ABREVIASI PADA BERITA UTAMA TRIBUN LAMPUNG EDISI MEI 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP

(1)

ABSTRAK

ABREVIASI PADA BERITA UTAMA TRIBUN LAMPUNG EDISI MEI 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA DI SMP Oleh

SEPTI KUMALA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah abreviasi pada berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan abreviasi berupa singkatan dan akronim pada berita utama tersebut.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data sebanyak 31 berita utama. Berdasarkan 31 berita utama tersebut, ditemukan 80 singkatan dan 62 akronim. Abreviasi khususnya singkatan dan akronim dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan 2 hal, yaitu bentuk dan penulisannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk singkatan terjadi melalui 3 proses, yaitu (1) pengekalan huruf pertama tiap komponen ada 75 singkatan, (2) pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi ada 4 singkatan, dan (3) pengekalan huruf pertama dan terakhir kata ada 1 singkatan. Bentuk akronim terjadi melalui 10 proses, yaitu (1) pengekalan bagian awal komponen ada 35 akronim, (2) pengekalan awal dan tengah komponen ada 5 akronim, (3)


(2)

2 Pengekalan bagian awal dan akhir komponen ada 10 akronim, (4) pengekalan awal, tengah, dan akhir komponen ada 5 akronim, (5) pengekalan akhir komponen dan pelesapan kata ada 1 akronim, (6) pengekalan tengah dan akhir komponen ada 1 akronim, (7) pengekalan awal komponen dan komponen utuh ada 1 akronim, (8) pengekalan awal komponen dan pelesapan konjungsi ada 1 akronim, (9) pengekalan awal dan tengah komponen serta pelesapan konjungsi ada 2 akronim, dan (10) pengekalan awal dan akhir komponen serta pelesapan konjungsi ada 1 akronim.

Berdasarkan kaidah, ditemukan 2 kesalahan penulisan, yaitu penulisan singkatan dan penulisan akronim. Kesalahan penulisan singkatan ada 1, yakni kesalahan pemakaian tanda titik, sedangkan kesalahan penulisan akronim ada 8 akronim, yakni kesalahan penulisan huruf kapital.

Implikasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP adalah singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar untuk pembelajaran menyunting yang terdapat pada KTSP 2006 jenjang SMP kelas IX semester 1.


(3)

ABREVIASI PADA BERITA UTAMA TRIBUN LAMPUNG

EDISI MEI 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA DI SMP

Oleh SEPTI KUMALA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2010


(4)

ABREVIASI PADA BERITA UTAMA TRIBUN LAMPUNG EDISI MEI 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA DI SMP (Skripsi)

Oleh SEPTI KUMALA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2010


(5)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ...

... ii

RIWAYAT HIDUP ... ... ... iii MOTO ... ... ... iv PERSEMBAHAN ... ... ... v SANWACANA ... ... ... vi

DAFTAR ISI ... ... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... viii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... ... ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5


(6)

2

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Singkatan ... 6

2.1.1 Pengertian Singkatan ... 6

2.1.2 Makna Singkatan ... 17

2.2 Akronim ... 17

2.2.1 Pengertian Akronim ... 18

2.2.2 Makna Akronim ... 29

2.3 Pemenggalan Kata Bahasa Indonesia ... 30

2.4 Surat Kabar ... 32

2.4.1 Pengertian Surat Kabar ... 32

2.4.2 Bahasa dalam Surat Kabar ... 33

2.4.3 Pengertian Berita Utama ... 34

2.5 Fungsi Singkatan dan Akronim pada Surat Kabar ... 34

2.6 Pembelajaran Singkatan dan Akronim di SMP ... 37

II. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Sumber Data ... 41

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 41

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 43

4.2 Pembahasan Penelitian ... 44

4.2.1 Singkatan dan Akronim Berdasarkan Bentuk ... 45

4.2.1.1 Singkatan ... 45

4.2.1.2 Akronim ... 48

4.2.2 Singkatan dan Akronim Pada Berita Utama Tribun Lampung Edisi Mei 2010 Berdasarkan Penulisannya ... 59

4.2.2.1 Penulisan Singkatan ... 59

4.2.2.2 Penulisan Akronim ... 62

4.3 Implikasi Singkatan dan Akronim dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP ... 65

IV. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(7)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DKI Daerah Khusus Ibukota KKN Kuliah Kerja Nyata

FSUI Fakultas Sastra Universitas Indonesia

a agama

AA Asia Afrika

GWR Gerakan Wisata Remaja

YTKI Yayasan Tenaga Kerja Indonesia dll. dan lain-lain

ABKJ Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang BDB Bebas dari Bea

BHTI Biro Hak Cipta di Indonesia

GTKI Gabungan Taman Kanak-Kanak Indoonesia DGI Dewan Gereja-Gereja di Indonesia

MAWI Majelis Agung Para Wali Gereja Indonesia

D3 Dinas Dermawan Darah

P3AB Proyek Percepatan Pengadaan Air Bersih

Aj. Ajudan

Wa. wakil


(8)

Pa. perwira

gn. gunung

Kpt. kapten

a.d. antedium

sai sungai

Swt swatantra

Bdg Bandung

hlm. halaman

d.o. depot

ops. operasi

M.B.A. master of business administration M.Sc. mastero f science

S.E. sarjana Ekonomi

S.K.M. sarjana Kesehatan Masyarakat Bpk. bapak

Sdr. saudara

Kol. kolonel

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara SMTP sekolah menengah tingkat pertama PT perseroan terbatas

KTP kartu tanda penduduk dsb. dan sebagainya


(9)

dst. dan seterusnya

hlm. halaman

sda. sama dengan atas Yth. Yang Terhormat

a.n. atas nama

d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian

Cu kuprum

TNT trinitrotoluen

cm sentimeter

l liter

kg kilogram

Rp rupiah

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia AMD Abri Masuk Desa

tg tangen

DDT dikloro difenil trikloroetana Kva. kilovolt ampere

KI Komisi Informasi

KIP Keterbukaan Informasi Publik

TV televisi

SBY Susilo Bambang Yudhoyono


(10)

PG Partai Golkar, Pilihan Ganda

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan FPR Front Perjuangan Rakyat

KPBL Kesatuan Perjuangan Buruh Lampung

UU undang-undang

RUU rancangan undang-undang BUMN Badan Usaha Milik Negara SBY Susilo Bambang Yudhoyono

TMMI Toyota Motor Manufacturing Indonesia DPR Dewan Perwakilan Rakyat

FSPMI Forum Serikat Pekerja Metal Indonesia SBSI Serikat Buruh Seluruh Indonesia ICW Indonesian Corruption Watch

PPATK Pusat Pelaporan Analisa dan Transaksi Keuangan KPK Komisi Pemberantasan Korupsi

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah PPKAD Pengelolaan Keuangan Aset Daerah LPS Lembaga Penjamin Simpanan

BPKD Badan Pengelolaan Keuangan Daerah KUHP kitab undang-undang hukum pidana RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

PN Pengadilan Negeri

WIB Waktu Indonesia Barat PKS Partai Keadilan Sejahtera


(11)

PAN Partai Amanat Nasional

JK Jusuf Kalla

DPP Dewan Pimpinan Pusat DPD Dewan Pimpinan Daerah

PVMBG Pusat Vulkanologi Meteorologi dan Bencana Geologi

SR Skala Richter

BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

LU Lintang Utara

BT Bujur Timur

RS Rumah Sakit

NAD Nangroe Aceh Darussalam PT Perseroan Terbatas

SJ Sjahril Johan

IPW Indonesian Police Watch BAP berita acara pemeriksaan

MER-C Medical Emergency Rescue Commite JAT Jemaah Ansharud Tauhid

BKPRMI Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia DPT daftar pemilih tetap

KPU Komisi Pemilihan Umum PDH pemberhentian dengan hormat PTDH pemberhentian tidak dengan hormat

AC Air Conditioner


(12)

DPK dana pihak ketiga NPL non performing loan NTB Nusa Tenggara Barat TPF Tim Pencari Fakta

HMI Himpunan Mahasiswa Islam SOP Sumbangan Operasional Pekerja

Dr. doktor

UI Universitas Indonesia UGM Universitas Gajah Mada ITB Institut Teknologi Bandung GOR Gelanggang Olah Raga

DK Dewan Kehormatan

DPRD Dewan Pimpinan Rakyat Daerah

AD Anggaran Dasar

ART Anggaran Rumah Tangga DPC Dewan Pimpinan Cabang

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat TVRI Televisi Republik Indonesia

DPR-RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia

SPDP Surat Perintah dari Pengadilan LP Lembaga Pemasyarakatan

LPSK Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban BBM bahan bakar minyak


(13)

ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

AISI Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara PSK pekerja seks komersial

AFP Australia Federal Police

BI Bank Indonesia

BPK Badan Pemeriksaan Keuangan TNI Tentara Nasional Indonesia

RT Rukun Tetangga

[ ] grafem atau huruf, tanda apostrof


(14)

MOTO

“Dan Mintalah Pertolongan Allah dengan Sabar dan Salat”

(Qs. Al-Baqoroh: 153)


(15)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ...

