Analisis Manajemen Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA CV. APOTIK MEDAN BARU

MEDAN

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh MHD RICKY YAMANIE

052 101 055

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi minor ini. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada rasullulah Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada umat manusia guna dipedomani sebagai tuntutan hidup menuju keselamatan dan kebahagian akhirat serta doa dari kedua orang tua yang selalu menyertai penulis.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Jurusan Keuangan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul paper ini adalah “Analisis Manajemen

Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan”.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan dengan hati yang tulus penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kupersembahkan untuk orang tua tercinta Ayahanda “Harianto BBA” dan Ibunda “Farah Diba SH” yang telah banyak berkorban moril maupun materil dan selalu memberikan dorongan semangat, doa dan pengorbanan yang begitu besar demi keberhasilan penulis ananda mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,


(3)

dan terima kasih untuk keluarga, nenek, dan Istriku tercinta “Melda Yustika Limbong” juga yang imut anakku “ Reviella Intan Yamanie “ serta adik-adikku “ Vira dan Putri “.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Paham Ginting, SE, MS selaku Ketua Program Studi Jurusan D III Keuangan.

4. Bapak Syafrizal H. Situmorang, SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi D III Keuangan.

5. Ibu Dra. Marhaini, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi minor ini. 6. Ibu Rasta Br Tarigan selaku Pimpinan CV. Apotik Medan Baru Medan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset di CV. Apotik Medan Baru Medan dan seluruh staff pegawai yang membantu penulis dalam memberikan data dan informasi dalam menyelesaikan skripsi minor ini.

7. Bapak dan Ibu dosen selaku staff pengajar dan seluruh staff Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik selama masa perkuliahan.

8. Buat anak-anak D-III Keuangan khususnya stambuk 2005 Manta, Tedo, Rajab, Tedy, Sadat, Becek, Delima, Ira, Riri, Dadang semua anak Group A yang lain juga risto, wak labu, Gojel dan lain-lain juga temen seperjuangan skripsi Deny


(4)

Parlaungan, Yusup, Daniel dan lain-lain, buat group B dan C dan semua anak-anak D III yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih atas pertemanannya selama ini gak akan terlupakanlah.

9. Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuannya.

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 31 Desember 2008

Penulis

Mhd Ricky Yamanie


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... v

... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

1. Lokasi Penelitian ... 5

2. Sumber Data... 5

3. Teknik Pengumpulan Data... 5

4. Metode Analisis Data ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN A. Profil Perusahaan ... 7

1. Sejarah Perusahaan ... 7

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 7

B. Manajemen Piutang ... 14

C. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang... 19

D. Pengawasan Piutang ... 23

E. Resiko Yang Mungkin Terjadi Dalam Piutang... 30

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI ... 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel I Neraca Tahun 2006... 44

Tabel II Neraca Tahun 2007 ... 45

Tabel III Laporan Laba/ Rugi Tahun 2006 ... 46


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, ataupun perusahaan industri mempunyai kegiatan penjualan di dalam menjalankan usahanya, baik dalam hal menjual barang maupun jasa. Di dalam transaksi penjualan tersebut terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara membayar secara tunai maupun dengan cara kredit.

Dalam pembayaran secara tunai, pedagang atau penjual dapat langsung menerima pendapatan dari hasil penjualannya. Dengan cara pembayaran ini tidak terdapat permasalahan yang berarti. Pada pembayaran secara kredit berarti perusahaan tidak secara langsung dapat menerima hasil dari penjualannya tetapi memiliki piutang atas pembeli yang menjadi kewajiban dari pembeli. Piutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut baru akan menjadi pendapatan atas penjualan setelah piutang tersebut jatuh tempo ataupun setelah pembeli melunasinya.

Dengan melakukan penjualan secara kredit yang berarti perusahaan tidak menerima uang tunai secara langsung pada saat terjadinya transaksi penjualan tetapi harus menanamkan modalnya ke dalam bentuk piutang. Semakin besar volume penjualan yang dilakukan secara kredit, maka semakin besar pula investasi piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan resiko yang akan


(8)

dihadapi perusahaan akan semakin tinggi dan tidak akan mustahil dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Resiko berupa piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh ketidak mampuan pelanggan atau pembeli dalam melakukan pembayaran di kemudian hari yang disebabkan hal yang tidak diduga ataupun pembeli yang melarikan diri atau telah meninggal dunia, kemacetan dalam hal pembayaran atau penundaan pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, kecurangan yang dilakukan oleh pihak kolektor atau penyelewengan lainnya. Selain permasalahan tersebut, di dalam penjualan secara kredit terdapat beberapa permasalahan yang harus diperhatikan. Seperti halnya kredibilitas pembeli, jangka waktu pembayaran, cara memilih pelanggan yang sesuai, dan sebagainya.

Manajemen piutang menyangkut permasalahan dalam hal pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi – evaluasi politik kredit yang diterapkan oleh perusahaan menurut Syamsuddin (Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal 256). Semakin besar jumlah piutang yang dimiliki, semakin besar pula resiko yang terjadi dan tidak mustahil menimbulkan dampak yang mengakibatkan kerugian. Di samping dampak tersebut ada juga sisi baik yang terjadi, yaitu meningkatkan tingkat dari penjualan di mana pembeli dapat melakukan pembelian dalam partai yang besar dan membayar secara kredit. Hal ini tentu saja dilakukan setelah pembeli benar – benar memenuhi kriteria yang menjadi persyaratan membeli secara kredit yang merupakan kebijakan dari masing – masing perusahaan atau


(9)

penjual contohnya faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan kepada pembeli yang meliputi : reputasi pelanggan sehubungan dengan penyelesaian utang-utangnya, kemampuan keuangan pembeli, referensi-referensi kredit, dan kondisi piutang si pembeli.

Piutang merupakan salah satu asset perusahaan yang termasuk bersifat likuid karena mudah untuk dicairkan atau dapat dengan segera berubah menjadi kas, dan merupakan salah satu bagian yang penting dalam perusahaan yang banyak melakukan penjualan secara kredit.

Penjualan secara kredit memerlukan penanganan yang serius dan sungguh – sungguh sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik pembeli maupun penjual. Untuk itu perlu adanya penggunaan sistem dan prosedur penjualan kredit yang baik dan wajar yang dapat menghindari segala kemungkinan yang tidak diharapkan yang juga dapat menimbulkan dan memelihara rasa saling percaya antara kedua belah pihak.

Oleh karena itu sangatlah penting melakukan manajemen piutang pada perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin membuat suatu karya tulis dalam bentuk Skripsi Minor yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang


(10)

B. PERUMUSAN MASALAH

Penjualan secara kredit merupakan strategi yang biasa dilakukan di dalam usaha untuk memudahkan pembelian oleh pembeli dan merangsang minat pembeli untuk membeli dan mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi, strategi ini sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Maka perlu kiranya perusahaan menetapkan suatu metode – metode atau sistem dalam pemberian penjualan kredit kepada pembeli yang membutuhkan.

Perlu adanya suatu pengawasan dalam pemberian penjualan kredit sehingga tidak timbul rasa saling dirugikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan di dalam penulisan ini adalah “Bagaimana kebijakan CV. Apotik Medan Baru Medan di dalam manajemen piutang dan usahanya dalam menanggulangi resiko yang terjadi pada pemberian kredit”.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan membahas bagaimana perkembangan manajemen piutang pada CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN. Manfaat penelitian :

1. Bagi Penulis

Mengetahui sejauh mana manajemen piutang berpengaruh terhadap perusahaan, dan sebagai bahan masukan dalam membandingkan teori-teori yang selama ini diterima pada perkuliahan dengan kenyataan yang ada.


