Analisis korelasi SOI (southern oscillation index), MEI (multivariate enso index), indeks nino 3 dan indeks nino 4 dengan curah hujan di wilayah Indonesia indeks

SKRIPSI
ludul Skripsi

.

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok

.

.

..

.

'

: Analisis Korelasi SO1 ( Southern Oscillation Index ),
ME1 ( Multivariate ENS0 Index), Indeks Nino 3 dan
Indeks Nino 4 dengan Curah Hujan di Wilayah

Indonesia.
: Teddy Munawar
: C06495029
: Ilmu Kelautan

Program Studi

Menyetujui,
I.

L-

-

Komisi Pembimbing

Dr. I r . John I.Pariw

I r . Henv ~&arsono. MS
Anggota


Am,.-,.+-

r\h,yyuLa

11.

Fakultas Perikan

Tanggal Lulus : 25 Januari 2000

RINGKASAN
Oleh : Teddy Munawar (NRP : C06495029). Judul : Analisis Korelasi SO1
(Southern Oscillation Index), ME1 (Multivariate ENS0 Index), Indeks NINO 3 dan
Indeks NINO 4 dengan Curah Hujan di Wilayah Indonesia, di bawah bimbingan
Dr.Ir. John I.Pariwono, I r . Heny Suharsono, MS dan I r . Andri Purwandani.

Wilayah Indonesia terletak di sekitar ekuator dan terdiri dari kepulauan,
sehingga dikenal sebagai daerah yang lernbab sepanjang tahun. Meskipun
dernikian, pada urnurnnya Indonesia rnernpunyai dua rnusirn, yaitu rnusirn hujan

dan rnusirn kering dirnana curah hujan rnerupakan faktor utarna sebagai bagian
terpenting dari iklirn di daerah Indonesia yang berada di daerah tropik (Nieuwolt,
1982). Faktor utarna yang mernpengaruhi iklirn di Indonesia adalah muson dan
beberapa proses lain seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO),

yang

rnenyebabkan rnelernahnya pergerakan angin tirnuran (Philander, 1990).
Untuk

rnencerrnati

kernunculan

ENS0 para ahli

rneteorologi

dan


oseanografi biasanya rnenganalisis suhu perrnukaan laut di daerah Pasifik Tropis,

- 10 OLS / 80 OBB - 90 '88 (NINO 1+2), 5 OLU - 5 'LS/ 90 'BE 150 'BE (NINO 3) dan 5 OLU - 5 OLS/ 150 OBB - 160 OBT (NINO 4). Indikator lain

yaitu daerah 0

O

yang dipakai untuk rnencerrnati kernunculan ENS0 adalah SO1 (Southern
Oscillation Index) dan ME1 (M~ltivafiateENS0 Index). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk rnelihat sejauh rnana keeratan dari hubungan indikator El Nino
Southern Oscillation (SOI, MEI, indeks NINO 3 dan indeks NINO 4 ) dengan curah
hujan di wilayah Indonesia

.

Southern Oscillation Indexatau Indeks Osilasi Selatan adalah indeks yang
rnenunjukkan perbedaan fase tekanan udara perrnukaan laut berskala global
antara


Indonesia

dan

Pasifik

Tenggara.

Fenornena

penyirnpangan peredaran dan pola curah hujan.

alarn

ini

Quinn e t al.

disertai
(1978)


rnenjelaskan bahwa fenornena EINinoakan tirnbul jika SO1 rnencapai nilai kurang
dari -10.

M~ltivafiate ENS0 Index (MEI) adalah indikator dari fenornena

atrnosfer selain SO1 yang rnenunjukkan gejala perubahan fenomena iklirn yang
dihitung dengan rnelibatkan banyak faktor pengendali atrnosfer yang rneliputi
tekanan udara rnuka laut, angin zonal dan rneridionai, perawanan, suhu
perrnukaan laut dan suhu atrnosfer permukaan di wilayah ekuator Sarnudera
Pasifik.

Secara urnurn jurnlah curah hujan di wilayah barat Indonesia lebih besar
dari tirnur Indonesia.

Di wilayah Sumatera, curah hujan rnaksirnurn terjadi

sekitar bulan Desernber dengan jurnlah 360 rnm, sedangkan curah hujan
minimum terjadi pada bulan September dengan jurnlah 120 rnrn. Kalirnantan,
curah hujan rnaksirnurn terjadi sekitar bulan November dengan jurnlah 360 rnrn,

dan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus dengan jurnlah 175 rnrn.
Di Jawa, curah hujan rnaksirnurn t e j a d i sekitar bulan November dengan jumlah
560 rnm sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus dengan
jurnlah 110 rnrn.
Di Sulawesi, curah hujan rnaksirnurn terjadi sekitar bulan Maret dengan
jurnlah 250 rnrn dan curah hujan minimum t e j a d i pada bulan Oktober dengan
jurnlah 80 rnm.