Sekretaris : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(16)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap cinta kasih, kupersembahkan skripsi ini kepada

1. kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa mendoakan, membimbing, dan menantikan kelulusanku;

2. kakak dan adikku tersayang Kuswati dan Taufik Adi Tia; 3. keponakanku tersayang Zahira Aprilyanti;

4. sahabat- sahabat yang kucintai; dan


(17)

Judul Skripsi : Abreviasi pada Berita Utama Tribun Lampung

Edisi Mei 2010 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa di SMP

Nama Mahasiswa : Septi Kumala

NPM : 0643041038

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing I

Pembimbing II

Sumarti, S.Pd., M.Hum.

Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

NIP 19700318 199403 2 002

NIP 19780809 200801 2 001

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mesuji pada 20 September 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Subandi dan Ibu Rahayu.

Penulis masuk sekolah di Sekolah Dasar Muhammadiyah Dadirejo lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Wonosobo lulus tahun 2003, pada tahun 2003 penulis masuk ke Sekolah Menengah Umum Al-azhar 3 Bandarlampung dan selesai pada tahun 2006.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 17 Bandarlampung dari Juli sampai dengan Oktober tahun 2009.


(19)

SANWACANA

Alhamdulilah, penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul „Abreviasi pada Berita Utama Tribun Lampung edisi Mei 2010 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa di SMP”.

Selama penulisan skripsi ini dan menjadi mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Sumarti, S.Pd, M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijakan dan kesabaran. 2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

membantu membenahi skripsi ini dari penyusunan proposal dengan penuh kepedulian hingga skripsi selesai ditulis.

3. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Penguji Utama dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan saran demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.


(20)

5. Guru-guru SD, SMP, SMA yang telah tulus ikhlas memberikan berbagai ilmu pengetahuan serta nasihat-nasihat yang sangat berguna bagi penulis. Tanpa bekal berbagai ilmu pengetahuan dari Bapak dan Ibu penulis tidak akan sampai ke perguruan tinggi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.

7. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta selalu memberi semangat dan doa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi.

9. Kakakku Kuswati, adikku Taufik Adi Tia, dan keponakanku Zahira Aprilyanti terima kasih atas dukungan, motivasi, serta doanya.

10.Seluruh keluarga besarku yang senantiasa sabar menanti keberhasilanku. 11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2006: Agus Susilo, Budi Kusumajaya, Cici Widiawati, Dika Umul Khoirot, Ernawati, Eri Febriani, Efrinasari, Ica Rostavia, Ika Risna, Iin Farida, Fera Safitri, Futikhah, Fauzizah Asmita, M. Kairul Sofyan, Jawan Nurdiyanto, Lidiawati, Mardawati, Neli Soraya, Nina Rosliana, Nova Marlena, Nurul Watifah, Ovin Nurunnisa, Oktarina Lidiawati, Prima Caesaria, Restia Mutiara, Reza Pratama Putra, Rika Jayanti, Samsidar, Sista Septiana, Veri Sulistia, Sri Wahyuni, Wiwit Yugo Lesmono, Yeni Yulistia, Yulia Wahyu Ningsih, Yutriza Permatasani, dan sahabatku Fredi Amriansyah, terima kasih atas persahabatan, doa, dan kebersamaan yang telah teman-teman berikan.


(21)

12.Seseorang yang menemani, membantu, dan memberikan motivasi dalam menulis skripsi.

13.Kakak tingkat angkatan 2004/2005 dan adik tingkat angkatan 2007/2008 terima kasih atas dukungan, persahabatan serta kebersamaan yang telah kalian berikan.

Semoga Allah Subhanahu wa taala selalu memberi balasan atas budi baik bapak, ibu dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis berikan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Bandarlampung, Oktober 2010

Penulis,


(22)

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi bahasa adalah alat komunikasi atau alat perhubungan antaranggota masyarakat (Keraf, 1984: 17). Dengan menggunakan bahasa, manusia bisa menyatakan pendapat, menjalin kerjasama dengan orang lain, dan dapat mempengaruhi orang lain. Peranan bahasa sebagai alat komunikasi tidak bisa diragukan lagi, baik komunikasi secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi secara tidak langsung salah satu contohnya adalah melalui media surat kabar.

Perkembangan surat kabar saat ini semakin maju, hal ini didorong oleh keinginan masyarakat yang semakin kritis dan butuh informasi. Surat kabar menjadikan dunia terasa kecil, sehingga kejadian, informasi, dan peristiwa dari berbagai belahan dunia cepat diketahui masyarakat. Salah satu jenis pemberitaan dalam surat kabar adalah berita utama.

Di dalam pembelajaran bahasa, berita utama dapat dijadikan sumber pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini karena berita utama membahas masalah-masalah disegala bidang yang terkini sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Selain itu, penggunaan media berita utama pada surat kabar dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Guru bisa meningkatkan


(24)

2 motivasi siswa untuk belajar dengan membaca berita utama. Hal ini sesuai dengan pengertian media pendidikan menurut (Gagne dalam Arif S. Sadiman, 1970: 6), yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini mengenai singkatan dan akronim. Singkatan dan akronim pada berita utama dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis iklan baris, resensi, dan karangan yang terdapat pada tingkat SMP kelas IX semester 1.

Piaget (1970) mengemukakan bahwa periode usia 12 tahun setara dengan tingkat SMP merupakan „period of formal operation‟. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkret, bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia bahwa belajar akan bermakna apabila materi pelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia akan berhasil apabila penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi materi pelajaran yang sesuai dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka pada tingkat maksimal. Di samping itu, agar motivasi belajar siswa maksimal perlu juga didukung oleh sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Pada dasarnya, sumber belajar siswa biasanya berupa (1) buku pelajaran, (2) media cetak, seperti surat kabar dan majalah, (3) media elektronik, (4) lingkungan, (5) narasumber, (6) pengalaman dan minat anak, dan (7) hasil karya siswa (Ariyani, 1998: 72). Sumber belajar siswa yang sering digunakan dalam


(25)

3 pembelajaran salah satunya adalah surat kabar. Oleh karena itu, surat kabar yang menggunakan ragam bahasa tulis dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa mengidentifikasi persoalan yang ada di masyarakat dan dapat dimanfaatkan para guru sebagai sumber belajar.

Abreviasi khususnya singkatan dan akronim dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis dan berbicara dengan menggunakan surat kabar sebagai sumber belajar, selanjutnya materi yang akan disampaikan dikaitkan dengan teori singkatan dan akronim. Siswa akan terangsang ketika melihat guru menggunakan media berupa berita utama. Selanjutnya, siswa diperlihatkan bentuk-bentuk singkatan dan akronim apakah penulisan singkatan dan akronim sudah benar atau masih ada kesalahan.

Abreviasi khususnya singkatan dan akronim dari tahun ke tahun banyak bermunculan seiring dengan perkembangan kosakata dan bentuk-bentuknya pun bervariasi serta termasuk ke dalam bagian materi abreviasi. Hal inilah yang membuat penulis merasa penting untuk meneliti singkatan dan akronim berdasarkan bentuk dan penulisannya. Sebagai sumber data penulis gunakan berita utama yang ada pada surat kabar Tribun Lampung.

