Pengaruh Variasi Topografi terhadap Propagasi Tipe Daerah dan Model Propagasi

kemungkinan sinyal yang diterima penerima juga berasal dari BTS lain yang mempunyai frekuensi yang sama dengan BTS di pusat sel dimana penerima berbeda. 4. Derau Sinyal radio yang dipancarkan dari BTS ke MS akan mengalami gangguan derau. Sumber-sumber derau yang dapat mempengaruhi sinyal radio tersebut adalah derau alami seperti derau termal, derau atmosfer, derau galaktik, derau matahari dan derau buatan manusia seperti dari fasilitas pembangkit listrik, sistem penerangan, dan derau dari mesin kenderaan bermotor. 5. Doppler shift Doppler shift merupakan perubahan frekuensi radio yang disebabkan oleh gerakan MS. Pergeseran frekuensi ini tergantung dari arah dan kecepatan MS yang akan menyebabkan modulasi frekuensi acak pada sinyal radio bergerak [9].

2.9 Pengaruh Variasi Topografi terhadap Propagasi

Mekanisme dari propagasi gelombang radio dan gangguan yang mempengaruhi penerimaan sinyal dapat disebabkan oleh kondisi topografi yang berbeda-beda. Hal inilah yang nantinya menyebabkan terjadinya refleksi, difraksi dan scattering. Dengan adanya variasi topografi maka tipe propagasi dibagi menjadi dua yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Line of Sight LOS Line of sight adalah keadaan dimana antara pemancar dan penerima saling terlihat, tidak terhalang oleh apapun. Antara pemancar dan penerima berada pada satu garis lurus. Gambar 2.14 Line of Sight LOS [9] Gambar 2.14 menjelaskan zona Fresnel merupakan area disekitar LOS visual yang disebarkandipancarkan oleh gelombang radio sampai setelah gelombang radio tersebut meninggalkan antena transmisi. Di area ini harus jelasbersihtidak ada objek apapun atau kekuatan sinyalnya akan melemah dimana d merupakan jarak antara kedua antena transmitter dan receiver dan b merupakan jari-jari dari Fresnel pertama. 2. Non Line of Sight NLOS Non Line of Sight adalah keadaan dimana antara pemancar dan penerima sinyal terdapat gangguan pada zona Fresnel yaitu berupa objek fisik. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.15 menunjukkan bahwa disekitar zona Fresnel terdapat obstacle seperti pepohonan sehingga menggangu transmisi sinyal oleh karena itu disebut sebagai NLOS[5]. Gambar 2.15 Non Line of Sight [5]

