Uji Karakter Beberapa Varietas Jagung Hibrida (Zea mays L.) Di Lahan Pasang Surut Pada Perlakuan Pupuk Hayati

UJI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI
LAHAN PASANG SURUT PADA PERLAKUAN PUPUK HAYATI

SKRIPSI

Oleh:
DEWI JULITA SITANGGANG
050307012/ BDP- PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul

Nama

NIM
Departemen
Program Studi

:
:
:
:

: Uji Karakter Beberapa Varietas Jagung Hibrida (Zea
mays L.) di Lahan Pasang Surut pada Perlakuan Pupuk
Hayati
Dewi Julita Sitanggang
050307012
Budidaya Pertanian
Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua


Anggota

( Ir. Yusuf Husni )
NIP: 131 639 807

(Ir. Hot Setiado, MS)
NIP: 131 570 477

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


Dewi Julita sitanggang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter
beberapa varietas jagung hibrida (Zea mays L.) yang ditanam di lahan pasang surut pada
perlakuan pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bagan Deli Belawan
dengan ketinggian tempat + 1 m diatas permukaan laut mulai dari bulan Agustus
samapai November 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor 1 adalah varietas
(Pioneer-12, Bisi-2 dan Jaya 1) dan faktor 2 adalah pupuk (pupuk dasar, 50 % pupuk
dasar + pupuk hayati dan pupuk hayati).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 2 MST, 3 MST, jumlah daun pada 2 MST dan 4 MST, jumlah daun di
atas tongkol, umur berbunga betina, umur panen, jumlah biji pertongkol dan berat biji
pertongkol.. Pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST, umur panen, dan
berat biji pertongkol. Interaksi antara varietas dan pupuk berpengaruh nyata terhadap
umur berbunga betina, jumlah biji pertongkol dan berat biji pertongkol.

Kata kunci: lahan pasang surut, jagung , pupuk hayati

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


Dewi Julita Sitanggang: The objective of the research was to know the character
of maize varieties grown on the marine land applied with the biofertilizer. The research
was conducted in Bagan Deli Belawan area with 1 meter altitude from Agust 2009 to
November 2009. The completely randomized design was used with two factors (variety
dan fertilizer).
The result showed that the variety significantly affected the plant height
(2 weeks planted, 3 weeks planted), the number of leaves (2 weeks planted,

4

weeks planted), the number of leaves above the ear, the time of pistilate flower
bloomed, the time of harvesting, the number of seeds per ear. The fertilizer significantly
affected the number of leave (5 weeks planted), the time of harvesting and the weight of
seeds per ear. Interaction beetwen variety and fertilizer significantly affected the time of
pistilate flower bloomed, the number of seeds per ear and the weight of seeds per ear.

Key word: marine land, maize varieties, biofertilizer

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Dewi Julita Sitanggang, dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1987 di Helvetia,
Kelurahan Medan Helvetia, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, putri dari ayahanda alm. B. Sitanggang dan ibunda R. Gultom.
Pendidikan dasar penulis dimulai pada tahun 1993 di SD HKBP Teladan Gabion,
Kelurahan Bagan Deli, Belawan dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke
SLTP Negeri 5 Medan, kotamadya Medan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang
sama menulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 9 Medan,
kotamadya Medan dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan tahun 2005 melalui jalur PMP (Penerimaan Mahasiswa Prestasi) pada
program studi Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan
Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA) pada tahun 2005/2006 sampai 2009/2010.
Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis dapatkan saat mengikuti Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Karet Sungei Putih pada bulan Juli sampai
Agustus 2009.


Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul skripsi ini adalah ”Uji Karakter Beberapa Verietas Jagung Hibrida (Zea
mays L.) di Lahan Pasang Surut pada Perlakuan Pupuk Hayati” yang merupakan
syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Ir. Yusuf Husni dan Ir. Hot Setiado, MS selaku dosen pembimbing yang
telah banyak mengarahkan, memberi saran, bimbingan dan masukan kepada penulis
sejak persiapan penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada alm. Ayahanda B. Sitanggang
dan Ibunda tercinta R. Gultom, serta adikku Eva dan kakakku Sarina, terima kasih atas
segala dukungan, doa dan semangat. Khususnya kepada ibunda R. Gultom, penulis
mengucapkan terima kasih atas semua dana yang telah diberikan selama penulis
menjalani perkuliahan. Terima kasih juga kepada semua keluarga besar penulis, sanak
saudara untuk dukungan, dana dan doanya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar KUD yang telah
membantu, mendukung penelitian penulis. Terima kasih kepada Desni, Rosdiana, Seri,
Sri Wardani, Wilda, Syaril, Naim, Okta, Swonary dan kawan-kawan BDP’05 untuk
semua dukungan, bantuan dan suka-duka yang dibagi bersama dan terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini.

Universitas Sumatera Utara

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
kemajuan dalam pertanian.

Medan, April 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI


ABSTRAK ......................................................................................................

