Analisis kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama (headline) tabloid gaul edisi Januari 2014: implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IX

(1)

(HEADLINE) TABLOID GAUL EDISI JANUARI 2014: IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh

Wilda Fizriyani NIM: 1110013000072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAN DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Wilda Fizriyani. NIM: 1110013000072. Skripsi “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung dan Unsur Serapan Asing pada Berita Utama Tabloid Gaul Edisi Januari 2014: Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas

IX.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen pembimbing, Dra. Hindun, M.Pd. 2014.

Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dibimbing, termasuk dalam penggunaan bahasa yang disampaikan media massa. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama tabloid Gaul edisi Januari 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas IX.

Metode yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis purposive sampling. Instrumen penelitian dibantu dengan tabel yang mencatat data berupa kalimat yang mengalami kesalahan penggunaan dari segi tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama tabloid Gaul.

Hasil yang peneliti dapatkan dari penelitian ini bahwa jenis kesalahan terbagi dua, yakni kesalahan penggunaan tanda hubung dan kesalahan penggunaan unsur serapan bahasa asing. Pada penggunaan tanda hubung terdapat 26 kesalahan, sedangkan kesalahan pada penggunaan unsur serapan bahasa asing berjumlah 38 kesalahan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan unsur serapan mengalami kesalahan tertinggi pada tabloid Gaul edisi Januari 2014.


(6)

ii

Wilda Fizriyani. NIM: 1110013000072. Research “Analyze the Error of Using

Related Sign and Absorbed Unsure in Foreign Language on Headline’s Gaul Tabloid

in January Edition 2014: Implication on Indonesia Language Course at IX Class”.

Concentrate on Education of Bahasa and Literature, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciene, State Islamic Syarif Hidayatullah University of Jakarta. Research counselor is Dra. Hindun, M.Pd. 2014.

Teen is the next generation nation who need to guided well, especially how to used language in life, that it showe in mass media. So, this research has purpose to describe the error of using related sign and absorbed unsure in foreign language on

headline’s Gaul Tabloid in January edition 2014, then implication on bahasa anad

literature course at IX class.

Researcher use qualitative descriptive method and purpossive sampling in analyze thechnique. This Research of instrument use table to collected data in sentence.

The result of this research is two kind of errors are using related sign and absorbed unsure in foreign language. Related sign has 26 errors and absorbed unsure has 38 errors. So that, the error of using absorbed unsure in foreign language is the most sign that has error on Gaul Tabloid in January Edition 2014.


(7)

iii

Segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan kesehatan badan dan pikiran kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan salam dan salawat atas Rasulullah SAW sebagai sosok yang telah memberikan penerangan bagi umat manusia di dunia.

Penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan tak lepas dari bantuan beberapa pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara doa, moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Nurlena Rifa’I, Ph.D sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd sebagai ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI);

3. Dra. Hindun, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi, yang selalu membimbing penulis dengan sabar serta telah memberikan waktu, pikiran, materil, maupun moriil kepada penulis;

4. Seluruh dosen yang telah memberikan bantuan serta bimbingan kepada penulis;

5. Kedua orangtua (Rasman Regha dan Holillah) dan adik (Luthfi Fathurrahman) yang telah memberikan dukungan doa, materil dan moril kepada penulis, salam cinta dari penulis;

6. Sahabat-sahabatku yang selalu menghibur dan mendukung penulis (Mutiara Sari Dewi, Mela Meidawati, Rizqi Aulia, Nur Hilaliyah dan Vivi Lutfiyani); 7. Teman-teman PBSI se-angkatan yang selalu memberikan informasi kepada

penulis;

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak manapun. Penulis juga berharap Allah akan membalas kerja keras penulis dengan setimpal, amin.


(8)

iv


(9)

v

ABSTRAK ………..… i

ABSTRACT ……….... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….…. 1

B. Identifikasi Masalah ……….…. 4

C. Pembatasan Masalah ……….… 4

D. Perumusan Masalah ……….. 4

E. Tujuan Penelitian ………... 4

F. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Bahasa ……….. 6

B. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ……… 7

C. Media Massa ………..… 8

D. Bahasa Jurnalistik ……….. 10

1. Pedoman Penulisan Bahasa Jurnalistik ……….. 12

2. Kesalahan dalam Penggunaan Bahasa Jurnalistik ….…. 16 E. Unsur Serapan Asing ……….…. 18

1. Pengertian Unsur Serapan ……….…. 18


(10)

vi

G. Tabloid ……….. 29

1. Sejarah Tabloid ………. 29

2. Tabloid Gaul ………. 31

H. Penelitian yang Relevan ………... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 34

B. Waktu Penelitian ……….. 34

C. Teknik Pengambilan Sampel ………... 34

D. Instrumen Penelitian ……… 35

E. Teknik Analisis Data ………... 36

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan ……… 37

B. Deskripsi Data ………. 37

C. Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan ………. 38

D. Interpretasi Data ………. 67

BAB V PENUTUP A. Simpulan ……… 68

B. Saran ……….. 68 DAFTAR PUSTAKA


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Analisis kesalahan penggunaan ejaan dalam

berita utama (headline) edisi 01/Tahun XIII

Tabel 2 : Analisis kesalahan penggunaan ejaan dalam

berita utama (headline) edisi 02/Tahun XIII Tabel 3 : Analisis kesalahan penggunaan ejaan dalam

berita utama (headline) edisi 03/Tahun XIII


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data berita utama tabloid Gaul edisi Januari 2014

Lampiran 2 : Surat Pengajuan skripsi

Lampiran 3 : Surat Bimbingan skripsi


(13)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dunia pada masa kini sedang mengalami globalisasi dari berbagai sektor, salah satunya dalam IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Dari segi tersebut, dunia komunikasi pun ikut terpengaruh. Hal ini ditandai dengan bermunculan bahasa-bahasa baru yang digunakan oleh masyarakat.

Dengan adanya pengaruh globalisasi, bahasa Indonesia banyak menyerap dan meminjam unsur seperti kata, istilah maupun imbuhan dari bahasa asing. Ada beberapa yang sudah disesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia dan terdaftar sebagai kosakata bahasa Indonesia di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tapi ada juga yang belum. Unsur yang belum disesuaikan dan terdaftar tersebut salah satu alasannya adalah ada kata lain di dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna yang sama dengan kata bahasa asing tersebut, seperti overlap (tumpang tindih).

Hal yang menjadi masalah adalah jika terdapat kata maupun istilah yang dipakai di dalam bahasa Indonesia dengan tetap menggunakan unsur yang sama dengan bahasa aslinya, tanpa menyesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia. Dalam hal ini terjadi dari segi bahasa tulisnya. Hal ini terbukti pada media cetak yang terdiri dari majalah, surat kabar, tabloid dan lain-lain, khususnya media yang sasaran pembacanya dari kalangan remaja. Hal ini bisa mengakibatkan kegoyahan pada penggunaan bahasa Indonesia, apalagi remaja merupakan aset bangsa yang perlu dibina dan dibimbing dengan baik.

Media cetak merupakan salah satu jenis dari media massa yang memiliki peran penting dalam transformasi pengetahuan dan informasi aktual yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, media cetak pun berperan bagi pengembangan bahasa.


(14)

Sebagaimana diketahui bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara tercantum dalam UUD 1945, Pasal 36, Bab XV. Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :

(1) sebagai bahasa resmi kenegaraan

(2) sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

(3) sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pemerintahan (4) sebagai bahasa resmi dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.1

Selain itu, setiap warga negara Indonesia pada dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia adalah menumbuhkan dan membinakan sikap positif terhadap bangsa Indonesia. Dalam menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan sikap kebanggan berbahasa Indonesia.2

Penggunaan bahasa Indonesia di media massa telah diatur dalam UU RI Nomor 24 Tahun 2009 Bab III Pasal 39 Nomor 1 tentang bendera, bahasa,

dan lambang negara serta lagu kebangsaan, bunyinya yaitu “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa.” Selain itu, masyarakat juga perlu ingat mengenai isi dalam pengikraran Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, berikut ini kutipan isi Sumpah Pemuda:

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

1

Azenismail, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia, 2013 (http://azenismail.wordpress.com/2011/09/29/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/).

2Mery, Dampak Globalisasi Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Ditinjau Dari Segi Budaya, 2013, (http://merixyz.wordpress.com/2013/03/21/perkembangan-bahasa-indonesia).