Surat kabar Tribun Lampung adalah salah satu dari beberapa media cetak yang beredar di Lampung. Surat kabar Tribun Lampung merupakan surat kabar terbaru yang terbit di Lampung, yakni 17 Juni 2009 dan masih jarang dijadikan objek penelitian. Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan Tribun Lampung sebagai sumber data.


(26)

4 Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Hosiana (2008) dengan judul “Pola-Pola Singkatan dan Akronim pada Berita Utama Surat Kabar yang Terbit di Bandarlampung edisi Mei 2008 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Hasil penelitian Resti Hosiana adalah pola-pola singkatan dan akronim yang dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan jumlah komponen dan berdasarkan bagian komponen yang disingkat dan diakronimkan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan sumber data, peneliti ini menggunakan Tribun Lampung, sedangkan penelitian yang sebelumnya menggunakan surat kabar yang terbit di Bandarlampung. Selain itu, penelitian ini menganalisis bentuk dan penulisannya dengan menggunakan teori Kridalaksana dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).

Dengan demikian, judul penelitian ini adalah “Abreviasi pada Berita Utama Tribun Lampung edisi Mei 2010 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa di SMP”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimanakah abreviasi pada berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010 dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa di SMP?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan abreviasi pada Tribun Lampung edisi Mei 2010 dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa di SMP.


(27)

5 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis pada bidang kebahasaan dan manfaat praktis bagi pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, yakni.

a) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis, yaitu dapat menambah referensi kajian di bidang kebahasaan, khususnya morfologi sehingga penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi para peneliti selanjutnya yang memusatkan perhatian pada kajian abreviasi, khususnya singkatan dan akronim.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.

1. Memberikan masukan kepada guru bahasa Indonesia bahwa kosakata Bahasa Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan khususnya kosakata singkatan dan akronim.

2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai abreviasi, khususnya singkatan dan akronim berdasarkan bentuk dan penulisannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah tulisan pada berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010.

2. Objek Penelitian ini adalah abreviasi, khususnya singkatan dan akronim berdasarkan bentuk dan penulisannya.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kridalaksana (2009: 161), abreviasi (kependekan) terdiri dari singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf, tetapi penelitian ini hanya mencakup dua aspek, yakni singkatan dan akronim baik berdasarkan bentuk maupun penulisannya. Berikut ini penjelasan dari kedua aspek tersebut.

2.1 Singkatan

Singkatan dalam bab ini dibagi ke dalam dua hal, yaitu pengertian singkatan dan makna singkatan. Berikut ini penjelasan dari kedua hal tersebut.

2.1.1 Pengertian Singkatan

Singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf (KBBI, 2007: 1071). Menurut Kridalaksana (2009: 162), singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan KKN (Kuliah Kerja Nyata), maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti dll. (dan lain-lain), dng. (dengan), dan dst. (dan seterusnya). EYD (2006: 18-19) mengemukakan bahwa singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Dari beberapa pengertian singkatan di atas, penulis mengacu pada pendapat Kridalaksana untuk menganalisis data penelitian.


(29)

7 Menurut Kridalaksana (2009: 165) proses pembentukan singkatan dibagi ke dalam enam belas proses. Berikut ini penjelasan dari proses pembentukan singkatan tersebut.

a. Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen

 Pengekalan huruf pertama tiap komponen maksudnya, proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama setiap komponennya. Komponen dalam hal ini biasa disebut kata. Berikut ini dikemukakan lima contoh pengekalan huruf pertama tiap komponen disertai dengan uraian yang menjelaskannya.

1. a kepanjangan dari agama

2. AA kepanjangan dari Asia Afrika

3. GWR kepanjangan dari Gerakan

Wisata Remaja

4. YTKI kepanjangan dari Yayasan Tenaga

Kerja Indonesia

 5. dll.

kepanjangan dari dan lain-lain

 Singkatan a pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata agama. Huruf yang a dikekal, sedangkan selain huruf a dilesapkan, yaitu suku kata ga dan ma. Singkatan AA pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata Asia, yaitu a dan huruf pertama dari kata Afrika, yaitu a. Singkatan GWR pada contoh (3) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata gerakan, yaitu g, huruf pertama dari kata wisata, yaitu w, dan huruf pertama dari kata remaja, yaitu r. Singkatan YTKI pada contoh (4) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata yayasan, yaitu y, huruf pertama dari kata tenaga, yaitu t, huruf pertama dari


(30)

8 kata kerja, yaitu k, dan huruf pertama dari kata Indonesia yaitu i. Singkatan dll. pada contoh (5) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata dan, yaitu d, huruf pertama dari kata lain, yaitu l, dan huruf pertama dari kata lain, yaitu huruf l. Singkatan dll. Penulisannya diikuti satu tanda titik karena singkatan tersebut merupakan singkatan umum.

b. Pengekalan Huruf Pertama dengan Pelesapan Konjungsi, Preposisi, Reduplikasi, Reduplikasi dan Preposisi, dan Kata

Dalam pengekalan huruf pertama dengan pelesapan, ada satu atau beberapa kata yang dihilangkan atau dilesapkan. Kata yang dilesapkan itu biasanya berupa konjungsi, preposisi, reduplikasi, reduplikasi dan preposisi, dan kata. Berikut ini dikemukakan enam contoh pengekalan huruf pertama dengan pelesapan knjungsi, preposisi, reduplikasi, reduplikasi dan preposisi, dan kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. ABKJ kepanjangan dari Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang 2. BDB kepanjangan dari Bebas dari Bea

3. BHTI kepanjangan dari Biro Hak Cipta di Indonesia

4. GTKI kepanjangan dari Gabungan Taman Kanak-Kanak Indonesia 5. DGI kepanjangan dari Dewan Gereja-Gereja di Indonesia

6. MAWI kepanjangan dari Majelis Agung para Wali Gereja Indonesia Unsur yang dicetak miring pada singkatan ABKJ, BDB, BHTI, GTKI, DGI, dan MAWI merupakan unsur yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan pada singkatan tersebut tergolong ke dalam jenis konjungsi (kata hubung), yaitu dan, jenis preposisi (kata depan), yaitu dari dan di, jenis reduplikasi (pengulangan) dari kata


(31)

9 kanak, jenis reduplikasi (pengulangan) dari kata gereja dan preposisi (kata depan), yaitu di, dan jenis kata, yaitu kata para dan gereja.

c. Pengekalan Huruf Pertama dengan Bilangan, Apabila Berulang

Pengekalan huruf pertama dengan bilangan terjadi apabila huruf pertama dari kata-kata yang membentuk singkatan tersebut berulang dan biasanya huruf yang diulang tersebut juga sama. Berikut ini dikemukakan dua contoh pengekalan huruf pertama dengan bilangan, apabila berulang, disertai uraian yang menjelaskannya.

1. D3 kepanjangan dari Dinas

Dermawan Darah

2. P3AB kepanjangan dari Proyek

Percepatan Pengadaan Air Bersih

Singkatan D3 pada contoh (1) dibentuk dengan mengulang huruf pertama dari kata dinas, huruf pertama dari kata dermawan, dan huruf pertama dari kata darah. Pengulangan huruf yang sama tersebut sebanyak tiga kali. Sedangkan, singkatan P3AB pada contoh (2) dibentuk dengan mengulang huruf pertama dari kata proyek, huruf pertama dari kata percepatan, dan huruf pertama dari kata pengadaan. Pengulangan huruf yang sama tersebut terjadi sebanyak tiga kali. Selanjutnya, melalui pengekalan huruf pertama dari kata air dan huruf pertama dari kata bersih.

d. Pengekalan Dua Huruf Pertama dari Kata

Pengekalan dua huruf pertama dari kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dari kata yang membentuknya. Berikut ini dikemukakan


(32)

10 dua contoh singkatan yang mengalami pengekalan dua huruf pertama dari kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Aj. kepanjangan dari ajudan

2. Wa. kepanjangan dari wakil

Singkatan Aj. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan dua huruf pertama dari kata ajudan, yaitu huruf a dan huruf j, sedangkan singkatan Wa. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan dua huruf pertama dari kata wakil, yaitu huruf w dan huruf a.

e. Pengekalan Tiga Huruf Pertama dari Sebuah Kata

Pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata adalah proses pengekalan dengan mengekal tiga huruf pertama dari sebuah kata. Berikut ini dikemukakan dua contoh singkatan yang mengalami pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Acc. kepanjangan dari accord 2. Ant kepanjangan dari antara