Bali, curah hujan maksirnurn terjadi sekitar bulan Januari

dengan jurnlah 350 rnrn sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan
Agustus dengan jurnlah 40 rnm.

Maluku dan Papua Barat, curah hujan

rnaksimurn terjadi sekitar bulan Januari dengan jurnlah 340 rnm sedangkan
curah hujan minimum terjadi pada bulan Oktober dengan jurnlah 60 rnrn
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rnetode korelasi silang, nilai
koefisien yang diperoleh secara urnum rnelebihi kisaran nilai yang signifikan


(significance level) yaitu -1 < x < -0.09 atau 0.09 < x < 1. Nilai korelasi silang
ME1 dengan curah hujan di Indonesia ditunjukkan dengan nilai korelasi negatif.
Pada wilayah barat Indonesia yang meliputi Surnatera, Jawa, Kalirnantan, Bali
dan NTB rnenunjukkan nilai korelasi silang yang lebih kecil dibandingkan dengan
nilai korelasi silang pada wilayah tirnur Indonesia yang rneliputi Sulawesi,
Maluku, NTT dan Papua Barat. Wilayah Surnatera dan lawa kisaran nilai yang
diperoleh adalah antara -0.10 sarnpai -0.18, sedangkan untuk wilayah Bali dan
NTB -0.12 - -0.22 serta Kalirnantan yang hanya berkisar antara -0.02 - -0.16.
Kisaran nilai ini hampir sarna untuk semua lagnya. Untuk wilayah Sulawesi
kisaran nilai yang diperoleh adalah -0.10

- -0.24,

Maluku berkisar antara -0.20 -

-0.34 dan Irian Iaya berkisar antara -0.10 - -0.24. Kisaran nilai ini pun harnpir
sarna lag 0 sarnpai 5. Pada lag 6 sampai 12 kisaran nilai ini sernakin rnenurun
dan tidak signifikan.
Nilai korelasi silang SO1 dengan curah hujan di Indonesia secara urnurn
rnenunjukkan nilai yang positif. Pada wilayah Surnatera, Jawa, Kalirnantan, Bali

dan NTB kisaran nilai yang diperoleh adalah 0.00 - 0.16. Nilai ini harnpir sarna

untuk sernua lag. Pada wilayah Sulawesi, NTT dan Tirnor kisaran nilainya adalah
0.10 - 0.16

, Maluku 0.14 - 0.28 dan Papua Barat -0.02 - 0.22, nilai ini harnpir

sarna pads lag 0 sarnpai 4, sedangkan pada lag 5 sarnpai 12 nilai ini sernakin
kecil dengan bertambahnya lag. Nilai korelasi silang yang diperoleh antara
Indeks NINO 3 dengan curah hujan di Indonesia antara wilayah barat dan tirnur
Indonesia cukup beragarn. Pada lag 0 sarnpai 7, nilai yang diperoleh untuk
wilayah Surnatera dan sebagian Kalirnantan rnenunjukkan nilai yang negatif
dengan kisaran nilai 0.00 - -0.20 dan pada lag 8 sarnpai 12 kisaran nilai yang
diperoleh adalah positif. Tetapi secara urnurn nilai korelasi silang yang diperoleh
selain dari wilayah itu pada lag 0 sarnpai 4 adalah bernilai positif. Pada lag 0,
wilayah kepala burung Papua Barat dan Sulawesi Tenggara nilai korelasi silang
yang diperoleh adalah 0.20 - 0.35 sedangkan untuk wilayah lainnya kisaran nilai
yang diperoleh adalah 0.00 - 0.35.

