3 Larutan dalam tabung reaksi diujikan dengan menggunakan kertas lakmus
4 Perubahan warna kertas lakmus diamati
V. Hasil Pengamatan
1. Alkohol a. Oksidasi
Larutan Warna
1 Bening
2 Kuning
3 Bening
b. Esterifikasi Larutan
Aroma 1
Alkohol 2
Obatbalsem 2. Fenol
Larutan Warna
1 Hitam
3. Karbonil a. Reagen d.n.p
Laruta n
Warna dan endapan 1
Kuning ada endapan b. Oksidasi aldehid
Larutan Warna
1 Perak
2 Kuning
3 Ungu
c. Uji Iodoform Larutan
Bau, warna, endapan 1
Karbonil Warna putih
Ada endapan
4. Asam karboksilat Larutan
Aroma Warna
1 Alkohol rum
bening 5. Amina
Larutan Warna
Endapan Kelarutan
1 Kekuningan
Tidak ada larut
2 Kekuningan
Ada Tidak larut
6. Amida Larutan
Warna larutan 1
Biru
VI. Pembahasan
Percobaan 1 – Oksidasi Alkohol: Oksidator Kalium Dikromat Dalam percobaan ini, alkohol akan dioksidasi dengan menggunakan oksidator kuat
untuk mendapatkan senyawa aldehida yang apabila dioksidasi lebih lanjut akan menghasilkan senyawa asam karboksilat. Perbedaan alkohol primer dan alkohol sekunder
dilihat dari hasil reaksinya. Alkohol primer hasil reaksi terakhirnya adalah asam karboksilat yang melalui tahap aldehida terlebih dahulu, sedangkan alkohol sekunder
hasil reaksinya adalah senyawa keton. Perlu diketahui bahwa di dalam akan terjadi proses redoks reduksi-oksidasi. Reaksi
reduksi akan dialami oleh oksidator dari reaksi ini yaitu kalium dikromat. Atom Cr pada kalium dikromat akan beraksi dengan ion sulfat pada asam sulfat menjadi kromium
sulfat. Bilangan oksidasinya maka turun. Sedangkan reaksi oksidasinya terjadi pada etanol yang dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oksidasi sering dikaitkan dengan
penambahan atom oksigen dari suatu senyawa, maka lazim juga disebut reaksi oksidasi. Dalam percobaan ini, asam karboksilat yang dihasilkan adalah jenis asam etanoat
yang memiliki dua atom C. Hal lain yang perlu diketahui adalah dalam reaksi ini terbentuk dua hasil produk yaitu produk primer dan produk sekunder. Produk primer
yaitu asam etanoat sebagai asam karboksilatnya. Disebut produk primer karena menjadi tujuan pengamatan dalam percobaan ini. sedangkan produk sekunder atau disebut juga
produk by-pass yaitu kalium sulfat, kromium sulfat, dan air. Disebut produk sekunder karena produk ini dalam skala industri tidak dipakai atau akan didaur ulang menjadi
senyawa yang baru.
Perbedaan reaksi oksidasi alkohol primer dan alkohol sekunder Sumber: perpustakaancyber.blogspot.com
Percobaan 2 – Oksidasi Air: Oksidator Kalium Dikromat Percobaan ini sebenarnya hanya untuk dibandingkan dengan percobaan 1. Pada
percobaan 1 terjadi pembentukan asam karboksilat karena alkohol dioksiasi dengan menggunakan oksidator, tetapi pada percobaan ini bukanlah alkohol yang dioksidasi
tetapi air yang dioksidasi. Alhasil, tidak akan terbentuk senyawa asam karboksilat seperti pada percobaan 1.
Percobaan ini identik dengan percobaan melarutkan kalium dikromat ke dalam air kemudian dihomogenkan. Hasil yang diperoleh adalah warna larutan berubah menjadi
kuning karena sifat kalium dikromat apabila dilarutkan ke dalam air akan merubah warna larutan menjadi berwarna kuning, namun setelah itu tidak terjadi perubahan apa-apa lagi
karena hanya sekedar melarutkan saja. Perbedaannya dengan percobaan ini adalah di dalam larutan kalium dikromat juga
ditambahkan senyawa asam sulfat yang menyebabkan larutan menjadi bersifat asam. Apabila diuji dengan kertas lakmus berwarna merah, maka kertas lakmus itu akan
berubah warna menjadi biru. Tetapi secara keseluruhan, perubahan yang terjadi tetaplah sama yaitu warna larutan berubah menjadi kuning karena pengaruh kalium dikromatnya
namun dalam lingkungan asam kuat. Percobaan 3 – Oksidasi Alkohol: Oksidator Kalium Permanganat
Percobaan ini identik dengan percobaan yang pertama, dimana etanol akan dioksidasi oleh oksidator kuat namun oksidator kuat yang dipakai bukanlah kalium dikromat namun
kalium permanganat. Ada beberapa perbedaan yang dapat diteliti antara percobaan 1 dengan percobaan 3. Pada percobaan 1, produk sekundernya adalah kalium sulfat dan
kromium sulfat, namun pada percobaan 3 produk sekunder yang didapat adalah mangan II sulfat dan kalium sulfat.
Selain itu, biasanya percobaan 1 akan berlangsung lebih cepat daripada percobaan 3 dikarenakan kalium dikromat adalah oksidator yang sedikit lebih kuat daripada kalium
permanganat karena jumlah atom O-nya lebih banyak daripada kalium permanganat, walaupun keduanya sama-sama dikategorikan sebagai oksidator kuat.
Perbedaan lainnya adalah fungsi reaksi reduksi dan reaksi oksidasinya. Perbedaan terletak pada reaksi reduksinya. Pada percobaan 1, reaksi reduksi dialami oleh kalium
dikromat yang tereduksi menjadi kromium sulfat. Sedangkan pada percobaan 2, reaksi reduksi dialami oleh atom Mn pada kalium permanganat yang tereduksi menjadi mangan
II sulfat. Namun, secara keseluruhan alur oksidasi alkoholnya sama baik dari segi langkah ataupun hasil produk primernya yaitu sama-sama menghasilkan asam etanoat.
Percobaan 4 – Pembentukan ester dari asam formiat dan etanol Dalam percobaan ini, akan dibentuk senyawa ester dari asam formiat dan etanol.
Seperti yang kita ketahui bahwa senyawa ester dibentuk dari senyawa asam karboksilat dengan etanol. Dalam percobaan ini asam format sebagai asam karboksilat dan etanol
akan berfungsi sebagai alkohol primer. Asam format adalah asam karboksilat yang memiliki satu saja atom C, sedangkan etanol adalah alkohol yang memiliki 2 atom C.
Reaksi esterifikasi umum dalam lingkungan asam Sumber: www.ilmukimia.org
Persamaan reaksi esterifikasi dari asam formiat asam karboksilat dan etanol alkohol yang terjadi pada tabung reaksi selama percobaan, secara lengkap adalah
sebagai berikut: HCOOH + CH
3
CH
2
OH HCOOCH
2
CH
3
+ H
2
O
Struktur molekul senyawa asam format
Sumber: www.sigmaaldrich.com
Struktur molekul senyawa etil metanoat
Sumber: www.ibchem.com
Reaksi ini bisa dikatakan reaksi dehidrogenasi sederhana dikarenakan inti dari reaksi ini hanyalah pemisahan ion hidrogen dari asam format dan ion hidroksida dari etanol.
Ion-ion yang terpisah ini nantinya akan membentuk air atau H
2
O sebagai produk sekundernya. Sisa dari gugus asam format dan etanol ini nantinya akan bercampur
membentuk senyawa ester. Dalam percobaan ini senyawa ester yang dibentuk adalah etil metanoat atau disebut juga etil formiat. Etil format memiliki aroma seperti rum, buah
stroberi, ataupun lemon. Dalam percobaan kali ini aromanya mendekati aroma rum atau lemon. Aroma rum inilah yang dapat dijadikan indikasi terbentuknya senyawa ester dari
pencampuran kedua larutan.
Percobaan 5 – Pembentukan ester dari asam salisilat dan etanol Percobaan ini hampir sama dengan percobaan ke-4, dimana akan dibentuk senyawa
ester namun kali ini dari asam salisilat dan etanol. Dalam percobaan ini asam salisilat akan berfungsi sebagai asam karboksilat menggantikan asam formiat dari percobaan ke-4.
Asam salisilat adalah senyawa benzene yang memiliki satu gugus karboksil dan satu gugus hidroksil pada rantai sikliknya. Proses pembentukan esternya identik dengan
percobaan ke-4, dimana gugus karboksil pada asam salisilat dan gugus hidroksil pada etanol akan terkondensasi sehingga membentuk air. Sisa dari reaksi kondensasi ini
kemudian bercampur membentuk senyawa ester. Senyawa ester yang dibentuk dalam percobaan kali ini adalah etil salisilat. Etil
salisilat adalah derivat atau turunan dari asam salisilat yang atom H pada gugus karboksilnya disubstitusi dengan gugus etil dari senyawa etanol. Senyawa ini memiliki
aroma seperti bau obat dan karenanya biasanya senyawa ini dipakai dalam aroma parfum sintetik ataupun sering dijumpai dalam bau ruangan rumah sakit. Indikator dari
pembentukan etil asetat ini adalah aromanya yang seperti obat. Berikut adalah struktur molekul dari asam salisilat dan etil salisilat:
Struktur molekul senyawa asam salisilat Sumber: commons.wikimedia.org
Struktur molekul senyawa etil salisilat Sumber: commons.wikimedia.org
Percobaan 6 - Uji Gugus Fenol: FeCl
3
Dalam percobaan ini, gugus fenol akan diuji dengan senyawa FeCl
3
. Senyawa ferri klorida ini nantinya akan terionisasi masing-masing menjadi kation Fe
3+
dan anion Cl
-
. Kation ferri ini nantinya akan berikatan dengan 3 gugus fenol menjadi suatu senyawa
yang menghasilkan warna hitam. Perubahan warna larutan menjadi hitam ini akan menjadi indikasi bahwa senyawa yang diuji mengandung gugus Reagen ini adalah
senyawa benzena yang memiliki 2 gugus nitril pada daerah orto dan daerah para. Gugus lainnya adalah 1 gugus hidroksil pada ujung plat cabang benzena. Dalam reaksi ini
biasanya ditambahkan katalisator H
2
SO
4
. Asam sulfat ini berfungsi agar mempercepat reaksi dan menimbulkan suasana asam.
Struktur reaksi fenol dengan FeCl
3
Sumber: sites.google.com
Persamaan sederhana reaksi fenol dengan FeCl
3
Sumber: www.harpercollege.edu
Pada akhir reaksi akan dihasilkan perubahan warna dari kuning kuning adalah warna dari ferri klorida menjadi coklat kemerahan lalu terakhir akan berwarna stabil hijau tua
mendekati warna hitam. Pengujian yang positif, dalam artian senyawanya mengandung gugus fenol akan meghasilkan warna hijau tua mendekati hitam. Sedangkan pengujian
yang negative, dalama rtian senyawa yang diuji tidak mengandung gugus fenol warna larutannya akan tetap kuning seperti warna asal dari FeCl
3
.
Hasil negatif kiri dan hasil positif kanan
Sumber: www.harpercollege.edu
Percobaan 7 - Uji Gugus Karbonil: Reagen DNP
Dalam percobaan ini, gugus karbonil akan diuji dengan reagen d.n.p. Reagen d.n.p ini tidak lain adalah 2,4-dinitrofenilhidrogina. Reagen ini adalah senyawa benzena yang
memiliki 2 gugus nitril pada daerah orto dan daerah para. Gugus lainnya adalah 1 gugus hidroksil pada ujung plat cabang benzena. Dalam reaksi ini biasanya ditambahkan
katalisator H
2
SO
4
. Asam sulfat ini berfungsi agar mempercepat reaksi dan menimbulkan suasana asam.
Rumus molekul senyawa 2,4-dinitrofenilhidrogina Sumber:
en.wikipedia.org
Senyawa 2,4-dinitrofenilhidrogina sendiri dibuat dengan cara meraksikan fenol murni ke dalam lingkungan asam, kemudian direaksikan dengan asam nitrat. Setelah itu akan
diperoleh dua kemungkinan produk baru yaitu satu senyawa yang mengandung nitril pada gugus orto dan satu senyawa lainnya mengandung nitril pada gugus para. Kedua senyawa
ini nantinya akan digabungkan menjadi 2,4-dinitrofenilhidrogina dengan cara mereaksikannya kembali dalam lingkungan asam dan ditambah pereaksi asam nitrat.
Langkah cara ini identik dengan oksidasi alkohol murni yang melalui 3 langkah reaksi secara berurutan.
Reaksi pembuatan reagen 2,4-dinitrofenilhidrogina Sumber: en.wikipedia.org
Reaksi sederhana senyawa keton dengan reagen 2,4-dinitrofenilhidrogina Sumber:
http:academics.wellesley.edu
Dalam percobaan ini, gugus karbonil yang diuji berasal dari aseton. Aseton adalah salah satu contoh senyawa keton yang lengan kiri dan lengan kanannya berikatan dengan
atom C primer. Indikasi adanya gugus karbonil terlihat dari perubahan warna larutan. Larutan yang semula bening tidak berwarna akan berubah menjadi berwarna kuning
hingga kemerahan yang disebabkan penggabungan gugus fenil pada d.n.p dengan gugus karbonil pada aseton. Spektrum warna kuning yang berasal dari ikatan gugus karbonil
dan gugus fenil ini nantinya akan menghasilkan suatu endapan pada dasar tabung reaksi. Jadi dari reaksi senyawa keton dengan d.n.p ini akan dihasilkan 2 indikator percobaan
yaitu perubahan warna dan terbentuknya endapan.
Percobaan 8 - Uji Gugus Karbonil: Reagen Tollens
Reaksi kompleks senyawa aldehid gugus karbonil dengan reagen tollens Sumber: www.jejaringkimia.web.id
Dalam percobaan ini, gugus karbonil pada aldehid akan diuji dengan reagen tollens. Reagen tollens ini tidak lain adalah suatu senyawa yang mengandung perak sebagai ion
kompleks yaitu [AgNH
3 2
]
+
. Biasanya dalam persamaan reaksi pereaksi tollens juga dapat ditulis ditulis dengan rumus molekul Ag
2
O dimana atom O disini melambangkan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi senyawa aldehid. Reagen ini dalam
reaksinya akan mengalami reaksi reduksi menjadi endapan. Ag
+
dengan biloks 1 akan mengalami penurunan menjadi endapan Ag dengan biloks 0. Sedangkan reaksi
oksidasinya akan terjadi ketika aldehid akan direduksi menjadi asam karboksilat. Reaksi oksidasi pada aldehid terjadi karena penambahan atom O yang menjadikan
aldehida menjadi senyawa asam karboksilat yang mempunyai 2 atom oksigen. Dalam reaksi oksidasi suatu senyawa, sekali lagi dapat kita sebut pasti akan terjadi proses redoks
reduksi-oksidasi.
Reaksi redoks pada oksidasi aldehid menggunakan tollens Sumber: www.jejaringkimia.web.id
Reaksi sederhana senyawa aldehid dengan reagen tollens. Sumber: www.jejaringkimia.web.id
Dalam percobaan ini, aldehid yang dipakai adalah asetaldehid. Asetaldehid adalah senyawa organik dengan 2 atom C dimana gugus karbonilnya berikatan dengan atom C
sekunder yang lengan kirinya berikatan dengan gugus metal dan lengan kanannya berikatan dengan atom hidrogen. Senyawa ini mudah terbakar dan mengeluarkan bau
seperti buah-buahan. Pada akhir reaksi akan dihasilkan asam etanoat. Asam etanoat ini memiliki kelebihan
1 atom O dibandingkan senyawa asetaldehida. Indikasi yang akan muncul dari akhir reaksi adalah adanya endapan cermin perak pada dasar tabung. Endapan perak ini
dihasilkan dari endapan Ag yang muncul dari hasil reduksi ion Ag
+
. Ion Ag
+
tereduksi
karena komplemen dari ion Ag
+
berikatan dengan gugus R asetaldehid sehingga ion Ag
+
tereduksi menjadi hilang dan muncullah endapan yang menyebabkan warna cermin perak.
Senyawa asetaldehid Sumber:
en.wikipedia.org
Percobaan 9 - Uji Gugus Karbonil: Reagen Jones Dalam percobaan ini, gugus karbonil dari aldehida akan diuji dengan reagen Jones.
Reagen Jones sendiri adalah gugus anhidrida kalium kromat CrO
3
yang dilarutkan dalam lingkungan asam. Anhidrida kalium kromat ini dapat diperoleh dari senyawa derivatnya
yaitu kalium dikromat K
2
Cr
2
O
7
ataupun kalium permanganat K
2
CrO
4
. Dalam percobaan kali ini kita menggunakan derivate kalium dikromat sebagai penghasil anhidrida kalium
kromatnya.
Reaksi sempurna aldehida dengan reagen Jones Sumber:
http:academics.wellesley.edu
Dalam percobaan yang ke-9 ini, digunakan formaldehida sebagai bahan pereaksi aldehidanya. Formaldehida adalah aldehida yang memiliki satu saja atom C dan gugus
karbonil serta 2 gugus atom H pada lengan kiri dan kanannya. Formaldehida dalam dunia perdagangan disebut juga dengan formalin.
Dalam reaksi ini, lagi-lagi akan terjadi proses redoks seperti pada percobaan ke-8. Reaksi reduksinya terjadi pada oksidator kalium kromat. Kalium kromat yang memiliki
bilangan oksidasi +6 akan turun BO-nya menjadi +3 ketika ia tereduksi menjadi ion Cr3+. Reaksi reduksi ini terjadi karena Cr dalam kalium kromat akan berikatan dengan
ion sulfat dari H
2
SO
4
selama reaksi berlangsung. Munculnya ion Cr3+ inilah yang nantinya akan menjadi indikasi bahwa senyawa diuji mengandung gugus karbonil.
Indikasi yang dapat diamati adalah adanya perubahan warna larutan menjadi hijau kadang agak kekuning-kungingan. Dalam percobaan ini, berarti formaldehida terbukti
mengandung gugus karbonil karena pada akhir reaksi di dasar tabung akan muncul warna hijau.
Rumus molekul senyawa formaldehida Sumber:
en.wikipedia.org
Percobaan 10 - Uji Gugus Karbonil: Reagen Schiff Dalam percobaan ini, gugus karbonil dari aldehida akan diuji dengan reagen Schiff.
Reagen Schiff merupakan suatu senyawa dengan zat warna Fuchsin yang akan berubah warna apabila dilewatkan gas sulfur oksida kedalamnya. Sedikit saja aldehid yang
bereaksi dengan reagen Schiff akan merubah warnanya menjadi merah keungu-unguan yang cukup terang. Dari sini dapat dibuat aksioma bahwa perubahan warna pada reagen
Schiff akan memberikan indikasi bahwa senyawa yang melaluinya positif mempunyai gugus karbonil.
Struktur senyawa reagen Schiff sebelum reaksi Sumber:
en.wikipedia.org
Struktur senyawa reagen Schiff sesudah reaksi berubah warna Sumber:
en.wikipedia.org
Reaksi sempurna aldehid dengan reagen Schiff
Sumber: www. seekyouranswers.blogspot.com
Pereaksi Schiff biasanya digunakan dalam keadaan dingin agar gugus karbonil pada keton bisa bereaksi dalam waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan warna yang
sepadan. Jika suhunya dinaikkan, maka reaksi gugus kabonil pada keton dengan Schiff akan menjadi lebih cepat. Hal ini menyebabkan hasil yang membingungkan karena
warna yang dihasilkan biasanya akan sangat kompleks.
Reaksi pembentukan imine melalui reagen Schiff
Sumber: www. chemwiki.ucdavis.edu
Dalam percobaan kali ini, melalui hasil pengamatan menunjukkan warna ungu. Warna ungu ini diperoleh dari senyawa imine yang dihasilkan dari substitusi salah satu
gugus anilin pada Schiff dengan gugus karbonil pada aldehida. Aldehida yang dipakai adalah formaldehida, maka imine yang dihasilkan akan mengandung satu saja atom C
primer.
Percobaan 11 - Uji Gugus Karbonil: Uji Iodoform Dalam percobaan ini, gugus karbonil dari keton akan diuji dengan senyawa iodin.
Percobaan ini disebut dengan uji iodoform, karena tujuan dari reaksi ini adalah mengamati terbentuknya iodoform sebagai indikator bahwa senyawa yang diuji
mengandung gugus karbonil. Apabila pada akhir reaksi muncul endapan berwarna kekuningan di dasar tabung, maka dapat dipastikan itu adalah endapan iodoform.