Singkatan Acc. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan tiga huruf pertama dari kata accord, yaitu huruf a, huruf c, dan huruf c, sedangkan singkatan Ant. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan tiga huruf pertama dari kata antara, yaitu huruf a, huruf n, dan huruf t.

f. Pengekalan Empat Huruf Pertama dari Suatu Kata

Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata adalah proses pengekalan dengan mengekal empat huruf pertama dari sebuah kata. Berikut ini dikemukakan dua


(33)

11 contoh singkatan yang mengalami pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Purn. kepanjangan dari purnawirawan 2. Sekr. kepanjangan dari

sekretaris

Singkatan Purn. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan empat huruf pertama dari kata purnawirawan, yaitu huruf p, huruf u, huruf r, dan huruf n, sedangkan singkatan Sekr padacontoh (2) dibentuk melalui pengekalan empat huruf pertama dari kata sekretaris, yaitu huruf s, huruf e, huruf k, dan huruf r.

g. Pengekalan Huruf Pertama dan Huruf Terakhir Kata

Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dan huruf terakhir dari suatu kata. Berikut ini dikemukakan dua contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Ba. kepanjangan dari bintara

2. Pa. kepanjangan dari perwira

Singkatan Ba. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata bintara, yaitu b dan huruf terakhir dari kata bintara, yaitu a, sedangkan singkatan Pa. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata perwira, yaitu p dan huruf terakhir dari kata perwira, yaitu a.


(34)

12 Pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dan huruf ketiga dari suatu kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga disertai uraian yang menjelaskannya.

1. gn kepanjangan dari gunung

Singkatan gn pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata gunung, yaitu g dan huruf ketiga dari kata gunung, yaitu n.

i. Pengekalan Huruf Pertama dan Terakhir dari Suku Kata Pertama dan Huruf Pertama dari Suku Kata Kedua

 Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua dalam satu kata. Berikut ini dikemukakan dua contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Kpt. kepanjangan dari kapten 2. Top kepanjangan dari topografi

Singkatan Kpt. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama, yaitu huruf k dan huruf p dan huruf pertama dari suku kata kedua, yaitu t, sedangkan singkatan Top pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama, yaitu t dan o dan huruf pertama dari suku kata kedua, yaitu p.


(35)

13 j. Pengekalan Huruf Pertama Kata Pertama dan Huruf Pertama Kata Kedua dari

Gabungan Kata

Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua yang berupa gabungan kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. a.d. kepanjangan dari antedium 2. v.w. kepanjangan dari volkswagen

Singkatan a.d. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata pertama, yaitu a dan huruf pertama dari kata kedua, yaitu d yang kedua kata tersebut digabungkan menjadi antedium. Singkatan a.d. bukan merupakan singkatan umum jadi penulisannya diikuti dua tanda titik, yaitu di tengah dan di akhir. Selanjutnya, singkatan v.w. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata pertama, yaitu huruf v dan huruf pertama dari kata kedua, yaitu w, kedua kata tersebut digabungkan menjadi volkswagen.

k. Pengekalan Huruf Pertama dan Diftong Terakhir dari Kata

Pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dan diftong (ai, au, dan oi) terakhir dari suatu kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata disertai uraian yang menjelaskannya.


(36)

14 Singkatan sai. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari kata sungai, yaitu s dan diftong terakhir (ai) dari kata sungai.

l. Pengekalan Dua Huruf Pertama dari Kata Pertama dan Huruf Pertama Kata Kedua dalam Suatu Gabungan Kata

Pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua yang merupakan gabungan kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Swt kepanjangan dari swatantra

Singkatan Swt pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan dua huruf pertama, yaitu huruf s dan huruf w dari kata pertama (swa) dan huruf pertama kata kedua, yaitu huruf t dalam satu gabungan kata, yaitu kata swatantra.Singkatan Swt pada kata swatantra berbeda halnya dengan swt. pada subhanahu wataala. Swt pada swatantra penulisannya menggunakan huruf awal berupa huruf kapital dan tidak diakhiri tanda titik, sedangkan pada subhanahu wataala penulisannya menggunakan huruf kecil dan diakhiri tanda titik (swt.).

m. Pengekalan Huruf Pertama Suku Kata Pertama dan Huruf Pertama dan Terakhir Suku Kata Kedua dari Suatu Kata

Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari sebuah kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami


(37)

15 pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Bdg. kepanjangan dari Bandung

2. tgl. kepanjangan dari tanggal

Singkatan Bdg. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama suku kata pertama, yaitu huruf b dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua, yaitu huruf d dan huruf g yang berasal dalam satu kata, yaitu suku kata dung, sedangkan singkatan tgl. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama suku kata pertama, yaitu huruf t dan huruf pertama dan terakhir dari suku kata kedua, yaitu huruf g dan huruf l yang berasal dari satu kata.

n. Pengekalan Huruf Pertama dari Tiap Suku Kata

Pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dari tiap suku kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. hlm. kepanjangan dari halaman

2. ttg. kepanjangan dari tertanggal

Singkatan hlm. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata, yaitu huruf h, l, dan m dari suku kata ha, la, dan man. Selain itu, dalam penulisannya singkatan hlm. diikuti satu tanda titik. Hal itu, dikarenakan singkatan hlm. merupakan singkatan umum.

Singkatan ttg. pada contoh (2) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata, yaitu huruf t, t, dan g dari suku kata ter, tang, dan gal.


(38)

16

o. Pengekalan Huruf Pertama dan Huruf Keempat dari Suatu Kata

 Pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata. Berikut ini dikemukakan contoh singkatan yang mengalami pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata disertai uraian yang menjelaskannya.

1. d.o. kepanjangan dari depot

Singkatan d.o. pada contoh (1) dibentuk melalui pengekalan huruf pertama, yaitu huruf d dari kata depot dan huruf keempat dari kata depot, yaitu huruf o.

p. Pengekalan Huruf yang Tidak Beraturan

Pengekalan huruf yang tidak beraturan terjadi karena bentuk singkatan tersebut sulit untuk diketahui bagaimana proses pembentukanya, misalnya pada singkatan monseigneur (Mgr), operasi (Ops), dan lain-lain, singkatan tersebut proses pembentukannya sulit untuk dirumuskan.

Karena singkatan biasanya ditulis, penulisan singkatan harus sesuai kaidah. Kaidah yang dipakai biasanya kaidah EYD. Penulisan singkatan pada EYD (2006: 18-19) dibagi ke dalam empat bagian. Berikut ini penjelasan dari penulisan singkatan tersebut.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik, misalnya singkatan A.S. Kramawijaya penulisannya diikuti dengan tanda titik karena merupakan nama orang, M.B.A. merupakan nama gelar, Bpk. merupakan sapaan, dan Kol merupakan jabatan atau pangkat. b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan badan atau


(39)

17 dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya singkatan DPR, PGRI, dan GBHN merupakan singkatan yang terdiri atas huruf awal kata yang berupa nama lembaga, badan atau organisasi, dan nama dokumen resmi. Jadi, penulisannya menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik, misalnya singkatan dll., dsb., dan dst merupakan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf. Jadi, penulisannya diikuti satu tanda titik. Tetapi untuk singkatan a.n., d.a., u.b. , dan u.p merupakan singkatan yang terdiri atas dua huruf penulisannya menggunakan dua tanda titik, yaitu di tengah dan di akhir.

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik, misalnya Cu, cm, l, dan Rp merupakan lambang kimia, satuan ukuran, timbangan, dan mata uang. Jadi, penulisannya tidak diikuti tanda titik.

2.1.2 Makna Singkatan

Singkatan atau abreviasi teratur dalam hal cara yang memendekkan kata yang menjadi unsurnya, misalnya singkatan ABRI yang kepanjangannya adalah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama tiap unsur (Pateda, 2001: 152).

Timbul pertanyaan, apakah makna singkatan? Makna singkatan harus dicari pada unsur yang membentuk singkatan. Dengan kata lain, maknanya adalah kepanjangan singkatan itu sendiri.


