KINERJA DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN SUKOHARJO

(1)

ABSTRACT

THE PERFORMANCE OF THE DEPARTMENT OF HIGHWAYS LAMPUNG PROVINCE IN THE MAINTENANCE OF ROAD INFRASTRUCTURE IN THE

DISTRICT OF SUKOHARJO

By

Muhamad Al Derajad

Problems in this study were less than optimal performance of the Department of Highways Lampung Province in the maintenance of road infrastructure, it is shown by the lack of control over the damaged road infrastructure. However, the Highways Agency strategic plan of 2014-2019 Lampung Provincial Highways Office of Lampung Province has duties in the maintenance of provincial roads in the province of Lampung. This study aims to determine the performance of the Department of Highways Lampung Province in the maintenance of road infrastructure in the district of Sukoharjo, Pringsewu Regency.

The method used in this research is descriptive qualitative. The data collection techniques is made by in-depth interviews, observation, and literature study. While data analysis technique used is through the stages of data reduction, data presentation stage, and the stage of conclusion of the data (data verification).


(2)

Based on these results was the performance of the Department of Highways Lampung Province can be said to be ineffective, it is shown by the lack of cooperation between the Department of Highways Lampung province with the project in related raw materials used, then the lack of responsiveness in the supply of the shoulder and facilities pedestrian foot and also a lack of monitoring or related monitoring the whereabouts and condition of the existing drainage in the District Road Sukoharjo.


(3)

ABSTRAK

KINERJA DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN

SUKOHARJO

Oleh

Muhamad Al Derajad

Masalah dalam penelitian ini adalah kurang optimalnya kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan, hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kontrol terhadap infrastruktur jalan yang rusak. Namun pada rencana strategi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung tahun 2014-2019 Dinas Bina Marga Provinsi Lampung mempunyai tupoksi dalam pemeliharaan jalan provinsi di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan yaitu melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap kesimpulan data (verifikasi data).


(4)

Berdasarkan hasil penelitian ini adalah kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dapat dikatakan tidak efektif, hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kerjasama yang baik antara Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dengan pihak pengerja terkait bahan baku yang digunakan, kemudian kurangnya daya tanggap dalam penyediaan bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki dan juga kurangnya monitoring atau pemantauan terkait keberadaan dan kondisi drainase yang ada di Jalan Kecamatan Sukoharjo.


(5)

KINERJA DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN

SUKOHARJO

Oleh Muhamad Al Derajat

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

KINERJA DINAS BINA MARGA PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN

SUKOHARJO

(Skripsi)

Oleh

MUHAMAD AL DERAJAD

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir... 29 Gambar 2. Struktur Organisasi ... 54 Gambar 3. Peta Kecamatan Sukoharjo ... 59


(8)

i

DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ………1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Kegunaan Penelitian ... 7

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kinerja ... 8

1. Pengertian Kinerja ... 8

2. Tujuan Kinerja ... 11

3. Pengukuran Kinerja ... 12

4. Evaluasi Kinerja ... 14

5. Penilaian Kinerja ... 16

6. Model Pengukuran Kinerja ... 18

B. Tinjauan tentang Infrastruktur... 20

1. Pengertian Infrastruktur ... 20

2. Pengertian Jalan ... 21

3. Pemeliharaan Jalan ... 26

C. Kerangka Pikir ... 29

III.METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu ... 32

C. Fokus Penelitian ... 32

D. Informan ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Pengolahan Data ... 38


(9)

ii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dinas Bina Marga Provinsi lampung ... 42

B. Struktur Organisasi ... 45

C. Pembagian Tugas ... 46

D. Fungsi Dinas Bina Marga ... 49

E. Wewenang Dinas Bina Marga ... 50

F. Ruang Lingkup Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 54

G. Visi Misi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung ... 55

H. Gambaran Umum Kecamatan Sukoharjo ... 59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisitik Informan ... 64

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 66

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(10)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Data Kepegawaian Dinas Bina Marga Provinsi Lampung……….53 Tabel 2. Display Reduksi Data


(11)

MOTO

“Better to feel how hard education is at this time rather than fell the

bitterness of stupidity, later”.

Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya

kebodohan kelak.

“Always be yourself and never be anyone else even if

they look better than

you”.

Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain meskipun mereka

tampak lebih baik dari Anda.

“Intelligence is not the determinant of success, but hard work is the real

determinant of your success”.

Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tetapi kerja keras merupakan penentu

kesuksesanmu yang sebenarnya.


(12)

(13)

(14)

(15)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, serta penuh cinta dan kasih sayang atas hasil buah pikir sederhana ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT Bapak dan Ibu tersayang Kakak-kakak ku tercinta Sahabat-sahabat terbaikku


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhamad Al Derajat lahir di Bandar Lampung tanggal 23 Januari 1993, penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Andarsyah dan Ibu Ana Suhana.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Transmigrasi Bandar Lampung pada tahun 1998-1999, Sekolah Dasar Negeri 3 Labuhan Ratu pada tahun 1999-2005, pada tahun 2005-2008 penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 01 Bandar Lampung, dan SMAN 04 Bandar Lampung pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur SNMPTN.


(17)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Rahmatan Lil’Aalaamiin, serta kepada dua malaikat yang setiap saat mencatat segala tingkah laku penulis, dengan sangat jujur dan tanpa lelah, Raqib dan Atid.

Penulisan skripsi berjudul “Kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam Pemeliharaan Infrastruktur Jalan di Kecamatan Sukoharjo” ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan,Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Penulis berharap, karya yang merupakan wujud kerja dan pemikiran maksimal serta didukung dengan bantuan dan keterlibatan berbagai pihak ini akan dapat bermanfaat di kemudian hari.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini


(18)

1. Bapak Drs Agus Hadiawan, M. Si, selaku Dekan FISIP Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H, selaku Pembimbing Skripsi yang sangat baik dan sabar dalam membimbing, memberikan saran, dan masukan dan juga dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini;

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi dan Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, saran, pengertian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Bapak Darmawan Purba, S.Sos. MIP selaku pembimbing akademik; 5. Seluruh jajaran dosen FISIP UNILA, seluruh staf Tata Usaha dan pegawai

FISIP dan Jurusan Ilmu Pemerintahan UNILA. Khusunya untuk Ibu Rianti dan Pakde Jum.

6. Keluarga tercinta, Ibuku tersayang, Ibu Ana Suhana, yang selalu memberikan semangat dan berjuang agar penulis dapat menyelesaikan skripsi, Bapak Andarsyah, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan selama ini dan support dari jauhnya, Kakak Febria Eka Andriana terimakasih atas motivasi dan pengertiannya,dan Kak Indro yang bersedia meminjamkan laptop saat laptop penulis rusak, kemudian Kakak tersayang Nurmalia Ulfa terimakasih atas nasihat dan masukannya, serta keponakanku yang ganteng Aksel dan Aldrick yang selalu menjadi


(19)

7. Untuk 6engsot, Rizky Tri Saputra Yuda, S.IP yang sok kedot terima kasih sudah bersedia direpotkan dari penulis seminar 1 hingga kompre makasih banyak, kemudian Tia Melinda Sari, S.IP makasih yaa sandung udah rela berpanas-panasan, bulak-balik Pringsewu, menemani penelitian kemanapun, kemudian Wana Meilina, S.SIP (pala besar) makasih atas bantuan dan masukan nyaa yaa na, pokoknya ina the best lah, semoga kita bisa sama-sama terus sampai sukses yaa sot, Keep Candi In Your Hand hahaha (paham);

8. Teman-teman seperjuanganku di Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2011, Genta Rizkyansah terimakasih atas bantuannya yaa gen, semoga dibalas Allah SWT, Riyadhi Adyansyah, Azwin Mahmud, Redo, Randy, Indra, Dwiki, Nando Sinaga, Meyliza Indriani, Dian Seputri, dan semua yang tidak cukup untuk disebutkan disini, terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

9. Sahabat-sahabatku dari kecil, Oka Tama Rawesa, S.E, Taradhipa Catur Pamungkas, S.E, Tirta Anom, S.E, Muhamad Romadani, S.E dan Bagus, Bowo terimakasih atas motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, walaupun agak lama hehe;

10.Sahabat-sahabat lama, Ucihw yang selalu gagal dalam percintaan, Nenek (teman nonton dunia lain), Nando yang sekarang kerja di kantor pos, Gopur kawan main bulutangkis dan masih banyak lagi, terimakasih atas dukungannya.


