erat hubungannya dengan pH diukur dalam skala log perubahan pH sebesar satu unit berarti terjadi sepuluh kali perubahan konsentrasi ion H
+
atau ion OH
-
. Hal ini berpengaruh terhadap bentuk ion yang ada didalam larutan tanah. Suatu hal yang perlu diingat bahwa pada saat pH
diukur adalah konsetrasi ion H
+
dan ion OH
-
Agustina, 1990, hasil pengujian pH digunakan untuk menentukan kebutuhan kapur Kuswandi, 1993 unsur hara mudah diserap oleh
tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam airNovizan 2002.Di Indonesia banyak didapat tanah-tanah yang asam umumnya didapat
terutama pada kawasan-kawasan industri dan daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, mengandung bahan organik yang sedemikian banyak Kuswandi,1993 secara umum tanah
– tanah yang asam mempunyai sifat daya simpan dan daya isap air yang tinggi, kapasitas
penyangga sangat besar, ada keracunan Al, Fe, dan Mn, tersedianya fosfat ,Mo, Mg, Ca dan K yang rendah, kegiatan mikroba dan peningkatan N menurun, Tanah asam juga
mengandung asam-asam terlarut dan mengandung larutan asli dalam air Kuswandi,1993.
2.2. Uji Tanah
Dalam menentukan keadaan tanah diperlukan uji tanah terlebih dahulu. Uji tanah adalah pengukuran sifat kimia dan fisika yang diperlakukan terhadap tanah dan dapat
memberikan informasi kepada kebutuhan hara tersebut dengan melakukan uji tanah setidaknya dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tanah akan kekurangan unsur apa.
Defenisi dari kategori uji tanah adalah 1.unsur hara rendah dan sedang dianggap tanaman membutuhkan penambahan unsur
hara 2. Unsur hara optimum tinggi, unsur hara ini dianggap cukup atau tidak menjadi
pembatas pertumbuhan tanaman. Kecil peluang terjadinya respon tanaman yang ekonomis akibat penambahan unsur hara
Universitas Sumatera Utara
3. Unsur optimum sangat tinggi, unsur hara ini dianggap lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tanaman. Sangat kecil peluang terjadinya respon
tanaman oleh penambahan unsur hara. Pada tingkat yang lebih tinggi akan terjadi dampak negatif
pada tanaman bila dilakukan penambahan hara Mukhlis,2007.
2.3. Titrasi EDTA
Analisis kualiatatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion-ion logam seperti aluminium, bismut, kalium, dan zink dengan cara gravimetri memakan waktu yang lama
karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeriangan ataupun pemijaran sampai bobot konstan Day dan Underwood, 1986. Menurut Khopkar
2002 titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks ion kompleks atau garam yang sukar mengion. Kompleks yang dimaksud disini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam sebuah kation dengan sebuah anion atau molekul netral Basset, 1994. Titrasi Kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks biasa dikenal titrasi
kelatometri yang dikenal dengan EDTA Khopkar, 2002 .
Macam-macam titrasi
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang bisa digunakan untuk ion-ion yang tidak mengendap
pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat contohnya ialah penentuan ion-ion Mg, Ca dan Fe.
2. Titrasi Kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion mengendap pada pH titrasi
reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat contohnya penentuan ion Ni.
Universitas Sumatera Utara
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang digunakan untuk ion-on
logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil dari pada kompleks ion-ion logam lainnya. Contohnya ialah penentuan ion-ion Ca dan Mg.
4. Titrasi tidak langsung. Titrasi tidak langsung dilakukan dengan titrasi kelebihan kation
pengendap misalnya penetapan ion sulfat dan fosfat dan titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks misalnya penetapan ion sianida Bassett, 1994 .
Penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Erriochrome Black T ETB. Keunggulan EDTA adalah mudah larut
dalam air, dapat dieroleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun karena adanya jumlah air tak tentu sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu Harjadi, 1993.
2.4. Dolomite