(11)

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan perencanaan dan pengawasan terhadap piutang di masa yang akan datang.

3. Bagi Pembaca

Sebagai informasi bagi pembaca lainnya dalam hal manajemen piutang pada CV. Apotik Medan Baru Medan.

D. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah secara efisien dan sistematis. Dalam melakukan penelitian diperlukan beberapa metode yang digunakan untuk memperoleh data maupun keterangan yang dibutuhkan.

Metode penelitian tersebut diantaranya adalah : 1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada CV. Apotik Medan Baru Medan yang beralamat di jalan Iskandar Muda No. 148 D Medan. 2. Sumber Data

a. Data Primer, data pokok yang berhubungan dengan materi penulisan skripsi minor ini yang diperoleh dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang diteliti.


(12)

b. Data Sekunder, data yang mendukung data yang diperoleh dengan membaca buku-buku maupun media cetak lainnya serta sumber data lainnya yang bersifat teoritis dan memiliki hubungan contohnya neraca dan laporan laba rugi.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan wawancara atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa karyawan yang tekait didalam menjalankan perusahaan tersebut.

b. Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data mengenai manajemen piutang melalui buku – buku yang dapat diperoleh dari perpustakaan, buku pedoman perkuliahan, ataupun sumber media cetak lainnya.

4. Metode Analisis Data

Metode Deskriptif, yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran secara umum dari objek yang diteliti.


(13)

BAB II

CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

CV. Apotik Medan Baru Medan berdiri pada tanggal 1 April 1965 sesuai dengan surat permohonan pemilik apotik yang pertama Dra. Harmaini Soebandi. Dra. Harmaini Soebandi secara resmi mendirikan apotik ini berdasakan surat izin No : 120/PH/1265, kemudian izin tersebut dikukuhkan lagi oleh surat izin Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan nomor : 972/PH/b. Sejak tanggal tersebut resmilah apotik ini berdiri dan menjalankan kegiatannya, sebagaimana layaknya sebuah apotik. Apotik ini diberi nama Apotik Medan Baru yang beralamat Jalan Sultan Iskandar Muda nomor 148-D Medan. Pada tahun 1973 apotik ini dialihkan atau dipindah namakan pada Hajjah Djumnasih Kadir sesuai dengan akte notaris Sartuti Yasmi Agung Iskandar Muda SH dengan nomor akte 12, hingga berlaku sampai 1982. Pada tahun 1986 Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah tangankan lagi kepada salah seorang anak dari Hajjah Djumnasih Kadir yaitu Ny. Dina Novianty Luthfi dengan akte notaris Sundari Siregar SH dengan nomor akte 52 tanggal 24 September 1986.

Setelah adanya peraturan pemerintah mengenai kefarmasian dengan perubahan pemerintah dari PP. 26/1965 menjadi PP.25/1982, maka surat izin apotik dengan nomor 0784/SIA/65/1983 izinnya berlaku sampai dengan tanggal 26 Juni


(14)

Sebagai peraturan mengenai kefarmasian bahwa setiap apotik harus mempunyai seorang apoteker pengelola apotik, maka Apotik Medan Baru ini mempunyai apoteker yang bernama : Drs. Mohd. Iljas Tarigan, dengan surat izin sebagai pengelola apotik dengan surat izin nomor : 0946/SIPA/82 tanggal 23 Oktober 1982. Pada tanggal 2 Oktober 1992, Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah tangankan lagi kepada Rasta Br Tarigan dengan akte notaris Syarifuddin SH dengan nomor akte 312 tanggal 8 November 1991.

Juga Apotik Medan Baru mempunyai karyawan lainnya yang membantu pelaksanaan dari kegiatan apotik seperti : Asisten apoteker, Kasir Petugas kartu stock dan gudang, Kepala bagian administrasi serta beberapa pimpinan pada bagian-bagian lainnya.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

KONSULTAN MANAGING APOTEKER

STAFF AHLI DIRECTOR

Sumber : CV. Apotik Medan Baru Medan KASIR MANAGING DIRECTOR KONSULTAN/ STAFF AHLI DIREKSI KABAG KEUANGAN KABAG ADMINISTRASI VICE SUPERVISOR ASISTEN APOTEKER

SUPERVISOR ASISTEN APOTEKER

KEPALA

APOTEKER

PETUGAS KARTU STOCK& GUDANG


(15)

Dari susunan struktur organisasi di atas dapat di ketahui fungsi-fungsi dari masing-masing bagian, yaitu:

• Managing Director .

Managing Director berfungsi sebagai pimpinan tertinggi dari perusahaan yang menyusun planning, actuating, directing serta controlling.

Di dalam membuat suatu keputusan managing director dibantu oleh staff ahli atau konsultan, di mana staff ahli ini berfungsi untuk memberikan saran ataupun ide kepada managing director di bidang manajemen, akuntansi dan medis. Selain hal-hal di atas staff ahli atau konsultan juga memberikan saran dalam masalah riset, pengembangan dan auditor dari perusahaan.

• Apoteker.

Apoteker berfungsi sebagai pengontrol dalam kefarmasian sesuai dengan fungsi apotik tempat ia bekerja. Apoteker bertanggung jawab dalam bidang kefarmasian dalam bidang peracikan obat bius serta memberikan informasi yang berhubungan dengan masalah kefarmasian, apoteker tidak memegang saham atau turut serta dalam perusahaan hanya mendapat gaji dan bonus.

• Direksi .

Direksi berkedudukan di bawah managing director, Direksi merupakan middle manager yang berfungsi sebagai pembantu dari managing director dalam bidang planning, actuating, directing serta controlling.


(16)

• Supervisor

Supervisor berkedudukan di bawah direksi, supervisor berfungsi sebagai pengawas dalam obat-obatan serta kefarmasian, administrasi perusahaan, inspeksi, pengambilan keputusan tingkat rendah, mengadakan tender, membuat laporan keuangan dan pelaksanaan dari market research. Supervisor membawahi beberapa bagian yaitu kepala bagian administrasi, kepala bagian keuangan dan vice supervisor. Supervisor ini sejajar kedudukannya dengan asisten apoteker kepala dan dihubungkan dengan garis koordinasi, konsultatif serta komunikatif.

• Kepala Bagian Administrasi .

Kepala Bagian Administrasi berfungsi untuk mengendalikan pengawasan mengenai tata laksana administrasi, penagihan, inspeksi dan pengetikan surat-surat perusahaan dan paling utama membantu menyusun budget bersama kepala bagian keuangan.

• Kepala Bagian Keuangan

Kepala Bagian Keuangan berfungsi untuk menyusun laporan keuangan, budget atau rencana pembangunan apotik dan mengadakan pengawasan dalam bidang dana. Kabag keuangan ini membawahi seorang kasir.

• Vice Supervisor .

Vice Supervisor berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas kartu stock dan gudang yang bertugas mengadakan pencatatan, penyimpanan , penerima barang dan pengeluaran barang dengan bukti-bukti serta mengadakan laporan inventory atau persediaan barang di gudang.


(17)

• Asisten Apoteker Kepala .

Asisten Apoteker Kepala berfungsi untuk membantu kelancaran tugas-tugas dari apoteker, juga mengawasi resep-resep obat. Berkedudukan di bawah apoteker dan dapat juga sebagai wakil atau pengganti apoteker apabila tidak berada di tempat.