Hal
i

ABSTRACT ...................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN

Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian..................................................................................
Hipotesis Penelitian ..............................................................................
Kegunaan Penelitian ..............................................................................

1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ...................................................................................
Syarat Tumbuh
Iklim .........................................................................................
Tanah........................................................................................
Varietas ................................................................................................
Heritabilitas ..........................................................................................
Pupuk Hayati........................................................................................
Lahan Pasang Surut ..............................................................................


6
7
8
10
11
13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Analisis Data ........................................................................................

16
16
16
17

5


PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan .................................................................................. 20
Aplikasi Pupuk Dasar ........................................................................... 20
Aplikasi 50 % Pupuk Dasar + pupuk Hayati ......................................... 20

Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Pupuk Hayati .......................................................................... 21
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan ................................................................................... 21
Penyiraman .................................................................................... 21
Penyiangan dan Pembumbunan...................................................... 21
Panen .................................................................................................... 22
Pengeringan dan Pemipilan ................................................................... 22
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm) ................................................................... 22
Jumlah Daun (helai) ...................................................................... 22
Kelengkungan Daun .................................................................... 22
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) ............................................ 23
Umur Berbunga Jantan (hari) ........................................................ 23
Umur Berbunga Betina (Hari) ....................................................... 23
Umur Panen (hari) ........................................................................ 23
Laju Pengisian Biji (gram/hari) ..................................................... 23
Jumlah Biji Pertongkol (biji) ......................................................... 23
Berat Biji Pertongkol (gram) ......................................................... 23
Heritabilitas .................................................................................. 24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm) ..................................................................
Jumlah Daun (helai) .....................................................................
Kelengkungan Daun ....................................................................
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) ...........................................
Umur Berbunga Jantan (hari) .......................................................
Umur Berbunga Betina (hari) .......................................................
Umur Panen (hari) .......................................................................
Laju Pengisian Biji (gram/hari) ....................................................
Jumlah Baris Pertongkol ..............................................................
Jumlah Biji Pertongkol (biji) ........................................................
Berat Biji Pertongkol (gram) ........................................................
Heritabilitas .................................................................................
Pembahasan
Karakter Vegetatif .......................................................................
Karakter generatif ........................................................................
Heritabilitas .................................................................................

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
40
43

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 45
Saran ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

1.

Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 MST-7 MST ................................ 26

2.

Rataan Jumlah Daun (helai) pada 2 MST-7 MST................................... 27

3.

Rataan Kelengkungan Daun .................................................................. 28

4.

Rataan Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) ......................................... 28

5.

Rataan Umur Berbunga Jantan (hari) ..................................................... 29

6.

Rataan Umur Berbunga Betina (hari) ..................................................... 30

7.

Rataan Umur Panen (hari) ..................................................................... 32

8.

Rataan Laju Pengisian Biji (gr/hari) ....................................................... 32

9.

Rataan Jumlah Baris Pertongkol (baris) ................................................. 33

10.

Rataan Jumlah Biji Pertongkol (biji) ...................................................... 34

11.

Rataan Berat Biji Pertongkol (gram) ...................................................... 35

12.

Heritabilitas ........................................................................................... 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Umur Berbunga Betina dari varietas dan Pupuk ............................ 31
2. Diagram Jumlah Biji Pertongkol dari Varietas dan Pupuk ........................... 35
3. Diagram Berat Biji Pertongkol dari Varietas dan Pupuk .............................. 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan .................................................................................... 49
2. Bagan Penelitian.................................................................................... 50
3. Deskripsi Jagung Varietas Pioneer-12.................................................... 51
4. Deskripsi Jagung Varietas Bisi-2 ........................................................... 52
5. Deskripsi Jagung Varietas Jaya-1 .......................................................... 53
6. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST ........................................... 54
7. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 2 MST .............................................. 54
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ......................................... 54
9. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST ........................................... 55
10. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 3 MST .............................................. 55
11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ......................................... 55
12. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST ........................................... 56
13. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 4 MST .............................................. 56
14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ......................................... 56
15. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST ........................................... 57
16. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 5 MST .............................................. 57
17. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ......................................... 57
18. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST ........................................... 58
19. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 6 MST .............................................. 58
20. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ......................................... 58
21. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST ........................................... 59

Universitas Sumatera Utara

22. Tabel Dwi-kasta Tinggi Tanaman 7 MST .............................................. 59
23. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST ......................................... 59
24. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 2 MST ................................................ 60
25. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 2 MST ................................................... 60
26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST .............................................. 60
27. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 3 MST ................................................ 61
28. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 3 MST ................................................... 61
29. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST .............................................. 61
30. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 4 MST ................................................ 62
31. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 4 MST ................................................... 62
32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST .............................................. 62
33. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 5 MST ................................................ 63
34. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 5 MST ................................................... 63
35. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST .............................................. 63
36. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 6 MST ................................................ 64
37. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 6 MST ................................................... 64
38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST .............................................. 64
39. Tabel Pengamatan Jumlah Daun 7 MST ................................................ 65
40. Tabel Dwi-kasta Jumlah Daun 7 MST ................................................... 65
41. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST .............................................. 65
42. Tabel Pengamatan Jumlah Daun di Atas Tongkol .................................. 66
43. Tabel Dwi-Kasta Jumlah Daun di Atas Tongkol .................................... 66
44. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun di Atas Tongkol................................ 66