(15)

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.”3

Dengan terteranya peraturan dan pernyataan dalam ikrar sumpah pemuda tersebut, media massa perlu mengevaluasi bahasa yang digunakannya, apalagi media yang berbentuk tabloid.

Di antara tabloid yang beredar di Indonesia yaitu tabloid Gaul merupakan media cetak yang akan dianalisis dari segi kebahasaannya. Hal yang paling diutamakan adalah penggunaan unsur serapan bahasa asing, dan penggunaan tanda baca yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia pada tabloid tersebut, khususnya tanda hubung.

Para remaja, sasaran pembaca tabloid Gaul, di masa kini terkadang menggunakan bahasa asing yang jauh dari peraturan penggunaan bahasa Indonesia yang benar, khususnya dari segi menulis. Mereka biasanya meniru penggunaan bahasa tersebut dari media massa, yang terkadang media-media itu, khususnya media-media cetak yang sasarannya remaja, kurang bisa memberikan contoh yang baik dalam menggunakan ejaan bahasa Indonesia. Dengan terjadinya peristiwa ini, hal itu tentu dapat mempengaruhi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia. Hal yang paling dikhawatirkan adalah jika kejadian tersebut terjadi di kalangan remaja, sebagai generasi penerus bangsa.

Dengan penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung dan Unsur Serapan Bahasa Asing pada Berita Utama (Headline) Tabloid Gaul Edisi Januari 2014: Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX”, maka hal ini bisa menjadi bahan untuk memperbaiki kesalahan yang ada dan bahan introspeksi bagi para penulis berita di media cetak, salah satunya adalah tabloid. Penggunaaan bahasa yang sesuai dengan aturan EYD harus bisa terealisasikan pada media cetak yang ada di Indonesia, khususnya pada tabloid Gaul.

3

Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. I, h. 29.


(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Berkembang pesatnya zaman sehingga mempengaruhi bahasa Indonesia. 2. Pengaruh media massa terhadap penggunaan bahasa Indonesia di

masyarakat.

3. Pengaruh kesalahan ejaan bahasa dan tanda baca dalam media massa, khususnya media cetak terhadap keberadaan bahasa Indonesia.

4. Kalangan remaja memiliki pengaruh paling besar dalam penggunaan bahasa yang disajikan oleh media cetak khususnya, tabloid.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kesalahan penggunaan ejaan yang dibatasi pada :

1. Tanda hubung (-) dalam berita utama (headline) tabloid Gaul edisi Januari 2014.

2. Unsur serapan bahasa asing (kata dan istilah) dalam berita utama (headline) tabloid Gaul edisi Januari 2014.

D. Perumusan Masalah

Bagaimanakah kesalahan pengunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama (Headline) tabloid Gaul edisi Januari 2014?

E. Tujuan penelitian

Untuk mendeskripsikan segala bentuk kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama (Headline) tabloid Gaul edisi Januari 2014.


(17)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mahasiswa, penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dalam memahami hal yang berkaitan dengan materi ejaan pada mata kuliah yang didapatkan.

b. Untuk guru, penelitian ini bisa dijadikan masukan ke dalam materi yang berkaitan dengan kesalahan ejaan bahasa pada materi yang ingin disampaikan dalam proses pembelajaran.

c. Untuk sekolah, penelitian ini bisa menjadi bahan yang baik untuk melengkapi kurikulum pada pelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa dapat memahami dan melihat langsung penerapan yang terjadi pada media yang ada di masyarakat, khususnya pada media cetak seperti tabloid.

b. Guru bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam untuk disampaikan kepada peserta didik di sekolah. Sehingga guru dapat menjelaskan secara detail mengenai masalah tersebut, apalagi dalam penelitian ini menampilkan contoh-contoh yang sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupannya.

c. Sekolah dapat menambah referensi penelitian ini di sekolah, sehingga penyampaian materi ini kepada siswa dapat tersampaikan dengan baik.


(18)

6

TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada diri sisi pembaca.1 Bahasa dianggap sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun tertulis.2

Bahasa dilihat sebagai suatu gejala alam yang harus dianalisis agar dapat ditemukan kaidah-kaidah dari bahasa.3 Bahasa juga merupakan cermin (mirror) bagi keberadaan masyarakatnya. Itulah sebabnya sering dikatakan pula bahwa bahasa hampir pasti menunjukkan bangsanya.4

Bahasa jika ditinjau dari sudut komunikasi adalah transmisi pesan, yang merupakan pemilihan serangkaian simbol dari suatu persediaan koda. Jadi, apabila seseorang menggunakan bahasa seolah-olah seperti memilih kata demi kata.5

Berdasarkan definisi bahasa yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa digunakan sebagai alat atau media komunikasi yang digunakan oleh masyarakat agar pesan yang dimaksud dapat

1

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet. I, h. 1.

2

Masnur Muslich, Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan Pengembangan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), Cet. I, h.3.

3

JD Parera, Dasar-dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta: Erlangga, 2009), Cet. I, h. 7.

4

Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.2.

5

Abd Syukur (Ed), Analisis Bahasa untuk Pengajaran Bahasa (Terjemahan), (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h.41.


(19)

diterima dan dipahami antar anggota yang satu dengan yang lainnya dalam suatu masyarakat. Bahasa yang digunakan di masyarakat tersebut, tidak hanya berbentuk lisan, tapi tulisan pun termasuk ke dalam alat atau media komunikasi itu.

B. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Dengan ditetapkannya sebagai bahasa negara, yang dituangkan di dalam Pasal 36 Undang-Undang dasar 1945, bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Negara Indonesia.6 Sebagai bahasa resmi, bahasa yang digunakan oleh seluruh masyarakat, maka untuk penggunaan bahasa yang tepat, pemerintah pun menyusun suatu peraturan atau kaidah yaitu buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Selain itu, di masyarakat tentu sering

mendengar kalimat “Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar”.

Pernyataan ini mengajak rakyat Indonesia untuk bisa menerapkan hal tersebut dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.

Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar.7 Prof. Ida Bagus Putrayasa mendefinisikan bahwa bahasa yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku.8

Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa baik.9 Definsi lain

6

Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Gramedia, 2009),Cet II, h.3.

7

Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010),Cet. VIII, h.20.

8

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet. I, h.81.

9


(20)

menurut Prof. Ida Bagus Putrayasa bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya.10

Jadi, bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi pemakainya, seperti bahasa yang berisi hal ilmiah tidak tepat jika dipakai pada masyarakat desa yang berpendidikan rendah. Bahasa yang benar sendiri adalah bahasa yang digunakan dengan menyesuaikan aturan yang berlaku, seperti pada bahasa tulis dengan berpedoman ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan (EYD), kata asing ditulis dengan huruf miring dan sebagainya. Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus adalah pemakaian bahasa Indonesia yang benar, pemakaian bahasa yang harus disesuaikkan dengan peraturan yang ada di dalam bahasa Indonesia, dari segi bahasa tulisnya.

C. Media Massa

Kini manusia sedang mengalami masa di mana media massa menjadi salah satu pusat kepentingan bagi mereka. Hal ini dikarenakan bahwa tidak mungkin manusia melakukan pengembangan diri dan masyarakat tanpa mengakses berita, fakta, ilustrasi, gagasan, dan informasi dari berbagai media komunikasi massa baik secara tradisional maupun media massa kontemporer11.

Media massa sebagaimana dipaparkan oleh Doug Newsom and James A Wallert adalah communicators have a wide choice of channels for sending message to large audience. Newspaper, magazines, radio, television and books are capable of reaching an audience of millions. These channels are known as the mass media of communications. Any channel carrying message

10

Ida Bagus Putrayasa. Loc.cit.

11

Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. I, h.2.


(21)

to vast, widespread general audiences is a mass medium.12 Dengan kata lain, komunikator memiliki berbagai pilihan penampilan tayangan yang luas untuk mengirimkan pesan kepada audien dalam skala besar. Koran, majalah, radio dan televisi serta buku mampu menjangkau jutaan pemirsa. Penampilan-penampilan tayangan inilah yang disebut komunikasi media massa. Beberapa tampilan membawa pesan dengan cepat serta sebagai media penyebaran kepada masyarakat umum.

Agee mengemukakan bahwa media massa merupakan saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak.13 Hal ini berarti media memiliki pengaruh yang kuat yang bisa saja mempengaruhi gaya hidup seseorang.