(40)

18 Kadang-kadang singkatan sudah dianggap seperti kata. Karena itu, dapat dipendekkan atau disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur lain. Misalnya, ABRI yang digabungkan dengan urutan kata masuk desa terbentuklah singkatan [AMD] yang kepanjangannya ABRI Masuk Desa yang maknanya juga dalam kepanjangannya itu sendiri.

2.2 Akronim

Akronim dalam bab ini dibagi ke dalam dua hal, yakni pengertian akronim dan makna akronim. Berikut ini penjelasan dari kedua hal tersebut.

2.2.1 Pengertian Akronim

Kata akronim berasal dari bahasa Yunani akros yang berarti „paling tinggi‟ +onyma „nama‟. Jadi secara etimologi akronim berarti „nama yang paling tinggi, paling agung‟ Dale (et al), 1971: 201). Menurut KBBI (2007: 21), akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Akronim menurut Tarigan (1985: 107) adalah singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf kata uraian dan ada kalanya suatu akronim menjadi kata yang diterima oleh masyarakat bahasa. Bahkan tidak jarang terjadi bahwa suatu akronim lebih dikenal daripada kata-kata yang merupakan asal atau kepanjangannya sendiri. EYD (2006: 20-21) mengemukakan bahwa akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Kridalaksana (2009: 162) menyatakan akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain


(41)

19 yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti FKIP dilafalkan [efkip] dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/, ABRI dilafalkan [abri] dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/, dan AMPI dilafalkan [ampi] dan bukan /a/, /em/, /pe/, /i/.

Pandangan Kridalaksana inilah, yang dijadikan acuan bagi penulis untuk menganalisis data penelitian.

Menurut Kridalaksana (2009: 169), proses pembentukan akronim dibagi ke dalam enam belas proses. Berikut ini, penjelasan dari proses pembentukan akronim tersebut.

a. Pengekalan Suku Pertama dari Tiap Komponen

Pengekalan suku pertama dari tiap komponen adalh proses pengekalan dengan mengekal suku kata pertama dari setiap komponen yang membentuknya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan suku pertama dari tiap komponen disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Nalo kepanjangan dari

Nasional Lotere

2. Komdis kepanjangan dari

Komando Distrik

Akronim Nalo pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan suku pertama dari komponen pertama (nasional), yaitu na dan pengekalan suku pertama dari komponen kedua (lotere), yaitu lotere. Penulisan akronim Nalo diawali dengan huruf awal berupa huruf kapital karena akronim tersebut merupakan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata dari deret kata.


(42)

20

Akronim Komdis pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan suku pertama dari komponen pertama (komando), yaitu kom dan pengekalan suku pertama dari komponen kedua (distrik), yaitu dis. Penulisan akronim Komdis diawali dengan huruf pertama berupa huruf kapital karena akronim tersebut merupakan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata.

b. Pengekalan Suku Pertama Komponen Pertama dan Pengekalan Kata Seutuhnya

Pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekaln kata seutuhnya adalah proses pengekalan dengan mengekal suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya disertai uraian yang menjelaskannya.

1. banstir kepanjangan dari banting

stir

2. angair kepanjangan dari angkutan air

Akronim banstir pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan suku pertama dari komponen pertama (banting), yaitu ban dan pengekalan kata seutuhnya, yaitu stir. Penulisannya diawali dengan huruf pertama berupa huruf kecil karena akronim tersebut merupakan akronim yang bukan nama diri yang berupa suku kata dan kata. Akronim angair terjadi melalui pengekalan suku pertama komponen pertama (angkutan), yaitu ang dan pengekalan kata seutuhnya, yaitu air. Penulisannya diawali dengan huruf pertama berupa huruf kecil karena akronim tersebut merupakan akronim nama diri yang berupa suku kata dan kata.


(43)

21

c. Pengekalan Suku Kata Terakhir dari Tiap Komponen

Pengekaln suku kat terakhir dari tiap komponen adalah proses pengekalan dengan mengekal suku kata terakhir setiap komponennya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen disertai uraian yang menjelaskannya.

1. gatrik kepanjangan dari tenaga listrik

2. lisin kepanjangan dari ahli mesin

Akronim gatrik terjadi melalui pengekalan suku kata terakhir dari komponen pertama (tenaga), yaitu ga dan pengekalan suku kata terakhir dari komponen kedua (listrik), yaitu trik. Penulisannya diawali dengan huruf pertama berupa huruf kapital karena merupakan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata, sedangkan akronim lisin terjadi melalui pengekalan suku kata terakhir dari komponen pertama (ahli), yaitu li dan pengekalan suku kata terakhir dari komponen kedua (mesin), yaitu sin.

d. Pengekalan Suku Pertama dari Komponen Pertama dan Kedua Serta Huruf Pertama dari Komponen Selanjutnya

Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya adalah proses pengekalan dengan mengekal suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Gapani kepanjangan dari Gabungan Pengusaha Apotik Nasional Indonesia


(44)

22 2. Himpa kepanjangan dari Himpunan Peternak Ayam

Akronim Gopani pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan suku pertama dari komponen pertama (gabungan), yaitu ga dan huruf pertama dari kata pengusaha, apotik, nasional, dan Indonesia, yaitu huruf p, a, n, dan i, sedangkan akronim Himpa pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan suku pertama dari komponen pertama (himpunan), yaitu him dan huruf pertama dari kata peternak dan ayam, yaitu huruf p dan huruf a.

e. Pengekalan Suku Pertama Tiap Komponen dengan Pelesapan Konjungsi

Pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi adalah proses pengekalan dengan mengekal suku pertama dari tiap komponen yang membentuknya disertai pelesapan konjungsi. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan suku pertama tiap komponen dngan pelesapan konjungsi disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Anpuda kepanjangan dari Andalan Pusat dan Daerah

Akronim Anpuda pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan suku pertama tiap komponen (andalan, pusat, daerah), yaitu suku kata an, pu, dan da dan pelesapan konjungsi (kata hubung) dan. Penulisannya menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital karena akronim tersebut merupakan akronim nama diri.

f. Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen

Pengekalan huruf pertama tiap komponen adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama setiap komponennya. Berikut ini dikemukakan contoh


(45)

23 akronim yang mengalami pengekalan huruf pertama tiap komponen disertai uraian yang menjelaskannya.

1. KONI kepanjangan dari

Komite Olahraga Nasional Indonesia

2. LEN kepanjangan dari

Lembaga Elektronika Nasional

3. LIK kepanjangan

dari Lembaga Inventarisasi Kehutanan

Akronim KONI, LEN, dan LIK pada contoh (1), (2), dan (3) bertumpang tindih dengan singkatan. Hal ini karena pengekalan huruf pertama dari tiap komponen tersebut dapat dilafalkan seperti kata (akronim) dan dapat dilafalkan huruf per huruf (singkatan). Penulisannya menggunakan huruf kapital.

g. Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen Frase dan Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Terakhir

Pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir adalah proses pengekalan dengan mengekal huruf pertama setiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Aika kepanjangan dari Arsitek Insinyur Karya

2. Aipda kepanjangan dari Arsitek


(46)

24 Akronim Aika pada contoh (1) terjadi melalui huruf pertama tiap komponen dari frase verba (kata kerja), yaitu arsitek dan insinyur dan pengekalan dua huruf pertama dari komponen terakhir (karya), yaitu huruf k dan huruf a. Penulisannya menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital karena merupakan akronim nama diri.

Akronim Aipda pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan huruf pertama tiap komponen dari vrase verba (kata kerja), yaitu arsitek, inspektur, dan polisi serta pengekalan dua huruf pertama dari komponen terakhir (dua), yaitu huruf d dan huruf a.

h. Pengekalan Dua Huruf Pertama Tiap Komponen.

Pengekalan dua huruf pertama tiap komponen adalah proses pengekalan dengan mengekal dua huruf pertama setiap komponennya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan dua huruf pertama tiap komponen disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Unud kepanjangan dari

Universitas Udayana

2. Bapefi kepanjangan dari Badan

Penyalur Film

Akronim Unud pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama setiap komponennya (universitas dan udayana), yaitu un dan ud, sedangkan akronim Bapefi pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama setiap komponennya (badan, penyalur, dan film), yaitu ba, pe, dan fi.