Universitas Sumatera Utara

45. Tabel Pengamatan Kelengkungan Daun................................................. 67
46. Tabel Dwi-Kasta Kelengkungan Daun ................................................... 67
47. Daftar Sidik Ragam Kelengkungan Daun .............................................. 67
48. Tabel Pengamatan Umur Berbunga Jantan............................................. 68
49. Tabel Dwi-Kasta Umur Berbunga Jantan ............................................... 68
50. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan .......................................... 68
51. Tabel Pengamatan Umur Berbunga Betina ............................................ 69
52. Tabel Dwi-Kasta Umur Berbunga Betina............................................... 69
53. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga Betina .......................................... 69
54. Tabel Pengamatan Umur Panen ............................................................. 70
55. Tabel Dwi-Kasta Umur Panen ............................................................... 70
56. Daftar Sdik Ragam Umur Panen ............................................................ 70
57. Tabel Dwi- Kasta Laju Pengisiam Biji ................................................... 71
58. Daftar Sidik Ragam Laju Pengisian Biji ................................................ 71
59. Tabel Pengamatan Jumlah Baris Pertongkol .......................................... 71
60. Tabel Dwi-Kasta Jumlah Baris Pertongkol ............................................ 72
61. Daftar Sidik Ragam Jumlah Baris Pertongkol ........................................ 72
62. Tabel Pengamatan Jumlah Biji Pertongkol............................................. 72
63. Tabel Dwi-Kasta Jumlah Biji Pertongkol ............................................... 73
64. Daftar Sidik Ragam Jumlah Biji Pertongkol .......................................... 73
65. Tabel Pengamatan Berat Biji Pertongkol ............................................... 73
66. Tabel Dwi-Kasta Berat Biji Pertongkol.................................................. 74
67. Daftar Sidik Ragam Berat Biji Pertongkol ............................................. 74

Universitas Sumatera Utara

68. Gambar 1. Foto Lahan Penelitian Tanaman Jagung ............................... 75
69. Gambar 2. Foto Tongkol Jagung Setiap Kombinasi Perlakuan .............. 77
70. Gambar 3. Foto Biji Jagung Setiap Kombinasi Perlakuan ...................... 78

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Dewi Julita sitanggang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter
beberapa varietas jagung hibrida (Zea mays L.) yang ditanam di lahan pasang surut pada
perlakuan pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bagan Deli Belawan
dengan ketinggian tempat + 1 m diatas permukaan laut mulai dari bulan Agustus
samapai November 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor 1 adalah varietas
(Pioneer-12, Bisi-2 dan Jaya 1) dan faktor 2 adalah pupuk (pupuk dasar, 50 % pupuk
dasar + pupuk hayati dan pupuk hayati).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 2 MST, 3 MST, jumlah daun pada 2 MST dan 4 MST, jumlah daun di
atas tongkol, umur berbunga betina, umur panen, jumlah biji pertongkol dan berat biji
pertongkol.. Pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST, umur panen, dan
berat biji pertongkol. Interaksi antara varietas dan pupuk berpengaruh nyata terhadap
umur berbunga betina, jumlah biji pertongkol dan berat biji pertongkol.

Kata kunci: lahan pasang surut, jagung , pupuk hayati

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Dewi Julita Sitanggang: The objective of the research was to know the character
of maize varieties grown on the marine land applied with the biofertilizer. The research
was conducted in Bagan Deli Belawan area with 1 meter altitude from Agust 2009 to
November 2009. The completely randomized design was used with two factors (variety
dan fertilizer).
The result showed that the variety significantly affected the plant height
(2 weeks planted, 3 weeks planted), the number of leaves (2 weeks planted,

4

weeks planted), the number of leaves above the ear, the time of pistilate flower
bloomed, the time of harvesting, the number of seeds per ear. The fertilizer significantly
affected the number of leave (5 weeks planted), the time of harvesting and the weight of
seeds per ear. Interaction beetwen variety and fertilizer significantly affected the time of
pistilate flower bloomed, the number of seeds per ear and the weight of seeds per ear.