Pendapat lain mengenai definisi media massa adalah perpanjangan alat indra manusia.14 Hal ini berarti bahwa dengan media, manusia atau masyarakat bisa melihat dan mengetahui sebuah peristiwa dan informasi mengenai sesuatu/seseorang secara langsung. Menurut Canggara, media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.15

12

Doug Newsom dan James A Wallert, News For The Mass Media (Media Writing), (California: Wadsworth Publishing Company, 1985), h. 27.

13

Ardianto, Definisi Menurut Para Ahli, 2014, (http://definisiahli.blogspot.com/2013/05/definisi-media-masa-menurut-ahli-ardianto.html).

14

Mc Luhan dalam Firsan Nova, Crisis Public Relations – Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 204.

15

ASM. Romli, Pengertian Media Massa, 2014, (http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/)


(22)

Dari beberapa definisi tersebut mengenai media massa, maka dapat disimpulkan bahwa media massa adalah sebuah alat atau sarana yang bertugas untuk menyampaikan informasi kepada khalayak, baik melalui media yang berbentuk cetak (seperti koran, tabloid, dan majalah) maupun elektronik (seperti televisi, radio dan internet). Untuk itu, media massa menjadi sebuah kebutuhan dan memiliki manfaat yang penting bagi masyarakat dan menjadi tugas seorang seorang jurnalis untuk menyajikan informasi yang teraktual dan benar kepada masyarakat.

D. Bahasa Jurnalistik

Junalistik atau journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.16 Jurnalistik juga diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, dan berkala lainnya.17

Di dunia jurnalistik, istilah ‗bahasa jurnalistik’ tentu tidak asing bagi kalangan pers; jurnalis. Bahasa jurnalistik sendiri dianggap sebagai salah satu variasi bahasa Indonesia tampak jelas kegunaannya bagi masyarakat yang mendengarkan informasi dari radio setiap hari, membaca berita koran, tabloid, dan majalah setiap jam, menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak, mereka seolah-olah diajak untuk menyaksikan berbagai peristiwa secara

16

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 15.

17

Assegaf dalam AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), Cet. III, h. 2.


(23)

langsung. Dengan demikian, bahasa jurnalistik itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam karya jurnalistik.

Bahasa jurnalistik didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.18 Bahasa yang lazim dipakai media cetak berkala yakni surat kabar, tabloid, dan majalah disebut bahasa jurnalistik.19

Dewabrata mengemukakan bahwa penampilan ragam bahasa jurnalistik yang baik bisa ditenggarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak menggunakan susunan kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan susunan serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.20

Rosihan Anwar, wartawan senior terkemuka menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan

18

Rosihan Anwar dalam AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), Cet. III, h.7.

19

As Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), Cet. III, h. 53.

20


(24)

ejaan yang benar. Dalam kosakata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.21

Badudu mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.22Yang paling dasar dalam memahami bahasa jurnalistik bahwa bahasa jurnalistik juga sama saja dengan bahasa yang digunakan secara umum, yaitu mengikuti tata bahasa yang berlaku dan mempergunakan kosakata yang sama.23

Berdasarkan penjelasan mengenai bahasa jurnalistik menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang biasanya digunakan oleh wartawan (pers) untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Aturan pers dalam menggunakan bahasa di media tidak lepas dari aturan yang telah ditentukan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, hanya saja penulisan mereka terlihat lebih sederhana, ringkas dan padat. Berikut ini dipaparkan mengenai pedoman penulisan bahasa jurnalistik dan kesalahan dalam penggunaan bahasa jurnalistik.

1. Pedoman Penulisan Bahasa Jurnalistik

Terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari

21

Rosihan Anwar dalam AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), Cet. III, h. 6.

22

Ibid.

23

Badudu dalam Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 164.


(25)

kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, menggunakan kalimat aktif, menghindari kata dan istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika.24

Pedoman pemakaian bahasa Indonesia dalam pers juga telah disepakati oleh para wartawan dalam Karya Latihan Wartawan IKLW XVII PWI Pusat yang diselenggarakan pada tanggal 6 — 10 November 1975. Adapun isi pedoman tersebut adalah sebagai berikut.

a. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam penerbitan pers sekarang ini ialah kesalahan ejaan.

b. Wartawan hendaknya membatasai diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun harus menulis akronim, maka satu kali dia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.

c. Wartawan hendaknya jangan menghilangkan imbuhan, bentuk awalan atau prefix. Pemenggalan kata awal me- dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi, pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita.

d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaran pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek).

e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-kata

“sementara itu”, “dapat ditambahkan”, “perlu diketahui”, “dalam rangka”, “selanjutnya”, dan lain-lain.

f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir sepert: “adalah”

(kata popula); “telah” (penunjuk masa lampau); “untuk” (sebagai

terjemahan to dalam bahasa Inggris), “dari” (sebagai terjemahan of

dalam hubungan milik; “bahwa” (sebagai kata sambung), dan bentuk

jamak yang tidak perlu diulang.

g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur-aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me). Sebab kalimat aktif terasa lebih hidup dan kuat dari kalimat pasif.

24

AS Haris Sumadiria, Bahasa jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010),Cet III, h.14.


(26)

h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian atau maksud.

i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin mentaati kaidah tata bahasa. j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang

komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari segi aspek yaitu: isi, bahasa dan teknik persembahan.25

Selain itu, Goenawan Mohammad, wartawan dan esais Indonesia, menguraikan bahasa jurnalistik di media cetak antara lain:

a. Datanglah dengan “sesuatu” sebelum menulis sebuah berita. Jika Anda tak bisa menuliskan sesuatu itu, Anda tidak punya gagasan apalagi berita.

b. Tulislah sedemikian sehingga mudah dimengerti, dengan bahasa Indonesia yang sederhana. Kata-kata sederhana lebih digdaya. Hindari kata-kata asing, ilmiah, dan jargon.

c. Tulislah yang mudah dibaca lebih sulit membuatnya. Jika bisa, buatlah kata-kata Anda bernyanyi dan menari. Jika tidak biasa, cukup membuatnya jadi jelas. Katakan pada diri sendiri setiap hari: Anda tak perlu memneri kesan menguasai bahasa yang indah serta mendayu-dayu.

d. Gambarkan bukan katakan. Tulislah sehingga pembaca akan

mengatakan: “Saya merasa seperti benar-benar melihat apa yang Anda

tulis”. Visualidasikan setiap adegan, tunjukkan pada mereka apa saja

yang nampak dalam mata pikiran Anda. Penuhi kalimat dengan orang, tempat, dan benda-benda, serta detil yang cukup, tapi tidak terlampau banyak.

e. Hindari pemakaian eufemisme dan kata-kata yang dipromosikan oleh kelompok kepentingan tertentu, termasuk pemerintah, dan kalangan

militer. “Diamankan” dalam banyak hal adalah “ditahan”.

f. Jika Anda tidak mampu menemukan cacat pada tulisan Anda sendiri, Anda bukan penulis. Sediakan waktu untuk menyunting sendiri apa yang telah ditulis. Sisi sudah dalam menulis adalah bahwa Anda tak perlu sempurna melakukan bedah otak. Bahkan penulis kondang

25

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. V, h. 148-150.


(27)

percaya bahwa tulisan yang baik adalah hasil penulisan ulang (re-writing).

g. Berita yang baik tidak memerlukan dekorasi. Hapus kata “amat” atau

“sekali” setiap menemuinya. Hapus sebanyak mungkin kata sifat seperti “cantik” atau “hebat” atau “piawai” ketika melaporkan sebuah

peristiwa. Anda bisa menulis tanpa mereka jika Anda punya kata kerja yang kuat.

h. “Less is more,” kata Ernest Hemingway. Jangan menulis dengan kata -kata panjang jika dengan pendek sudah cukup. Gunakan -kata kerja aktif. Jangan ubah kata kerja menjadi kata kerja buruk.

i. Tergila-gilalah pada akurasi. Jangan buarketololan seperti salah menuliskan nama seseorang. Pembaca akan mengatakan: Jika Anda ceroboh dengan hal-hal kecil, bagaimana kami bisa percaya anada dengan hal-hal penting?” Maka teliti dan teliti ulang fakta anda. Jika ragu, tinggalkan mereka.

j. Jika Anda tak bisa memperlakukan fakta sebagai sesuatu yang sakral, jadilah penulis fiksi-bukan wartawan. Jangan pernah melaporkan gosip. Jangan merekayasa peristiwa. Dan jangan membedakan kutipan orang agar nampak lebih seksi. Keuntungannya sangat sedikit, harga yang harus dibayar mahal.26

Sebuah media pasti memiliki aturan yang memegang kendali dalam proses penggunaannya agar hasilnya dapat memuaskan masyarakat, khususnya media cetak. Jika dilihat dari paparan dari Goenawan Mohammad ada salah satu hal mengenai penggunaan bahasa pada media cetak bahwa media perlu menghindari kata-kata yang berbau ilmiah, asing dan jargon.