2.10 Tipe Daerah dan Model Propagasi

Bentuk muka bumi mempengaruhi propagasi gelombang radio. Daerah yang memiliki perbukitan daerah pegunungan berbeda dengan daerah dengan gedung- gedung tinggi daerah perkotaan. Pembagian tipe daerah dibedakan berdasarkan struktur yang dibuat manusia human-made structure dan keadaan alami daerah, tipe-tipe tersebut yaitu [6] : 1. Daerah Rural, jumlah bangunan sedikit dan jarang, alam terbuka. Contoh : Pedesaan. Universitas Sumatera Utara 2. Daerah Suburban, jumlah bangunan yang mulai padat, tinggi rata-rata antara 12- 20 m dan lebar 18-30 m. Contoh : Kota-kota kecil, Pinggiran kota. 3. Daerah Urban, memiliki gedung-gedung yang rapat dan tinggi. Dibagi menjadi Small or Medium City dimana lingkungan ini berupa gedung bertingkat dengan ketinggian rata-rata kurang dari 5 tingkat, lebar jalan kurang dari 15 m dan Large City, lingkungan ini berupa gedung bertingkat dengan tinggi rata-rata lebih dari 5 tingkat, lebar jalan lebih dari 15 m. Contoh : Daerah pusat kota baik metropolis maupun kota menengah [5]. Pemilihan model propagasi didasarkan pada tipe daerah, ketinggian antena, frekuensi yang digunakan dan beberapa parameter lainnya. Beberapa model yang sering digunakan untuk memprediksi propagasi gelombang radio beserta karakteristiknya adalah sebagai berikut [10] : 1. Model Okumura, cocok untuk daerah urban dan suburban, model Okumura adalah model perambatan radio yang dibangun dengan menggunakan data yang dikumpulkan di kota Tokyo, Jepang. Model ini ideal untuk digunakan di kota- kota dengan banyak struktur perkotaan tapi tidak banyak struktur blocking tinggi. Model ini cocok dengan frekuensi pembawa antara 100 MHz-1 GHz. Model ini menjabat sebagai dasar untuk model Hatta [5]. 2. Model Hatta, merupakan bentuk persamaan empirik dari kurva redaman lintasan yang dibuat oleh Okumura, karena itu model ini lebih sering disebut sebagai model Okumura-Hatta. Model ini cocok untuk daerah urban, suburban dan rural, Universitas Sumatera Utara frekuensi pembawa antara 150-1500 MHz dengan tinggi antena 30-200 meter, tinggi MS 1-10 meter, dan jarak antara antena pemancar dan MS 1-20 kilometer [5]. 3. Model COST 231 Walfisch-Ikegami WIM, model ini hasil dari penelitian dibawah badan Cooperation Scientific and Technical Research COST dengan kode project COST-231, yang kemudian diadopsi oleh ITU untuk standar selular dan PCS. Pemodelan COST-231 atau disebut juga pemodelan Walfisch-Ikegami adalah kombinasi antara model empiris dan semideterministik untuk estimasi mean path loss pada daerah urban. Pada aplikasinya dapat digunakan pada sistem GSM dan CDMA jika ingin memasukkan unsur tambahan tinggi gedung rata-rata, separasi antar gedung lebar jalan, sudut kedatangan sinyal terhadap jalan [9]. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Mobile komunikasi merupakan layanan telekomunikasi yang memiliki kemampuan untuk berpindah bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Seiring dengan perkembangan layanan telekomunikasi yang telah ada saat ini, dan banyaknya feature dimana semua user mengharapkan service yang maksimum dari penyedia jenis layanan telekomunikasi dalam hal ini operator Telkomsel, maka sudah seharusnya Telkomsel dapat memberikan layanan yang baik kepada masing-masing pelanggannya dengan membangun suatu BTS yang memiliki kinerja maksimal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun suatu BTS, yaitu penentuan lokasi BTS harus benar-benar diperhatikan sebelum membangun suatu BTS. Selain itu perangkat yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan daerah BTS yang akan dibangun, sebab perangkat-perangkat yang digunakan sangat menunjang kinerja BTS tersebut. Hal terakhir yang harus diperhatikan adalah analisis link budget BTS agar perencanaan jaringan komunikasi GSM dapat mencapai hasil yang maksimal. Gambar 3.1 merupakan diagram alir flowchart dari pembangunan BTS rooftop Cemara IV. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara Iv Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus PT. Telkomsel

1 58 97

Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara IV Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus Pt. Telkomsel

2 63 97

Analisis Perhitungan Link Budget Indoor Penetration (WCDMA) Wideband Code Division Multiple Acces Dan (HSDPA) High Speed Downlink Packet Acces (Studi Kasus PT. XL AXIATA Tbk.)

3 63 66

Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS (Base Transceiver Station) (Aplikasi pada PT. Telkomsel - Banda Aceh)

17 124 104

Optimasi Perencanaan Jumlah Base Transceiver Station (BTS) dan Kapasitas Trafik BTS Menggunakan Pendekatan Goal Programming pada Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis GSM

0 1 6

PENINGKATAN KAPASITAS SEL PADA SISTEM SELULER GSM

0 0 15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telekomunikasi Seluler Global System for Mobile Communication (GSM) - Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara Iv Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus PT. Telkomsel

0 0 29

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Teknik Elektro S

0 0 21

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telekomunikasi Seluler Global System for Mobile Communication (GSM) - Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara IV Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus PT Telkomsel

0 0 29

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Teknik Elektro S

0 0 21