Key word: marine land, maize varieties, biofertilizer

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung diduga berasal dari tanaman Teosinte (Zea mexicana) yang
dianggap sebagai kerabat terdekatnya. Teosinte merupakan tanaman asli di Mexico dan
Guatemala yang telah ada sejak 7000 tahun lalu. Mengenai daerah asal jagung terdapat
beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari Asia dan adapula yang
mengatakan dari Afrika, tetapi yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan dari
Amerika Tengah sekitar Mexico (Rukmana, 1997).
Kebutuhan jagung terus meningkat, baik pangan maupun pakan ternak dan
bahan baku industri. Pada saat ini produksi tidak memadai terpaksa impor dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor jagung 1,80 ton
dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi dipacu.
Peluang meningkatkan produksi jagung sebenarnya masih terbuka lebar baik melalui
perluasan

areal

tanam

maupun

peningkatan

produktivitas

(baliseral litbang.deptan.go.id, 2008).
Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi jagung adalah penggunaan
varietas unggul. Varietas sangat perlu diperhatikan untuk menunjang peningkatan
produksi jagung. Selain varietas upaya lain yang dapat diterapkan meningkatkan
produksi jagung diantaranya memperluas aral pertanaman. Bila berhasil menambah
areal baru sampai ratusan ribu hektar maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara
nyata di tingkat nasional (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Namun saat ini areal pertanian di Indonesia sudah semakin sempit karena
semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Areal pertanian saat ini telah
berganti menjadi areal pemukiman sedangkan kebutuhan jagung terus meningkat. Lahan
pasang surut merupakan salah satu lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan
pertanaman bagi jagung karena lahan pasang surut merupakan salah satu jenis lahan
yang potensial untuk pertanaman jagung. Di Indonesia lahan pasang surut masih cukup
luas dan belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Masalah utama yang dihadapi
untuk membudidayakan tanaman pangan di lahan pasang surut adalah tingkat kesuburan
tanah yang rendah, keadaan tanah masam (pH 3-5) dan tingkat kelarutan mineral
aluminium (Al) dan besi (Fe) masih tinggi sehingga mempengaruhi ketersediaan fosfat
dalam tanah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
pemberian kapur dan fosfat pada lahan pasang surut. Selain itu, dibutuhkan pengolahan
lahan

secara

khusus

sesuai

dengan

tipe

lahan

pasang

surut

(Adisarwanto dan Widyastuti, 2002).
Indonesia memiliki daerah pasang surut sekitar 39,4 juta ha. Dari luasan tersebut
sekitar 6,7 juta ha memiliki potensi untuk pengembangan pertanian. Pemerintah
Indonesia telah mengembangkan areal pasang surut ini untuk pemukiman transmigrasi
dan program utamanya adalah pengembangan padi dan tanaman pangan lainnya.
Banyak kendala dalam melaksanakan program ini, terutama areal yang tak tergenangi
oleh air pasang yaitu pada tipe luapan C dan D dimana kedalaman air tanahnya 50 cm
dari permukaan tanah. Kendala lainnya adalah di bawah permukaan tanah daerah
pasang surut terdapat lapisan pirit (FeS2). Pada saat musim kemarau, permukaan lahan
menjadi pecah dan lapisan pirit akan teroksidasi yang kemudian menghasilkan Fe+2 dan

Universitas Sumatera Utara

So4+ . Dibawah kondisi ini semua tanaman semusim seperti padi, jagung, kacang kedelai
dan

tanaman

lainnya

tidak

bisa

tumbuh

dan

pendapatan

petani

hilang

(Buurman and Balsem, 1990).
Upaya memperbaiki lahan pasang surut agar pertanaman jagung dapat tumbuh
dengan normal akibat tingkat kesuburan tanah rendah, keadaan tanah masam (pH 3-5)
dan tingkat kelarutan mineral aluminium (Al) dan besi (Fe) masih tinggi maka
diperlukan pemupukan yang tepat dibarengi dengan pemberian pupuk hayati.
Peningkatan produktivitas tanaman dengan pupuk hayati merupakan langkah yang
bijaksana mengingat akhir-akhir ini terjadi peningkatan tekanan konsumen yang
menghendaki produk pertanaman yang bebas residu pestisida agar produk tersebut aman
dikonsumsi dan terciptanya lingkungan yang sehat (Sutanto, 2002). Oleh sebab itu perlu
dicari teknologi alternatif yang selain dapat mengatasi kendala tanah masan namun juga
mampu menghasilkan produk yang diterima konsumen dan ramah lingkungan.
Salah satu teknologi alternatif yang perlu dikembangkan adalah pupuk hayati
inokolum jasad renik tanah (bakteri pelarut fosfat, bakteri penyelamat nitrogen,
mikoriza dan sebagainya). Pupuk hayati Tiens Goldens Harvest adalah terobosan
teknologi pemupukan yang dapat dikembangkan dengan teknologi Agricultural Growth
Promoting Innoculants (AGPI) yaitu inokolum, campuran yang berbentuk cair yang
mengandung beberapa mikroba asli Indonesia. Mikroba-mikroba tersebut sangat
dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain: Azospirilium sp,
Azotobacter sp, mikroba pelarut fosfat, Lactobacillus sp, dan mikroba pendegradasi
selulosa.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melihat karakter beberapa
varietas jagung hibrida (Zea mays L.) di lahan pasang surut pada perlakuan pupuk
hayati.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakter beberapa varietas jagung hibrida (Zea mays L.) di
lahan pasang surut pada perlakuan pupuk hayati.
Hipotesis Penelitian
-

Diduga ada pengaruh varietas terhadap karakter jagung hibrida (Zea mays L.)
yang ditanam di lahan pasang surut.