(20)

selama ini, dan terimakasih juga atas dukungannya;

12.Terima kasih untuk para informan dalam penelitian ini, Bapak Tony Ferdiansyah, Bapak Julian Umar dan Bapak Tomy Rilyawan yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis dalam mencara data untuk penelitian. Terima kasih juga untuk para informan di Kecamatan Sukoharjo yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai.


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infrastruktur jalan memiliki peran yang sangat penting sebagai sarana transportasi dalam memerlancar aktivitas masyarakat sehari-hari. Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Ketersediaan jalan menjadi hal yang sangat penting karena memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di setiap daerah. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan seperti halnya infrastruktur jalan dan jembatan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur. Infrastruktur tersebut antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional.

Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip ekonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan


(22)

pemberian kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberdayakan mereka, menjamin proses demokratisasi, perlindungan hak dan jaminan kehidupan lainnya. Seiring dengan dilaksanakan kebijakan otonomi daerah di Indonesia tanggungjawab penyelenggaraan dalam pemeliharaan infrastruktur jalan beralih ke pemerintah daerah. Peralihan tanggung jawab tersebut sudah sewajarnya harus dapat diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam kemampuan teknik, manajerial dan pembiayaan dalam penyelenggaraan jalan.

Di kabupaten Pringsewu, tepatnya jalan provinsi di Kecamatan Sukoharjo kewenangan terhadap penyelenggaraan dan pemeliharaan infrastruktur jalan berada Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, karena ruas jalan Sukoharjo yang berada di Kabupaten Pringsewu merupakan jalan Provinsi, dimana Dinas Bina Marga Provinsi Lampung yang memiliki kewenangan. Melalui adanya pelimpahan kewenangan tersebut, maka dapat dijadikan acuan kinerja dari Dinas Bina Marga Provinsi Lampung untuk penyelenggaraan dan pemeliharaan infrastruktur jalan dalam rangka penyediaan pelayanan infrastruktur jalan yang baik dan demi kesejahteraan masyarakat. Mengingat pentingnya peran jalan sebagai sarana transportasi yang merupakan unsur penting dalam kegidupan sehari-hari dan meningkatkan roda perekonomian masyarakat.

Berdasarkan, pengamatan peneliti yang dilakukan 15 Juni 2015 pada : jalan provinsi di wilayah Pringsewu, khususnya dari Jalan KH. Kholib arah utara


(23)

hingga Kecamatan Sukoharjo, tepatnya perempatan Pasar Sukoharjo dan Bandungbaru, rusak dan semakin lama semakin parah. Hujan yang terus mengguyur wilayah tersebut membuat kondisi badan jalan nyaris seperti kubangan dan kolam tempat mandi kerbau. Mulai di Pekon Podosari yang merupakan wilayah Kecamatan Pringsewu, jalan sudah sangat sulit di lalui roda dua, bahkan roda empatpun harus pelan-pelan karena jalan tertutup lumpur dan air. Kemudian, kondisi infrastruktur penunjang jalan seperti bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki dan juga sistem drainase yang ada di ruas Jalan Kecamatan Sukoharjo tersebut belum berfungsi dengan baik.

Seperti yang diberitakan dalam surat kabar harian Radar Lampung (Edisi 20 Februari 2015), diberitakan bahwa ruas jalan Sukoharjo tersebut belum juga diperbaiki oleh pemerintah khususnya Dinas Bina Marga. Meskipun telah berulang kali memakan korban, seperti yang terjadi pada truk yang terguling tepatnya diruas jalan Sukoharjo III, komplek Pasar Sukoharjo, Jumat (20/2), sekitar pukul 16.30 WIB truk bermuatan kayu balok tersebut terguling akibat supir tak kuasa menghindari banyaknya lubang-lubang jalan yang tertutup genangan air bercampur lumpur sepanjang ruas jalan itu. Meskipun masyarakat telah meminta kepada pemerintah segera membenahi jalan rusak yang sudah berlangsung bertahun-tahun tersebut, namun masih tidak ada respon positif dari pihak yang terkait. Terlebih, kubangan itu bercampur lumpur dan tak kunjung surut walau tidak turun hujan.Akibat kerusakan jalan di Sukoharjo menimbulkan pungli baru dan mengajarkan masyarakat untuk mengemis. Pada setiap titik jalan yang rusak, tampak warga mengadahkan tangan meminta


(24)

sejumlah uang pada pengguna jalan. "Jika memang tidak ada realisasi perbaikan jalan tersebut, warga Sukoharjo sementara akan menutup ruas jalan ini sampai ada perbaikan. Meskipun ratusan warga telah berunjuk rasa dengan menanam pohon pisang di tengah jalan tepatnya depan Pasar Sukoharjo. Unjuk rasa pun dilakukan warga karena ketidakpuasaan mereka terhadap kinerja pemerintah setempat lantaran ruas jalan yang rusak hanya di timbun sabes. Terlebih jalan tersebut merupakan ruas jalan provinsi yang menghubungkan antara Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Lampung Tengah.

Seperti yang dituturkan Rahmadi (42 tahun) warga Kecamatan Sukoharjo, bahwa setiap hari banyak sekali truk pengangkut batu yang melewati jalanan, truk tersebut bermuatan kurang lebih 15 ton, sedangkan jalan disini hanya sanggup menahan berat kurang lebih sekitar 8 ton, apabila kondisi seperti ini terus terjadi bukan tidak mungkin jalan bisa semakin parah dan juga semakin banyak warga yang jadi korban. Kondisi yang cukup parah terjadi tepatnya di depan Pasar Sukoharjo, di lokasi itu banyak sekali kubangan atau jalan berlubang dengan diameter yang cukup besar sehingga sangat membahayakan bagi pengguna kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut.

Kerusakan infrastruktur jalan yang terjadi di Kecamatan Sukoharjo menandakan bahwa kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung masih belum optimal, dilihat dari ruas jalan di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang masih banyak nya jalan dan infratsruktur penunjang lainnya yang tidak


(25)

terpelihara dengan baik. Seperti yang diketahui Dinas Bina Marga Provinsi Lampung memunyai tugas dan fungsi sebagai penyelenggara terciptanya infrastruktur yang baik, menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam bidang pemeliharaan, pembangunan, pengembangan dan peningkatan jalan dan jembatan yang rusak, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 38 Tahun 2004 Pasal 16 ayat 1 tentang Jalan, yaitu wewenang pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.