(47)

25 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen adalah proses pengekalan dengan mengekal tiga huruf pertama setiap komponennya. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen disertai uraian yang menjelaskannya.

1. komrad kepanjangan dari

komunikasi radio

2. komwil kepanjangan dari komando wilayah

Akronim komrad pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan tiga huruf pertama setiap komponennya (komunikasi dan radio), yaitu huruf k, o, dan m dari komponen pertama dan huruf r, a, dan d dari komponen kedua. Penulisannya menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital karena merupakan akronim nama diri.

Akronim komwil pada contoh (2) terjadi melaluipengekalan tiga huruf pertama setiap komponennya (komando dan wilayah), yaitu huruf k, o, dan m dari komponen pertama dan huruf w, i, dan l dari komponen kedua.

j. Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua Disertai Pelesapan Konjungsi

Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi disertai uraian yang menjelaskannya.

1. abnon kepanjangan dari abang dan none (Jakarta)

Akronim abnon pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama komponen pertama (abang), yaitu huruf a dan b, tiga huruf pertama komponen


(48)

26 kedua (none), yaitu huruf n, o, dan n, dan pelesapan konjungsi dan. Penulisannya menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital karena merupakan akronim nama diri.

k. Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Ketiga serta Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua

Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua adalah proses pengekalan dengan mengekal dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua disertai uraian yang menjelaskannya.

l. Nekolim kepanjangan dari Neokolonialisme, Kolonialis, Imperialis

2. Odmilti kepanjangan dari

Oditur Militer Tinggi

Akronim Nekolim pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama komponen pertama (neokoloniamisme), yaitu huruf n dan huruf e dan komponen ketiga (imperalis), yaitu huruf i dan huruf m, serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua (kolonialis), yaitu huruf k, o, dan l, sedangkan akronim Odmilti pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama komponen pertama (oditur), yaitu huruf o dan huruf d dan komponen ketiga (tinggi), yaitu huruf t dan huruf i, serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua (militer), yaitu huruf m, huruf i, dan huruf l.


(49)

27

l. Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Pertama dan Ketiga serta Pengekalan Huruf Pertama Komponen Kedua

Pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua adalah proses pengekalan dengan mengekal tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua. Berikut ini dikemukakan contoh Pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua disertai uraian yang menjelaskannya.

1. nasakom kepanjangan dari

Nasionalis, Agama, Komunis

Akronim nasakom pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama (nasional), yaitu huruf n, a, dan s dan tiga huruf pertama komponen ketiga (komunis), yaitu huruf k, o, dan m serta pengekalan huruf pertama komponen kedua (agama), yaitu huruf a, g, dan m.

m. Pengekalan Tiga Huruf Pertama Tiap Komponen serta Pelesapan Konjungsi.

Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi adalah proses pengekaln dengan mengekal tiga huruf pertama setiap komponennya serta pelesapan (penghilangan) konjungsi. Konjungsi yang biasa dilesapkan adalah dan. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi disertai uraian yang menjelaskannya.

1. falsos kepanjangan dari Falsafah dan Sosial


(50)

28 Akronim falsos pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, komponen pertama (falsafah), yaitu huruf f, a, dan l dan komponen kedua (sosial), yaitu huruf s, o, dan s, serta pelesapan konjungsi dan

n. Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua

Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua adalah proses pengekalan dengan mengekal dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Fahuk kepanjangan dari

fakultas hukum

2. Jabar kepanjangan dari

Jawa Barat

Akronim Fahuk pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama komponen pertama (fakultas), yaitu huruf f dan huruf a dan tiga huruf pertama komponen kedua (hukum), yaitu huruf h, u, dan k, sedangkan akronim Jabar pada contoh (2) terjadi melalui pengekalan dua huruf pertama komponen pertama (Jawa), yaitu huruf j dan huruf a dan tiga huruf pertama komponen kedua (barat), yaitu huruf b, huruf a, dan huruf r.

o. Pengekalan Empat Huruf Pertama Tiap Komponen Disertai Pelesapan Konjungsi

Pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi adalah proses pengekaln dengan mengekal empat huruf pertama setiap


(51)

29 komponennya disertai pelesapan konjungsi dan. Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Agitprop kepanjangan dari

Agitasi dan propaganda

Akronim Agitprop pada contoh (1) terjadi melalui pengekalan empat huruf pertama tiap komponen, komponen pertama (agitasi), yaitu huruf a, g, i, dan t dan komponen kedua (propaganda), yaitu huruf p, r, o, dan p.

p. Pengekalan Berbagai Huruf dan Suku Kata Yang Sukar Dirumuskan

Berikut ini dikemukakan contoh akronim yang mengalami pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan disertai uraian yang menjelaskannya.

1. Akaba kepanjangan dari

Akademi Perbankan

2. Urildiadj kepanjangan dari Urusan Moril Direktorat Ajudan Jendral

Akronim Akaba dan akronim Urildiadj pada contoh (1) dan (2) terjadi melalui pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan. Hal ini dikarenakan proses pembentukannya sukar untuk dirumuskan. Penulisan akronim Akaba menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital karena merupakan akronim nama diri.


(52)

30 Penulisan akronim menurut EYD (2006: 20-21) dibagi ke dalam tiga bagian. Berikut ini penjelasan dari penulisan akronim tersebut.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, misalnya akronim ABRI, LAN, dan PASI merupakan akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata. Penulisan akronim tersebut seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya akronim Akabri, Bappenas, dan Iwapi merupakan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata. Penulisannya dengan menggunakan huruf pertama berupa huruf kapital.

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya akronim pemilu, rapim, dan rudal merupakan akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Dalam bahasa Indonesia, jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut (1) jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia dan (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.


(53)

31 Akronim adalah pemendekan dua kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata lain akronim merupakan kata. Maknanya merupakan kepanjangan kata tersebut. Jadi, kalau kita ingin mengetahui makna akronim adpel, maka harus diketahui lebih dahulu kepanjangan akronim. Kepanjangan akronim adpel adalah administrasi pelabuhan. Maknanya, yakni di pelabuhan terutama admministrasinya (Pateda, 2001: 150).

Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan akronim tidak didasarkan pada kaidah yang mengikat dan biasanya syarat enak dengar yang sangat menentukan. Akronim adpel terjadi dengan cara memendekkan, yakni mengambil suku pertama pada setiap kata. Misalnya, akronim amdal. Bagaimanakah proses pembentukannya? Akronim amdal dipendekkan dari kata-kata analisis mengenai dampak lingkungan. Terlihat di sini huruf-huruf pertama yang diambil, kecuali pada kata dampak. Pada kata dampak, dua huruf pertama yang diambil. Lalu, apakah makna akronim amdal? Maknanya, yakni kepanjangan akronim itu sendiri, analisis mengenai dampak lingkungan. Orang harus mengetahui, apakah makna analisis, apakah makna mengenai, apakah makna dampak, dan harus mengetahui makna kata lingkungan. Bahkan akronim amdal sudah terlihat seperti ilmu tersendiri. Suatu perusahaan belum diizinkan melaksanakan kegiatan jika belum memasukkan amdal.

Yang dapat disimpulkan berdasarkan uraian di atas, yakni makna akronim adalah makna kepanjangan kata-kata yang membentuk akronim tersebut. Akronim sudah dianggap kata.


(54)

32 Pemenggalan kata digunakan untuk menganalisis proses pembentukan akronim. Pemenggalan kata dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. Berikut ini uraian penjelasan mengenai pemenggalan kata dalam bahasa Indonesia.

1. Pemenggalan kata pada kata dasar

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-in, sa-at, dan bu-ah. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu, misalnya au-la bukan a-u-la, sau-da-ra bukan sa-u-sau-da-ra, dan am-boi bukan am-bo-i.

b. Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan, misalnya ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, dan mu-ta-khir.

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan, misalnya man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, dan makh-luk.

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di anatara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua, misalnya in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, dan ikh-las.

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata


(55)

33 dasarnya dan dapat dipenggal pada pergantian baris, misalnya makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, dan pergi-lah.

Dalam pemenggalan kata pada kata dasar, bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal, akhiran -i tidak dipenggal, dan pada kata yang berimbuhan sisipan pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut, misalnya te-lun-juk, si-nam-bung, dan ge-li-gi.