Nilai korelasi silang pada sebagian besar


wilayah Indonesia kecuali Surnatera dan sebagian Kalirnantan pada lag 5 sarnpai
12 berubah rnenjadi negatif, yaitu berkisar antara -0.10 sarnpai -0.50, tetapi
kisaran nilai itu sernakin kecil pada lag 11dan 12.
Nilai korelasi silang yang diperoleh antara Indeks NINO 4 dengan curah
hujan cukup beragarn antara wilayah barat dan tirnur Indonesia pada sernua lag.
Secara urnurn nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan rnenunjukkan nilai yang
negatif dan nilai tersebut harnpir seragarn untuk sernua lag. Pada wilayah barat
Indonesia kisaran nilai yang diperoleh adalah 0.00

-

-0.14 dan nilai tersebut

sernakin kecil dengan bertarnbahnya lag. Pada wilayah tirnur Indonesia, kisaran
nilai yang diperoleh

pada lag 0 sarnpai 2 adalah 0.00 - -0.28, dan nilai ini

sernakin kecil dengan bertarnbahnya lag.

Hasil perhitungan nilai korelasi silang yang diperoleh antara indikator El
Nino ( SOI, MEI, Indeks NINO 3 dan NINO 4 ) dengan curah hujan di wilayah

Indonesia rnenunjukkan perbedaan kisaran antara wilayah barat Indonesia yang
rneliputi Surnatera, Jawa, Kalimantan. Bali, NTB dan tirnur Indonesia yang
rneliputi Sulawesi, Maluku, N l T dan Papua Barat. Secara urnurn nilai yang
diperoleh untuk wilayah tirnur Indonesia lebih besar dibandingkan dengan
wilayah barat. Hal ini rnenunjukkan bahwa wilayah tirnur Indonesia kondisi curah
hujannya lebih dipengaruhi oleh perubahan laut-atrnosfer di wilayah tropis
Pasifik. Dari keseluruhan nilai yang diperoleh indeks NINO 3 rnenunjukkan nilai
yang paling besar dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini rnenunjukan

vii

bahwa kondisi perubahan suhu perrnukaan laut di wilayah

NINO 3 rnerniliki

derajat keterpengaruhan terhadap pola curah hujan di Indonesia. Tetapi dari
keseluruhan nilai yang diperoleh, secara urnurn rnelebihi level signifikan sehingga
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kondisi lautarnosfer dengan pola curah hujan di Indonesia. Tetapi dari nilai tersebut tidak
ada nilai yang sangat dorninan, sehingga dalarn pendugaan kondisi curah hujan
di Indonesia tidak secara mutlak hanya mernperhatikan perubahan laut-atrnosfir
di tropik Pasifik tetapi perlu diperhatikan fenornena lain yang rnernpengaruhi
kondisi curah hujan di Indonesia, seperti pengaruh Muson.
Indikator yang terbaik diantara ernpat indeks yang digunakan sebagai
petunjuk dalarn rnenduga pola curah hujan di Indonesia adalah Indeks NINO 3
yang rnernperlihatkan kisaran nilai yang paling besar. Hal ini mernperkuat bukti
bahwa perubahan kondisi hujan di Indonesia dapat dilihat dari perubahan suhu
perrnukaan laut di wilayah tengah tropis Pasifik. Tetapi indikator indeks NINO 3
ini tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan di dalarn rnernprediksi kondisi hujan
di Indonesia,

perlu tetap rnemperhatikan fenornena-fenornena

rnernpengaruhi kondisi ini.

lain yang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahrnat dan
perkenan-Nyalah akhirnya penyusunan Skripsi yang rnengarnbil judul Analisis Korelasi

SOI (Southern Oscillation Index), MEI (Multivariate ENS0 Index), Indeks NINO 3 dan
Indeks NINO 4 dengan Curah Hujan di Wilayah Indonesia dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Laporan skripsi

ini rnerupakan akhir

dari serangkaian kegiatan

penelitian dalarn rangka rnernperoleh gelar sarjana Perikanan dan Ilrnu Kelautan

.

Laporan skripsi ini rnernberikan inforrnasi rnengenai latar belakang dan tujuan
penulis rnelakukan penelitian di UPT Hujan Buatan BPP Teknologi. Selain itu pada
penyusunannya, laporan skripsi ini rnernberikan suatu informasi rnengenai keeratan
hubungan antara indikator El Nina dengan kondisi curah hujan di Indonesia.
Penulis yakin bahwa skripsi ini rnasih jauh dari sernpurna, tetapi penulis
rnengharapkan sernoga tulisan ini dapat berrnanfaat bagi sernua pihak khususnya
pihak yang bergelut di bidang oseanografi dan rneteorologi.

Akhir kata penulis

rnengucapkan terirna kasih kepada sernua pihak yang telah banyak rnernbantu dalarn
penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Februari 2000
Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1977, dari
pasangan

Deden

Anwar

dan

Enah

Maemunah.