Studi yang serupa pernah dilakukan di Kabupaten Belitung oleh Nuansa Nurul Huda (2012) menggambarkan bahwa pelaksanaan perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan Kabupaten Belitung oleh Dinas Pekerjaan Umum masih kurang maksimal masih banyak titik-titik kerusakan jalan yang sangat parah. Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan di atas, dalam penelitian ini mempunyai jenis analisis data yang sama yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif kemudian persamaan yang mendasar dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti kinerja Dinas Bina Marga dalam pemeliharaan infrastruktur jalan, berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo, sehingga penelitian terdahulu menjadi referensi sendiri bagi peneliti kemudian, yang membedakannya adalah fokus penelitian terdahulu dan fokus penelitian yang peneliti ambil, yaitu pada fokus penelitian terdahulu mengacu pada perkembangan kinerja pihak Dinas Pekerjaan Umum


(26)

Kabupaten Belitung dalam pelaksanaan perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan Kabupaten Belitung dan dalam penelitian terdahulu menganalisis tentang struktur organisasi dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung, sedangkan fokus penelitian yang peneliti ambil dalam penelitian ini yaitu mengukur kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo sesuai dengan petunjuk teknis kegiatan pemeliharaan jalan yang meliputi :

1. Struktur perkerasan jalan;

2. Bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki; 3. Fasilitas drainase jalan.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan jalan, agar kedepannya kerusakan infrastruktur jalan dapat ditangani dengan cepat dan serius sehingga pengguna jalan dapat menikmati fasilitas publik dengan baik karena mengingat jalan merupakan sarana penting penunjang kegiatan dan aktivitas masyarakat sehari-hari.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimana Kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam Pemeliharaan Infrastruktur Jalan di Kecamatan Sukoharjo?


(27)

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Secara teoritis, dari hasil penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan kajian dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan khususnya yang berhubungan dengan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbang saran dan masukan bagi pemerintah khusunya bagi Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam mencapai tujuannya. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.

Menurut Wibowo (2007:7) kinerja berasal dari pengertian penampilan (performance), ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja, namun kinerja memunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang memunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Kemudian dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.


(29)

Menurut Sulistio (2009: 43), kinerja organisasi didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil. Kinerja organisasi dapat dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan organisasi. Kinerja organisasi akan merujuk pada efektivitas organisasi, dimana hal itu akan menyangkut pengharapan untuk mencapai hasil kerja yang baik sesuai dengan tujuan kebijakan.

Menurut Mahsun (2006: 25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam startegic planning (perencanaan strategi) suatu organisasi. Menurut Chaizi Nasucha (Sinambela, 2012: 186) kinerja organisasi didefinisikan sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yng ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

Menurut Pasolong (2010: 175) konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya suatu tujuan organisasi tidak bisa terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.


(30)

Menurut Swanson (dalam Keban, 2004 : 193) Kinerja organisasi adalah mempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu organisasi telah sesuai dengan kenyataan kondisi atau faktor ekonomi, politik, dan budaya yang ada apakah struktur dan kebijakannya mendukung kinerja yang diinginkan, apakah memiliki kepemimpinan, modal dan infrastuktur dalam mencapai misinya, apakah kebijakan, budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja yang diinginkan, dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan memelihara kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber dayanya.

Menurut Bastian ( 2001:329) kinerja organisasi sebagai gambaran mengenai tingkaat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut. Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu mempengaruhi sebuah kinerja organisasi. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.


(31)

Menurut Syamsul (2012: 8) kinerja adalah (result) yang merupakan real value (nilai nyata) bagi perusahaan. Untuk menghasilkan keluaran (result) tersebut dibutuhkan kompetensi tertentu, seperti kemampuan mengoperasikan, kemampuan mengatur sumber daya, dan lain lain. Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, tercapainya tujuan organisasi. Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh instansi atau organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut..

2. Tujuan Kinerja

Menurut Wibowo (2012: 41), kinerja merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah tentang arah secara umum, sifatnya luas, tanpa batasan waktu dan tidak berkaitan dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tujuan merupakan aspirasi. Perencanaan kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan penglarifikasi tujuan yang hendak dicapai organisasi terlebih dahulu.


(32)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan kinerja merupakan hal yang sangat penting, karena tujuan kinerja yaitu menyesuaikan harapan kinerja kinerja individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan kinerja yang baik.

3. Pengukuran Kinerja

Menurut Mahsun (2006: 26) pengukuran kinerja adalah merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir merupakan alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja. Hasil dari pengukuran kinerja akan memberitahu mengenai apa yang terjadi bukan mengapa hal itu atau apa yang harus dilakukan.

Menurut Mahmudi (2010: 12) pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai suatu kesuksesan organisasi. Kemudian, dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik. Masyarakat akan menilai kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemapuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Menurut Soedarmayanti (2007: 182), pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau


(33)

kegagalan pelaksanaan kegiatan. Kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu sudah merupakan suatu hal yang mendesak untuk menciptakan sistem yang mampu untuk mengukur kinerja dan keberhasilan organisasi. .

Menurut Adisasmita (2011: 91), pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Suatu instansi pemerintah dapat dikatakan berhasil melaksanakan tugasnya, jika terdapat bukti bahwa indikator atau ukuran capaian sasaran terlaksana searah dengan misi yang telah direncanakan. Tanpa adanya pengukuran kinerja sangat sulit dicari pembenaran yang logis atas pencapaian misi organisasi atau instansi. Penilaian terhadap kinerja suatu organisasi publik memiliki arti yang sangat penting terutama dalam upaya melakukan perbaikan pada masa yang akan datang.

Menurut Wibisono (2006: 192), pengukuran kinerja pada dasarnya telah diterapkan di seluruh organisasi di dunia. Pengukuran kinerja tersebut seringkali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan untuk menindak lanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Hasil dari pengukuran kinerja pada hakikatnya hanya memberikan pandangan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saat ini dengan target yang diharapkan. Tetapi tidak memberikan arahan mengapa perbedaan itu terjadi dan lebih jauh lagi tidak secara otomatis memberikan jawaban atas seberapa bagus kinerja actual saat ini dan tidak memberikan alternatif perbaikan yang dilakukan. Oleh karena


(34)

itu, dapat dinyatakan bahwa pengukuran kinerja hanya merupakan titik awal untuk analisis lebih jauh.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu cara untuk mengetahui atau menilai sejauh mana tujuan, sasaran dan program dari suatu organisasi bisa tercapai, tetapi pengukuran kinerja tidak memberikan alternatif perbaikan yang dilakukan maka diperlukan evaluasi terhadap kinerja.

4. Evaluasi Kinerja

Menurut Umar (2005: 36) evaluasi kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mngetahui apakah ada selisih diantaranya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Menurut WibisoNo (2006: 193) evaluasi kinerja merupakan penilaian kinerja yang dibandingkan dengan rencana atau standar yang telah disepakati. Pada setiap pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana kaji banding dimana kaji banding dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

Kaji banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah dicapai, rata-rata kinerja masa lalu pada periode tertentu, kinerja bagian lain dalam organisasi, standar teknis yang dipersyaratkan dan kinerja tahun


(35)

terakhir. Kaji banding secara secara eksternal dapat dilakukan terhadap persaingan langsung, organisasi lain yang memiliki operasi yang dapat diperbandingkan pada sektor tersebut dan pencapaiannya dari rata-rata industri terbaik. Sedangkan menurut Rasul (2000:20), evaluasi kinerja termasuk dalam komponen pengkuran kinerja selain penetapan indikator kinerja dan pencapaian kinerja.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kinerja merupakan proses penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar yang disepakati dan dapat dipergunakan untuk sejumlah kepentingan organisasi dalam memperbaiki kinerjanya serta dapat memberikan alternatif perbaikan yang dilakukan. Evaluasi terhadap kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan sangat penting untuk dilakukan, terutama dalam upaya melakukan pemeliharaan jalan yang akan datang.