-

Diduga ada pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap karakter jagung hibrida
(Zea mays L.) yang ditanam di lahan pasang surut.

-

Diduga ada interaksi antar varietas dan pemberian pupuk hayati terhadap karakter
jagung hibrida (Zea mays L.) yang ditanam di lahan pasang surut.
Kegunaan Penelitian

-

Penelitian ini berguna dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung termasuk
dalam kelas monocotyledoneae, ordo poales, famili graminae, genus zea dan spesies
Zea mays L.
Sistem perakaran pada tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal
dan akar udara. Akar seminal merupakan akar-akar radikal atau akar primer ditambah
dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar buku
pertama di atas pangkal batang. Akar-akar ini tumbuh ke atas dari jaringan batang
setelah plumula muncul. Akar udara merupakan akar yang tumbuh dari buku-buku di
atas permukaan tanah, tetapi dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara berfungsi sebagai
pendukung untuk memperkokoh batang terhadap perubahan dan juga berperan dalam
proses asimilasi (Rukmana, 1997).
Pola distribusi daun yang mengekspresikan bentuk kanopi, selanjutnya akan
menentukan banyaknya intersepsi cahaya yang terkait dengan laju fotosintesis tanaman.
Pola distribusi daun dapat berupa sudut daun, kelengkungan daun dan jumlah daun
terutama jumlah daun di atas tongkol (Muhadjir, 1988).
Menurut Rubatzky and Yamaguchi (1995) batang tanaman jagung memiliki
ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas.
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri
dari 8-40 helai, tergantung pada varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak

Universitas Sumatera Utara

daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang.
Antara kelopak daun dan helaian

terdapat lidah daun yang disebut ligula

(Warisno, 1998).
Karateristik jumlah daun untuk kebanyakan kultivar jagung berjumlah antara 1421 helai, tinggi dan kedewasaan jagung sangat erat hubungannya dengan jumlah daun
(Najiyati dan Danarti, 1999).
Pada setiap tanaman jagung terdapat bunga jantan dan bunga betina yang
letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat

pada malai bunga di ujung tanaman,

sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini biasanya
disebut tongkol, selalu dibungkus kelopak-kelopak yang jumlahnya sekitar 6-14 helai.
Tangkai kepala putik merupakan rambut atau benang yang terurai di ujung tongkol
sehingga kepala putiknya menggantung di luar tongkol. Bunga jantan yang terdapat di
ujung tanaman masak lebih dahulu daripada bunga betina (Warisno, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh
baik di daerah yang terletak antara 500 LU - 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27-320C.
Pada proses perkecambahan

benih,

jagung

memerlukan suhu

sekitar 300 C

(Purwono dan Hartono, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh di dataran tinggi ±1300 m dpl.
Panen pada musim kemarau berpengaruh terhadap semakin cepatnya kemasakan biji
dan proses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung menghendaki penyinaran matahari penuh. Di tempat- tempat
yang teduh, pertumbuhan tanaman jagung akan merana dan tidak mampu membentuk
buah (Najiyati dan Danarti, 1999).
Tanah
Tanah andosol banyak mengandung humus, tanaman jagung dapat tumbuh
dengan baik asalkan pH-nya memenuhi syarat. Demikian juga tanah latosol yang
mengandung bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah berpasir pun tanaman
jagung bisa tumbuh dengan baik asalkan kandungan unsur hara yang ada di dalamnya
tersedia dan mencukupi. Pada tanah berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol,
jagung masih dapat tumbuh dengan baik asalkan drainase dan aerase diperhatikan.
Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung hibrida adalah tanah lempung
berpasir, lempung berdebu dan lempung (Warisno, 1998).
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,57,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada pH
6,8. Pada tanah yang memiliki keadaan pH 7,5 dan 5,7 produksi jagung cenderung turun
(Rukmana,1997).
Produksi jagung dapat berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh
perbedaan kesuburan tanah dan ketersediaan air , dan varietas yang ditanam. Variasi
lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotIpe dengan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

yang berarti arkeologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat
memperoleh produktivitas optimal (Iriany et all, 2008).
Adanya bentuk-bentuk yang berbeda dari suatu jenis tanaman terjadi akibat
tanggapan

tanaman

tersebut

terhadap

lingkungan

tempat

tumbuhnya

(Djafar et all ,1990).
Varietas
Varietas adalah individu tanaman yang memiliki sifat yang dapat dipertahankan
setelah melewati berbagai proses pengujian keturunan. Varietas berdasarkan teknik
pembentukannya dibedakan atas: varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas
komposit (Mangoendidjojo, 2003).
Keragaman tanaman