Berdasarkan hal-hal tersebut mengenai pedoman penulisan bahasa jurnalistik, maka bisa dilihat bahwa dalam penggunaan ejaan, wartawan memiliki aturan agar menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah teknis ilmiah dalam berita dan tetap mengikuti Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan demikian, sebuah media perlu menghindari istilah dan penulisan ejaan yang tidak sesuai pedoman tersebut agar terhindar

26

Goenawan Ahmad dalam Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. I, h.19-20.


(28)

dari kesalahpahaman dan kesalahan. Hal ini sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik, salah satunya adalah menghindari kata dan istilah asing dalam menyampaikan informasi dan pedoman wartawan mengenai penulisan pers harus sesuai dengan EYD bahasa Indonesia. Keadaan tersebut dilakukan sebagai langkah mempermudah pembacanya yang tidak mengerti kata atau istilah-istilah asing.

2. Kesalahan dalam Penggunaan Bahasa Jurnalistik

Selama ini manusia selalu disebut sebagai makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan, hal ini dianggap wajar. Akan tetapi, jika kesalahan tersebut terus dilakukan tanpa melakukan perbaikan, maka ini menjadi hal yang kurang baik. Hal ini juga terjadi di dunia jurnalis, sebuah kesalahan yang sering dilakukan para jurnalis adalah penggunaan ejaan saat menulis di media. Dr. Yus Badudu pun pernah mengatakan mengenai hal tersebut. Berikut ini kutipannya.

“Kesalahan yang paling menonjol dalam bahasa surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan saya rasa sudah disebarkan kepada redaksi-redaksi surat-surat kabar. Tetapi, mengapa aturan-aturan ejaan yan tercantum di dalam buku ejaan itu tidak diterapkan secara baik dan konsekuen. Kita memiliki tanggung jawab bukan hanya terhadap satu golongan masyarakat, tetapi terhadap semua golongan termasuk anak-anak kita, murid-murid sekolah. Kita memercayakan anak-anak kita kepada guru-guru yang mendidiknya, tetapi kita tidak mau membantu pekerjaan guru-guru itu. Yang dijumpai murid-murid itu di luar sekolah, dalam hal ini surat-surat kabar lain daripada yang diajarkan

gurunya di sekolah.”27

Berikut ini kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan oleh wartawan saat menulis berita di media dari segi kebahasaan menurut Stanley, pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

27

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. V, h.9.


(29)

a. Kesalahan Morfologis

Kesalahan ini sering terjadi pada judul berita surat kabar ataupun majalah yang memakai kalimat aktif.

Misalnya:

Pesawat Garuda Terjatuh Tepat Bawah Sungai Kota Jember b. Kesalahan Sintaksis

Kesalahan pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar yang mengacaukan makna.

Misalnya:

Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat.

Seharusnya, Hasil Kerajinan Desa Kasongan banyak diekspor ke Amerika.

c. Kesalahan Kosakata

Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau menimimalkan dampak buruk pemberitaan.

Misalnya:

Penculikan Mahasiswa oleh OknumKopasus Itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI.

Seharusnya, kata Pil Pahit diganti kejahatan. d. Kesalahan Ejaan

Kesalahan ini banyak terjadi dalam surat kabar atau majalah. Misalnya:

Kata Jumat sering ditulis Jum’at, dan kata Jadwal ditulis


(30)

e. Kesalahan Pemenggalan

Kesalahan ini terjadi dalam pemenggalan kata atau kalimat yang berganti kolom sehingga terkesan main penggal.28

E. Unsur Serapan

1. Pengertian Unsur Serapan

Unsur serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah.29 Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia meminjam atau menyerap kata dari bahasa-bahasa tersebut. Bahasa asing ini bisa berasal dari bahasa Inggris, Cina, Portugis, Belanda maupun Arab. Bahasa-bahasa asing tersebut bisa diserap ke dalam bahasa Indonesia karena ada hubungan dalam berkomunikasi antara negara-negara tersebut dengan Indonesia pada zaman dahulu maupun sekarang dengan adanya IPTEK.

Sumber lain mengatakan bahwa unsur serapan adalah unsur asing yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, yang lantas dipungut dan diserap ke dalam bahasa Indonesia.30 Penyerapan ini bertujuan agar bahasa Indonesia bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di dunia, khususnya dari segi bahasanya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur serapan adalah unsur yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing maupun daerah. Unsur di sini tidak hanya berbentuk kata, tapi istilah dan imbuhan juga. Kosakata, istilah maupun imbuhan yang diserap tersebut ada beberapa yang sudah disesuaikan dengan ejaan Indonesia. Selain itu, adapula yang langsung diserap tanpa disesuaikan ejaan

28

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), h. 91-92.

29

Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Grasindo, 2012), h. 68.

30

Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. I, h. 21.


(31)

bahasa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia menyerap atau meminjam secara utuh, struktur kata dan maknanya.

2. Pengelompokkan Unsur Serapan

Unsur serapan memiliki empat macam proses. Berikut ini pemaparannya.

a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya, camera (kamera) dan michrophone (mikrofon)

b. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Misalnya, design (desain) dan file (fail)

c. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tanpa dengan penyesuaian lafal. Misalnya, bias (bias) dan radar (radar)

d. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

1) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu dicetak dengan huruf miring. Misalnya, dulsce utile

2) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu juga tidak ditulis dengan huruf miring. Misalnya, golf dan internet.31

Referensi lain membagi pengelompokan proses penyerapan sebagai berikut.

a. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, dan waktu

b. Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalannya, penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya, shuttle cock dan knock out

c. Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai dengan EYD. Misalnya computer (computer) dan kalkulasi (calculation).32

Selain itu, pendapat lain memaparkan mengenai pengelompokkan unsur serapan sebagai berikut.

a. Proses adopsi, yaitu kata asing diambil langsung menjadi bahasa Indonesia (contoh: bank, helm, unit dan radio)

31

Tim Penyusun, Pedoman EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 112-113.

32

Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,


(32)

b. Proses adopsi, yaitu menyesuaikan bahasa asing ke dalam struktur bahasa Indonesia (contoh: sistem dan idealis)

c. Proses terjemahan, yaitu mencari padanan dalam bahasa Indonesia (contoh: segitiga-triangle dan terpadu-integrated.33

Berikut ini pemaparan lain mengenai pengelompokkan unsur serapan bahasa asing.

a. Mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya, bank dan opname

b. Mengambil kata dengan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya, standard-standar

c. Menerjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, starting point-titik tolak

d. Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Misalnya, de facto.34

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi ada kelompok besar. Berikut ini kutipan yang dimaksud.

“Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l’hommepar

l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisannya dan pengucapannya

disesuaikan dengan bahasa Indonesia.”35

Jadi, berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur serapan dibagi menjadi empat kelompok proses, yaitu sebagai berikut.

a. Adopsi, yaitu unsur bahasa asing yang diserap secara utuh baik makna, ejaan maupun lafalnya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, helm, unit dan formal

33

Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 35.

34

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2009), Cet XI, h. 34-35.

35

Tim Penyusun, Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 89-90.


(33)

b. Adaptasi, yaitu unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan ejaannya. Misalnya, intellectual-intelektual dan subject-subjek

c. Terjemahan, yaitu unsur serapan asing yang diterjemahkan dan memiliki padanan yang sesuai di dalam bahasa Indonesia.

Misalnya:

Air port Bandar udara Join ventura usaha patungan36

d. Penyerapan (peminjaman) unsur bahasa asing secara utuh (makna, ejaan, lafal) dan unsur tersebut digunakan karena sifat keuniversalannya. Namun, unsur itu belum dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia sehingga penulisannya harus dimiringkan Misalnya:

De facto Status quo Cum laude37

3. Pedoman Penggunaan Unsur Serapan

Sebagian orang di Indonesia mungkin mengetahui bahwa sesungguhnya bahasa Indonesia banyak sekali mengambil maupun menyerap bahasa asing untuk dijadikan daftar kosakata dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa pada hakikatnya bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa Melayu dan persentuhan budaya pada masa dahulu, saat lalu lintas perdagangan antar negara. Selain itu, bahasa Indonesia juga menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina dan Inggris.