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas, misalnya bio-grafi atau bi-o-gra-fi, foto-grafi atau fo-to-gra-fi, intro-speksi atau in-tro-spek-si, kilo-gram atau ki-lo-gram, kilo-meter atau ki-lo-me-ter dan pasca-panen atau pas-ca-pa-nen.

Untuk nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus (EYD, 2006: 3)

2.4 Surat Kabar

 Surat kabar dalam bab ini dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu pengertian surat kabar, bahasa dalam surat kabar, dan pengertian headline. Berikut ini penjelasan dari ketiga aspek tersebut.

2.4.1 Pengertian Surat Kabar

Surat Kabar atau koran adalah penerbitan berkala (biasanya tiap hari, sehingga disebut pula harian) yang berisikan artikel, berita langsung, atau iklan. Wujud surat kabar atau koran berupa lembaran kertas ukuran plano (Wibowo, 2001: 103).


(56)

34 Junaedhe (1991: 137) menyatakan pendapat yang sedikit berbeda dari Wibowo, yakni koran; surat kabar berupa harian atau mingguan yang tidak mempunyai gambar kulit (cover) yang terbuat dari jenis kertas lain, terdiri dari beberapa halaman yang memiliki antara tujuh sampai sembilan kolom.

Koran atau surat kabar berfungsi sebagai sumber informasi. Sebagai sumber informasi, surat kabar bisa menggugah dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk turut serta melaksanakan pembangunan disegala bidang, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Melalui surat kabar, pendidikan dapat ditingkatkan karena surat kabar menjadi sarana cukup memadai dalam pendidikan nonformal (Praktikto, 1982: 271).

Surat kabar selain menjadi sarana pendidikan nonformal bisa juga digunakan sebagai sarana pendidikan formal. Misalnya, seorang guru bahasa Indonesia dapat mengambil jenis-jenis tulisan yang terdapat di dalam surat kabar, seperti berita, tajuk rencana, berita utama, iklan, cerita pendek, artikel, dan surat pembaca yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membelajarkan materi pembelajaran, contohnya pembelajaran istilah, singkatan dan akronim, tata ejaan, struktur, sastra, dan kosakata.

2.4.2 Bahasa dalam Surat Kabar

Hampir dalam semua kegiatan, manusia akan selalu berhubungan dengan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, termasuk diantaranya dalam surat kabar. Di dalam surat kabar, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ide atau gagasan dan juga informasi. Tanpa bahasa, surat kabar tidak mungkin dapat


(57)

35 menjalankan fungsinya sebagai media penerangan, pendidikan, dan hiburan (Praktikto, 1982: 194).

Bahasa dalam surat kabar atau majalah biasa disebut bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa. Bahasa jurnalistik bersifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lugas, lancar, jelas, dan menarik (Anwar dalam Widodo, 1997: 63).

Meskipun demikian, sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis, dan wacana. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan atau penyimpangan bahasa jurnalistik terhadap kaidah bahasa Indonesia baku. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Praktikto (1982: 232), yakni bahasa surat kabar hendaknya singkat, sederhana, jelas, padat, menarik, dan berpegang teguh pada kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku.

2.4.3 Pengertian Berita Utama

Berita utama adalah laporan tercepat wartawan mengenai fakta atau opini yang mengandung hal menarik minat atau penting atau kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk (Mitchel V. Chamley dalam Effendi, 1986: 98).

Menurut Junaedhie (1991: 16), berita utama adalah berita yang dianggap layak dipasang di halaman depan dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relatif besar.

Malarangeng (1992: 14) mengemukakan bahwa berita utama adalah informasi atau berita yang dianggap terpenting dari seluruh informasi yang disajikan oleh


(58)

36 surat kabar. Oleh karena itu, untuk berita utama disediakan tempat yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama pada surat kabar dan mendapat perhatian yang istimewa dari pengelola surat kabar tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada definisi berita utama menurut Malarangeng yang mengatakan bahwa berita utama adalah informasi atau berita yang dianggap terpenting dari seluruh informasi yang disajikan oleh surat kabar.

2.5 Fungsi Singkatan dan Akronim pada Surat Kabar

Di dalam surat kabar banyak terdapat penulisan singkatan dan akronim. Secara umum fungsi penulisan singkatan dan akronim tersebut adalah untuk meringkas penulisan agar tidak terjadi pemborosan kata dan untuk menambah kosa kata pembaca surat kabar (www.google.com.2010). Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang fungsi penulisan singkatan dan akronim tersebut.

1. Meringkas Penulisan Agar Tidak Terjadi Pemborosan Kata Misalnya:

Bandarlampung- Komisi Informasi (KI) harus segera dibentuk di Lampung. Pasalnya, hal itu sesuai amanat Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dimana setiap provinsi harus memilikinya.

“KI perlu dan wajib ada sebagai bentuk transparansi informasi bagi publik. Dengan begitu, masyarakat bisa melakukan kontrol terhadap penyelenggara negara, Sehingga, para pejabat yang menyalahgunakan wewenang bisa


(59)

37 berkurang,” ujar Program Advisor Maarif Institute Lampung Nur Rakhman Yusuf kepada Tribun Lampung, Jumat (30/4).

UU No 14 Tahun 2008 akan mulai dilaksanakan hari ini (1/5). Namun, dari 33 provinsi di Indonesia, hingga kini baru Jawa Tengah yang punya KI. Berdasarkan UU tersebut, KI adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU dan peraturan pelaksanaannya. Ki juga bertugas menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik, serta menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi, dan atau ajudifikasi nonligitasi.

Dari kutipan berita surat kabar harian Tribun Lampung tersebut, terdapat singkatan KI (Komisi Informasi). Akan tetapi, kepanjangan dari singkatan KI hanya berada di awal (pertama kali singkatan KI tersebut muncul, sementara pada kalimat-kalimat selanjutnya yang terdapat singkatan KI hanya ditulis singkatannya saja, tanpa kepanjangannya. Hal ini tampaknya dilakukan oleh si penulis untuk meringkas penulisan agar tidak terjadi pemborosan kata.

 2. Menambah Kosa Kata Pembaca Misalnya.

TV televisi

tilang bukti pelanggaran Perumnas perumahan nasional

radar radio detecting and ranging

rudal peluru kendali


(60)

38 Beberapa contoh tersebut merupakan singkatan dan akronim yang lebih populer dan lebih familiar digunakan dari pada kepanjangannya. Artinya, masyarakat lebih sering menggunakan singkatan dan akronim tersebut daripada kepanjangannya.

Selain itu, dalam surat kabar sering digunakan singkatan yang sama, tetapi kepanjangan yang berbeda, misalnya PT (perguruan tinggi; perseroan terbatas), SBY (Susilo Bambang Yudhoyono; Surabaya), KB (kendaraan bermotor; keluarga berencana), PG (Partai Golkar; pilihan ganda), dan sebagainya. Oleh karena itu, singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar yang disertai dengan kepanjangannya dapat menambah wawasan dan kosa kata pembaca.

2.6 Pembelajaran Singkatan dan Akronim di SMP

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat diwujudkan melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Selain itu, kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh dan perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi dasar (Depdiknas, 2006: 12).


(61)

39

Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran tentang singkatan dan akronim yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII semester 2. Untuk itu, kegiatan belajar mengajar ditujukan kepada siswa untuk mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Selanjutnya, materi tersebut dikaitkan dengan materi singkatan dan akronim yang berasal dari sumber belajar berupa surat kabar Tribun Lampung yang terdapat dalam kolom berita utama. Aktivitas siswa diawali dengan diskusi, yaitu mendiskusikan kata-kata yang terdapat dalam kolom berita utama yang didalamnya terdapat bentuk-bentuk singkatan dan akronim.

Pembelajaran yang dialami oleh siswa saat membahas singkatan dan akronim akan diawali dengan membaca surat kabar Tribun Lampung untuk menggali informasi. Guru mengarahkan siswa untuk mencatat pokok-pokok informasi yang terdapat dalam kolom berita utama yang dapat digunakan untuk menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti dan alasan. Setelah itu siswa ditugasi untuk memberikan tanggapan terhadap kata-kata yang terdapat dalam kolom berita utama yang didalamnya terdapat bentuk-bentuk singkatan dan akronim.