• Asisten Apoteker

Asisten Apoteker berkedudukan di bawah asisten apoteker kepala yang mempunyai tugas dalam pelaksanaan operasional, dan asisten apoteker ini mempunyai hubungan garis koordinasi, konsultatif dan komulatif dengan petugas kartu stock dan gudang, juga berhubungan dengan koordinasi, konsultatif dengan vice supervisor.

B. MANAJEMEN PIUTANG 1. Pengertian Piutang

Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit, karena itu sebelum perusahaan berani menawarkan penjualan kredit kepada masyarakat maka terlebih dahulu harus memanajemen atau membuat perencanaan yang matang sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh seperti pengorganisasiannya, pengendaliannya dan hal-hal yang terkait di dalamnya dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Munawir mengartikan : “Piutang adalah unsur modal kerja yang selalu berputar menurut siklus perputaran normal”(Munawir S, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit Liberty, 2002, hal 19).


(18)

Di lain pihak Faisal Abdullah memberi pengertian : “Piutang merupakan aktiva atau kekayaan yang timbul akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”( Faisal Abdullah, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama, UMM Press, 2001, hal 88 ).

Menurut Warrant Reeve Fess : piutang dipakai dalam arti yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang(Warrant Reeve Fess, Pengantar Akuntansi, Jakarta,Edisi Duapuluh Satu, Salemba Empat, 2005, hal 28).

Dalam pengertian luas, istilah piutang dapat digunakan oleh semua pihak atas utang, barang, dan jasa. Namun demikian, menurut tujuan akuntansi istilah pada umumnya ditetapkan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun seperti pinjaman jangka panjang.

Piutang adalah salah satu elemen yang paling penting dalam aktivitas ekonomi dalam suatu perusahaan. Hal ini diakibatkan karena piutang memiliki likuiditas nomor dua setelah kas di dalam aktiva lancar. Piutang timbul dari berbagai transaksi, dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Dalam hal ini piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau pihak tertagih lain.


(19)

2. Penggolongan Piutang

Berdasarkan perbedaan-perbedaan karakeristik yang dimiliki, piutang dapat di golongkan berdasarkan Faisal Abdullah Abdullah (Faisal Abdullah, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama, UMM Press, 2001, hal 88) :

1) Berdasarkan Jangka Waktu Pembayaran

Piutang berdasarkan jangka waktu pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Piutang Jangka Pendek

Yaitu bentuk piutang yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun atau kurang dari satu siklus operasi perusahaan.

b. Piutang Jangka Panjang

Yaitu meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu yang lebih dari satu periode akuntansi. Biasanya satu periode akuntansi itu dinyatakan dalam jangka waktu satu tahun dari tanggal neraca. Piutang jangka panjang akan disajikan didalam neraca sebagai elemen investasi jangka panjang atau dalam harta lain-lain jangka panjang.

2) Berdasarkan Sumber Atau Sebab Terjadinya Utang

Piutang berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang dapat di klasifikasikan menjadi :


(20)

Piutang dagang ( trade receivable ) adalah hak menagih yang di timbulkan oleh transaksi-transaksi eksteren perusahaan. Pada umumnya piutang dagang memilih jumlah yang lebih besar dibanding dengan piutang yang lain. Disamping jumlahnya yang besar, piutang ini memiliki banyak kemungkinan untuk diselewengkan. Oleh karena itu, pelunasan piutang akan diterima dalam jangka waktu yang relative singkat, biayanya dalam jangka waktu satu periode akuntansi. Karena itu piutang dagang dapat dikelompokkan sebagai harta lancar.

b. Piutang Non Dagang Atau Piutang Lain-Lain

Piutang non dagang adalah piutang yang timbul karena transaksi-transaksi selain penjualan barang dan jasa. Yang termasuk kedalam piutang non dagang adalah segala macam piutang dari transaksi-transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan barang dan jasa, yang meliputi :

1. Piutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman 2. Piutang kepada perusahaan asuransi

3. Pembayaran pajak yang terlalu besar

4. Pembayaran di muka untuk segala pembelian 5. Dividen dan piutang bunga

6. Uang iuran untuk modal saham 7. Penjualan saham-saham


(21)

8. Tuntutan atas potongan harga 3) Berdasarkan Bentuk Perjanjian

Piutang berdasarkan bentuk perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi : a. Piutang Wesel

Yaitu meliputi seluruh piutang yang didukung dengan surat perjanjian piutang wesel untuk membayar piutang tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan di dalam wesel tersebut. Jenis dari piutang ini dinegosiasikan, dapat ditransfer dengan sah melalui endosemen dan penyerahan. Ini berarti bahwa wesel tersebut setelah adanya endosemen di saat wesel jatuh tempo. Biasanya wesel tersebut ini dapat didiskontokan ke bank sehingga dianggap lebih likuid (lancar) dari jenis piutang lancar lainnya.

1. Berdasarkan bunganya

• Piutang wesel dengan bunga, yaitu piutang wesel yang mencantumkan tingkat bunga yang akan diperoleh oleh kreditur dalam surat perjanjiannya.

• Piutang wesel tanpa bunga, yaitu piutang wesel yang secara explisit tidak mencantumkan tingkat bunga atas wesel tersebut.


(22)

2. Berdasarkan apakah wesel tertentu sudah dijual dengan jaminan untuk dibeli kembali apabila debitur tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo.

• Piutang wesel biasa, yaitu yang belum dijual.

• Piutang wesel yang belum didiskontokan, yaitu piutang wesel yang lebih dijual dengan perjanjian perusahaan akan membeli kembali apabila pada saat jatuh tempo, debitur tidak membayar utangnya.

b. Piutang Non Wesel

Piutang non wesel adalah seluruh piutang yang tidak didukung dengan adanya surat perjanjian tertulis (bukti tertulis) untuk membayar piutang tersebut pada waktu yang ditentukan.

Jenis piutang yang terdapat pada CV. Apotik Medan Baru Medan adalah : 1. Piutang jangka pendek, piutang jenis ini terjadi pada bagian usaha kecil

lainnya yang dimiliki oleh CV. Apotik Medan Baru Medan selain usaha yang dijalankan oleh perusahaan.

2. Piutang Wesel, yang timbul dari kegiatan utama perusahaan yang berskala besar dan memiliki tingkat nominal (biaya) yang besar.


(23)

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA INVESTASI PADA PIUTANG

Sudah merupakan hal yang biasa dalam dunia usaha bahwa untuk memperlancar operasi dan perkembangan perusahaan, maka perusahaan tersebut melakukan transaksi penjualan secara kredit, dimana pemberian piutang tersebut adalah juga untuk memenuhi keinginan para pelanggan. Menurut Bambang Riyanto (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara, Yogyakarta, Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta, 2001, hal 85), faktor yang dapat mempengaruhi besarnya investasi pada piutang adalah :

1. Volume penjualan kredit

2. Syarat pembayaran penjualan kredit 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit

4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang 5. Kebiasaan pembayaran dari para pelanggan

1. Volume Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka memperbesar jumlah investasi dalam piutang, yang berarti perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang disamping semakin besar resikonya, tetapi dengan itu memperbesar profitabilitinya.


