1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis TB merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis kadang-kadang oleh M. bovis dan M.
africanum. Organisme ini disebut juga sebagai basil tahan asam Jawets,1998. Dalam perkembangannya, TB telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia ini. Laporan World Health Organization WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada
tahun 2002. Menurut WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara. Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah
kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia TB adalah pembunuh
nomor satu di antara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada
seluruh kalangan usia Amin dan Bahar, 2006. Untuk pengobatan TB paru biasanya dipakai obat-obat seperti Isoniazid
INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin, Ethambutol, dan lain-lain. Salah satu efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemberian obat Oral
Anti Tuberkulosis OAT ini adalah gangguan fungsi hati, dari yang ringan sampai yang berat berupa nekrosis dan jaringan hati. Hampir semua OAT
mempunyai efek hepatotoksik kecuali streptomisin Arsyad, 1996.
2
Menurut Jawetz 1998, INH merupakan obat yang hampir selalu digunakan dengan kombinasi OAT yang lain. Namun dapat pula diberikan
sebagai terapi tunggal untuk profilaksis kepada pasien dengan Tes Mantoux positif tetapi hasil foto rontgen menunjukkan hasil yang normal Weisiger,
2007. Salah satu efek samping INH adalah hepatotoksik. Dalam biotransformasi obat, gugus hidrazid dari INH dikenal untuk membentuk
seuatu konjugat N-asetil dalam suatu reaksi asetilasi yang dikatalis oleh enzim N-asetil transferase menjadi asetil-isoniazid. Konjugat ini merupakan substrat
untuk reaksi hidrolisa menjadi asam isonikotinat dan Asetil hidrazin yang selanjutnya akan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-
Asetil-Hidrazin MAH. MAH akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis Correira,1994: Jussi, 2006.
Saat ini, pemanfaatan tanaman obat tradisional untuk terapi pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit semakin meluas. Hal ini dikarenakan
harga murah , mudah didapat dan selain itu karena berasal dari bahan alami maka mempunyai efek samping yang relatif lebih ringan daripada obat-obatan
yang berasal dari bahan kimiawi. Salah satu tanaman tradisional yang marak diteliti akhir-akhir ini adalah teh hijau. Saat ini penelitian kedokteran modern
menegaskan khasiat teh terutama teh hijau, salah satu khasiat dari teh hijau melindungi hati dari zat atau bahan yang dapat merusak sel hati seperti radikal
bebas maupun obat-obat yang bersifat hepatotoksik Hutapea, 2001. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan untuk melihat efek
hepatoprotektor teh hijau didapatkan hasil yang signifikan dimana tikus yang
3
dilindungi dengan teh hijau yang sebelumnya telah diinduksi dengan parasetamol atau Carbon TetrakloridaCCl
4
menunjukkan kenaikan kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase SGPT yang lebih sedikit daripada
yang tidak dilindungi oleh teh hijau . Tanaman teh di Indonesia yang berasal dari Camellia sinensis varietas
assamica mempunyai kandungan katekin cukup tinggi dibandingkan tanaman teh dari negara lain. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktivasi enzim
oksidasefenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar dari kebun teh, yaitu dengan cara pemanfaatan uap panas sehingga oksidasi terhadap katekin dapat
dicegah Andi Nur Alam Syah, 2006. Pada proses ini terjadi pelayuan terhadap daun teh, tetapi tidak ada perubahan kandungan polifenol dalam daun
selama proses pelayuan teh hijau mengandung substansi yang mempunyai efek antioksidan, anti mutagenik dan anti karsinogenik karena kandungan
polifenolnya yang dikenal sebagai katekin, yaitu epikatekinEC, epikatekin - 3- gallat ECG, epigallokatekin EGC dan epigallokatekin gallat EGCG
Budavari et al, 1996. Senyawa-senyawa tersebut diyakini berpotensi sebagai antioksidan yang mampu melindungi hati dari bahan-bahan radikal bebas
dengan cara meningkatkan enzim Glutathion-S-Transferase GST dan menetralkan radikal bebas Silalahi, 2002.
Pada penelitian ini digunakan Isoniazid INH sebagai obat penginduksi kerusakan sel hepar karena biotransformasi INH menghasilkan Mono Asetil
Hidrazin MAH yang merupakan zat hepatotoksis. MAH dapat dihambat oleh zat aktif dalam teh hijau yaitu katekin.
4
Penelitian ini untuk membandingkan bagaimana pengaruh teh hijau terhadap kadar SGPT tikus putih dengan membandingkan hepar yang
dilindungi dengan yang tidak oleh teh hijau.
B. Rumusan Masalah