Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT Sementara

Menurut Sahat Sinaga 2007: 101-102, tugas, wewenang dan kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT adalah sebagai berikut : a. Membantu pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk mengajukan permohonan ijin pemindahan hak dan permohonan penegasan konversi serta pendaftaran hak atas tanah. b. Membuat akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan hak atas tanah dan hak tanggungan akta jual beli, tukar menukar dan lain-lain. Sedangkan mengenai wewenang dari PPAT adalah sebagai berikut: a. Membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum, mengenai : 1 Jual beli 2 Hibah 3 Tukar menukar. 4 Pemasukan ke dalam perusahaan Inbreng 5 Pembagian hak bersama. 6 Pemberian HGB Hak Pakai atas Tanah Hak Milik. 7 Pemberian hak tanggungan. 8 Pemberian kuasa membebanan hak tanggungan. b. PPAT dapat membuat akta mengenai perbuatan hukum mengenai hak atas tanah antara lain termasuk Hak Guna Usaha dan tanah bekas Hak Milik adat atau hak-hak atas tanah yang menurut sifatnya dapat dialihkan atau dibebani Hak Tanggungan atau membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. c. PPAT Khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebutkan secara khusus dalam penunjukkannya. Keterangan: Kewenangan Camat Pagar Dewa sebagai PPAT Untuk kewajiban dari PPAT sesuai dengan Pasal 45 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 12006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Nomor 371998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah sebagai berikut : a. Menjunjung tinggi Pancasila UUD 45 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT. c. Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. d. Menyerahkan protokol PPAT dalam hal : 1 PPAT yang berhenti menjabat menyerahkan kepada PPAT di daerah kerjanya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan. 2 PPAT sementara yang berhenti sebagai PPAT sementara kepada PPAT sementara yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan. 3 PPAT khusus yang berhenti sebagai PPAT khusus kepada PPAT khusus yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan. 4 Membebaskan uang jasa pada orang yang tidak mampu yang dibuktikan secara sah. a. Membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja kantor pertanahan setempat. b. Berkantor hanya di 1 satu kantor dalam daerah kerja sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Pengangkatan PPAT. c. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan teraan capstempel jabatannya kepada Kepala Kantor wilayah, BupatiWali Kota, Ketua Pengadilan Negri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan dalam waktu 1 satu bulan setelah pengambilan sumpah jabatan. d. Melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan. e. Memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan. Apabila akta PPAT telah dapat menjawab pertanyaan mengenai telah terpenuhi kecakapan dan kewenangan sedang Kantor Pertanahan masih memerlukan persyaratan yang berkaitan dengan terpenuhinya kecakapan dan kewenangan, maka Kantor Pertanahan akan ikut bertangung jawab atau setidak-tidaknya telah mengurus sesuatu hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab PPAT misal kuasa menjual atau persetujuan suami istri. Fungsi dan tanggung jawab PPAT serta tanggung jawab pertanahan beranjak dari sistem publikasi negatif dan kewajiban menilai dokumen, maka sebaiknya terdapat pembagian fungsi dan tanggung jawab antar PPAT dan petugas pendaftaran PPAT berfungsi dan bertanggung jawab : a. Membuat akta yang dapat dipakai sebagai dasar yang kuat bagi pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak. b. PPAT bertanggung jawab terhadap terpenuhinya unsur kecakapan dan kewenangan penghadap dalam akta dan keabsahan perbuatan haknya sesuai data dan keterangan yang disampaikan kepada para penghadap yang dikenal atau diperkenalkan. c. PPAT bertanggung jawab dokumen yang dipakai dasar melakukan tindakan hukum kekuatan dan pembuktiannya telah memenuhi jaminan kepastian untuk ditindaklanjuti dalam akta otentik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. PPAT bertanggung jawab sahnya perbuatan hukum sesuai data keterangan para penghadap serta menjamin otensitas akta dan bertanggung jawab bahwa perbuatannya sesuai prosedur. 2.2.5 Pengertian Kecamatan Menurut Pasal 120 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa kecamatan merupakan salah satu Perangkat daerah kabupatenkota. Pasal 126 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa: 1 Kecamatan dibentuk di wilayah kabupatenkota dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. 2 Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Penjelasan Pasal 126 Ayat 1 menyatakan bahwa kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Penjelasan tersebut menunjukan adanya dua perubahan penting yaitu sebagai berikut: a. Kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan seperti pada masa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, melainkan menjadi wilayah. Sebagai wilayah kerja, kecamatan bukan lagi wilayah kekuasaan dari camat tetapi areal tempat camat bekerja sama dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Pasal 1 huruf m. b. Camat adalah perangkat daerah kabupaten dan daerah kota, bukan lagi kepala wilayah administrasi pemerintahan seperti pada masa Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974. Sama dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Pasal 1 huruf m. Konsekuensi logisnya, camat bukan lagi penguasa tunggal yang berfungsi sebagai administrator pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Menurut Wasistiono 2009: 28, perbedaan filosofi antara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah: a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 melanjutkan penggunaan filosofi keanekaragaman dalam kesatuan. Berdasarkan filosofi ini, Daerah tetap diberi kebebasan yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. b. Selain tetap menggunakan paradigma penguatan peran politik berupa demokratisasi dan partisipasi masyarakat, ditambahkan paradigma administratif berupa dayaguna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta paradigma ekonomi berupa peningkatan daya saing daerah. c. Tugas utama pemerintah daerah yang semula sebagai promotor pembangunan berubah menjadi pelayan masyarakat. d. Semula dari dominasi legislative legislative heavy mengarah pada pola pembagian kewenangan yang seimbang check and balances. e. Masih tetap menggunakan pola otonomi yang asimetris, f. Pengaturan terhadap Desa yang terbatas, menggantikan pengaturan yang luas dan seragam secara nasional. g. Memadukan penggunaan pendekatan “besaran dan isi otonomi” size and content approach dalam pembagian daerah otonom dengan pendekatan berjenjang level approach yang bersifat semu Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa kecamatan merupakan wilayah kerja dari perangkat pemerintah Kecamatan yang mencakup beberapa desa atau kelurahan yang berada di wilayahnya. Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legalistik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, Camat mendapatkan pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu kecamatan juga akan mengemban penyelenggaraan tugas- tugas umum pemerintahan.