Kompetensi dasar lain yang berkaitan dengan pembelajaran singkatan dan akronim adalah menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan,


(62)

40 pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IX semester 1.

Dalam kegiatan menyunting tersebut, siswa sedikit atau pun banyak akan menemukan singkatan dan akronim dalam wacana yang disunting. Oleh karena itu, peranan guru akan sangat penting untuk menjelaskan bagaimana penulisan singkatan dan akronim yang tepat sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Proses pembelajaran dengan memanfaatkan media sangat berarti dalam mengaktifkan siswa memenuhi informasi yang sedang dipelajarinya. Menurut Hamalik (1994: 6), media dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Guru dapat saja memanfaatkan surat kabar sebagai bahan bacaan siswa untuk pembelajaran yang berkaitan dengan materi singkatan dan akronim.

Menurut Aryad (1996: 72), ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih media sebagai sumber belajar siswa. Kriteria tersebut dideskripsikan antara lain sebagai berikut.

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan seperti mencari atau menggarisbawahi kata-kata yang merupakan singkatan dan akronim dalam kolom “berita utama”.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan


(63)

41 kemampuan siswa. Misalnya, surat kabar tepat untuk menggali informasi tertentu dalam topik tertentu.

3. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri.

4. Guru terampil menggunakannya. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru ketika menggunakannya.

Surat kabar sebagai media pembelajaran sangat bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan siswa. Manfaatnya adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Contohnya, surat kabar Tribun Lampung Kolom “berita utama” memiliki berita yang dapat menarik perhatian siswa. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran. 3. Metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dll..

Dari empat manfaat media di atas, surat kabar adalah salah satu contoh yang dapat dijadikan sebagai media yang berguna, khususnya dalam pembelajaran singkatan dan akronim.


(64)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010 dari tanggal 1-31 Mei 2010. Data yang diambil sebanyak 31 berita utama.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Mengumpulkan berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010.

2. Memotong dan menempel berita utama pada kertas ukuran A4 serta memfotocopynya.

3. Menandai bentuk-bentuk abreviasi berupa singkatan dan akronim yang terdapat pada berita utama.

4. Mengelompokkan setiap bentuk singkatan dan akronim. 5. Mengidentifikasi penulisan singkatan dan akronim


(65)

41

6. Menyunting penulisan singkatan dan akronim berdasarkan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Bentuk singkatan terjadi melalui 3 proses, yaitu (1) pengekalan huruf pertama tiap komponen ada 75 singkatan, (2) pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi ada 4 singkatan, dan (3) pengekalan huruf pertama dan terakhir kata ada 1 singkatan. Bentuk akronim terjadi melalui 10 proses, yaitu (1) pengekalan bagian awal komponen ada 35 akronim, (2) pengekalan awal dan tengah komponen ada 5 akronim, (3) Pengekalan bagian awal dan akhir komponen ada 10 akronim, (4) pengekalan awal, tengah, dan akhir komponen ada 5 akronim, (5) pengekalan akhir komponen dan pelesapan kata ada 1 akronim, (6) pengekalan tengah dan akhir komponen ada 1 akronim, (7) pengekalan awal komponen dan komponen utuh ada 1 akronim, (8) pengekalan awal komponen dan pelesapan konjungsi ada 1 akronim, (9) pengekalan awal dan tengah komponen serta pelesapan konjungsi ada 2 akronim, dan (10) pengekalan awal dan akhir komponen serta pelesapan konjungsi ada 1 akronim.

2. Berdasarkan penulisannya, diketahui penulisan singkatan dan akronim yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah. Singkatan yang sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD ada 75 singkatan. Singkatan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD, yaitu kesalahan pemakaian tanda baca ada 1


(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010 dari tanggal 1-31 Mei 2010. Data yang diambil sebanyak 31 berita utama.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Mengumpulkan berita utama Tribun Lampung edisi Mei 2010.

2. Memotong dan menempel berita utama pada kertas ukuran A4 serta memfotocopynya.

3. Menandai bentuk-bentuk abreviasi berupa singkatan dan akronim yang terdapat pada berita utama.

4. Mengelompokkan setiap bentuk singkatan dan akronim. 5. Mengidentifikasi penulisan singkatan dan akronim


(2)

41

6. Menyunting penulisan singkatan dan akronim berdasarkan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Bentuk singkatan terjadi melalui 3 proses, yaitu (1) pengekalan huruf pertama tiap komponen ada 75 singkatan, (2) pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi ada 4 singkatan, dan (3) pengekalan huruf pertama dan terakhir kata ada 1 singkatan. Bentuk akronim terjadi melalui 10 proses, yaitu (1) pengekalan bagian awal komponen ada 35 akronim, (2) pengekalan awal dan tengah komponen ada 5 akronim, (3) Pengekalan bagian awal dan akhir komponen ada 10 akronim, (4) pengekalan awal, tengah, dan akhir komponen ada 5 akronim, (5) pengekalan akhir komponen dan pelesapan kata ada 1 akronim, (6) pengekalan tengah dan akhir komponen ada 1 akronim, (7) pengekalan awal komponen dan komponen utuh ada 1 akronim, (8) pengekalan awal komponen dan pelesapan konjungsi ada 1 akronim, (9) pengekalan awal dan tengah komponen serta pelesapan konjungsi ada 2 akronim, dan (10) pengekalan awal dan akhir komponen serta pelesapan konjungsi ada 1 akronim.

2. Berdasarkan penulisannya, diketahui penulisan singkatan dan akronim yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah. Singkatan yang sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD ada 75 singkatan. Singkatan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD, yaitu kesalahan pemakaian tanda baca ada 1


(4)

70

singkatan. Akronim yang sesuai kaidah penulisan menurut EYD ada 54 akronim. Akronim yang tidak sesuai kaidah penulisan menurut EYD ada delapan akronim, yaitu kesalahan penulisan huruf kapital.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Dalam penelitian, ditemukan penulisan singkatan dan akronim yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan salah satu sumber belajar bagi siswa dalam pembelajaran menyunting sebagai sumber belajar siswa untuk menambah kosakata.

2. Kajian dalam penelitian ini hanya bentuk dan penulisan singkatan dan akronim. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji bagian yang berbeda, misalnya latarbelakang pembentukan singkatan dan akronim.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ariyani, Farida. 1998. Interaksi Belajar Mengajar. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arsyad, Azhar. 1996. Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bataone. Singkatan dan Akronim Versi Terjemahan. Mei. 2010

http://www_indonesia_co_jp-bataone-ruangbahasa26.htm.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 SMP (Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia). Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

---. 2006. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandar Lampung: Pusat Bahasa.

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosadakarya.

Hamalik, Oemar. 1996. Media Pendidikan. Alumni: Bandung.

Junaedhie, Kurniawan. 1991. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Malarangeng, Rizal. 1992. Pers Orde Baru Tinjauan Isi Harian Kompas dan Suara Karya. Yogyakarta: Rajawali.

Murad, A. 1993. Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Piaget, J. 1970. Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Viking.


(6)

Sadiman, Arif S.dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Badan Penerbit Unila.

Wibowo, Wahyu. 2001. Otonomi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widodo. 1997. Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah.

Surabaya: Indah.


Dokumen yang terkait

Kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

1 17 141

Analisis penerapan bahasa jurnalistik berita utama surat kabar Empat Lawang Express edisi Desember 2010

4 24 97

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

12 101 39

KONSTRUKSI BERITA EKONOMI PADA SURAT KABAR (Studi Komparatif Berita Ekonomi Bidang Pertanian pada Surat Kabar Harian Lampung Post dan Tribun Lampung Edisi Januari 2012)

0 7 91

POLA KALIMAT DALAM BERITA UTAMA HARIAN LAMPUNG POST EDISI JANUARI 2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

0 8 48

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA JURNALISTIK PADA SURAT KABAR RADAR LAMPUNG EDISI APRIL 2014 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

3 21 102

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

10 27 102

KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN PUISI GELADI DIRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP Kohesi Gramatikal Pada Kumpulan Puisi Geladi Diri Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Di SMP.

0 1 15

KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN PUISI GELADI DIRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP Kohesi Gramatikal Pada Kumpulan Puisi Geladi Diri Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Di SMP.

0 2 14