(24)

2. Syarat Pembayaran Kredit

Syarat penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profibilitasnya. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

Umumnya syarat pembayaran penjualan kredit biasanya dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, pembeli akan mendapat potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat - lambatnya dilakukan dalam 30 hari sesudah waktu penyerahan barang, dengan kata lain bahwa batas waktu pembayarannya adalah 30 hari. Makin panjang waktu pembayaran maka semakin besar jumlah investasi dalam piutang.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau Plafond bagi kredit yang diberikan pada pelanggannya. Makin tinggi Plafond yang diberikan bagi masing – masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula ketentuan siapa


(25)

yang diberikan kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

4. Kebijaksanaan Dalam Pengumpulan Piutang

Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang dapat dilakukan secara aktif atau pasif oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif pada pengumpulan piutangnya membutuhkan pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut, tetapi sekaligus memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang.

Diharapkan juga agar langganan akan menyetor pembayaran hutang tepat pada waktunya dan jangan diberikan menunggu pembayaran sampai lewat waktu.

Kebijaksanaan ini antara lain :

a) Memungut secara langsung

b) Memperingati dengan mengirim surat pada langganan

5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan

Sebagian dari para langganan mempunyai kebiasaan dengan

membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada yang tidak menggunakan atau terlalu mempermasalahkan hal tersebut.


(26)

Perbedaan dari cara pembayaran ini tergantung dari penilaian dan keinginan pelanggan itu sendiri, mana yang lebih disenangi dan menguntungkan diantara kedua alternatif tersebut apakah dengan mendapatkan cash discount atau tidak sama sekali.

Kebiasaan pelanggan dalam membayar pada cash discount period atau sesudahnya akan mempunyai pengaruh terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar langganan membayar dalam waktu discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas atau kembali, ini berarti akan memperkecil investasi dalam piutang.

D. PENGAWASAN PIUTANG

Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengadakan penilaian sekaligus pengoreksian terhadap aktivitas yang sedang berlangsung untuk diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan piutang merupakan hal yang cukup penting, karena bila tidak dilakukan pengawasan maka dapat menimbulkan resiko yang tidak diharapkan. Guna menghindari atau memperkecil resiko yang mungkin timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang dapat dilakukan dengan beberapa cara :


(27)

1. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit

Pengawasan terhadap pemberian piutang bertujuan supaya setiap yang mendapatkan kredit telah memenuhi syarat pemberian kredit yang telah ditetapkan. Syarat pemberian kredit yang dilakukan perusahaan pada umumnya menggunakan criteria 5C. Dengan adanya pengawasan terhadap pemberian kredit, resiko yang timbul karena kesalahan pemberian piutang dapat dicegah.

Pembeli yang datang ke perusahaan yang inginn melakukan pembelian terutama secara kredit maka perusahaan akan melakukan pengawasan kredit dengan memperhatikan kriteria 5 (lima) C seperti yang dikatakan Arthur J Keown, David F. Scott Jr, John Day. Martin, J. William Petty yaitu karakter, kemampuan, capital, kolateral, kondisi. Namun perusahaan tidak terlalu memperhatikan pengawasn kredit apabila pembeli adalah orang yang telah dipercaya sebelumnya atau merupakan pelanggan tetap dari perusahaan ( Arthur J. Keown, David F Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jakarta, Buku Dua, Salemba Empat, 2000, hal 75).

2. Pengawasan Penagihan

Menurut Munawir dalam bukunya praktikum manajemen keuangan, informasi yang perlu diperhatikan dalam manajemen piutang adalah buku


(28)

piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal penjualan, syarat pembayaran, tanggal dan jumlah pelunasan piutang. Berdasarkan informasi tersebut kita dapat melakukan pengawasan penagihan piutang (Munawir S, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit Liberty, 2002, hal 25).

Kebijaksanaan pengawasan penagihan atau pengumpulan piutang merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha mengumpulkan semua piutang atas penjualan yang telah terjadi. Menurut Syahyunan sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana waktu yang ditentukan telah jatuh tempo, diantaranya adalah ( Syahyunan, Manajemen Keuangan 1, Medan, USU PRESS, Edisi Pertama, 2004, hal 66) :

a) Melalui Surat

Bilamana waktu pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat dari beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan dapat mengirimkan surat dengan nada “mengingatkan” atau menegur langganan yang belum membayar. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah surat peringatan dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat peringatan kedua yang berisikan nada lebih tegas.


(29)

b) Melalui Telepon

Apabila telah dikirimkan surat teguran ternyata hutang – hutang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi dapat memintanya untuk melakukan pembayaran. Bila dari hasil pembicaraan tersebut ternyata langganan memiliki alasan yang dapat diterima, maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai jangka waktu tertentu.

c) Kunjungan Personal

Teknik penagihan piutang melalui kunjungan personal atau pribadi ketempat langganan sering kali dilakukan karena dirasakan lebih efektif dalam usaha penagihan piutang.

d) Tindakan Yuridis

Bila mana langganan tidak mau membayar hutang – hutangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

Dengan menggunakan beberapa cara penagihan piutang tersebut, perusahaan mengharapkan hasil pelunasan piutang oleh para pelanggan. Hasil dari penagihan ini akan menunjukkan berhasil atau tidaknya bagian penagihan dalam melaksanakan tugasnya.

Teknik yang biasanya digunakan CV. Apotik Medan Baru Medan dalam mengumpulkan atau menagih piutang – piutangnya kepada pelanggan


(30)

yang belum juga melunasi kewajibannya sampai pada batas waktu yang ditetapkan adalah dengan mengirimkan surat teguran dimana isinya sekedar mengingatkan pelanggan bahwa pembayaran piutang yang harus dilakukan telah sampai pada waktunya. Surat teguran tersebut akan dikirim seminggu sebelum batas waktu pembayaran tiap angsuran berakhir. Apabila surat teguran belum juga ditanggapi oleh pelanggan maka bagian pengumpulan piutang akan mencoba menghubungi secara langsung pelanggan tersebut. Jika upaya penagihan dengan menghubungi langsung pelanggan melalui telepon belum juga berhasil dan pelanggan belum juga membayarkan hutangnya maka bagian penagihan akan mengadakan kunjungan pribadi kepada pelanggan. Dan apabila pelanggan tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan tidak sanggup membayar angsuran atas hutangnya, maka pihak perusahaan akan menyita dan menahan bukti kepemilikan atas bangunan atau barang-barang perusahaan tersebut. Perusahaan akan memberikan peringatan bahwa bukti kepemilikan tidak akan diserahkan sampai semua angsuran hutang pelanggan dapat dipenuhi, dan perusahaan akan memberikan batas waktu tertentu kepada pelanggan untuk membayar angsuran yang telah jatuh tempo sebelum perusahaan benar – benar meminta kembali bangunan tersebut apabila pelanggan belum juga membayar angsurannya hingga waktu atau toleransi yang diberikan perusahaan berakhir. Apabila bangunan telah diminta kembali


(31)

oleh perusahaaan maka angsuran yang sebelumnya telah dilunasi oleh pelanggan tidak akan dikembalikan oleh sepenuhnya.