36

Atikah Anindyarini dkk, Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas IX, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), h. 51.

37


(34)

Hal mengenai kata asing dalam bahasa Indonesia pernah dibahas oleh para ahli bahasa. Berikut ini penjelasan mengenai hal yang dimaksud.

“Yang harus ditolak ialah kata asing yang masih saja dituliskan dan

diucapkan seperti lafalnya dalam bahasa asing asalnya. Kalau kata-kata seperti itu digunakan dalam bahasa Indonesia, kalimat bentukan seperti itu dapat dikatakan sebagai kalimat bahasa Indonesia gado-gado. Kalau masih menuliskan kata berikut taxi, relax, team, management, toilet, trottoir, masih menggunakan kata asing dalam bahasa Indonesia. Tetapi bila kata-kata itu tuliskan atau ganti dengan padanannya dalam bahasa Indonesia, menghindari pemakaian kata asing di dalam bahasa yang gunakan. Kata-kata tersebut menjadi taksi, tim, menajemen, toilet, trotoar, atau cari padanannya dalam bahasa Indonesia santai (untuk relax), pengelolaan (untuk management), kaki lima (untuk trottoir).”38

Agar masyarakat Indonesia tidak kebingungan dalam menentukan suatu unsur serapan yang benar, salah satu jalannya adalah dengan melihat dalam kamus yang baik. Salah satu kamus yang terbaik dewasa ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Penulisan atau penggunaan huruf miring biasanya diterapkan pada unsur serapan asing yang belum disesuaikan penulisan ejaannya. Berikut ini peraturan dari penggunaan huruf miring.

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

Majalah Bahasa dan Kesustraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara karya.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya:

huruf pertama kata abad ialah a

38


(35)

Dia bukan menipu, tetapi ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya:

huruf pertama kata abad ialah a Dia bukan menipu, tetapi ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

d. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carciniamangostana. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.39

Selain yang dijelaskan sebelumnya, referensi lain menjelaskan tentang penulisan huruf miring yaitu sebagai berikut.

a. Untuk menuliskan semua nama media massa cetak maupun elektronik

Misalnya:

Siaran langsung itu diselenggarkan di RCTI b. Untuk nama kapal dan pesawat

Misalnya:

Garuda mulai menerbangi Australia c. Untuk menuliskan nama kantor berita

Misalnya:

Hal itu seperti ditulis kantor berita Antara

39

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. XXVIII, h. 25-26.


(36)

d. Untuk menuliskan pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk tanya jawab

Misalnya:

Sampai kapan Anda akan menyanyi?

e. Untuk menuliskan nama rubrik dan nama program acara di teve Misalnya:

Menghadapi Idul Adha, 16 Maret besok, AN-teve.40 Contoh lain mengenai penulisan huruf miring, antara lain:

1) Buku Jurnalistik, Majalah Mingguan Berbahasa Sunda Mangle, dan Surat Kabar Bandung Pos, menurut Dewan Juri Anugerah Kebudayaan jawa Barat 2006, termasuk ke dalam kategori buku teks, majalah mingguan berbahasa daerah, dan surat kabar lokal yang mampu menggunggah inspirasi serta membangkitkan total terhadap profesi.

2) Harijanto sebenarnya mencintai boat modeling sejak 1970-an. Namun kelangkaan tempat bermain membuatnya beralih ke ajang motorsport dan aeromodelling. “Toh, kecintaan saya terhadap boat modeling tak pernah putus,” kata pengusaha mesin kemasan di Surabaya yang mengoleksi 18 kapal mini berbagai jenis itu (Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 4 Maret 2006).

3) Beragam jenis batu menjadi olahan Irwan, anatara lain kecubung ungu (royal-purple amethyst), kalimaya putih dan hitam Banten, mutiara air laut, batu akik, hingga materi fosil dan amber yang baru ditemukan di Kalimantan. Adapula crysacola, batu berwarna truqoisa atau biru kehijauan. Keindahan pada berbagai jenis batu ini terutama terdapat pada kuarsa dan akik yang merupakan subgrup batuan cryptocrystalline (diolah dari Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 4 Maret 2006).41

Dari penjelasan mengenai peraturan penggunaan huruf miring terdapat bagian yang memaparkan bahwa penulisan kosakata, unsur serapan asing yang tidak menyesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia, maka penulisannya harus dimiringkan. Hal ini bertujuan untuk menandai perbedaan

40

Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik Edisi kedua, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), h. 24-25.

41

AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 103-104.


(37)

dengan kosakata lainnya yang sudah termasuk ke dalam bahasa Indonesia maupun yang sudah disesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia.

F. Pemakaian Tanda Baca

Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ada banyak peraturan dalam penulisan ejaan, khususnya tanda baca. Namun, kesalahan yang biasanya sering terjadi pada media massa khususnya, tabloid remaja Gaul adalah penggunaan tanda hubung, dan penulisan pada unsur serapan bahasa asing. Dalam hal sub bab ini, yang dijelaskan adalah peraturan penggunaan tanda hubung. Maka, untuk lebih memahami peraturan dalam penggunaan tanda baca tersebut yang berdasarkan EYD (Ejaaan Yang Disempurnakan) adalah sebagai berikut.

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

-ga cara yang baru.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.42

42

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kedua, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), Cet. XXVIII h. 61-62.


(38)

Dalam pemenggalan yang terjadi dalam hal ini, prinsip yang digunakan tidak lepas dari prinsip gramatikal dan prinsip ortografis. Pemenggalannya adalah sebagai berikut.

a. Pemenggalan kata jadian (kata kompleks) dilakukan dengan berpegangan pada prinsip gramatikal

1) Awalan dan akhiran diperlakukan sebagai satuan terpisah, misalnya ber-a.sas dan me-ngu.kur.

2) Bentuk gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya, misalnya ba.gai-ma.na dan pa.ra-me.dis.

b. Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpegang pada prinsip ortografis

1) Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di antara kedua vokal itu. Misalnya, bu.ah dan ma.in.

2) Bagian kata yang terdiri atas huruf vokal (termasuk akhiran–i). Misalnya, a.da, di.a dan me.lu.ka.i

3) Suku kata yang mengandung gugus vokal au, of, ae, ci, eu, dan ui, baik dalam kata-kata Indonesia maupun kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Misalnya, au.la dan pa.lau. 4) Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan

dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya, ba.pak, ka.bar dan la.wan.

5) Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara huruf konsonan itu. Misalnya, Ap.ril dan cap.lok.

6) Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat diagraf atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal, dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan diagraf itu. Misalnya, akh.lak, bang-sa, dan bu.nyi.


(39)

7) Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan di tengah dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Misalnya, ben.tro dan bang.krut.

8) Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans.

a) jika trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal dari bentuk dasar. Misalnya, trans.mig.ra.si dan trans.fu.si.

b) jika trans diikuti oleh bentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengikat pola pemenggalan kata dasar. Misalnya, trans.sen.den dan trans.sit.

9) Pemenggalan kata yang mengandung bentuk eks-.

a) jika unsur ek- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengandung unusr –in atau –im, penggalannya dilakukan antara eksdan unsur berikutnya. Misalnya, eks.tra dan eks.por.

b) bentuk lain yang mengandung unsur eks- dipenggal sebagai kata utuh. Pemenggalan eks dilakukan di antara k dan s. misalnya, ek.ses dan ek.strem.

10) Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari stau unsur dan salah satu unsur itu dapat bergantung dengan unsur lain, dilakukan di antara-unsurnya. Misalnya, en.do.skop, bi.o.grafi (bio-grafi) dan bi.o.skop (bio-skop).

11) Mengenai pemenggalan serapan asing, perhatikan aturan berikut:

a) pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –isme dan –isme itu didahulukan oleh huruf vokal, dilakukan


(40)

setelah huruf vokal. Misalnya, egoisme (e.go.is.me) dan hinduisme (hin.du.is.me).

b) pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir dengan

–isme dan –isme itu didahului oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya, absolutisme (ab.so.lu.tis.me) dan humanisme (hu.ma.nis.me).

12) Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir dengan anda. –asi, -ida, -ika, -ikel, dan –tas. Misalnya, a.yah.an.da dan klo.ri.da.

13)Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran–ak, al, -ans, -at, -if, -is, -or, dan –ur. Misalnya, a.mo.ni.ak, pro.po.sal. dan am.bu.lans.

