karyawan baru, sedangkan kaos berwarna hijau digunakan untuk karyawan tetap. Kaos seragam berwarna putih menggunakan bahan polo shirt, dan kaos seragam berwarna hijau menggunakan bahan cotton. Logo ditempatkan diatas kaos dengan teknik border.


(48)

Gambar 4.14. Kaos Seragam Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Herayati, Yetti. (1986). Makanan: Wujud, Variasi, dan Fungsi serta Cara Penyajiannya pada Orang Sunda di Daerah Jawa Barat. Bandung. Depdikbud.

Klimchuk, Marianne. (2007). Desain Produk (Gramedia, Trans.). Jakarta: Erlangga.

Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suherman, Eman. (2008). Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta.

Wheeler, Alina. (2009). Designing Brand Identity: an Essential Guide for the Whole Brand Team. New Jersey: John Wiley & Son.


(50)

Data Riw ayat Hidup

Curiculum Vitae

Data Diri

Nama : M uhammad Taufiq Hidayat h

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 12 November 1989

Tempat Tinggal : Rajamandala, No.100 RT/ RW 03/ 03 Bandung Barat

Berat dan Tinggi Badan : 169cm / 60kg

Nomor Telepon : 089656144642

Email : vick_got hpunk@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

1995-2001 : SDN Rajamandala Kulon 1, Bandung Barat

2002-2004 : SM P Ciledug Al-M usaddadiyah, Garut

2005-2007 : SM AN 5 CImahi

2007-2011 : UNIKOM (Universit as Komput er Indonesia) Fakult as Seni dan Desain, Jurusan Desain Komunikasi Visual, S1


(51)

Kemampuan

Kemampuan Desain Grafis : Ilust rasi (t radisional dan digit al), Company Profile, Social Campaign, Sales Promot ion, Film.

Kemampuan Aplikasi : M S.Word, Excel, Corel Draw , Adobe Creat ive Suit , Aut odesk 3D M ax

Kemampuan Int ernet

Seminar

1. Seminar Int ernasional Gerakan 3R, Hot el Novot el Bandung 2. Seminar Film Dokument er, Rockhouse Bandung


(1)

4.3.6. Sampul Nota

Sampul nota dicetak diatas kertas artpaper 360 gsm dengan ukuran 15 cm x 8 cm.

Gambar 4.13. Sampul nota Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi 4.3.7. Piring

Piring menggunakan bahan melamine dengan cap food grade yang dipercaya aman untuk dijadikan alat makan. Dicetak dengan teknik sublimasi coat menggunakan transfer paper.


(2)

45

Gambar 4.13. Piring Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi

4.3.8. Kaos Seragam

Kaos seragam dibuat dalam dua warna yaitu, putih dan hijau. Kaos berwarna putih digunakan untuk karyawan baru, sedangkan kaos berwarna hijau digunakan untuk karyawan tetap. Kaos seragam berwarna putih menggunakan bahan polo shirt, dan kaos seragam berwarna hijau menggunakan bahan cotton. Logo ditempatkan diatas kaos dengan teknik border.


(3)

Gambar 4.14. Kaos Seragam Surabi Imut Sumber: Dokumen Pribadi


(4)

47

DAFTAR PUSTAKA

Herayati, Yetti. (1986). Makanan: Wujud, Variasi, dan Fungsi serta Cara Penyajiannya pada Orang Sunda di Daerah Jawa Barat. Bandung. Depdikbud.

Klimchuk, Marianne. (2007). Desain Produk (Gramedia, Trans.). Jakarta: Erlangga.

Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suherman, Eman. (2008). Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta.

Wheeler, Alina. (2009). Designing Brand Identity: an Essential Guide for the Whole Brand Team. New Jersey: John Wiley & Son.


(5)

Data Riw ayat Hidup

Curiculum Vitae

Data Diri

Nama : M uhammad Taufiq Hidayat h

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 12 November 1989

Tempat Tinggal : Rajamandala, No.100 RT/ RW 03/ 03 Bandung Barat

Berat dan Tinggi Badan : 169cm / 60kg

Nomor Telepon : 089656144642

Email : vick_got hpunk@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

1995-2001 : SDN Rajamandala Kulon 1, Bandung Barat


(6)

Kemampuan

Kemampuan Desain Grafis : Ilust rasi (t radisional dan digit al), Company Profile, Social Campaign, Sales Promot ion, Film.

Kemampuan Aplikasi : M S.Word, Excel, Corel Draw , Adobe Creat ive Suit , Aut odesk 3D M ax

Kemampuan Int ernet

Seminar

1. Seminar Int ernasional Gerakan 3R, Hot el Novot el Bandung 2. Seminar Film Dokument er, Rockhouse Bandung