(36)

5. Penilaian Kinerja

Pada suatu organisasi diperlukan suatu penilaian untuk mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapainya atau sering disebut dengan kinerja. Penilaian kinerja ini sangat penting dilakukan karena hal ini dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Selain itu, kinerja dapat digunakan untuk mengukur tingkat prestasi atau kebijakan.

Menurut Henry Simamora (Yani, 2012: 117) penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu, sedangkan Hasibuan (Yani, 2012: 118) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kinerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas.

Menurut (Prihadi, 2004:124) Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen.

Selain pengertian di atas, menurut Sondang (2009:168) penilaian kinerja merupakan proses dimana organisasi berupaya memeroleh informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para pegawainya. Penilaian kinerja harus


(37)

dilakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi organisasinya secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para pegawainya yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian penilaian kinerja menurut para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau kelompok dalam suatu organisasi dalam pelaksanaan kegiatan, program, kebijaksanaan guna mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Adapun tujuan penilaian kinerja Menurut Sondang (2007: 168) penilaian kinerja merupakan proses dimana organisasi berupa memeroleh informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya. Penilaian kinerja harus dilakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para karyawan yang bersangkutan. Enam hal yang penting dipahami dalam penilaian kinerja ialah : 1) Kegunaan hasil penilaian kinerja;

2) Unsur-unsur penilaian kinerja; 3) Teknik penilaian kinerja masa lalu;

4) Kiat melaksanakan peniliaian kinerja yang berorientasi ke masa depan; 5) Implikasi proses penilaian;

6) Umpan balik bagi satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia dalam organisasi.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau


(38)

kegagalan pelaksanaan kegiatan, program dan/atau kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi organisasi tersebut.

6. Model Pengukuran Kinerja

Adapun model pengukuran kinerja menurut Dwiyanto (Pasolong, 2010:178) antara lain meliputi :

1) Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umunya mudah dipahami sebagai rasio antara input dan output. Produktivitas merupakan suatu tingkatan prestasi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2) Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Salah satu sebagai indikator kinerja, responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan visi dan misinya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(39)

Seberapa besar kebijakan dan kegiatan publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat atau ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian penyelenggara pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada dimasyarakat.

Selain itu model pengukuran kinerja sesuai dengan petunjuk teknis kegiatan pemeliharaan jalan, yang dapat diukur melalui:

1. Struktur Perkerasan Jalan

2. Bahu Jalan dan Fasilitas Pejalan Kaki 3. Fasilitas Drainase Jalan

Berdasarkan beberapa model pengukuran kinerja di atas, peneliti menggunakan model pengukuran kinerja yang kedua, alasan peneliti memilih indikator tersebut karena model pengukuran ini dirasa memiliki indikator yang cocok dan relevan digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas kinerja organisasi.


(40)

B. Tinjauan tentang Infrastruktur Jalan

1. Pengertian Infrastruktur

Menurut Familoni (2004:16), menyebutkan bahwa infrastruktur sebagai basic essential service dalam proses pembangunan. Infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasional. Selanjutnya infrastruktur dibedakan menjadi dua kelompok yaitu infrastruktur berdasarkan fungsi dan peruntukan. Menurut Familoni (2004:20) menjelaskan bahwa infrastruktur dibedakan menjadi dua yaitu infrastruktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur ekonomi memegang peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur ekonomi diantaranya utilitas publik seperti tenaga listrik, sanitasi, kemudian juga termasuk pekerjaan umum seperti, jalan, kanal, bendungan, irigasi, dan drainase serta proyek seperti jalan kereta api, angkutan kota.

Menurut Purwoto dkk (2009:67), pemeliharaan infrastruktur jalan mempunyai beberapa manfaat yaitu :

1) Perubahan biaya relatif dari sarana transportasi tertentu terhadap sarana transportasi lainnya;

2) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat; 3) Peningkatan ketersediaan sarana transportasi;

4) Peningkatan kualitas perjalanan (waktu, kecepatan, kenyamanan dan peningkatan kualitas sarana infrastrukturnya);


(41)

5) Pengaruh pada tata guna lahan akibat migrasi antar daerah dan perubahan pola pemukiman;

6) Peningkatan aktivitas ekonomi yang pada akhirnya juga mempengaruhi timbulnya perubahan pola dan struktur masyarakat;

7) Perubahan demografis;

8) Perubahan perilaku operasional dunia setempat.

Berdasarkan definisi dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa infrastruktur merupakan sarana dan prasarana yang sangat penting dalam mendukung aktivitas masyarakat. Infrastruktur merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat.

2. Pengertian Jalan

Menurut Arthur Wignall (2003 : 12) secara sederhana jalan didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa diperlakukannya izin khusus untuk itu. Dengan persyaratan ini jalan air (waterway) dapat juga disebut sebagai jalan raya. Jalan diklasifikasikan berdasarkan pengguna jalan maupun berdasarkan lembaga pengelolanya, seperti dewan daerah yang bertugas memeliharanya.


(42)

A. Berdasarkan Kelas Jalan

1. Kelas Jalan I

Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18000 milimeter, ukuran paling tinggi 4200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton.

2. Kelas Jalan II

Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18000 milimeter, ukuran paling tinggi 4200 milimeter, dan muatan sumbu terberat delapan ton. 3. Kelas Jalan III

Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9000 milimeter, ukuran paling tinggi 3500 milimeter, dan muatan sumbu terberat delapan ton. 4. Kelas Jalan Khusus

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18000 milimeter, ukuran paling tinggi 4200 milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.


(43)

B. Klasifikasi dan Fungsi Jalan

Ada beberapa pengelompokan jalan menurut sistem, yaitu : 1. Sistem Jaringan Jalan Primer

Jaringan Jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasadistribusi yang berwujud kota.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Jaringan Jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota, yang menghubungkan antar dan dalam kawasan di dalam kota.

3. Pusat-pusat Produksi

Pusat-pusat yang menghasilkan barang dan jasa, termasuk kawasan pemukiman dan kawasan lainnya.

4. Simpul Jasa Produksi

Pusat-pusat kegiatan pelayanan nasional, wilayah dan lokal.

C. Pengelompokan Jalan menurut Fungsi 1. Jalan Arteri

Jalan yang melayani angkutan utama, dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Perjalanan jarak jauh;


(44)

c. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dengan memperhatikan kapasitas jalan masuk.

2. Jalan Kolektor

Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/ pembagian dengan ciri-ciri:

a. Perjalanan jarak sedang; b. Kecepatan rata-rata sedang; c. Jumlah jalan masuk dibatasi; d. Jalan lokal

3. Jalan yang melayani angkutan lokal, dengan ciri-ciri: a. Perjalanan jarak dekat;

b. Kecepatan rata-rata rendah; c. Jumlah jalan masuk dibatasi. 4. Jalan Lingkungan

Jalan yang melayani angkutan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Perjalanan jarak pendek;

b. Kecepatan rendah.

D. Pengelompokkan Jalan Menurut Status

Pengelompokkan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, jalan desa.


(45)

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan ini dibina oleh pemerintah pusat. 2. Jalan Provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan ini dibina oleh pemerintah daerah provinsi.

3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan stategis kabupaten. Jalan ini dibina oleh pemerintah kabupaten.

4. Jalan kota, merupakan jalan umum sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada dalam kota. Jalan ini dibina oleh pemerintah kota.