14)Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran –i dan –iah. Misalnya, monarki, deputi dan badani.43

3. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

4. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.

Misalnya:

Ber-evolusi, dua puluh lima ribu-an (20 x 5000)

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka

43

Tim Penyusun, Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 158-167.


(41)

dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya:

Se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara.

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an.44

G. Tabloid

Tabloid adalah istilah suatu format yang dimiliki oleh surat kabar yang ukurannya lebih kecil dari ukuran standar koran harian, yakni 597 mm × 375 mm. Istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar biasa yang bersifat non harian. Hal yang dimaksud adalah surat kabar yang terbit seminggu sekali maupun dua minggu.

Tabloid biasanya terfokus pada hal-hal yang dianggap agak “tidak

serius”, terutama masalah selebritas, olah raga, kriminal, dan lain-lain. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pada masa itu, beberapa surat kabar harian seperti Republika dan Koran Tempo telah mulai menggunakan format berita dalam tabloid.

1. Sejarah Tabloid

Istilah kata “tabloid” bermula dari negeri Inggris, yaitu di kota

London. Kata tersebut diberikan dari sebuah perusahaan farmasi yang

44


(42)

bernama Burroughs Wellcom & Co. Perusahaan ini memasarkan pil

“tabloid” di akhir 1880-an.

Dinamakan pil “tabloid” karena proses atau metode pembuatannya dengan mengempa pada tablet. Sebenarnya perusahaan ini bukanlah yang pertama yang menggunakan metode ini. Hanya saja metode pengempaan (menekan; memerah; mengapit) tablet ini mulai terkenal saat mereka menggunakannya. Semenjak itu penggunaan “tabloid” pun mulai marak.

Istilah “tabloid”, yang semula berkaitan dengan tablet yang

menggunakan metode pengempaan ini, semakin terkenal di masyarakat

sehingga segala sesuatu yang terkenal akan disebut sebagai “tabloid”. Penggunaan istilah tabloid pun mulai diterapkan pada hal-hal lain, salah satunya dalam jurnlistik.

Pembuatan tabloid, khususnya di Inggris memiliki variasi yang cukup banyak, semua bergantung pada permintaan pasar, keadaan politik yang tengah terjadi saat itu, gaya editorial dan redaksional, serta sirkulasi.45

Hal ini menjadikan istilah “tabloid” semakin terkenal dan berubah makna

dengan sebelumnya, yang berkaitan dengan metode pembuatan tablet yang dikempa.

Perkembangan tabloid di Indonesia mulai sejak tahun 1982. Kehadirannya di republik ini terjadi setelah surat kabar dan majalah sudah beredar dan dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Perkembangan tabloid di Indonesia ini dianggap hadir pada generasi ketiga. Perhitungan ini didasari oleh keberadaan surat kabar di Indonesia yang perjalanannya dimulai pada tahun 1828 (Masa Kolonial Belanda ), lalu majalah dimulai pada periode kemerdekaan, tahun 1945. Tabloid

45


(43)

sendiri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mulai berkembang pada era orde baru.

Seperti halnya dengan surat kabar (koran) dan majalah, tabloid pun sudah termasuk ke dalam bagian jurnalisme secara konvensional. Keberadaan tabloid ini ditandai dengan adanya perusahaan penerbitan majalah Tempo, PT. Grafiti Pers. Perusahaan ini pada tahun 1982, masa yang menandai muncul dan berkembangnya tabloid, dipimpin oleh direktur utama, Eric FH Samola. Perusahaan yang dipimpin oleh Eric FH Samola ini berpusat di kota Surabaya. Namun perusahan tersebut akhirnya mengalami kebangkrutan. Setelah lima tahun berselang, pada tahun 1988, PT. Grafiti Pers akhirnya diambil alih oleh Jawa Pos News Network (JPNN). Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan surat kabar terbesar di Indonesia. JPNN ini sudah memiliki banyak surat kabar, majalah, dan tabloid pada waktu itu, dengan jumlah lebih dari 80. Tabloid

pertama pada perusahaan ini bernama “Swara Surabaya“.

2. Tabloid Gaul

Tabloid Gaul pertama kali terbit pada tahun 2002, yang diterbitkan oleh PT Nuansa karya Berita. Tabloid ini berisi tentang film, tokoh, musik, dan lain-lain. Tabloid ini biasanya diterbitkan setiap Senin per minggu.

Tabloid Gaul merupakan cerminan dari segala hal yang berhubungan dengan dunia remaja. Semua agenda dan kegiatan remaja disorot dengan penuh warna khas remaja dalam tabloid ini. Pada umumnya, tabloid ini memang selalu dipenuhi oleh informasi seputar selebriti yang sedang terkenal pada masanya. Informasi yang disajikannya pun berisi lengkap dengan kegermelapan kehidupan para selebriti. Namun, dalam tabloid ini juga ada informasi positif seputar dunia remaja sehingga para remaja bisa mendapatkan bacaan tepat dan menyerap manfaat yang bisa digunakan


(44)

untuk dunia mereka.46 Salah satu contohnya adalah tips kesehatan dan laman yang menyediakan para remaja bekreasi dalam menulis cerpen maupun puisi.

Dari segi diterbitkannya, menurut salah satu pegawai yang bernama Karno bahwa tabloid Gaul terbit tiap minggu sekali. Jika dihitung selama sebulan, maka tabloid ini terbit empat kali. Namun terkadang dalam sebulan, tabloid ini bisa terbit lima kali bahkan hanya tiga kali. Hal ini dihitung berdasarkan jumlah minggu selama sebulan.

Keterbatasan penulis tentang tabloid Gaul pada sub bab ini hanya terjangkau seperti yang disebutkan sebelumnya. Penulis sangat berharap pembaca skripsi ini bisa mempelajari tabloid tersebut dari sumber lain.

H. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian mengenai “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung dan Unsur Serapan Bahasa Asing pada Berita Utama Tabloid Gaul Edisi Januari 2014: Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX,” ada beberapa peneliti yang juga pernah meneliti hal tersebut. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Skripsi yang berjudul “Analisis Morfologi di Majalah Hai Edisi Juli

2011 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” oleh Nurmaliana, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

Perbedaan penelitian Nurmaliana dengan skripsi ini adalah (a) segi kesalahannya, skripsi Nurmaliana menganalisis kesalahan morfologi, yakni afiksasi sedangkan penelitian ini fokus pada kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing, (b) objek yang diteliti skripsi Nurmaliana adalah Majalah Hai edisi Juli 2011 sedangkan penelitian ini adalah berita utama dalam Tabloid Gaul edisi Januari 2014.

46


(45)

2. Skripsi yang berjudul “Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analisa” oleh Elfina Hasibuan, Universitas Sumatera Utara, tahun 2010.

Perbedaan penelitian Elfina Hasibuan dengan skripsi ini adalah (a) segi kesalahannya, skripsi Elfina menganalisis penggunaan huruf kapital, penulisan kata, unsur serapan, garis miring, dan tanda baca sedangkan penelitian ini adalah penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing, (b) objek penelitian Elfina adalah tajuk rencana koran Analisa sedangkan penelitian ini fokus dalam berita utama Tabloid Gaul edisi Januari 2014.

3. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Artikel (Karangan Eksposisi) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya” oleh

Majid Dhuro, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, tahun 2011. Perbedaan skripsi Majid Dhuro dengan penelitian ini adalah (a) hal yang diteliti, skripsi Majid menganalisis aspek substansi dan kebahasaan (ejaan, diksi dan kalimat efektif) sedangkan penelitian ini berfokus pada kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing, (b) objek yang diteliti Majid adalah artikel (karangan eksposisi) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya sedangkan penelitian ini adalah berita utama dalam Tabloid Gaul edisi Januari 2014.


(46)

34

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data yang terdapat pada berita utama di tabloid remaja. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan kepada analisis non numerik dan analisis interpretatif terhadap fenomena sosial.1

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan segala bentuk kesalahan penggunaan tanda hubung dan unsur serapan bahasa asing pada berita utama (Headline) tabloid Gaul edisi Januari 2014. Kesalahan yang dimaksud adalah ketidaksesuaian penulisan hal-hal tersebut yang terjadi di dalam berita utama dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

B. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan meneliti yakni dari bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Sebelum melakukan analisis dan mengenai penggunaan ejaan bahasa Indonesia di tabloid, peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan sistem purpossive sampling. Purpossive sampling adalah cara

1

Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. II, h. 197.