Penulis

merupakan putera pertama dari empat bersaudara. Pada tahun
1982, penulis mengikuti pendidikan di TK Seruni Sukabumi.
Pada pada tahun 1989, penulis menyelesaikan pendidikan dasar
di SD Negeri Brawijaya ISukabumi.
Penulis kemudian melanjutkan ke SMP Negeri IKodya Sukabumi dan pada tahun 1992
penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 di kota yang sama. Penulis masuk
ke perguruan tinggi di IPB tahun 1995, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan. Semasa
kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan mahasiswa, diantaranya pernah menjadi
Ketua Panitia Halal Bi Halal dan Temu Dialog Mahasiswa ITK, Ketua I 1 Himpunan
Mahasiswa llmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) IPB, Ketua Bidang Penelitian dan
Pengembangan Koperasi Mahasiswa Perikanan (KOPMARIKAN), Ketua Panitia Masa
Integrasi Mahasiswa Diploma FPIK, Badan Pengawas HIMITEKA IPB, Staf Departemen
SDM Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB, Pengurus MT Al Marjan FPIK,
Ketua Departemen Kesekretariatan Pengurus Harian Himpunan Mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Kelautan Indonesia (HIMITEKINDO) dan aktif di kepanitian Masa Perkenalan
Kampus Mahasiswa Baru FPIK IPB (MPKMB-C) baik sebagai Panitia Pelaksana (OC)
maupun Panitia Pengarah (SC).

Selain itu penulis pernah menjadi asisten pada

beberapa mata kuliah, yaitu Asisten Luar Biasa Ikhtiologi, Biologi Laut, Biologi
Perikanan, Metode Statistika, Matematika dan Oseanografi Umum.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tak banyak yang dapat penulis ucapkan selain puji dan syukur kepada Allah
SWT karena atas perkenan-Nyalah akhirnya penyusunan laporan skripsi ini dapat
selesai. Tak lupa penulis rnengucapkan terirna kasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir. John I
.
Pariwono, Bapak Ir. Heny Suharsono, MS dan Ir. Andri
Purwandani yang telah rnernberikan pengarahan, birnbingan dan rnasukan yang
berarti dalarn penyusunan laporan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Santoso Raharjo, M.Sc dan Ir. Agus S. Atmadipoera, DESS yang
bersedia rnenjadi dosen tarnu pada saat ujian sidang.
3. Bapak Dr.Ir. Dietriech G. Bengen sebagai Pernbirnbing Akadernik (PA) penulis
yang banyak rnernberikan penjelasan, arahan dan rnotivasi dalarn ha1 studi penulis
dan penelitian ini.
4. I b u Ir. Sri Woro 6. Harijono, MSc sebagai Kepala UPT Hujan Buatan BPP
Teknologi yang telah rnernberikan kesernpatan pada penulis untuk rnelaksanakan
penelitian di UPT Hujan Buatan BPP Teknologi
5. I b u Dra. Tien Sribimawati, MSc yang banyak rnernberikan kernudahan
penggunaan fasilitas di Laboratoriurn Variabilitas Iklirn UPT Hujan Buatan BPP
Teknologi serta dukungannya kepada penulis ketika rnelaksanakan penelitian.
6. Papah, Mamah, Indra, Erwin dan Rizky yang banyak rnernberikan dukungan
rnoril dan rnateril kepada penulis.
7. Bang Iwan, Syaiful, Om Sujana, Herry dan Rony yang banyak rnembantu
rnernberikan dukungan ketika penulis rnelaksanakan penelitian di UPT Hujan
Buatan BPP Teknologi
8. Asep Asrul Sani, Rinto, Goimawan, Aliansyah, Ahmad Nurdin rekan se-tirn
usaha atas diberikannya kesernpatan waktu penyusunan, dan Artista atas
pinjarnan kornputernya.
9. Ternan-ternan satu kost-an AL Fayed, Aslan ternan satu karnar sejak tingkat I,
Listiyo, Dadi, Dian, Aji, Ayi, Teguh, Unang, Kusmadi, Kusnandar dan Agus
atas suasana yang bersahabat
10. Fatimatus Sa'diyah atas doa dan kebersamaannya selarna ini.
ll.Lamona, Sulchan, Agus Sentot, Dona dan Marlina sebagai ternan
seperjuangan ketika rnelaksanakan penelitian bersarna di BPPT
12. Indira, Respati, Almujizat, Uwik, Ugienk, Apih, Iman, Heuay, Sisilia, Icul,
Dina, Fitri dan semua rekan-rekan ITK yang tidak dapat disebutkan satu persatu
di sini.