5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar pemukiman didalam desa, serta jalan lingkungan. Jalan ini dibina Oleh pemerintah desa.


(46)

Jalan provinsi di Provinsi Lampung dapat dikatakan efektif dan memenuhi standar teknis pelayanan apabila diantaranya:

1. Kapasitas jalan dan jembatan yang belum memenuhi standar teknis pelayanan minimal yaitu :

a. Lebar jalan yaitu 6.00 m; b. Lebar jembatan yaitu 9.00 m.

2. Kualitas jalan dan jembatan harus memenuhi standar teknnis pelayanan minimal yaitu :

a. Strktur jalan harus memenuhi beban standar jalan kolektor sekunder (MST 8 ton);

b. Struktur jembatan harus memenuhi beban Ditjen Bina Marga.

Berdasarkan klasifikasi jalan di atas, jalan yang menjadi objek penelitian ini merupakan jalan provinsi, karena kewenangan dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo berada pada Dinas Bina Marga Provinsi Lampung yang menjadi lokasi penelitian.

3. Pemeliharaan Jalan

Menurut Kondoatie (2003: 87), pemeliharaan jalan pada dasarnya pemeliharaan rutin (routine) dan berkala (periodic) dilakukan secara terjadwal setiap periode tertentu dan perbaikan jalan (betterment) dilakukan hanya pada kondisi kerusakan struktural jalan. Pada kegiatan pemeliharaan jalan dapat dibagi tiga yaitu:


(47)

a) Pemeliharaan Rutin (Routine): pemeliharaan berkala yang dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan di luar tugasnya sebagai pekerja;

b) Pemeliharaan Berkala (Periodic): pengamatan yang dilakukan secara sistematik untuk menjamin berfungsinya jalan dengan baik dan untuk memerpanjang umur jalan tersebut;

c) Serta pemeliharaan secara terjadwal setiap periode tertentu dan perbaikan jalan (betterment)

Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk memertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.

a. Tujuan Pemeliharaan Jalan

Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya. Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah menurun kekuatannya. Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi


(48)

belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinya relatif mudah/ringan.

Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan pula peremajaan terhadap bahan perkerasan maupun bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan kembali terhadap permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan struktur. Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar kerusakan jalan beserta bangunan pelengkap dan fasilitas pendukungnya sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya, khususnya pada lokasi tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang. Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi penting dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pengembangan jaringan jalan yang telah mantap guna melayani lalulintas transportasi darat dan daerah-daerah yang berkembang.


(49)

C.Kerangka Pikir

Kondisi jalan di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu saat ini mengalami kerusakan yang cukup parah, jalan dipenuhi lubang-lubang besar dan bergelombang yang dapat membahayakan pengguna jalan tersebut. Upaya pemeliharaan jalan merupakan bentuk kinerja yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Untuk melihat sejauh mana kinerja Dinas Bina Marga tersebut, peneliti mengukur kinerja dengan menggunakan model pengukuran kinerja sesuai dengan petunjuk teknis kegiatan pemeliharaan jalan yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan.

Melalui ketiga indikator tersebut akan diketahui kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo.


(50)

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti membuat kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Penelitian Kurang Optimalnya Kinerja Dinas

Bina Marga Provinsi Lampung dalam Pemeliharaan Infrastruktur

Jalan

Pengukuran Kinerja Sesuai Dengan Petunjuk Teknis Kegiatan

Pemeliharaan Jalan

Struktur Perkerasan Jalan

Bahu Jalan dan Fasilitas Pejalan Kaki

Efektif Tidak Efektif

Fasilitas Drainase Jalan


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Menurut Lodico (Emzir, 2011:2) penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan. Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari setting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial adalah suatu proses yang ilmiah.

Menurut Aziz (2012:35), penelitian kualitatif adalah bagaimana peneliti mampu merumuskan kategori-kategori permasalahan sebagai sebuah konsep untuk memerbandingkan data. Penelitian kualitatif dapat mengeksplorasi sikap, perilaku dan pengalaman responden melalui metode interview dan fokus group.


(52)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dikarenakan dalam penelitian ini berusaha menggambarkan secara sistematis dari situasi, feNomena dan program pelayanan tentang kehidupan masyarakat. Sehingga nantinya bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menginterpretasikan secara jelas dan utuh tentang bagaimana kinerja pemerintah, khususnya Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi dan waktu penelitian ini menyesesuaikan dengan lokasi yang dapat membantu dan memermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan pada Kantor Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, Kantor Kecamatan Sukoharjo Pringsewu dan Ruas Jalan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan infrastruktur jalan pada Kecamatan Sukoharjo kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat.

A.Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berperan penting dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk membatasi studi dan bidang kajian penelitian. Tanpa adanya fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak pada melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian. Melalui fokus penelitian ini, suatu informasi di lapangan dapat dipilih sesuai dengan


(53)

konteks permasalahan, sehingga rumusan masalah dan fokus penelitian saling berkaitan, karena permasalahan penelitian dapat dijadikan acuan penentuan fokus penelitian, meskipun fokus dapat berubah dan berkurang sesuai dengan data yang ditentukan di lapangan.

Penelitian ini difokuskan pada kinerja yang dilakukan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo, yang dapat dilihat dari beberapaa indikator sebagai berikut :

1. Struktur perkerasan jalan, yang akan di ukur dari kesesuaian antara bahan yang dipakai dan bahan ikat yang digunakan untuk menahan beban kendaraan. Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang berbeda sesuai dengan tingkat kerusakannya. Pada kondisi rusak ringan dapat segera diperbaiki dengan pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut. Tujuan perkerasan jalan sendiri adalah untuk mengurangi tekanan roda kendaraan sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang menahan beban tersebut. Indikator struktur perkerasan jalan didasarkan pada beberapa aspek atau sub indikator sebagai berikut :

a. Jalan provinsi dari segi bahan baku jalan sudah sesuai dengan aturan atau standar yang telah ditetapkan;

b. Jalan yang di bangun dan diperbaiki, kelayakannya bisa bertahan sampai jangka waktu yang telah ditentukan

2. Bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki, yang akan dilihat dari tersedianya bahu jalan yang berada ditepi kiri dan kanan jalan dan berfungsi dengan


(54)

baik. Bahu jalan sendiri memiliki fungsi yaitu: tempat berhenti sementara bagi kendaraan, memberikan kebebasan samping (rasa lega) sehingga meningkatkan kegunaan jalan dan tempat untuk memasang rambu lalu lintas dan lain-lain. Sedangkan disamping bahu jalan terdapat fasilitas untuk pejalan kaki atau trotoar yang diperlukan guna keselamatan dan keamanan di tepi jalan terhadap kecelakaan lalu lintas.

Indikator bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki didasarkan pada beberapa aspek atau sub indikator sebagai berikut:

a. Tersedianya fasilitas pejalan kaki dan penyediaan ruang bagi para pesepeda sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

b. Kondisi bahu jalan yang rusak segera diperbaiki dengan baik, yaitu memerhatikan aspek keselamatan dan aspek kelancaran trasnsportasi. 3. Fasilitas drainase jalan, yang dilihat dari fungsi untuk membuang air

berlebih pada permukaan suatu jalan, umunya perlu mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar dapat tetap berfungsi secara optimal.


