Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Telah dijelaskan kegunaan dan keuntungan melakukan pengadaan barangjasa secara elektronik dapat membuat segalanya menjadi lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Namun, selalu saja terdapat ketimpangan-ketimpangan yang menjadi alasan tidak berjalan efektifnya hal tersebut. Jika dikaitkan dengan Tindak Pidana Korupsi TPK maka akan sangat jelas masalah yang kemudian muncul pada pengadaan barangjasa. Berkaca dari jenis perkara yang ditangani KPK hampir 70 kasus tindak pidana korupsi bersumber dari proyek pengadaan barangajasa. Sebut saja kasus hambalang, kasus pengadaan Al-Qur’an, kasus PON di Provinsi Riau dan kasus serupa lainnya. Ini membuktikan bahwa perkara pengadaan barangjasa memiliki banyak kekurangan. Terlebih lagi korupsi dengan perkara pengadaan barangjasa paling rawan terjadi di instansi kementerianlembagadinas. Sumber: http:www.opentender.netcontent70-persen- kasus-korupsi-di-indonesia-dari-barang-dan-jasa, diakses tanggal 10 Juni 2015 Data tersebut sejalan dengan penerapan E-Procurement di Indonesia yang belum berjalan maksimal. Hal ini terjadi karena belum adanya ketegasan tentang peraturan hukum yang memayungi proses E-Procurement. Akibatnya belum ada standar baku mengenai tata kelola proses E-Procurement baik dari segi rantai birokrasi, waktu, penggunaan standar teknologi informasi, sumber daya manusia dan sebagainya. Lalu, keharusan memilih barangjasa dengan harga terendah membuat banyak departemeninstansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, harus siap menerima barangjasa yang tak sesuai standar. Selain itu, masalah yang muncul dalam penerapan ini antara lain, kurang komitmen oleh pimpinan tertinggi maupun jajaran di tingkat menengah, hal ini tentu mangakibatkan kurangnya dukungan politis yang mengakibatkan tindakan korupsi. Kemudian, tantangan dari panitia maupun penyedia dan bahkan dari legislatif, infrastruktur yang sangat terbatas, seperti mahalnya biaya internet. Faktor kendala utama belum maksimalnya penerapa E-Procurement yaitu peraturan dan ketentuan hukum dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan E- Procurement, kondisi infrastruktur dan pengaturan sistem pendukung E- Procurement, kemampuan teknologi pengguna dan penyedia jasa, tingkat kemampuan sumber daya manusia, sosialisasi kepada pihak yang terlibat, dan unsur-unsur lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses E-Procurement. Berdasarkan dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melihat dan meneliti bagaimana penerapan sistem E-Procurement di Provinsi Lampung terutama di salah satu Instansi Pemerintah Provinsi yaitu di Dinas Bina Marga Provinsi Lampung yang telah menjalankan sistem ini. Penerapan E-Procurement yang masih belum maksimal di Indonesia khususnya pada Instansi Pemerintah Provinsi kemudian menjadi topik yang dianggap menarik oleh penulis untuk diangkat menjadi judul skripsi dalam penelitian dengan judul “Penerapan Sistem E- Procurement dalam Pengadaan BarangJasa di Dinas Bina Marga Propinsi Lampung” B. Rumusan Masalah Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya, dan agar penelitian ini memilki arah yang yang jelas maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penerapan Sistem E-Procurement dalam Pengadaan BarangJasa di Dinas Bina Marga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui dan mendeskripsikan penerapan sistem E-Procurement dalam Pengadaan BarangJasa di Dinas Bina Marga.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek secara teoritis dan secara praktis 1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya mengenai Sistem Informasi sektor publik. 2. Secara praktis, penelitian ini menjadi masukan bagi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam hal penerapan sistem e-procurement 3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Electronic Government

1. Pengertian Electronic Government

E-Government merupakan kependekan dari Electronic Government. E- Government adalah salah satu bentuk atau model sistem pemerintahan yang berlandaskan pada kekuatan teknologi digital, di mana semua pekerjaan administrasi, pelayanan terhadap masyarakat, pengawasan dan pengendalian sumber daya milik organisasi yang bersangkutan, keuangan, pajak, retribusi, karyawan dan sebagainya dikendalikan dalam satu sistem. E-Government merupakan perkembangan baru dalam rangka peningkatan layanan publik yang berbasis pada pemnfaatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga layanan publik menjadi lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien. Menurut Indrajit 2002:36 E-government merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan, dengan melibatkan penggunaan teknologi informasi terutama internet dengan tujuan memperbaiki mutu kualitas pelayanan. E-Government adalah penyelenggaraan kepemerintahan berbasiskan elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efisien, efektif dan interaktif. Dimana pada intinya E-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain penduduk, pengusaha, maupun instansi lain. Indrajit 2002:1 mengatakan, berbeda dengan defenisi E-Commerce maupun E- Business yang cenderung universal, E-Government sering digambarkan atau dideskripsikan secara cukup beragam oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal ini disebabkan karena berbagai hal: a. Walaupun sebagai sebuah konsep E-Government memiliki prinsip – prinsip dasar yang universal, namun karena setiap negara memiliki skenario implementasi atau penerapannya yang berbeda, maka definisi dari ruang lingkup E-Government pun menjadi beraneka ragam; b. Spektrum implementasi aplikasi E-Government sangatlah lebar mengingat sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi dan transaksi; c. Pengertian dan penerapan E-Government di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro maupun mikro dari negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya teramat sangat ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi, dari negara yang bersangkutan; dan d. Visi, misi, strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan prioritas pengembangan bangsa. Dalam Jurnal Administrasi Negara 2006:18 mengatakan bahwa aplikasi teknologi E-Government adalah respon terhadap perubahan lingkungan strategik yang menuntut adanya perubahan administrasi publik yang lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Secara perlahan namun tidak menghilangkan batas- batas negara dan peradaban bangsa yang sebelumnya bersifat homogen dan monopolistik bergeser kearah sesuatu yang heterogen dan demokratis. Budi Rianto dkk 2012:36 menyimpulkan bahwa E-Government merupakan bentuk aplikasi pelaksanaan tugas dan tata laksana pemerintahan menggunakan teknologi telematika atau teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi E- Government memberikan peluang meningkatkan dan mengoptimalkan hubungan antar instansi pemerintah, hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat. Mekanisme hubungan itu melalui pemanfaatan teknologi informasi yang merupakan kolaborasi atau penggabungan antara komputer dan sistem jaringan komunikasi. Budi Rianto dkk 2012:39 mengatakan sedikitnya ada empat indikator keberhasilan E-Government, yaitu : 1. Ketersediaan data dan informasi pada pusat data. 2. Ketersediaan data dan informasi bagi kebutuhan promosi daerah. 3. Ketersediaan aplikasi E-Government pendukung pekerjaan kantor dan pelayanan publik. 4. Ketersediaan aplikasi dialog publik dalam rangka meningkatkan komunikasi antar pemerintah, antara pemerintah dengan sektor swasta dan masyarakat melalui aplikasi e-mail, SMS ataupun teleconference.