(47)

pengambilan sampel dengan tujuan tertentu.2 Selain itu, pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti.3 Oleh karena itu, peneliti memilih Gaul edisi Januari 2014 pada bagian berita utama (Headline) untuk diteliti.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa tabel pengamatan. Tabel pengamatan ini mencatat segala kesalahan ejaan, seperti penulisan huruf miring pada unsur serapan bahasa asing, dan tanda hubung. Adapun contoh tabel pengamatannya adalah sebagai berikut.

1. Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan

2. Tabel Rekapitulasi Data

No Edisi Tabloid

Tanda Hubung

Unsur Serapan Bahasa Asing

1. 6—12 Januari 2014

2

A Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), Cet. III, h. 74.

3

Sudjana, Metoda Statistika Edisi Kelima, (Bandung: Tarsito, 1989), h. 168.

No Kalimat Tanda

Hubung

Unsur Serapan Bahasa Asing

1.


(48)

2. 13—19 Januari 2014 3 20—26

Januari 2014

Jumlah

E.Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh peneliti berasal dari berita utama (Headline) pada Tabloid Gaul edisi Januari 2014. Langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya setelah data terkumpul adalah sebagai berikut.

1. Mencari kata-kata atau kalimat yang memiliki kesalahan dalam tataran ejaan, seperti penulisan huruf miring pada unsur serapan bahasa asing dan tanda hubung.

2. Memberikan penomoran data pada kata-kata atau kalimat yang telah dipilih sebelumnya.

3. Menganalisis dan mengklasifikasi kesalahan data berdasarkan jenis kesalahannya dalam ejaan.

4. Memberikan saran perbaikan. 5. Interpretasi dan kesimpulan.4

4Nur alia a, A alisis Kesalaha Morfologi di Majalah

Hai Edisijuli 2011 dan Implikasinya terhadap Bahasa I do esia, Skripsi pada FITK PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013. tidak dipublikasikan.


(49)

37

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan

Pada bab ini akan dibahas kesalahan penggunaan ejaan pada tabloid Gaul edisi Januari 2014 yang terdapat di berita utama (headline). Adapun klasifikasi dari kesalahan penggunaan ejaan yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Tanda hubung (-)

2. Unsur serapan bahasa asing.

B. Deskripsi Data

Pada bagian deskripsi data ini, penulis akan mendeskripsikan frekuensi kesalahan penggunaan ejaan yakni tanda hubung dan unsur serapan dalam bahasa asing/daerah pada berita utama (headline) di tabloid Gaul edisi Januari 2014. Setelah diketahui frekuensi kesalahannya, penulis menganalisisnya dalam bentuk tabel lalu dijabarkan.


(50)

C. Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan TABEL 1

EDISI 01

1. Kesalahan penggunaan ejaan dalam berita utama (headline) edisi 01/Tahun XIII

No Kalimat Tanda

Hubung

Unsur Serapan

Bahasa Asing 1. Gosip tentang keduanya yang punya

hubungan khusus akhirnya dibenarkan oleh kedua mana-jemen masing-masing.

2. Hubungan yang terjalin antara dua nama besar selebritis emang sudah pasti bakal jadi hot news yang nimbulin pro dan kontra.

3. Tapi buat di pihak yang kontra, pasti bakal jealous alias cemburu abis, karena akhirnya mer-eka harus nerima kenyataan kalo idola mereka harus berbagi kasih, antara ke penggemarnya dan sang kekasih di kehidupan nyata.

4. Kayak sekarang yang jadi topic utama di dunia hiburan Korea.

5. The real couple selebritis Korea,

Seung Gi-Yoona.

6. Tapi siapa sangka, kalo dari hal-hal

sederhana itu, ternyata bisa numbuhin benih-benih cinta antara Seung Gi dan


(51)

face dari girlband andalan SM Entertainment, SNSD, Yoona.

7. Di dunia hiburan, Seung Gi juga gak cuma hadir sebagai actor dan penyanyi, tapi juga model dan pembawa acara.

8. Jadi gak heran, kalo penggemar idol satu ini juga gak cuma datang dari kalangan remaja, tapi juga anak-anak dan dewasa.

9. Yap, inilah yang lagi jadi topic terhangat di Korea.

10. Keduanya memang pernah beberapa

kali tertangkap kamera sedang berdua, tapi di awal tahun 2014 ini, akhirnya sudah jelas dikonfirmasikan oleh ked- ua pihak kalau keduanya memang berpacaran.

11. Awal gossip tentang keduanya berpacaran memang berasal dari media yang menangkap beberapa moment di mana keduanya lagi bersama.

12. Seperti dilansir dari allkpop, dispatch merilis beberapa foto yang nunjukin kalo Seung Gi dan Yoona lagi bersama menikmati kencan berdua.

13. Yoona yang saat itu memakai baju casual lengkap dengan topi hitam, membuat wajahnya gak terlihat jelas dan langsung masuk ke mobil Lee Seung Gi.


(52)

14. Wah, jadi pac-arannya udah 4 bulan, tapi baru terungkap sekarang, ya?

15. Kedua agensi manajemen yang membawahi pasangan ini gak menyangkal kedekatan mereka dan mengkonfirmasi status ked-uanya.

16. Bisa dibilang, berita tentang pacarannya

Seung Gi dan Yoona ini gak begitu mengagetkan ban-yak penggemar.

17. Hal tersebut ia ucapkan ketika masih menjadi MC di variety show terkenal di Korea, Strong Heart.

18. Seperti salah satunya, dikutip dari laman Channel News Asia, Yoona pernah mengungkapkan kalo Lee Seung Gi adalah cowok ideal

bag-inya di acara dokumenter Girls Generation.

19. Sooyoung pun ngelanjutin, “Aku sangat bahagia karena orang-orang merespon positif terhadap hubun-gan asmara mereka.”

20. Saat hubungannya terungkap, perwakilan agensi keduanya gak ngebantah kabar tersebut dan mengkonfirmasi bahwa mereka


(53)

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan ejaan yakni tanda hubung dan penulisan unsur serapan dalam bahasa asing pada berita utama Tabloid Gaul edisi 01/tahun XIII berjumlah 25.

a. Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor satu

Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat ini terjadi pada kata ‗manajemen’. Kata ini merupakan unsur serapan dari bahasa Inggris, yaitu management dan kata ini sudah disesuaikan ejaannya dalam bahasa Indonesia dengan

berbentuk ‗manajemen’. Kata ini ternasuk ke dalam unsur serapan yang mengalami proses adaptasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‗manajemen’ berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.1

Pada kalimat nomor satu ini, penulisan yang digunakan di berita utama tabloid Gaul berbentuk ‗mana-jemen’. Tanda hubung yang digunakan pada kata tersebut, tidak seharusnya dipakai. Hal ini disebabkan, karena tak ada alasan yang menjadikan tanda hubung harus muncul pada kata tersebut.

Oleh karena itu, penulisan yang tepat adalah ‗manajemen’.

b. Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor dua

Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor dua adalah pada kata hot news. Istilah ini merupakan gabungan kata yang berasal dari bahasa asing, yaitu Inggris. Sesungguhnya kata tersebut sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, yakni mengalami proses terjemahan langsung

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia offline 1.5.1.

aran.


(54)

dengan bentuk ‗berita panas’. Namun karena penulisan yang dipakai di dalam berita utama tabloid Gaul memakai istilah hot news bukan ‗berita panas’, maka istilah asing tersebut perlu dimiringkan dalam penulisannya. Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa jika ada unsur serapan asing baik kata maupun istilah yang tidak mengalami penyesuaian dengan lafal dan ejaan bahasa Indonesia, maka penulisannya dimiringkan.

c. Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor tiga

Kata jealous merupakan kata serapan asing yang berarti cemburu. Kata ini tidak terdaftar dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hal ini menandakan bahwa kata ini tidak mengalampi penyesuaian, baik ejaan maupun lafalnya dengan peraturan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, jika kata tersebut tertulis dalam sebuah karya tulis tidak dalam bahasa Indonesia, maka penulisannya harus dimiringkan.