(55)

Indikator fasilitas drainase jalan didasarkan pada beberapa aspek atau sub indikator sebagai berikut:

a. Adanya saluran drainase jalan yang letaknya di masing-masing sisi jalan;.

b. Fasilitas drainase yang dibuat dapat membantu kelancaran air yang menggenang di permukaan jalan

D. Informan

Menurut Suyanto dan Sutinah (2011:171) yang dimaksud dengan informan adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Pelaksanaannya penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive (purposive sampling) yaitu pemilihan informan berdasarkan pada karakteristik tertentu dianggap mempunyai kepentingan, dengan karakteristik populasi yang sudah ditentukan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang akan menjadi informan, dipilih berdasarkan pada pemahaman dan pengetahuan mengenai kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berwenang dalam pelaksanaan kinerja di Dinas Bina Marga. Adapun informan tersebut antara lain :

a. Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Jalan dan jembatan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung;

b. Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung;


(56)

c. Kepala Seksi Pemeliharaan dan Pemanfaatan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung.

Kemudian informan tambahan dari penelitian ini adalah masyarakat pengguna jalan di Kecamatan Sukoharjo Pringsewu.

E.Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Menurut Hasan (Emzir, 2011: 50) wawancara ialah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi yang saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinan. Di dalam penelitian ini, cara peneliti melakukan wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan bahasa informal dan kemudian peneliti kembangkan kedalam bahasa yang lebih formal.

Menurut Sarwono (2006: 224) dijelaskan teknik wawancara dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal; b) Wawancara umum yang terarah;

c) Wawancara terbuka yang standar.

Pada wawancara dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara pada Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Provinsi Lampung


(57)

pada tanggal 19 Juni 2015, kemudian peneliti melanjutkan wawancara kembali padaa tanggal 22 Juni 2015 dengan Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Provinsi Lampung, dan keesokan harinya pada tanggal 23 Juni 2015 dengan Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan di Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa warga masyarakat di Kecamatan Sukoharjo pada tanggal 25 Juni 2015.

2. Observasi

Menurut Joko (2011: 62) bentuk alat pengumpul data yang lain dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian mengingat tidak setiap penelitian menggunakan alat pengumpul data demikian. Pengamatan atau observasi dilakukan memakan waktu yang lama apabila ingin melihat suatu proses perubahan, dan pengamatan dilakukan dapat tanpa suatu pemberitahuan khusus atau dapat pula sebaliknya.

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi pada dasarnya sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang disiapkan sebelumnya.

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 15 Juni 2015 di Jalan Sukoharjo Kecamatan Pringsewu, selanjutnya peneliti melakukan observasi kembali pada


(58)

tanggal 17 Juni 2015 untuk melihat secara langsung kondisi jalan rusak yang ada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis dalan dua kategori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat atau dikeluarkan oleh lembaga atau perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang dibuat atau dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen dijadikan sebagai sumber referensi adalah berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban, surat dan catatan harian.

F. Teknik Pengolahan Data

Menurut Suyanto dan Sutinah (2011:56) setelah data terkumpul melalui penelitian, kemudian peneliti melakukan pengolahan data tersebut sesuai dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan.

Menurut Notoatmodjo (2010:67), proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Identifikasi Data

Identifikasi data yaitu mencari dan meneliti kembali data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan dan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas.


(59)

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis.

c. Sistematis Data

Melakukan penyusunan atau penempatan data pada setiap pokok secara sistematis sehingga mempermudah interpretasi data dan tercipta keteraturan dalam menjawab permasalahan.

d. Interpretasi Hasil Pengolahan Data

Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam penelitian.


(60)

G. Teknik Analisis Data

Menurut Widi (2010: 254) teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, ketiga alur tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakkan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan: penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Reduksi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah data hasil wawancara.

b. Penyajian data yaitu: sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pegambilan tindakan. Setelah melalui tahap reduksi data, selanjutnya penulis menyajikan data yang telah tersusun secara sistematis. Di dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dengan deskriptif, yaitu mendeskripsikan kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo.

c. Penarikan kesimpulan yaitu: penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam teknik analisis data. Penarikan kesimpulan dilakukan


(61)

dengan mengacu pada hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bagaimana kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan jinfrastruktur jalan. Di dalam penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan dengan berdasar kepada hasil penelitian.


(62)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Gambaran Umum Dinas Bina Marga

1. Sejarah Singkat Dinas Bina Marga Provinsi Lampung

Dinas Bina Marga Prov. Lampung merupakan instansi yang berwenang dan mempunyai tugas yang menanggung fasilitas transportasi darat, khususnya jalan dan jembatan di Provinsi Lampung. Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dipimpin oleh kepala dinas yang sepenuhnya berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Pada mulanya, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung adalah sub Dinas Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat Lampung, yang berdiri pada tanggal 11 Maret 1967.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor PD/145/UP/1967 atas pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri (mendagri). Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung pada tahun 1971 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Bina Marga dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 172/UP/71 pada tanggal 25 Juni 1971. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung pada tahun 1978 tentang Perubahan Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dengan surat keputusan Gubernur Nomor12 tahun 1978 pada tanggal 4 Oktober 1978.


(63)

Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung pada tahun 1986 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Bina Marga dengan Surat Keputusan Gubernur NomorG/286/B.IV/HK/87, pada tanggal 10 Desember 1987 dari Gubernur atas dasar Mendagri Nomor14/1986 pada tanggal 10 Oktober 1986. Surat Keputusan Gubernur Lampung pada tahun 1989 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Bina Marga dengan Surat Keputusan Gubernur NomorG/033/B.IV/HK/89, pada tanggal 28 Januari 1989.

Surat Keputusan Gubernur Lampung pada tahun 1995 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Bina Marga dengan Peraturan daerah Nomor 06 tahun 1995, pada tanggal 27 Februari 1995. Surat Keputusan Gubernur Lampung pada tahun 1996 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Bina Marga dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor061/3502/Sj pada tanggal 20 Desember 1996.

Persetujuan pembentukan 3 (tiga ) dinas yang semula Dinas Pekerjaan Umum dati I Lampung menjadi:

1. Dinas PU Pengairan Provinsi Lampung dati I Lampung dengan Nomor 08 tahun 1997 tanggal 16 Juni 1997;

2. Dinas PU Bina Marga Provinsi Lampung dengan Nomor 09 tahun 1997 tanggal 16 Juni 1997;

3. Dinas PU Cipta Karya Provinsi Lampung Dati I Lampung dengan Nomor 10 tahun 1997 tanggal 16 Juni 1997.


(64)

Pada tahun 1997 mengalami perubahan struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dati I Provinsi Lampung dengan Perda Dati I Lampung Nomor 09 tahun 1997 tanggal 16 Juni 1997. Peraturan daerah Nomor 03 tahun 2001, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis Dinas (UPTD) pada dinas-dinas Provinsi Lampung. Instansi berwenang dan mempunyai tugas menangani fasilitas transportasi darat khususnya untuk jalan dan jembatan yang ada di wiliyah Provinsi atau kabupaten. Tugas pokok dari Dinas Bina Marga Provinsi Lampung tersebut ditetapkan dengan peraturan daerah (perda) Nomor. 17 tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Usaha Dinas Bina Marga Provinsi Lampung pasal 49 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

1. Dinas Bina Marga Provinsi Lampung mempunyai tugas pokok menyelenggarakan:

a. Sebagian kewenangan rumah tangga provinsi (dekonsentralisasi) dalam bidang kebinamargaan yang menjadi kewenangannya dan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur;

b. Tugas dekonsentralisasi dan tugas pembantu yang diberikan oleh pemerintah kepada gubernur.

