20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan Islam
1. Pengertian Keagamaan Islam
Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang
terdapat di dalam agama Syafaat dkk, 2008:154. Sementara itu, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu
“kepercayaan kepada Tuhan dewa dan sebagainya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu Syafaat dkk,
2008:12. Menurut Frezer dalam Aslam Hadi, Agama yaitu “ menyembah atau
menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan
manusia” Syafaat dkk, 2008:11-13. Menurut Harun Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia
yang sudah di tentukan dan dikomunikasikan oleh Allah SWT melalui utusan- utusan, rosul-rosul atau nabi-nabi Syafaat dkk, 2008:14.
Maka pendapat atau keterangan diatas dapat diketahui bahwa agama adalah aturan-aturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi
mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Allah maupun
21 hubungan manusia dengan manusia sendiri dan hubungan manusia dengan
alam semesta untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SWA, yang berpedoman kitab suci Al- Qur‟an yang diturunkan
kedunia melalui wahyu Allah SWT Syafaat dkk, 2008:15. Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada Syafaat dkk, 2008:
152-153. Dari penjelasan diatas pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha
atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran
Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al- Qur‟an dan hadits untuk
memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna.
Sedangkan dalam penelitian ditinjau dari perspektif Islam tentang Religiusitas keberagamaan. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan
dalam sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual beribadah, tetapi juga melakukan
aktivitas yang lain yang didorong oleh kekuatan supranatural Ancok Suroso, 2005:20. Tidak hanya aktivitas yang kelihatan tapi yang tidak
22 kelihatan dan itu terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena tiu untuk
menyuruh umatnya untuk beragama Islam secara menyeluruh. Firman Allah dalam QS Al-Baqoroh 2: 208.
Artinya : “
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
”.
Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak, beraktivitas ekonomi, sosial ataupun yang lainnya. Maka setiap muslim diperintahkan
untuk berislam atau beribadah kepada Allah. Dan firman Allah tentang larangan mendekati zina dalam QS Al-
Israa‟ 17:32
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu j
alan yang buruk”.
Ayat diatas tentu mudah dipahami bahwa mendekati saja tidak boleh apalagi melakukannya. Menjauhi disini bukan bukan hanya menjauhi dari segi
tempat tetapi juga kebijakan dan keputusan yang bisa melanggar hubungan seksual termasuk juga perbuatan yang mendekati zina. Jika berbicara tentang
zina dibenak kita pasti mengarah kepada tempat-tempat prostitusi. Di jaman
23 sekarang tempat-tempat prostitusi seamkin ramai dikunjungi terutama para
lelaki yang “jajan” dan wanita yang menjual “jasanya”. Oleh karena itu Islam menyuruh umatnya untuk memeluk Islam dengan menyeluruh dan sungguh-
sungguh. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu,
hanya konsep yang mampu member penjelasan tentang memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep
yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam Ancok Suroso, 2005:80. Menurut Glock Stark yang membagi
keberagamaan menjadi beberapa dimensi yang mempunyai kesesuain dengan Islam yaitu; dimensi keyakinan atau akidah, dimensi peribadatan atau ibadah,
dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu.
Dimensi keyakinan atau akidah Islam
, yang merujuk kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran agama ajarannya
islam. Dan disinilah dimensi keyakinan yang merujuk kepada keimanan, menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rosul Allah,
kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. Firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 1
– 4;
24
Artinya : “Alif laam miin. Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shala t. Dan
menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al Quran yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
kehidupan akhirat”
Dan firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 285;
Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengatakan: Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dengan yang lain
dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami denga r dan Kami taat. mereka berdoa: Ampunilah Kami Ya Tuhan
Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.
Dari ayat di atas maka muslim dan para pekerja seks komersial diharapkan dapat sadar dan beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah,
25 kitab-kitabNya, rosul-rosulNya serta percaya kepada sesuatu yang ghoib
sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu panca indera, seperti percaya bahwa di atas kekuasaan manusia ada yang maha kuasa yaitu Allah.
Dan yakin akan hari kemudian, maka orang-orang itulah yang menang dan sukses dari dunia sampai akherat.
Dimensi peribadatan ibadah
, dalam dimensi ini merujuk kepada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan
ritual atau beribadah sebagaimana yang diwajibkan oleh Islam. Dimensi ibadah ini menyangkut tentang shalat, puasa, zakat, puasa dan sebagianya.
Firman Allah dalam QS Al- An‟am 6: 162-163;
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.
Dan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat 51: 56;
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-
Ku”.
26 Dari keterangan di atas maka orang muslim hidupnya untuk mentaati
dan rela mengorbankan jiwa atau matinya untuk Allah. Begitu juga sembahyangnya dan semua ibadahnya semata-mata karena Allah. Dan Allah
menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk menyembah kepadaNya.
Dimensi pengalaman atau akhlak
, dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkatan muslim berperilaku yang dimotovasi oleh ajaran-ajaran
agama islam. Yaitu bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya ataupun dengan manusia yang lain. Dalam dimensi ini
meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, dermawan, jujur, menegakkan kebenaran dan sebagainya yang pada hakekatnya perilaku itu
tetap pada norma-norma ajaran islam. Firman Allah dalam QS An-
Nisaa‟ 4: 36;
Artinya : “
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri”.
27 Dari keterang di atas diharapkan muslim dapat berperilaku yang baik
atau berakhlak baik agar terjalin ikatan atau hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terjaga dengan baik.