2.3 Tinjauan Tentang Hak Milik Atas Tanah

2.3.1 Pengertian Hak Milik Atas Tanah

Salah satu hak atas tanah yang sering menjadi pangkal sengketa di pengadilan adalah sengketa terhadap hak milik atas tanah. Secara yuridis hak milik diatur dalam Pasal 20 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Disingkat UUPA, yang menegaskan bahwa, hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 UUPA, dan hak ini dapat beralih serta dialihkan pada pihak lain. Sehubungan dengan pengertian tersebut Soedharyo Soimin 1993: 1 mengatakan bahwa, hak milik adalah hak yang dapat diwariskan secara turun temurun, secara terus menerus dengan tidak harus memohon haknya kembali apabila terjadi pemindahan hak. Selanjutnya A. P. Parlindungan 1998: 137 menegaskan bahwa, unsur-unsur dari hak milik: a. Turun temurun Bahwa hak milik dapat diwariskan pada pihak lain atau ahli waris apabila pemiliknya meninggal dunia tanpa harus memohon kembali bagi ahli waris untuk mendapatkan penetapan b. Terkuat dan terpenuh Hal ini berarti bahwa hak milik merupakan hak yang terkuat dan terpenuh yang dimiliki oleh seseorang dapat dibedakan dengan hak yang lain seperti hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai, bahwa diantara hak-hak atas tanah hak miliknya yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, tetapi tetap mempunyai fungsi sosial. c. Fungsi sosial Maksudnya adalah meskipun hak milik sifatnya terkuat dan terpenuh tetapi tetap mempunyai fungsi sosial, yang mana apabila hak ini dibutuhkan untuk kepentingan umum maka pemiliknya harus menyerahkannya pada negara dan mendapatkan ganti rugi yang layak d. Dapat beralih dan dialihkan Hak milik dapat dialihkan pada pihak yang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik melalui penjualan, penyerahan, hibah atau bahkan melalui hak tanggungan. Sebagai salah satu jenis hak atas tanah maka hak milik merupakan hak yang terkuat, terpenuh serta turun temurun. Hal ini sesuai dengan Pasal 20 ayat 1 UUPA yang menyebutkan bahwa hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. a. Hak milik atas tanah terjadi di sini dapat didaftarkan pada kantor pertanahan KabupatenKota untuk mendapatkan sertifikat hak milik. b. Hak milik atas tanah yang terjadi karena penetapan pemerintah. Hak milik atas tanah yang terjadi di sini semua berasal dari tanah negara. Hak milik atas tanah yang terjadi ini karena permohonan pemberian hak milik atas tanah oleh pemohon dengan memenuhi prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN. c. Hak milik atas tanah yang terjadi karena ketentuan undang-undang Hak milik atas tanah yang terjadi karena ketentuan konversi perubahan menurut UUPA. Sejak berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960, maka semua hak atas tanah yang ada harus diubah menjadi salah satu hak atas tanah yang diatur dalam undang-undang pokok agraria. Yang dimaksud dengan konversi adalah perubahan hak atas tanah sehubungan dengan berlakunya UUPA. Hak-hak atas tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA diubah menjadi hak-hak atas tanah yang ditetapkan dalam UUPA. A.P. Parlindungan,1998: 140

2.3.2 Pendaftaran Tanah

Pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termaksud pemberian sertifikat, sebagai surat tanda bukti hanya bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh NegaraPemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah- wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan,