PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 KISARAN Drs. Abdul Azis Rambe
1
Abstract
The objectives of this research are to investigate 1 the difference of the students´ achievement in Indonesian that taught by instructional strategy of learning community with
inquiry, 2 the difference of the students´ achievement that have visual, auditory and kinestetic learning style, 3 interaction between instructional strategy and learning style on the students´
achievement in Indonesian.The populatin of this research is all students of XI classes of SMA Negeri 1 Kisaran Kabupaten Asahan which have 240 students all together and consist of six
classes. These sample were taken by Random Sampling method. The sample of this research was 40 students taught by instructional strategy of learning community and 40 students by inquiry
learning. The research instrument which used to measure the achievement is test multiple choice with 4 options and 40 questions. To get data of learning style used the real test that expanded by
De Porter with 72 questions. The research method used quasy-experiment with 2 x 3 factorial design. Technique of analyzing data used ANAVA of two directions at significants α = 0.05. The
result indicated that 1 The students´ achievement in Indonesia that taught by instructional strategy of learning community
X
= 30.25 was higher than the students´ achievement that taught by inquiry learning
X
= 28.35 with F count = 8.72 F tabel = 3.15, 2 the students´ achievement in Indonesia with visual learning style
X
= 20.73, the students´ achievement in Indonesian with auditorial learning style
X
= 24.14, the students´ achievement in Indonesia with kinestetic learning style
X
= 24.55. Based on the result indicated the data of learning style with F count = 10.36 critic value F tabel at significant α = 0.05 is 3.15. This research indicated
that that F count = 10.63 F tabel = 3.15, so to be found differences amomg the students´ achievement in Indonesia with visual, auditorial and kinestetic, 3 be found interaction between
the instructional strategy by learning style on the students´ achievement in Indonesian with F count = 13.95 F tabel = 3.15. The multiple comparation by Scheffee test showed a The
students´ achievement in Indonesian that taught by instructional strategy of learning community was higher than the students´ achievement in Indonesia that taught by inquiry learning b the
students´ achievement in Indonesia which auditory learning style was higher if they were taught by learning community than inquiry learning, c be found interaction between instructional strategy
and learning style on the students´ achievement in Indonesian.
A. Pendahuluan
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Tak heran apabila pelajaran ini diberikan sejak masih duduk di bangku SD
hingga lulus SMA. Pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, yang mencakup menyimak listening, berbicara
speaking, membaca reading, dan menulis writing, dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, kenyataan yang terjadi adalah kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih jauh dari
apa yang diharapkan.
1
Pengawas Sekolah di Kabupaten Asahan
1
Menurut Badudu 1985, problematika Bahasa Indonesia yang klasikal adalah pengajaran Bahasa Indonesia yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa
siswa itu sendiri. Menurut Alfianto 2008, permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah antara lain : 1 pembelajaran belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa tetapi, lebih pada penguasaan materi, hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum
dalam buku paket lebih banyak diberikan oleh guru dibandingkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktik, 2 persepsi sebagian guru yang menganggap bahwa keberhasilan siswa lebih
banyak dilihat dari nilai UN. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut tetapi, tidak mempunyai kemampuan memahami dan
mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Ironisnya, kemampuan penguasaan Bahasa Indonesia siswa SMA masih rendah. Kompetensi
kebahasaan siswa masih kurang baik, karena yang terjadi adalah penurunan dan bukan peningkatan dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Alfianto 2008, kemampuan
guru dalam pemahaman tujuan pembelajaran, mengembangkan program pembelajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar cenderung masih kurang. Guru Bahasa Indonesia
juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek keterampilan menulis, kosa kata, berbicara, membaca, dan kebahasaan. Selain itu, siswa dan
guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis, dan apresiasi sastra. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir dan buku
acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
di sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
yang paling esensial. Artinya, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses yang dialami siswa sebagai peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat tercapai sebelum
peningkatan mutu pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, ada beberapa komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pendidikan yang dilaksanakan. Komponen tersebut adalah
guru, kurikulum, siswa, materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran termasuk di dalamnya metode dan media yang digunakan.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia
2
parameternya adalah rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu belajar untuk belajar, dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa
ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan dominasi siswa sehingga tidak memberhentikan akses bagi anak didik untuk berkermbang secara mandiri melalui proses
berpikirnya. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut karena tidak
memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana
belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas.
Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah alternatif baru yang lebih variatif, aplikatif, dan menarik
dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak didik untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu.
Apabila siswa sudah tertarik dalam pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa Ishaq, 2006. Salah satu strategi pembelajaran yang variatif, aplikatif,
dan menarik adalah masyarakat belajar learning community yang menekankan kepada kerja sama kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dalam strategi ini, siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4 – 5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru mamantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat
adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap
rendahnya hasil belajar peserta didik Trianto: 2008:4, bahwa strategi pembelajaran yang digunakan guru terlalu menekankan pada penguasaan jumlah informasikonsep belaka. Penumpukan
informasikonsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah
seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri tetapi, terletak pada
bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.
3
Kenyataan yang terjadi adalah siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep
yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran adalah memilih strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karaktersitik
siswa. Menurut Lie 2008 : 7 suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemiakian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Menurut Slavin 1995,
karakteristik siswa adalah aspek-aspek yang ada di dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi perilakunya. Aspek-aspek itu bisa berupa bakat, motivasi berprestasi, gaya belajar, persepsi, sikap,
lokus kendali, kemampuan awal, strategi belajar, kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir kreatif, ketekunan belajar, kecerdasan, jenis kelamin, etnis, dan aspek-aspek lain pada diri pebelajar
yang dapat mempengaruhi perilakunya. Landasan teoretis pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivisme.
Konstruktivisme menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar dan lebih diwarnai student centered daripada teacher
centered. Menurut Trianto 2009 ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan kepada
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip yang dikemukakan Vygotsky 1978 adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Berdasarkan
teori tersebut dapat diterapkan strategi pembelajaran masyarakat belajar yang lebih menekankan pada kerja kelompok untuk meningkatkan hasil belajar dengan sharing antara teman, kelompok, dan
antara siswa yang tahu ke siswa yang belum tahu sehingga materi pelajaran dapat diserap oleh seluruh siswa.
Teori belajar konstruktivis juga dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget 1971 pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sejak kecil, setiap
individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Piaget dan juga Bruner
1960 yang menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar- benar bermakna peneliti akan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran
inkuiri menurut Sanjaya 2009:196 adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
4
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Selain strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, perlu juga dipertimbangkan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia. Oleh sebab itu, pembahasan dalam penelitian ini termasuk gaya belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia. Setiap manusia memiliki gaya belajar tersendiri dalam
menjalankan proses suatu pembelajaran. Gaya belajar dapat dipengaruhi kebiasaan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan persoalan yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang, diantaranya faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian
mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar yang dipaksakan tidak akan bermakna karena dilakukan dengan tidak berdasarkan kehendak hati atau tidak bersumber dari dalam diri. Menurut
Susilo 2009:114 ada banyak gaya belajar yang unik misalnya ada yang tidak bisa belajar bila tidak sambil menonton TV, ada yang tidak bisa konsentrasi bila tidak sambil mendengar musik, ada yang
hanya konsentrasi bila belajar waktu subuh atau di tempat yang sepi. Jadi gaya belajar dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam pembelajaran, yang intinya adalah gaya belajar itu
diharapkan mampu meningkatkan daya serap terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru . Untuk itulah peneliti tertarik membahas dan meneliti peranan gaya belajar dalam pembelajaran.
Bertolak dari uraian di atas, timbul pemikiran bahwa perlunya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menarik untuk mengatasi rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa
yaitu dengan mengubah strategi pembelajaran dan cara belajar siswa di dalam kelas dengan memperhatikan gaya belajar siswa sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Salah satu strategi
pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah strategi pembelajaran masyarakat belajar learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Dalam prinsip ini, ditekankan hasil belajar dapat diperoleh dari sharing antara teman, kelompok, dan antara siswa yang tahu ke siswa yang belum tahu. Sedangkan strategi
pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk berusaha mencari dan memecahkan sendiri persoalan- persoalan yang di alami.
B. Metode Penelitian