3. Pengawasan Interen

Menurut Mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi pengawasan intern terdiri dari ( Mulyadi, Prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta, Penerbit Tiga Serangkai, Edisi Pertama, 2003, hal 311) :

1) Organisasi

Perencanaan organisasi harus didasarkan pada unsur pokok sistem pengendalian interen sebagai berikut :

a. Dalam organisasi harus harus dipisahkan 3 fungsi pokok, yaitu fungsi akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi.

b. Tidak ada satu pun transaksi yang dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan oleh beberapa orang dengan fungsi yang jelas. Hal ini dilakukan agar adanya pengecekan interen dalam pelaksanaan, sehingga terjamin keamanannya dan data akuntansi terjamin ketelitiannya.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Dengan adanya sistem otoritas dan prosedur yang baik, maka terlihat batas – batas wewenang yang jelas. Penjualan kredit akan akan menimbulkan piutang


(32)

dagang, maka sistem otoritas dan prosedur pencatatan dirancang sebagai berikut :

a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.

b. Persetujuan pembelian kredit diberikan oleh fungsi pemberian otorisasi kredit dengan membutuhkan tanda tangan kredit copy yang merupakan tembusan surat order pengiriman.

c. Pengiriman barang pada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman barang, dilakukan dengan cara menandatangani dan membutuhkan copy surat order pengiriman.

Pengawasan intern yang dilakukan CV. Apotik Medan Baru Medan dimulai dari pelanggan yang ingin melakukan pembayaran secara kredit. Adapun prosedur penjualan secara kredit pada CV. Apotik Medan Baru Medan :

a. Pelanggan mengajukan permohonan kredit kepada perusahaan. Pimpinan akan melakukan penyeleksian kepada pembeli yang akan membeli secara kredit. b. Pelanggan kemudian akan mengisi formulir permohonan pembelian secara

kredit yang diberikan oleh perusahaan yang berisikan nama pembeli, alamat rumah (tempat tinggal) pembeli, nomor telepon rumah, pekerjaan/profesi, jenis usaha, alamat kantor, nomor telepon kantor, bila pelanggan adalah suatu badan atau organisasi, dan lainnya. Setelah selesai dalam pengisian, pemohon menyerahkan formulir tersebut beserta beberapa syarat yang dibutuhkan oleh


(33)

perusahaan seperti halnya rekening koran tiga bulan terakhir, giro, nomor pokok wajib pajak, KTP suami-istri, rekening listrik dan telepon. Dari beberapa syarat tersebut pimpinan akan menentukan apakah calon pelanggan tersebut layak untuk mendapatkan pembelian atau obat-obatan secara kredit atau tidak.

c. Setelah pemohon kredit disetujui, maka pelanggan beserta pimpinan perusahaan akan melakukan penandatangan surat perjanjian jual-beli yang berisikan tentang perjanjian tentang barang tersebut, seperti garansi, fitur-fitur, dan lain sebagainya.

d. Formulir dan data dari pelanggan akan diserahkan kepada bagian keuangan untuk dihitung berapa jumlah angsuran dan uang muka yang akan dibayarkan oleh pelanggan sesuai dengan perjanjian. Kemudian dibuat faktur atas transaksi penjualan kredit dan kemudian semua data pelanggan dan hasil transaksi diserahkan kepada bagian pembukuan untuk dibukukan.

3) Praktek yang sehat

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak tercipta cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.

Untuk menciptakan praktek yang sehat, formulir yang dianggap penting dalam perusahaan harus bernomor urut tercetak dan


(34)

penggunaan nomor urut tersebut dipertanggungjawabkan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk menggunakan formulir tersebut.

b. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran bersaing dari berbagai pemasok. Pemasok yang dipilih dari tidak berdasarkan hubungan istimewa dan pribadi, namun berdasarkan perbandingan penawaran harga bersaing yang diterima dari berbagai pemasok.

c. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan, jika fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.

d. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkan barang tembusan surat order pembelian.

e. Terdapat pengecekan barang, syarat pembelian dan ketelitian melihat faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut belum diproses untuk dibayar.

f. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu uang sebagai periodik direkonsiliasi dengan rekening control utang dan buku besar.

g. Pembayaran faktur disesuaikan dengan syarat pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan memperoleh potongan tunai.


(35)

E. RESIKO YANG MUNGKIN TERJADI DALAM PIUTANG

Perusahaan melakukan metode penjualan secara kredit memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diharapkan dapat berupa peningkatan dari penjualan serta dapat meningkatkan laba perusahaan. Selain itu penjualan secara kredit dapat juga dilakukan untuk merebut hati pembeli guna memenangkan persaingan diantara pengusaha atau pesaing lain.

Selain dari keuntungan, perusahaan juga harus memikirkan resiko yang mungkin terjadi, karena di dalam penjualan kredit banyak kemungkinan diluar dugaan yang akan terjadi.

Kemungkinan resiko yang akan terjadi di dalam piutang menurut Horne Van C. James, John M. Wachowicz. Jr adalah (Horne Van C. James, John M. Wachowicz. Jr, Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta, Salemba Empat, Buku Satu, Edisi Kesembilan, 2001, hal 38) :

1. Resiko tidak di bayar seluruh piutang.

Tidak dibayar seluruh piutang adalah merupakan resiko yang paling merugikan dan sangat tidak diharapkan oleh perusahaan. Karena seluruh biaya dan harga pokok yang dikeluarkan untuk suatu produk baik jasa maupun barang tidak dapat kembali dalam perusahaan. Hal ini tentunya akan mengurangi modal pada perusahaan, dan dapat menimbulkan kebangkrutan apabila perusahaan itu memiliki modal yang sangat terbatas.


(36)

Hal ini dapat saja terjadi karena adanya kelalaian yang dilakukan perusahaan dalam melakukan pemilihan atau penerimaan calon pembeli. Dalam hal ini dibutuhkan ketelitian dan kejelian dalam memilih calon pembeli.

2. Resiko tidak dibayarnya sebagai piutang

Resiko ini merupakan resiko yang cukup merugikan perusahaan setelah resiko yang merugikan tidak dapat dibayar secara keseluruhan dari piutang. Hal ini tidak sepenuhnya kesalahan perusahaan, dimana pada awalnya perusahaan memang sudah tepat meneliti dan melihat karakteristik dari calon pelanggan. Dimana pada awalnya pelanggan atau pembeli terlihat sanggup untuk melunasi hutangnya dan sangat mungkin untuk menyelesaikan semua pembayaran utangnya. Tetapi segala kemungkinan dapat terjadi, dimana pelanggan dapat mengalami kerugian atau kesulitan dalam keuangan sehingga tidak sanggup lagi membayar.


(37)

BAB III

ANALISIS DAN EVALUASI

Usaha yang dibangun pada tanggal 1 April 1965 yang diberi nama CV. Apotik Medan Baru Medan ini pada awal beroperasi hanya berpusat pada satu kegiatan saja. Perusahaan ini berkonsentrasi pada sektor penjualan obat-obatan umum dan khusus. Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan akan permintaan, perusahaan ini mulai mencoba mengembangkan usahanya. Karena sektor ini dianggap menjanjikan keuntungan yang cukup memuaskan dan memiliki masa depan yang cukup baik.

Dikarenakan krisis moneter yang dialami di Indonesia maka perusahaan ini sempat merasa kesulitan dalam menjalankan usahanya di bidang obat-obatan. Hal ini juga yang menyebabkan perusahaan ini mencoba usaha dalam sektor lainnya seperti bekerja sama dengan pusat kesehatan masyarakat setempat. Melihat situasi yang tidak menentu yang mengakibatkan kelesuan di dalam perusahaan, maka pemilik perusahaan ini mengambil alih langsung perusahaan dan menjabat sebagai Managing Director kemudian merubah struktur dari organisasi ini dan mengganti beberapa karyawannya.