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan, pengaturan, perencanaan, dan penetapan standar atau pedoman;

b. Penyediaan dukungan atau bantuan untuk kerja sama antar kabupaten atau kota;


(65)

c. Peningkatan sarana atau prasarana wilayah yang terdiri atas jembatan dan jalan beserta simpul-simpulnya serta jalan bebas hambatan; d. Perizinan pembangunan jalan bebas hambatan lintas kabupaten atau

kota;

e. Pembinaan, pengendaliaan,pengawasan, dan koordinasi.

Berdasarkan bunyi pasal 49 ayat 1 dan 2 tersebut di atas jelas bahwa Dinas Bina Marga Provinsi Lampung mempunyai tugas antara lain : merumuskan kebijaksanaan pengaturan perencanaan, penetapan standar atau pedoman, penyediaan dukungan atau bantuan, peningkatan sarana, prasarana dan perizinan pembangunan jalan dan jembatan serta pembinaan, pengendalian, pengawasan, koordinasi dan pengelolaan ketatausahaan.

2. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk memperlancar pekerjaan dan spesialisasi kerja, perlu disusun struktur organisasi yang mencerminkan tugas, wewenang serta tanggung jawab. Adanya susunan organisasi yang baik, maka akan memperlancar jalannya pemerintah di instansi tersebut dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing.


(66)

3. Pembagian Tugas

Pembagian tugas pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung berdasarkan jabatan yang dipegangnya.

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan mengawasi serta mengoordinasikan pelaksanaan tugas Bina Marga Provinsi Lampung dalam menyelenggarakan kewenangan instansi yang diangkat oleh gubernur;

2. Sekretaris

Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan mengawasi serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan Umum Provinsi Lampung dalam menyelenggarakan kewenangan instansi.;

3. Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, kepegawaian, hukum, dan tata laksana kerja. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:

a. Penyusunan anggaran rutin, pelaporan dan pengendalian keuangan; b. Pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan,

perundang-undangan, dokumentasi serta keputusan;

c. Penyiapan data dan informasi, hubungan masyarakat dan penyelengaraan inventaris kekayaan ,milik Daerah / Negara. Bagian Tata usaha terdiri dari tiga sub bagian, yaitu:


(67)

1. Melaksanakan pengurusan surat masuk dan keluar; 2. Mengatur penyeleksian surat Dinas;

3. Mengatur penyediaan alat tulis, stempel dinas operator telepon dan faximile;

4. Menyelenggarakan administrasi barang dinas mulaidari rencana kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, perawatan barang inventaris.

b. Sub Bagian Keuangan

1. Mempersiapkan bahan dan menyusun rencana anggaran rutindinas dan pembangunan;

2. Mengadakan pengawasan dan penelitian atas pengeluaran rutin dinas;

3. Mengadakan pembinaan dan pembagian teknis administrasi keuangan dinas.

c. Sub Bagian Kepegawaian, Hukum dan Tata Laksana Mempunyai tugas pokok, yaitu :

1. Melaksanakan penyusunan informasi kepegawaian; 2. Melaksanakan pengembangan dan penyelesaian mutasi

pegawai;

3. Melaksanakan penyelesaian kerpeg, askes, taspen, cuti, kenaikan gaji berkala dan pemberian penghargaan bagi PNS;


(68)

5. Menyiapkan bahan dan penyusunan organisasi dan tata laksana di lingkungan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung; 6. Menyusun segala bentuk hukum, pembuatan surat keputusan,

menyelesaikan sengketa hukum pegawai dan membuat berita acara LHP;

4. Sub Dinas Bina program

Sub Dinas Bina program mempunyai tugas pokok yaitu :

a. Menyelenggarakan penyusunan program pembangunan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang;

b. Menyelenggarakan studi kelayakan AMDAL dan perencanaan teknis jalan dan jembatan.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Sub Dinas Bina Program terdiri dari :

1. Seksi perencanaan jalan dan jembatan; 2. Seksi program evaluasi dan pelaporan; 3. Seksi pengujian leger jalan;

5. Sub Dinas Bina pembangunan / peningkatan.

5. Sub Dinas Bina pembangunan / peningkatan mempunyai tugas pokok, yaitu:

a. Penyusunan program, estimasi biaya pelaksanaan pembangunan peningkatan jalan dan jembatan;

b. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan pengawasan, pengendalian pelaksanaan kegiatan pembangunan / peningkatan jalan dan jembatan;


(69)

c. Melaksanakan penelitian dan penggajian dokumen teknis pembangunan peningkatan jalan dan jembatan;

d. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan.

5. Sub Dinas Pemeliharaan Jalan

Sub Dinas Pemeliharaan Jalan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Bina Marga Provinsi Lampung di bidang pemeliharaan jalan dan jembatan. Sub dinas pemeliharaan jalan terdiri dari:

a. Seksi pemeliharaan jalan; b. Seksi pemeliharaan jembatan;

c. Seksi tata teknis pemeliharaan jalan dan jembatan.

4. Fungsi Dinas Bina Marga

Dalam melaksanakan tugas pokok Dinas Bina Marga mempunyai fungsi : 1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan

dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten / kota;

2. Pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan Provinsi;

3. Fasilitas penyiapan program pembanguna sarana dan prasarana perkotaan dan pedesaan di lingkungan Provinsi;

4. Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen pelayanan air minum dilingkungan wilayah provinsi;


(70)

5. Fasilitas pengembangan prasarana dan sarana air limbah lintas kabupaten / kota;

6. Fasilitas penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan prasarana dan saran persampahan secara nasional di wilayah provinsi;

7. Fasilitas penyelenggaraan pembangunan kawasan saiap bangun dan lingkungan siap bangun lintas kabupaten Kota;

8. Fasilitas penyelenggaraan penanganan pemukiman kumuh;

9. Pelaksanaan pembangunan dan pengolahan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah provinsi;

10.Mengembangkan sistem informasi jasa konstruksi dalam wilayah provinsi; 11.Pembinaan, pengadilan, pengawasan dan koordinasi;

12.Pelayanan administratif.

5. Wewenang Dinas Bina Marga : 1. Kepala Dinas

Kepala dinas selaku kepala SKPD (satuan kerja perangkat daerah). Pengguna anggaran yang dengan Keputusan Gubernur Provinsi Lampung, mempunyai kewenangan selaku otorisator dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan anggaran (keuangan) dan pelaksanaan fisik sebagai pejabat pemegang kewenangan pengguna anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dipimpinnya sesuia Permendagri Nomor13 tahun 2006 yang meliputi antara lain :


(71)

a. Menyusun RKA-SKPD dan DPA-SKPD serta melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. Mengangkat dan menetapkan pejabat pengendali kegiatan, koordinator kegiatan, pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK-SKPD), pembantu bendahara untuk pelaksanaan kegiatan; c. Melaksanakan anggaran SKPD dan mengawasi pelaksanaan

anggaran SKPD yang dipimpinnya;

d. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan menentukan pembayaran;

e. Mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dengan batas anggaran yang telah ditetapkan;

f. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggunga jawab SKPD yang dipimpinnya dan melaksanakan pemungutan penerimaan pajak;

g. Menandatangani surat perintah membayar (SPM);

h. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

i. Melaksanakan tugas-tugas penggunaan anggaran berdasarkana kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;

j. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah;


(72)

k. Melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh bendahara pengeluaran sekurang-kurangnya satu (satu) kali dalam tiga bulan dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas.

2. Kepala Sub bagian Keuangan

Kepala sub bagian keuangan melaksanakan tugas membantu kepala dinas selaku pengguna Anggaran SKPD dalam menyiapkan bahan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah serta perhitungan anggaran. Melakukan pembinaan dan bimbingan administrasi keuangan, perbendaharaan, TP-TGR dan bimbingan pengelolaan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Kepala sub bagian Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) melakukan pengujian terhadap kebenaran secara materil transaksi, baik yang berakibat penerimaan maupun pengeluaran anggaran sebelum ditandatangani oleh kepala dinas selaku pengguna Anggaran SKPD.

Dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa staf keuangan sesuai dengan fungsi penugasan dan berkoordinasi dengan kepala sub bagian keuangan serta bertanggung-jawab langsung kepada kepala dinas selaku pengguna anggaran. Kepala Sub Bagian Keuangan sebagai pejabat penata usahaan keuangan SKPD menyelenggarakan penataan dokumen keuangan dan penyusunan laporan keuangan/realisasi anggaran berdasarkan DPA-SKPD dengan tugas sebagai berikut:


(73)

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui / disetujui oleh bendahara PPTK-SKPD;

b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. Melakukan verivikasi harian atas penerimaan dan pengeluaran; d. Menyiapkan SPM untuk ditandatangani oleh kepala SKPD;

e. Melaksanakan kegiatan akuntansi SKPD dan menyiapkan laporan keuangan SKPD

3. Bendahara pengeluaran

Bendahara pengeluaran yang menyelenggarakan penata usahaan terhadap pengeluaran/penggunaan uang yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor16 tahun 2006 dalam fungsi bendaharawan yaitu menerima, menyimpan, membayar dan mempertanggungjawabkan uang untuk belanja daerah dalam rangka pelaksanaanAPBD pada SKPD .

a. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD atau dokumen lain yang disamakan dengan SPD , mengajukan SPP kepada pengguna anggaran untuk memperoleh persetujuan melalui PPK-SKPD (SPP-UP,SPP-GU, SPP-TU, SPP-LS) dan dilengkapi dengan lampiran sesuai dengan ketentuan;


(74)

b. Melakukan pemeriksaan kas yang dilakukan oleh pembantu bendahara sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas;

c. Melakukan verivikasi, analisis dan evaluasi atas laporan pertanggung jawaban pengeluaran terhadap pembantu bendahara; d. Dalam melaksanakan tugasnya bendahara pengeluaran dibantu oleh

beberapa staf pembantu bendahara yang terdiri dari pembantu bendahara bagian SDP/SPP, bagian bidang-bidang, bagian penelitian SPJ, bagian pembukuan, bagian dokumen/arsip dan bagian evaluasi Laporan.

6. Ruang Lingkup Dinas Bina Marga Provinsi Lampung

Lakip Dinas Bina Marga Provinsi Lampung disusun dengan pertimbangan semua potensi organisasi yang dimiliki serta kemungkinan pengembangannya dimasa depan untuk mendukung keberhasilan pembangunan Provinsi Lampung. Lakip ini memproyeksi hasil yang dicapai selama kurun waktu tahun 2008 yang terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran, kenijakan, program dan kegiatan.


(1)

- Sektor Pertanian dan Peladangan

Sektor Pertanian dan Peladangan di Kecamatan Sukoharjo masih mendominasi kegiatan sektor usaha dan merupakan salah satu kecamatan andalan di Kabupaten Pringsewu. Selain itu dengan didukung oleh kinerja kelompok tani yang besar, terlihat adanya peningkatan jumlah petani yang ikut dalam kelompok tani, serta presentase struktural kepemilikan lahan pertanian atau peladangan yang masih cukup besar. Tetapi prasarana transportasi di Kecamatan Sukharjo harus ditingkatkan kualitas maupun kuantitas.

- Sektor Industri

Sektor Industri di Kecamatan Sukoharjo menunjukkan gejala yang sangat baik dan menggembirakan terutama pada sektor industri rumah tangga ataupun industri kecil.

- Sektor Perdagangan

Kegiatan usaha lokal di wilayah Kecamatan Sukoharjo masih sangat terbatas hanya mencukupi sebagian desa tersebut, seperti Industri Gula Merah.

- Perkembangan Investasi

Wilayah Kecamatan Sukoharjo masih terbatas tentang investasi permodalan dari luar khususnya investasi menengah dan investasi besar. Investasi atau penanaman modal di


(2)

Pada aspek kelembagaandi Kecamatan Sukoharjo termasuk baik, hal ini dapat dilihat dari adanya lembaga yang berjalan dengan baik dan mendukung pengembangan sektor-sektor usaha yang diarahkan, seperti kuatnya Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) di desa dalam lingkup kecamatan, forum tersebut selalu diikuti oleh masyarakat desa, kelompok tani yang selalu mengadakan diskusi kelompok, peran koperasi yang amat besar bagi kegiatan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya aparat kecamatan yang cukup baik.


(3)

81

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai Kinerja Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Struktur perkerasan jalan, indikator ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kerjasama yang baik antara Dinas Bina Marga Provinsi Lampung terhadap pihak pengerja terkait bahan baku yang digunakan dalam pemeliharan dan perbaikan jalan;

2. Bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki, indikator ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan kurang tanggapnya Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam penyediaan bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki; 3. Fasilitas drainase jalan, pada indikator ini belum berjalan dengan baik,

karena kurangnya monitoring yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung terkait keberadaan drainase yang hanya ada di beberapa titik..


(4)

mencapai hasil kerja yang baik sesuai dengan tujuan kebijakan. Maka berdasarkan hasil penelitian ini, kinerja organisasi yang dalam hal ini Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Kecamatan Sukoharjo belum berjalan efektif. Hal tersebut ditunjukkan dari ketiga indikator yang digunakan, ketiganya belum berjalan dengan baik.

B. Saran

Adapun saran atau rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1). Pada indikator struktur perkerasan jalan, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung harus melakukan kerjasama dan komunikasi yang baik dengan pihak pengerja, sehingga bahan baku yang digunakan dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;

2). Pada indikator bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung harus lebih cepat tanggap dalam penyedian bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki;

3). Pada indikator drainase jalan, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung harus meningkatkan kontrol dan pemantauan terhadap keberadaaan dan juga kondisi drainase yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arifin, Syamsul. 2012. Leadership Ilmu Dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Wacana Media

Bastian, Indra. 2001.

Akuntansi Sektor Publik

. Penerbit BPFE,

Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers Emzir, 2011. Analisis Data Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta :

Rajagafindo Persada

Familoni, K.A. 2004. “the role economic and social infrastructure in economic development : A Global View”.

Firdaus, Aziz. 2012. Metode Penelitian.Tangerang : Jelajah Nusa

Harbani, Pasolong. 2013. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : CV. Alfabeta Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,

Teori, dan Isu. Yogyakarta. Gava Media.

Kondoatie, R. J. 2003. Manajemen dan Rekayasa dan Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :UPP STIM YKPN

Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :BPFE Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta


(6)

Pustaka

Purwoto, H. dan Kurniawan. 2009. Kajian Dampak Infrastruktur Jalan Terhadap Pembangunan Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah. Surabaya Rasul, Sjahruddin. 2000. Manajemen Studi Pengembangan Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi, dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT. Refika Aditama Siagian, Sondang, P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta :

Rineka Cipta

Sinambela, Poltak. Lijan. 2012. Kinerja Pegawai Teori Pengukuran Dan implikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sulistio, Eko Budi dan Budi, Waspa Kusuma. 2009. Birokrasi Publik. Bandar lampung: Badrayana

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan Edisi Revisi. Jakarta : Kencana

Subagyo, P. Joko. 2011. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Umar, Husein. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Jakarta: Erlangga Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas metodologi Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sumber Dokumen :