jagung

pada

tingkat

umur

yang

berbeda

akan

memperlihatkan pertumbuhan yang berbeda karena selain faktor genetik juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Sutoro, 1988).
Apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanam
dianggap mempunyai susunan genetik yang sama (berasal dari jenis tanaman yang
sama) dan ditanam pada tempat yang sama, ini berarti cara yang diterapkan tidak
mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan atau
kedua-duanya, perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab
keragaman penampilan tanaman. Hal ini menyatakan keragaman penampilan tanaman
akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanam yang digunakan
berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu
pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida.
Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada varietas bersari bebas
karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur
penyusunnya, dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas
hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan yang
produktivitasnya tinggi (Kartasapoetra, 1988).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (I) Perbedaan yang
ditentukan oleh keadaan luar, yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (II)
Perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu
fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu merupakan hasil interaksi antara
genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu
tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau oleh lingkungan, ada
kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh
perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Lovelles, 1989).
Karakter nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih
berperan dalam menunjukkan variasi fenotip antar genotip dibandingkan dengan faktor
lingkungan. Seleksi untuk karakter yang demikian akan memiliki kemajuan genetik
yang lebih tinggi, karena sifat yang dikendalikan secara kuat dikendalikan oleh faktor
genetik (Moedjiono dan Mejaya, 1994)
Hasil maksimum dapat dicapai bila kultivar unggul menerima respons terhadap
kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya. Semua kombinasi in
put ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi (Nasir, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman
penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan
tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu
mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Heritabilitas
Fenotip merupakan interaksi antara genotip dengan lingkungan. Ini berarti
bahwa besaran fenotip sebagian ditentukan oleh pengaruh genotip dan sebagian
pengaruh lingkungan. Untuk dapat menaksir peran genotip dan lingkungan dapat
dihitung melalui keragaman fenotip pada suatu populasi (Poespodarsono, 1988).
Heritabilitas didefinisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan oleh
faktor genetis terhadap keragaman fenotip dari suatu populasi. Keragaman variasi dari
suatu populasi disebabkan oleh faktor genetis (V2g) dan faktor lingkungan (V2e)
(Hasyim, 1999).
Sesuai dengan komponen varian genetiknya, kemudian dibedakan adanya
heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit
(narrow sense heritability). Heritabilitas dalam arti luas, merupakan perbandingan
antara varian genetik total dengan varian fenotip. Heritabilitas dalam arti sempit
merupakan

perbandingan

antara

varian

aditif

dengan

varian

fenotip

(Mangoendidjojo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang timbul oleh suatu karakter
didominasi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Dengan demikian pemulia
tanaman dapat memperkirakan karakter yang akan memberikan respon terhadap usaha
perbaikan yang dilakukan yaitu karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi
(Sjamsudin, 1990).
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 ialah bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
terletak pada kedua nilai ekstrim tersebut. seleksi akan sangat efektif pada tanaman
yang heritabilitasnya tinggi (Welsh, 1991).
Heritabilitas dinyatakan dengan persentase dan merupakan bagian pengaruh
genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya.
Heritabilitas tinggi menunjukkan varian genetik besar dan varian lingkungan kecil
(Crowder, 1997).Heritabilitas dapat diperbesar atau varian genotipe diperkecil
(Wahdan et al, 1996).
Keragaman sebagai akibat faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhui penampilan fenotip
tanaman (Makmur 1992).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati adalah pupuk berisi mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk
meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah dan udara. Umumnya
digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya.

Universitas Sumatera Utara

Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur
hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas
dan pertumbuhannya. Mikrobia yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer)
dapat diberikan langsung kedalam tanah disertakan dalam pupuk organik atau
disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini
adalah mikrobia penambat Nitrogen (N) dan mikrobia untuk meningkatkan ketersediaan
Posfor (P) dalam tanah (Warta, 2007).
Pupuk hayati merupakan suatu bahan yang mengandung mikroorganisme
bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman melalui
peningkatan aktivitas biologi yang akhirnya dapat berinteraksi dengan sifat-sifat fisik
dan kimia media tumbuh (tanah). Mikroorganisme yang umum digunakan ialah
mikrobia penambat N, pelarut Fosfat dan pemantap agregat (Subba Rao, 1982).
Pupuk hayati mempunyai perbedaan yang besar dibandingkan dengan pupuk
kimia yaitu respon tanaman yang lambat terhadap pemberian serta ketersediaan hara
yang tidak secara langsung. Penyediaan hara maupun dampak terhadap lingkungan.
Pupuk hayati memiliki ciri yaitu respon tanaman terhadap pemberian pupuk lambat,
tanaman target nya luas, penyediaan hara secara tidak langsung karena harus
bersimbiosis dengan tanaman inang dan proses dengan tanaman secara biologi
(Damanik dkk, 2009).
Tiens Golden Harvest adalah pupuk dengan bahan aktif Mikrobia Indegenous
asli Indonesia ramah lingkungan (tidak mengandung logam berat As, Pb, Cd dan
mikroba patogen, Salmonella SP) keuntungan dari Tiens Golden Harvest: biaya
produksi efisien, hasil panen optimal, jika dipadukan dengan pupuk kimia bisa