CV. Apotik Medan Baru Medan ini juga pernah mengadakan kerjasama dengan pemerintah daerah. Salah satu kerjasamanya adalah dengan Bank Indonesia, kerjasama dilakukan dalam pembelian obat-obatan pegawai Bank Indonesia melalui CV.Apotik Medan Baru Medan.


(38)

Struktur organisasi perusahaan CV.Apotik Medan Baru Medan berbentuk baris, struktur organisasi ini dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Managing Director sebagai pimpinan perusahaan memegang langsung seluruh kendali atas perusahaan. Semua pengendalian, perencanaan dan pengambil keputusan ditangani langsung oleh pimpinan. Tugas didelegasikan kepada setiap bagian memilki peranan yang berbeda, sehingga dapat tercipta suatu spesialisasi pekerjaan, dan pekerja dapat bekerja sesuai dengan keahliannya ( the rightman on the right place ).

1. Penggolongan Piutang

Berdasarkan penggolongan piutang ada tiga bagian yaitu : a. Berdasarkan jangka waktu pembayaran yang terbagi atas :

1). Piutang jangka panjang 2). Piutang jangka pendek

b. Berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang yang terdiri : 1). Piutang dagang dan piutang usaha

2). Piutang non dagang atau piutang lain-lain

c. Berdasarkan bentuk perjanjian yaitu : 1). Piutang wesel


(39)

Berdasarkan analisis dan pengamatan, piutang yang terdapat pada CV.Apotik Medan Baru Medan terdapat tiga macam yaitu :

a. Piutang jangka panjang yang diperoleh dari dari hasil usaha atau kegiatan utama perusahaan yaitu dalam bidang penjualan obat-obatan tertentu, pembayaran yang dilakukan secara kredit pada umumnya memerlukan waktu pelunasan yang lebih dari satu tahun atau dari satu periode akuntansi normal dari perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 1.099.267.500 pada tahun 2006 dan Rp. 1.052.665.000 pada tahun 2007.

b. Piutang jangka pendek dimana piutang ini terjadi karena aktifitas kegiatan lainnya dari perusahaan yaitu kegiatan yang bergerak di sektor dagang umum yang dilakukan oleh perusahaan seperti halnya penjualan obat-obatan umum atau barang dagang umum lainnya.

c. Piutang wesel yang merupakan piutang yang diperoleh dari penjualan kredit yang berskala besar dimana dibutuhkan suatu pernyataan tertulis atau perjanjian tertulis yang menandakan adanya suatu hubungan jual beli atau kerjasama yang dilakukan secara kredit.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang

Penjualan yang dilakukan secara kredit selalu menimbulkan piutang di dalam perusahaan. Investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang tergantung pada penjualan kredit yang dilakukan. Menurut pembahasan yang telah dilakukan pada bab


(40)

sebelumnya, investasi dalam piutang dapat disebabkan dan dipacu oleh beberapa faktor, dimana faktor tersebut yang dapat menentukan dari jumlah investasi yang tertanam pada piutang. Menurut pendapat Bambang Riyanto “ Investasi yang terjadi pada piutang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti halnya volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang, dan kebiasaan pembayaran dari para pelanggan ” (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara, Yogyakarta, Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta, 2001, hal 87)

a. Volume Penjualan Kredit

Faktor ini dapat mempengaruhi investasi yang dilakukan pada perusahaan. Apabila volume penjualan kredit yang dilakukan dalam skala yang besar maka secara otomatis investasi pada piutang juga besar. Hal ini juga terjadi pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Volume penjualan yang dilakukan secara kredit dalam penjualan obat-obatan sangat besar, sehingga mengakibatkan investasi yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan pada piutangnya juga sangat besar. Hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam mengembalikan modal yang dikeluarkan dalam usahanya untuk dapat kembali pada perusahaan membutuhkan waktu yang cukup lama.


(41)

Syarat pembayaran pada penjualan kredit juga menentukan investasi pada piutang. Apabila syarat yang diterapkan pada perusahaan tidak terlalu ketat dan tidak terlalu membebani pelanggan, maka pelanggan senantiasa merasa luas dan leluasa melakukan pembelian secara kredit penjualan dari perusahaan akan meningkat. Peningkatan penjualan secara kredit inilah yang dapat meningkatkan investasi perusahaan pada piutang. Syarat pembayaran penjualan kredit yang diberikan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan tidak terlalu membebani pelanggan, syarat yang diberikan hampir sama dengan perusahaan lain. Dalam syarat penjualannya CV.Apotik Medan Baru Medan juga memberikan beberapa keistimewaan. Penukaran obat-obat yang dibeli apabila tidak habis bisa dikembalikan kepada CV.Apotik Medan Baru Medan.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Pembatasan kredit sangat perlu dalam menjaga besarnya investasi pada piutang. Pembatasan kredit yang dilakukan perusahaan dapat mengendalikan investasi baik dalam penentuan batas kreditnya. Ini terlihat dari jarak antara jumlah piutang dengan penjualannya yang cukup besar.

d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang

Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan cenderung pada pengumpulan piutang secara pasif


(42)

dimana perusahaan menunggu pelanggan membayar langsung utangnya kepada perusahaan, karena pada umumnya pelanggan yang dimiliki oleh CV.Apotik Medan Baru Medan selalu membayar angsuran dari kredit obat-obatannya tepat pada waktunya. Tetapi ada kalanya perusahaan melakukan pengumpulan piutang secara aktif guna menghindari resiko tidak terkumpulnya piutang yang dianggap penting.

e. Kebiasaan Membayar Dari Para Pelanggan

Kebiasaan pelanggan dalam membayar utangnya juga cukup mempengaruhi jumlah investasi pada piutang. Ada kalanya pelanggan membayar secara cepat guna mendapat suatu potongan karena masih dalam masa cash discount. Kebiasaan pelanggan yang membayar utangnya dengan cepat dan tepat pada waktunya akan mengurangi investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang secara cepat pula. Di lain pihak ada juga kebiasaan dari pelanggan yang membayar utangnya selalu terlambat dari batas waktu yang ditetapkan, dan bahkan sengaja diundur-undur dengan berbagai alasan tertentu.

3. Pengawasan Piutang

Pengawasan terhadap piutang penting dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, hal ini guna memperkecil resiko yang dapat


(43)

terjadi. Pengawasan terhadap pemberian kredit, pengawasan penagihan, dan pengawasan interen.

a. Pengawasan terhadap pemberian kredit

CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan pengawasan terhadap pemberian kredit dengan menerima langsung pelanggan yang ingin melakukan pembelian, yang kemudian meneliti dan memperhatikan kriteria dari pelanggan tersebut dengan menggunakan analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition.

Perusahaan mencoba melihat kesanggupan atau kemampuan dari pelanggan apakah pantas untuk diberi izin melakukan pembelian secara kredit. Bila perlu perusahaan akan melakukan pantauan langsung ke tempat kerja atau rumah dari calon pembeli tersebut. Selain itu perusahaan menilai kemampuan pembeli dalam hal capital, kolateral, dan melihat rekening koran calon pembeli selama tiga bulan terakhir. Dengan melihat rekening koran calon pembeli, CV. Apotik Medan Baru Medan dapat melihat seberapa besar perputaran modal calon pembeli dan dapat melihat kondisi usahanya. Setelah semua data diperoleh dan perusahaan benar-benar yakin kepada pembeli tersebut baru diberi izin untuk melakukan pembelian secara kredit.

b. Pengawasan Penagihan

Buku piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal penjualan, syarat pembayaran, tanggal dan jumlah pelunasan piutang


(44)

merupakan salah satu sumber informasi yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengawasan piutang. Dari buku piutang ini segala informasi mengenai piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat.