Kesalahan penggunaan tanda hubung terjadi pada kalimat

ini yakni pada kata ‗mereka’ dengan penulisan (mer-eka). Kata ini termasuk ke dalam kata dasar. maka dalam menganalisisnya harus sesuai denga pedoman EYD yang menyatakan bahwa tanda hubung digunakan dalam menyambung suku-suku kata dasar terpisah oleh pergantian baris. Pada kata ‗mereka’, penyukuannya berbentuk me-re-ka, maka apabila penyukuannya berbentuk mer-eka adalah kurang tepat. Oleh karena itu, penyukuan pada kata tersebut saat pergantian baris seharusnya adalah me-reka.

d. Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor empat

Kesalahan penggunaan ejaan pada kalimat nomor empat adalah pada kata topic. Kata ini sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan proses adaptasi. Bentuk kata topic dalam bahasa Indonesia yang sudah disesuaikan penulisan ejaannya


(1)

J t ' I

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Wilda Fizriyani N I M : I 1 1 0 0 1 3 0 0 0 0 7 2

Fakultas/Prodi: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung dan Unsur Serapan Bahasa Asing pada Berita Utama Tabloid Gaul Edisi Januari 20 | 4 : Impl ikasi Terhadap Pembelaj aran B ahasa Indonesia Kelas IX

No Nama

Pengarang

Judul Referensi/Buku

Penerbit, Cetakan,

Tahun

Nomor Footnote

[Ialaman Skripsi

Paraf Pembimbing

I Anneahira o'Sejarah

Tabloid"

http:

//www.annea hira.com/tabl oid.html. 22

Aoril2014.

49,5 0

3 0 , 3 1

I

)

2

Anwar, Rosihan

Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi

Yogyakarta: Media Abadi. Cet V. 2004.

2 6 , 2 8

1 4 ,

1 6

d

\ /

l-a

J Ardianto "Definisi

Media Massa Menurut Para Ahli"

http://definisi ahli.blogspot. com/2013/05/ definisi- media-masa- menurut-ahli-ardianto.html. 19 Agustus 2 0 1 4 .

t 4

9

4

Asih

Anggarani

dkk

Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah

Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006

t 9

#


(2)

v

1

I

di Perguruan Tineei

Atikah Anindya-rini dkk

Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas IX

Jakarta: Pusat Perbukuan. 2008.

3 6

t 9

V

6

Azenis-mail

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indone-sia

http.l/azenisn

ail.wordpress.

coml2}lll09l

29lfungsi-

dan- kedudukan- bahasa-indonesia/. 24 September 2013.

2

7

Badudu, JS

Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II

Jakarta: Gramedia. C e t . Y . 1 9 9 4 .

4 l

2 l

V

8

Doug

Newsom dan James A Wallert

News For The Mass Media (Media

Writing)

California: Wadsworth Publishing Company. 1 9 8 5 .

l 3

9

0

9

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai

Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tineei

Jakarta: Akademika Pressindo. Cet

xt.2009.

34, 37,

3 9

1 9 , 2 0

f=t

)/

\\-\

l 0

Hasan Alwi, cikk

Tata . Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketisa

Jakarta: Balai Pustaka. Cet. V I I I . 2 0 I O .

7 ,9 , 1 7 7 , 8

d

V

\ | \

l l

Hidayat,

A

Aziz

Alimul

Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data

Jakarta: Salemba Medika. Cet. III. 2008.

2

3 5

J

) Y

t 2

Hikmat Kusuma-ningrat dan

Jurnalistik: Teori dan Praktik

Jurnalistik: Teori dan Praktik. Banduns: PT

1 7 , 2 4 , 10,

t2

J

-\I


(3)

T I

Purnama

Kusuma-ninsrat

Remaja Rosdakarya. Cet.II. 2006.

l 3

HS,

Widjono

Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinesi

Jakarta: Grasindo. 2012.

3 0

l 8

q

l 4

Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka

Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi

Jakarta: Aksara. I . 2 0 1 0 .

Bumi

Cet.

a J

q

l 5

Mery

ooDampak Globalisasi Terhadap Perkembangan Bahasa

Indonesia Ditinjau Dari Segi Budaya"

htrp:llmerixyz .wordpress.co m/2013103/21 /perkembanga n-bahasa-indonesia. 24 September 2013.

2

2

t 6

Muslich, Masnur

Bahasa

Indonesia pada Era

Globalisasi: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan

Pensembansan

Jakarta: Bumi Aksara. Cet.

r . 2 0 1 0 .

2

6

t 7

Nova, Firsan

Crisis Public Relations Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan

Jakarta:

Grasindo.

2009.

1 5

9

q

l 8

Parera, JD

Dasar-dasar

Analisis

Sintaksis

Jakarta: Erlangga. Cet.

r.2009.

a

J

6

(

l 9 Pusat Bahasa

Pedoman Umum Eiaan

Jakarta: Balai Pustaka. Cet.

4 2 , 4 5 ,

46,47

) ? ) 5 - - ) - - )

28.29


(4)

Lr t

Departe-lnen Pendidi-kan Nasional

Bahasa

Indonesia yang Disempurna-kan Edisi Kedua

XXVIII

200s.

-f,

20

Putrayasa, Ida Bagus

Kalimat Efektif (Diksi,

Struktur, dan Logika)

Bandung: Refika Aditama. L 2 4 0 7 .

PT

Cet.

1 1 8 , 1 0

6 , 7

0

2 l

Rahardi, Kunjana

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinssi

Jakarta: Erlangga. 2009.

4

6

Y

d

-)

a

I

k

I

22

Romli, ASM

'oPengertian Media Massa"

htp://komuni kasi.uinsgd.ac .id/pengertian -media-massa/. 19 Asustus 2014.

t 6

l 0

I

A)

Y

L-..

Z J Sarwoko,

T r i A d i

Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik

Yogyakarta: Andi Offset. 2007.

43

L )

dr

24

Setiati, Eni

Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik

Yogyakarta: Andi Offset. 2006.

29

t 7

2 5

Sudjana Metoda

Statistika Edisi Kelima

Bandung: Tarsito.l989.

J

3 5

I

(

26

Sugono, Dendy

Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar

Jakarta: Gramedia. Cet. II.2009.

6 1

I

A

\ \ / \

r

27

Suhaimi

dan Rulli Nasrullah

Bahasa Jurnalistik

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Cet. I.2009.

72,27

8 , 1 5

I


(5)

l r I

;

\ \ I ,

fr

I

i

'l

, rili

: )

/

1

, ' l

'28

Sulistya-ningsih

\4etodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif

Yogyakarta: Graha llmu, Cet. II. 2012.

I

3 4

I{

h

( ) / \ Y

2 9

Sumadi-da, AS Haris

Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis

Bandung: Simbiosa Rekatama lvledia. Cet.

IIr. 2010.

1 9 , 2 1 ,

) ) ) 1 ) 5 4 4

I l,

12,

13, 24

t\ )

t

3 0

Sumadi-ria,

AS

llaris

Jurnalistik

Indonesia

Menulis Berita

dan Feature:

Panduan

Praktis Jurnalis

Profesional

Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Cet. III. 2C08.

1 8 , 2 0

1 0 , 1

I

3 l

Syukur,

Abd

Analisis

Bahasa untuk Pengajaran Bahasa (Terjemahan)

Surabaya: Usaha Nasional.

1 9 8 4 .

5

6

q

) z Tim

Penyusun

Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum

Pembentukan Istilah

Yogyakarta: Diva Press. Cet. I. 2011.

3 8 , 4 0 ,

46

19, 20,

2 8

q

J J

Wibowo,

Wahyu

Tata

Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah

Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I . 2 0 1 0 .

31

t 8


(6)

RIWAYAT PENULIS

Wilda Fizriyani adalah anak pertama dari pasangan

Rasman Regha dan Holillah. Ia lahir di Tangerang, 25

September 1992. Gadis yang memiliki hobi menonton

film ini memiliki seorang adik laki-laki yang bernama

Luthfi fathurrahman. Usia mereka berbeda 8 tahun.

Mahasisiwi yang biasa dipanggil Wilda ini bertempat

tinggal di Kampung Cirompang, Desa Kademangan RT

002/03 No. 26, Tangerang Selatan.

Gadis yang sangat mengidolakan Super Junior ini merupakan alumni dari

SDN Kademangan I dari tahun 1998-2004. Kemudian ia melanjutkan ke SMP

PGRI 35 Serpong pada tahun 2004-2007. Lalu pada tahun 2007-2010, gadis

pecinta warna biru ini melanjutkan sekolah di MAN Serpong. Setelah itu, ia

melanjutkan ke UIN Jakarta dengan mengambil Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis pernah menjadi guru TPA Ash-Sholihat Kademangan dan guru bahasa

Indonesia di SMP Nurul Ikhlas Kedaung Pamulang. Ia juga pernah menjadi tim

penulis

Ensiklopedia Ulama Indonesia

dari Departemen Agama, Testimoni