Universitas Sumatera Utara

menghemat sebesar 40-50 %, mengurangi timbulnya gulma pada tanaman, dapat
memecah pestisida dengan residu 0 %, penampilan tanaman lebih sehat dan segar,
kesuburan lahan terjaga (http://www.ads-id.com/pupuk-golden-harvest-tiens/, 2009).
Azotobakter dapat mengasilkan hormon tumbuh dalam kompos mikrobial dan
melalui proses imbibisi masuk kedalam biji yang berkecambah. Hormon ini adalah
auksin dan IAA. IAA ini dapat diproduksi sebanyak 0,05-1,0 mikrogram/cairan kultur.
Selain IAA juga ditemukan adanya 20 mikrogram atau lebih ZPT /ml asam giberelat
ditambahkan kedalam sejumlah biji atau akar diperlukan dosis 5 mikrogram untuk
mendapatkan pengaruh kultur azotobakter. Dalam kaitannya dengan ZPT tanaman yang
berasosiasi dengan azospirilium diperoleh banyak keuntungan antara lain : karena
adanya suplai : hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin yang diproduksi dalan
kondisi tertentu, auksin ini berfungsi memacu pembentukan akar, sehingga serapan akar
terhadap hara seperti N.P.K dan air diperluas.
Lahan Pasang Surut
Secara umun lahan pasang surut merupakan lingkungan pengendapan bahan
baru yang terbagi menjadi kelompok alluvial, kelompok marin dan kelompok kubah
gambut (Ananto et al., 2000). Sedangkan Widjaj-adhi dan Alihamsah (1998)
mengemukakan bahwa pada kelompok marin biasanya terdapat tanah yang menyerupai
pirit. Menurut Dent (1989) lingkungan yang tergenang oleh air salin atau air payau kaya
akan bahan organik yang berasal dari tumbuhan pantai seperti api-api, bakau, mangrove
dan nipah. Hal ini merupakan kondisi yang sesuai dengan nama pirit (cubic pyrite:
FeS2) dan merupakan sumber permasalahan pada lahan pasang usaha pertanian.
Permasalahan pada lahan pasang surut dengan keragamam kondisi fisiko-kimia yang

Universitas Sumatera Utara

tinggi, terutama berpangkal pada terdapatnya lapisan pirit atau bahan sulfidik tersebut,
dan bila mengalami oksidasi akan menimbilkan proses pemasaman. Berdasarkan
jangkauan pasang surut payau/salin, zona pasang surut air tawar dan zona non pasang
surut atau rawa lebak (Widjaja Addi, 1992).
Selain dikelompokkan berdasarkan tipologi lahan maka lahan pasang surut
dikelompokkan berdasarkan jangkauan air pasang atau ketinggian muka air/genangan
yang dikenal dengan tipe luapan. Tipe luapan lahan pasang surut dibagi berdasarkan
siklus pasang bulanan menjadi tipe luapan A,B,C dan D (Ananto et al., 2000). Lahan
bertipe A selalu terluapi air pasang besar maupun kecil, baik pada musim kemarau,
sedangkan lahan bertipe B hanya terluapi air pasang pada saat musim hujan saja. Lahan
bertipe C tidak terluapi air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya kurang dari 50
cm, sedangkan lahan bertipe D seperti halnya tipe luapan C namun kedalaman airnya
lebih dari 50 cm.
Areal lahan dengan tipe lahan C dan D ini mencakup sekitar 60 % dari total
lahan yang sudah dibuka. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
tanaman pangan pada areal lahan dengan tipe luapan C dan D adalah:
1. Munculnya racun dari oksidasi pirit (FeS2) dimana pada saat kering/musim
kemarau/persiapan lahan dengan cara pembakaran akan menyebabkan kondisi
tanah menjadi pecah dan O2 dari udara masuk kedalam lapisan pirit. Apabila
udara masuk ke lapisan ini maka akan terjadi oksidasi yang menghasilkan Fe+2
dan So4+ yang dapat meracuni tanaman dan kondisi tanah menjadi sangat
masam. Pada kondisi tanah keracunan oksidasi pirit pada umumnya tanaman

Universitas Sumatera Utara

pangan seperti padi, jagung dan tanaman musim lainnya tidak bisa tumbuh
dengan baik dan akan terjadi kegagalan panen.
2. Akibat pembakaran pada daerah yang bergambut mengakibatkan terbentuknya
pasir semu yang tidak memiliki unsur hara sehingga tanaman semusim tidak
mampu tumbuh dengan baik dan tidak mampu berproduksi
3. Terjadinya serangan hama dan penyakit tikus angin dan penyakit Blast pada
tanaman pangan
4. Kondisi lahan yang tidak tergenangi dan lembab menyebabkan perkembangan
gulma