Pengawasan yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam penagihan piutang dilakukan dengan memperhatikan kartu piutang, perincian penjualan, dan saldo piutang yang belum tertagih.

Berdasarkan pengamatan dari penulis atas pengawasan penagihan yang terjadi di CV.Apotik Medan Baru Medan, piutang yang terjadi selama periode 2007 adalah Rp. 1.052.665.000

c. Pengawasan Interen

Pengawasan interen terdiri dari pengawasan organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat. Adanya pemisahan dalam fungsi akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi dilakukan agar semua transaksi yang dilakukan dari awal sampai akhir tidak ditangani oleh hanya satu orang saja.

Pengawasan interen dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang terdapat pada CV.Apotik Medan Baru Medan adalah sebagai berikut :

1) Calon pembeli mengajukan permohonan kreditnya, kemudian pimpinan langsung melakukan penyeleksian terhadap calon pembeli yang mengajukan permohonan kredit apakah diizinkan melakukan pembelian obat-obatan secara kredit.


(45)

2) Kemudian calon pelanggan mengisi formulir permohonan pembelian secara kredit yang berisi nama, alamat rumah, nomor telepon rumah, pekerjaan, jenis usaha, alamat kantor (tempat bekerja) dan lain-lain. Setelah itu pemohon menyerahkan syarat-syarat yang diminta oleh perusahaan seperti rekening koran tiga bulan terakhir, giro, nomor pokok wajib pajak, KTP suami istri (bila telah berkeluarga), rekening listrik dan telepon. Dari data tersebut pimpinan akan melihat apakah calon pembeli tersebut layak untuk diberikan pembelian secara kredit.

4. Resiko yang mungkin terjadi dalam piutang

Penjualan secara kredit adalah salah satu cara yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan dalam usahanya. Hal ini dilakukan guna memperlancar penjualan produk yang telah dihasilkannya dan meningkatkan tingkat penjualan. Tetapi selain meningkatkan penjualan, cara ini juga dapat menimbulkan resiko. Segala resiko mungkin saja terjadi. Resiko yang sering dihadapi oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam kegiatan usahanya secara kredit adalah :

a. Keterlambatan dalam pelunasan

Hal ini dapat terjadi pelanggan mengalami kesulitan dalam pembayaran, karena pelanggan mengalami kesulitan keuangan yang tidak diduga sebelumnya. Umumnya pelanggan yang mengalami hal demikian akan


(46)

memberikan penjelasan dan alasan yang dapat diterima kepada perusahaan kemudian meminta toleransi penundaan beberapa waktu kepada perusahaan. Apabila alasannya dapat diterima maka perusahaan akan memberikan waktu kepada pelanggan tesebut. Bila ada pelanggan yang terlambat melakukan pembayaran dan tidak memberikan pemberitahuan, maka perusahaan akan menghubungi pelanggan tersebut.

b. Piutang tidak tertagih sebagian atau seluruhnya

Resiko ini jarang terjadi pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Hal ini terjadi apabila pelanggan yang sebelumnya membeli dengan kredit mengalami kebangkrutan dalam usahanya sehingga benar-benar tidak sanggup melakukan pembayaran atau pelanggan tersebut meninggal dunia. Bila hal ini terjadi maka perusahaan akan mengambil kebijakan untuk mengatasi hal ini.

Bila semua resiko tersebut terjadi maka perusahaan akan segera mengambil keputusan dengan melakukan perundingan menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan.

Salah satu yang dilakukan oleh perusahaan CV.Apotik Medan Baru Medan adalah dengan memberikan sangsi bagi pelanggan yang tidak membayar sisa angsurannya pada saat jatuh tempo berupa pembebanan angsuran yang tidak dibayar pada periode berikutnya beserta sejumlah biaya


(47)

administrasi yang dibebankan kepada pelanggan sebagai ganti rugi atas keterlambatan pembayaran.

CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan terhadap pelanggan yang tidak dapat membayar lagi sisa utangnya baik itu karena tidak sanggup atau hal lainnya. Apabila penyitaan telah dilakukan maka seluruh pembayaran angsuran yang telah dilunasi tidak akan dikembalikan lagi kepada pembeli.


(48)

NERACA

CV. APOTIK MEDAN BARU

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2006 (dalam rupiah)

AKTIVA 2006 Aktiva Lancar :

Kas Bank Piutang Dagang Piutang Ragu-ragu Persediaan Barang Persekot Biaya 532.600.000 1.029.610.000 1.099.267.500 531.532.500 452.560.300 37.000.000

Total Aktiva Lancar 3.664.570.300

Aktiva Tetap: Tanah Bangunan Gudang Kendaraan Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan 200.000.000 2.000.000.000 322.200.000 20.900.000 (533.620.000)

Total Aktiva Tetap 2.009.480.000

Jumlah Aktiva 5.674.050.300

Hutang Lancar :

Hutang Dagang Hutang Pajak Hutang Pada Bank Hutang Lain-lain

271.340.547 23.985.400 20.900.000 65.460.000

Total Hutang Lancar 711.141.191

Modal :

Modal Saham 2.000.000.000

Laba di tahan :

Laba di tahan

Laba Tahun Berjalan Deviden

2.373.144.845 1.544.189.256 (954.424.992)

Total Modal 4.962.909.109

Jumlah Passiva 5.674.050.300

Sumber : CV.Apotik Medan Baru

(Rasta Br Taringan) Pimpinan


(49)

cc : File,-

NERACA

CV. APOTIK MEDAN BARU

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2007 (dalam rupiah)

AKTIVA 2007 Aktiva Lancar :

Kas Bank Piutang Dagang Piutang Ragu-ragu Persediaan Barang Persekot Biaya 621.900.000 1.987.370.000 1.052.665.000 571.980.000 488.100.000 59.609.000

Total Aktiva Lancar 4.781.561.000

Aktiva Tetap: Tanah Bangunan Gudang Kendaraan Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan 100.000.000 1.850.000.000 171.385.000 21.000.000 (142.615.000)

Total Aktiva Tetap 2.285.000.000

Jumlah Aktiva 7.066.561.000

Hutang Lancar :

Hutang Dagang Hutang Pajak Hutang Pada Bank Hutang Lain-lain

301.480.000 35.480.000 297.670.000 56.445.000

Total Hutang Lancar 691.195.000

Modal :

Modal Saham 2.000.000.000

Laba di tahan :

Laba di tahan

Laba Tahun Berjalan Deviden

2.561.266.000 1.170.050.000 (644.195.000)

Total Modal 6.375.366.000

Jumlah Passiva 7.066.561.000

Sumber : CV. Apotik Medan Baru (Rasta Br Taringan)

Pimpinan


(50)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2006

KETERANGAN

Pendapatan/Penjualan Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-lain Jumlah Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor

Beban

Gaji Pegawai

Biaya Penyusutan aktiva Biaya Listrik & Telepon Biaya Pengangkutan Biaya Bahan Bakar Biaya Lain-lain Jumlah Beban Laba sebelum pajak Pajak 10%

Rp.1.072.600.000 Rp.1.500.000.000

Rp. 500.000.000 Rp. 84.000.000 Rp. 48.500.000 Rp. 7.800.000 Rp. 12.300.000 Rp. 9.000.000