Dimensi pengetahuan atau ilmu
, pada dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim dari agamanya
sebagaimana termuat dalam Al- Qur‟an. Dalam dimensi ini menyangkut ilmu
atau pengetahuan tentang isi Al- Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus
dilaksanakan, hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. Firman Allah dalam QS Al-Mujaadilah 58: 11;
Artinya : “Hai orang
-orang beriman a pabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari keterangan di atas manusia muslim mau mencari ilmu atau pengetahuan, karena dengan ilmu atau pengetahuan muslim dapat
berkeyakinan kuat memahami agamanya Islam. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan Islam
28 a.
Faktor Intern Perkembangan ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor intern
diantaranya sebagai berikut : 1
Faktor Hereditas Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor
bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terkuak bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin
yang dikandung. Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan
antara sifat-sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tampaknya pengaruh tersebut dapat dilihat dari hubungan emosional. Rosulullah
mengatakan bahwa daging makanan yang haram, maka nerakalah yang berhak atasnya. Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada
hubungan status hukum makanan halal dan haram sikap Syafaat dkk, 2008:159. Dan dari sinilah dapat digaris bawahi bahwa ada
hubungan antara status makanan yang dimakan halal dan haram dengan sikap.
2 Tingkat Usia
Hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya tidak dapat dihilangkan begitu saja. Bila
konversi agama dipengaruhi oleh sugesti, maka konversi agama akan
29 lebih banyak terjadi pada anak-anak, karena di lihat usia tersebut lebih
mudah menerima sugesti. Namun kenyataannya hingga usia bayapun masih terjadi konversi agama. Seperti yang terjadi pada Mrtin Luther
dan Al-Ghazali Syafaat dkk, 2008:161. 3
Kepribadian Kepribadian adalah perilaku individu yang merupakan cirinya
yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian sering disebut sebagai identitas jati diri. Dari individu satu dengan
individu yang lain jati drinya berbeda-beda. Dalam kondisi normal, memang secara individu, manusia memiliki perbedaan dalam
kepribadian. Dengan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan, termasuk jiwa keagamaan
Syafaat dkk, 2008:162. 4
Kondisi Kejiwaan Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern. Sigmun Freud mengemukakan bahwa gangguan kejiwaan ditimbulkan oleh konflik dan akan menjadi sumber gejala kejiwaan
yang abnormal. Penyakit atau faktor genetik kondisi system saraf diperkirakan menjadi sumber munculnya perilaku yang abnormal.
Dengan demikian, sikap manusia ditentukan oleh stimulant rangsangan lingkungan yang dihadapi saat itu Syafaat dkk,
2008:163.
30 b.
Faktor Ekstern Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan
keagamaan yang dapat dilihat dari lingkungan itu dibagi tiga yaitu sebagai berikut :
1 Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah satuan sosial yang sangat sederhana dalam kehidupan manusia. Terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kehidupan
keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.
Pengaruh kedua orang tua terhadap jiwa perkembangan keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Karena
orang tua diberi beban tanggung jawab terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam
meletakkan dasar perkembangan jiwa keagamaan Syafaat dkk, 2008:164.
2 Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional juga berpengaruh besar dalam perkembangan keagamaan dalam berupa institusi formal seperti
sekolahan atau non formal seperti berbagai perkumpulam dan organisasi. Karena secara umum institusi akan melakukan
pembentukan kepada pesreta didik seperti keimanan, ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas, keteladanan, sabar dan
keadilan. Pelaksanaan dan pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat
31 seperti umumnya menjadi bagian program pendidikan di sekolah
Syafaat dkk, 2008:165. Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik.
Pembiasaan baik merupakan pembentukan moral yang berkaitan dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang Syafaat dkk,
2008:165. 3
Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan unsur yang berpengaruh
dalam norma dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan berpengaruh terhadap
kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun sangat berpengaruh
dalam pembentukan jiwa warganya Syafaat dkk, 2008:165.
3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan
Pendidikan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk membentuk pola perilaku salah satunya adalah pendidikan agama. Proses itu biasanya
membutuhkan peran pendidik, tetapi pendidik yang bisa mendidik diri sendiri setelah berjumpa dengan pengalaman pendidik. Oleh karena itu pendidik lebih
menekankan kepada pemberian kesempatan agar seseorang mengalami sendiri atau pengalaman agama.
32 Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat
besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya.
Cara meningkatkan pembinaan keagamaan PSK menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut :
a. Pendekatan dengan keteladanan
b. Pendekatan dengan adat kebiasaan
c. Pendekata dengan nasihat
d. Pendekatan dengan memberikan perhatian
e. Pendekatan dengan memberikan hukuman
Dari kelima poin diatas sangat jelas bahwasanya dalam rangka meningkatkan keagamaan PSK atau pelacur. Jadi yang pertama sosok
pembina harus bisa memberikan contoh yang baik bagi PSK atau pelacur dari segi apapun. Yang kedua yaitu dengan menjalankan adat yang baik dan tidak
melanggar norma-norma yang telah ditetapkan di masyarakat. Yang ketiga yaitu pendidik harus mempunyai performan serta bahasa yang bagus dengan
tujuan nasihat yang disampaikan kepada PSK atau pelacur dapat diterima dengan baik. Yang keempat yaitu pembina dalam memberikan perhatian
kepada PSK atau pelacur harus merata atau tidak pilih kasih bertujuan agar tidak menimbulkan kecemburuan. Yang kelima yaitu memberikan hukuman
yang bersifat mendidik kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah penglaman mereka.
33
B. Lingkungan Lokalisasi prostitusi atau pelacuran dan Perilaku Sosial