Imperata

cylindrica

di

areal

itu

menjadi

cepat

(Buurman and Balsem, 1990).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan dengan ketinggian tempat + 1 m di atas permukaan laut. Penelitian ini
dilaksanakan mulai Juli 2009 sampai dengan Oktober 2009.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman jagung
varietas hibrida yakni P12, Bisi 2 dan Jaya 1 sebagai objek pengamatan, pupuk dasar
(Urea, SP-36, KCl) dan pupuk hayati Golden Harvest sebagai perlakuan, insektisida
decis 2,5 EC untuk megendalikan hama, air untuk menyiram tanaman, tali plastik dan
bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan
lahan dari gulma dan sampah, timbangan analitik untuk menimbang kebutuhan pupuk
dasar dan untuk menimbang produksi tanaman, gelas ukur untuk aplikasi pupuk hayati,
gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi
tanaman, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor
perlakuan yaitu:
Faktor I

: Varietas (V) yang terdiri dari 3 varietas hibrida, yaitu :
V1 = Pioneer 12

Universitas Sumatera Utara

V2 = Bisi 2
V3 = Jaya 1
Faktor II

: Pupuk (P) terdiri dari 3 kategori, yaitu:
P0 = kontrol (pupuk dasar)
P1 = 50 % pupuk dasar + pupuk hayati
P3 = Pupuk Hayati

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 9, yaitu :
V1P0

V2P0

V3P0

V1P1

V2P1

V3P1

V1P2

V2P2

V3P2

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 27 plot

Jarak tanam

: 25 cm x 75 cm

Luas plot

: 100 cm x 200 cm

Jumlah tanaman per plot

: 12 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 2 tanaman

Jumlah tanaman sampel

: 54 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 324 tanaman

Jarak antar blok

: 50 cm

Jarak antar plot

: 30 cm
Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear aditif
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3

j = 1,2,3,4,5

k = 1,2,

Dimana:
Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan varietas (V) ke-j dan
pengaruh pupuk (P) ke-k

µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek perlakuan varietas ke-j.

βk

: Efek perlakuan pupuk ke-k.

(αβ)jk : Interaksi antara varietas ke-j dan pupuk ke-k.
εijk

: Galat dari blok ke-i, varietas ke-j dan pupuk ke-k.
Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf α = 5 %. Uji interaksi dilakukan dengan
uji simple effect.
Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan keragaman fenotip
disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan heritabilitas

Dimana :
H2

: Nilai duga heritabilitas

σ2g

: Varian genotip

Universitas Sumatera Utara

σ2

: KT Error

Kriteria nilai heritabilitas menurut Standsfield (1991) adalah :
H tinggi > 0,5
H sedang = 0,2 – 0,5
H rendah < 0,2

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 100 cm x 200
cm, jarak antar ulangan 50 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm
sebagai drainase. Tanah diolah dengan kedalaman 20 cm sampai tanah gembur.
Aplikasi Pupuk Dasar
Pupuk urea diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
berumur 3 minggu setelah tanam dengan dosis pupuk urea 150 kg/ha, sedangkan pupuk
KCl dan pupuk TSP diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu dengan dosis
pupuk KCl 100 kg/ha dan pupuk TSP 100 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan secara
larikan.
Aplikasi 50 % Pupuk Dasar + Pupuk Hayati
Aplikasi 50 % pupuk dasar + pupuk hayati dilakukan sesuai dengan perlakuan
masing-masing. Pupuk urea diberikan 2 kali yaitu 1/3 pada saat tanam dan 2/3 pada saat
tanaman berumur 3 minggu dengan dosis 75 kg/ha, pupuk KCl 50 kg/ha dan pupuk TSP
100 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan secara larikan. Kemudian disusul pemberian
pupuk hayati 5 hari setelah pemberian pupuk dasar sebanyak 4 kali yaitu pada saat
tanaman berumur 10 HST (4 ml/tanaman), 20 HST (2 ml/tanaman), 30 HST (2
ml/tanaman) dan 40 HST (2 ml/tanaman). Aplikasi dilakukan dengan menggunakan
gelas ukur.

Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Pupuk Hayati
Aplikasi pupuk hayati diberikan sesuai dengan perlakuan masingmasing. Pupuk hayati diberikan 4 kali yaitu pada saat tanaman berumur 10 HST (4
ml/tanaman), 20 HST (2 ml/tanaman), 30 HST (2 ml/tanaman) dan 40 HST (2
ml/tanaman). Aplikasi dilakukan dengan menggunakan gelas ukur.
Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 mst. Penjarangan dilakukan
sehingga pada setiap lubang tanam hanya terdapat 1 tanaman.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Penyiangan dan Pembumbunan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual untuk membersihkan gulma
atau dengan menggunakan cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal
pe