Rp.2.572.600.000 Rp. 475.000.000 Rp.2.097.600.000

Rp. 661.600.000 Rp.1.436.000.000 Rp. 143.600.000

Laba Bersih Rp.1.292.400.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan


(51)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2007

KETERANGAN

Pendapatan / Penjualan Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-lain Jumlah Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor

Beban

Gaji Pegawai

Biaya Penyusutan Aktiva Biaya Listrik dan Telepon Biaya Pengangkutan Biaya Bahan Bakar Biaya Lain-lain Jumlah Beban Laba sebelum pajak Pajak 10%

Rp.1.180.000 Rp.2.000.000

Rp. 570.000.000 Rp. 94.000.000 Rp. 57.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 13.000.000 Rp. 10.000.000

Rp.3.180.000.000 Rp. 950.000.000 Rp.2.230.000.000

Rp. 752.000.000 Rp.1.330.200.000 Rp. 147.800.000

Laba Bersih Rp.1.330.200.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan


(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai manajemen piutang pada CV.Apotik Medan Baru Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan dalam manajemen piutangnya dan usahanya dalam menanggulangi resiko adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan menggunakan tehnik analisis 5C (character, capacity, capital, collateral, condition) dalam menentukan kelayakan calon pelanggannya.

2. CV.Apotik Medan Baru Medan mengumpulkan data pribadi pelanggan

sebagai perbandingan dan acuan untuk menerima permohonan kredit pelanggan.

3. CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan hubungan kepada pelanggan

melalui surat, telepon dan kunjungan langsung apabila pelanggan tidak membayar angsuran yang telah jatuh tempo.

4. Sangsi dan denda akan diberikan kepada pelanggan yang terlambat melakukan pembayaran angsuran dari kredit obat-obatan.


(53)

5. CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan kepada pelanggan yang tidak membayar lagi utangnya.

6. Toleransi atau perpanjangan batas waktu masih dapat diberikan perusahaan kepada pelanggan yang tidak membayar angsuran pada saat piutang jatuh tempo atau kepada pelanggan yang tidak dapat membayar utangnya bukan karena tidak mau membayar sampai pada batas waktu yang ditentukan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran-saran diantaranya adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan hendaknya lebih memperketat penyeleksian calon pembeli obat-obatan, agar segala resiko yang sudah terjadi dapat lebih diminimalkan atau dikurangi.

2. Tindakan yang diambil dalam mengatasi resiko yang terjadi sudah cukup bagus dan harus dipertahankan, bila perlu mencari solusi atau kebijakan baru yang lebih baik dalam mengatasi resiko tersebut.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2000.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Faisal, Abdullah , 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UMM Press, Malang.

Husein, Umar. 2002. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James C. Van Horne, John M. Wachowicz. JR. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Mulyadi, 2003. Prinsip Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Tiga Serangkai, Jakarta.

Riyanto, Bambang,2001 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Cetakan Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I, Cetakan I, Edisi Pertama USU PRESS, MEDAN.

Warrant Reeve Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi Duapuluh Satu, Salemba Empat , Jakarta.


(1)

cc : File,-

NERACA

CV. APOTIK MEDAN BARU

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2007 (dalam rupiah)

AKTIVA 2007 Aktiva Lancar :

Kas Bank Piutang Dagang Piutang Ragu-ragu Persediaan Barang Persekot Biaya 621.900.000 1.987.370.000 1.052.665.000 571.980.000 488.100.000 59.609.000

Total Aktiva Lancar 4.781.561.000

Aktiva Tetap: Tanah Bangunan Gudang Kendaraan Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan 100.000.000 1.850.000.000 171.385.000 21.000.000 (142.615.000)

Total Aktiva Tetap 2.285.000.000

Jumlah Aktiva 7.066.561.000

Hutang Lancar :

Hutang Dagang Hutang Pajak Hutang Pada Bank Hutang Lain-lain

301.480.000 35.480.000 297.670.000 56.445.000

Total Hutang Lancar 691.195.000

Modal :

Modal Saham 2.000.000.000

Laba di tahan :

Laba di tahan

Laba Tahun Berjalan Deviden

2.561.266.000 1.170.050.000 (644.195.000)

Total Modal 6.375.366.000

Jumlah Passiva 7.066.561.000


(2)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2006

KETERANGAN

Pendapatan/Penjualan Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-lain Jumlah Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor

Beban

Gaji Pegawai

Biaya Penyusutan aktiva Biaya Listrik & Telepon Biaya Pengangkutan Biaya Bahan Bakar Biaya Lain-lain Jumlah Beban Laba sebelum pajak Pajak 10%

Rp.1.072.600.000 Rp.1.500.000.000

Rp. 500.000.000 Rp. 84.000.000 Rp. 48.500.000 Rp. 7.800.000 Rp. 12.300.000 Rp. 9.000.000

Rp.2.572.600.000 Rp. 475.000.000 Rp.2.097.600.000

Rp. 661.600.000 Rp.1.436.000.000 Rp. 143.600.000

Laba Bersih Rp.1.292.400.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan


(3)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2007

KETERANGAN

Pendapatan / Penjualan Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-lain Jumlah Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor

Beban

Gaji Pegawai

Biaya Penyusutan Aktiva Biaya Listrik dan Telepon Biaya Pengangkutan Biaya Bahan Bakar Biaya Lain-lain Jumlah Beban Laba sebelum pajak Pajak 10%

Rp.1.180.000 Rp.2.000.000

Rp. 570.000.000 Rp. 94.000.000 Rp. 57.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 13.000.000 Rp. 10.000.000

Rp.3.180.000.000 Rp. 950.000.000 Rp.2.230.000.000

Rp. 752.000.000 Rp.1.330.200.000 Rp. 147.800.000

Laba Bersih Rp.1.330.200.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai manajemen piutang pada CV.Apotik Medan Baru Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan dalam manajemen piutangnya dan usahanya dalam menanggulangi resiko adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan menggunakan tehnik analisis 5C (character, capacity, capital, collateral, condition) dalam menentukan kelayakan calon pelanggannya.

2. CV.Apotik Medan Baru Medan mengumpulkan data pribadi pelanggan sebagai perbandingan dan acuan untuk menerima permohonan kredit pelanggan.


(5)

5. CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan kepada pelanggan yang tidak membayar lagi utangnya.

6. Toleransi atau perpanjangan batas waktu masih dapat diberikan perusahaan kepada pelanggan yang tidak membayar angsuran pada saat piutang jatuh tempo atau kepada pelanggan yang tidak dapat membayar utangnya bukan karena tidak mau membayar sampai pada batas waktu yang ditentukan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran-saran diantaranya adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan hendaknya lebih memperketat penyeleksian calon pembeli obat-obatan, agar segala resiko yang sudah terjadi dapat lebih diminimalkan atau dikurangi.

2. Tindakan yang diambil dalam mengatasi resiko yang terjadi sudah cukup bagus dan harus dipertahankan, bila perlu mencari solusi atau kebijakan baru yang lebih baik dalam mengatasi resiko tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2000.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Faisal, Abdullah , 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UMM Press, Malang.

Husein, Umar. 2002. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James C. Van Horne, John M. Wachowicz. JR. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Mulyadi, 2003. Prinsip Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Tiga Serangkai, Jakarta.

Riyanto, Bambang,2001 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Cetakan Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I, Cetakan I, Edisi Pertama USU PRESS, MEDAN.

Warrant Reeve Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi Duapuluh Satu, Salemba Empat , Jakarta.