Struktur molekul senyawa iodoform CHI
3
Sumber:
en.wikipedia.org
Iodoform sendiri adalah senyawa turunan metana yang 3 lengan atomnya mengalami substitusi dengan ion iodine sehingga berubah dari menigkat 3 atom C menjadi mengikat
3 atom I. Senyawa Iodoform ini secara sempurna dihasilkan dari oksidasi etanol atau aseton dengan bantuan basa kuat natrium hidroksida dan iodin atau natrium karbonat
dengan iodin dalam air.
Reaksi lengkap uji iodoform dengan menggunakan reagen I
2
Sumber: http:academics.wellesley.edu
Reaksi molekular dari uji iodoform Sumber:
en.wikipedia.org
Dalam uji iodoform digunakan NaOH yang berfungsi untuk mengikat ion I
-
. Selain itu NaOH juga dipakai untuk mensubstitusi gugus alkil CH
3
pada aseton dan menukarnya dengan ion OH
-
yang di awal reaksi masih berikatan dengan Na
+
. Dari penukaran ini, nantinya gugus alkil itu akan berikatan dengan sisa I
-
yang belum diikat oleh NaOH. Pengikatan alkil CH
3
dengan ion I
-
ini yang akan menghasilkan iodoform dengan indikasi munculnya endapan berwarna kekuningan.
Percobaan 12 – Pembentukan Ester: Etanol + Asam Salisilat Percobaan ini sama persis dengan percobaan ke-5
Percobaan 13 – Uji Gugus Amina Dalam percobaan ini, anilin akan diuji dengan menggunakan senyawa asam klorida untuk
menentukan ada tidaknya gugus amina pada ikatan senyawanya. Anilin adalah senyawa benzene yang memiliki gugus NH2 pada Pada akhir reaksi, ion H
+
pada HCl akan berikatan dengan gugus amina pada senyawa anilin sehingga akan dihasilkan senyawa
benzena baru yang gugus nitrilnya mengikat 3 atom H. Adanya pengikatan ini akan mengakibatkan perubahan warna larutan dari bening menjadi kuning.
Gugus amina sendiri adalah turunan dari senyawa ammonia atau NH
3
. Derivat dari ammonia ini menghasilkan suatu gugus nitril yang minimal mengikat 1 gugus organic.
Anilin sendiri, adalah salah satu contoh senyawa yang memiliki gugus amina dimana satu dari 3 lengan nitrilnya mengikat gugus organic berupa benzena.
Skema reaksi anilin dengan asam klorida Sumber:
stari.svethemije.com
Percobaan 14 – Uji Gugus Amina dengan tambahan NaOH Percobaan ini sama dengan percobaan 13. Perbedaannya adalah dengan penambahan
NaOH akan terjadi endapan logam Na dimana merupakan produk by-pass atau disebut juga produk sekunder yang dapat dijadikan indikator dari adanya gugus amina. Karena
terjadi endapan, maka dapat dikatakan senyawa hasil produksi reaksi ini tidak larut dalam air tetapi mengendap di dasar tabung reaksi.
Percobaan 15 – Uji Gugus Amida Pada percobaan ini, dilakukan pengujian gugus amida dari urea dengan cara
menambahkan senyawa NaOH ke dalam larutan. Gugus amida ini ada pada suatu senyawa yang memiliki atom C yang mengikat gugus kabonil dan gugus amina sekaligus.
Jadi senyawa ini mirip dengan senyawa aldehida yang ikatan dengan atom hidrogennya digantikan dengan amina NH
2
. Sedangkan urea sendiri adalah senyawa yang memiliki 2 gugus amina pada kedua lengan atom C. Dilihat dari stuktur gugus fungsinya dapat
disebut urea merupakan senyawa diamida yang bersifat primer, karena gugus aminanya langsung berikatan dengan atom C primer.
Struktur gugus fungsi amina Sumber:
en.wikipedia.org
NaOH akan bereaksi dengan gugus amida pada akhir reaksi ini. Adanya reaksi ini akan menyebabkan larutan menjadi bersifat basa. Sifat basa ini disebabkan karena di
akhir reaksi akan terbentuk senyawa amonium hidroksida NH
4
OH yang bersifat basa lemah dan apabila diuji dengan menggunakan kertas lakmus yang berwarna merah akan
berubah menjadi berwarna bitu.
Gugus organik amida Sumber:
en.wikipedia.org
Gugus organic senyawa urea Sumber:
en.wikipedia.org
VII. Kesimpulan