Hak Milik Ruang Lingkup Hak Milik dan Hak Pakai

2.8.1 Hak Milik

1. Dasar Hukum Hak Milik Dasar hukum pengaturan hak milik diatur dalam pasal 20 sampai dengan pasal 27 UUPA. 2. Pengertian Hak Milik Dalam pasal 20 ayat 1 ditentukan : bahwa hak milik adalah hak turun yang temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6. Hak milik yang terkuat dan terpenuh adalah sifat-sifat utama dari hak milik yang membedakan dengan hak-hak lainnya. Hak milik adalah yang “terkuat dan terpenuh” yang dapat dipunyai orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti bahwa hak milik itu bersifat “mutlak”, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat sebagimana hak eigendom menurut pengertian yang asli dulu. Karena sifat yang demikian itu terang bertentangan dengan sifat hukum adat dan fungsi sosial dari tiap- tiap hak. Kata “terkuat dan terpenuh” itu bermaksud untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain-lainnya, yaitu untuk menunjukan bahwa diatas hak atas tanah yang dapat dipunyai orang, hanya hak miliklah yang “ter” artinya paling kuat dan terpenuh. Dengan demikian maka hak milik itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Hak milik adalah hak yang terkuat dan terpenuh, artinya hak milik adalah yang paling kuat jika dibandingkan dengan hak-hak lainnya dan dapat dipertahankan oleh pemegang haknya dari gangguan pihak lain. b. Hak milik dapat dibebani dengan hak-hak lainnya, seperti: hak guna usaha, hak pakai, hak sewa dan hak tanggungannya dan hak-hak lainnya. c. Hak milik tidak mempunyai jangka waktu berlakunya, sampai kapanpun dan dapat diwariskan kepada ahli warisnya. d. Hanya hak milik yang dapat diwakafkan, hak-hak lain tidak dapat diwakafkan. e. Hak milik hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia. 3. Subjek Hak Milik Berdasarkan ketentuan pasal 21 UUPA bahwa subjek hak milik itu sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia. b. Badan-badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun badan-badan hukum tertentu yang boleh memiliki hak milik atas tanah telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-badan Hukum yang dapat mempunyai Hak Milik Atas Tanah Lembaran Negara 1963-61. Dalam pasal 1 ditentukan bahwa badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah adalah : a. Bank-bank yang didirikan oleh negara selanjutnya disebut Bank Negara. b. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan atas undang-undang nomor 79 tahun 1958. c. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri PertanianAgraria setelah mendengar Menteri Agama. d. Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri PertanianAgraria setelah mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan bahwa Badan-badan hukum tersebut dapat diberikan hak milik atas tanah adalah keperluan masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan, sosial dan hubungan perekonomian. Pemilik hak atas tanah oleh badan-badan hukum tersebut sepanjang tanah tersebut diperlukan untuk usaha yang berkaitan langsung dengan bidang sosial dan keagamaan. Bagi warga negara asing dan badan hukum asing tidak diperkenankan untuk memperoleh hak milik atas tanah. Hal ini tercermin dalan ketentuan pasal 21 ayat 3 UUPA yang meentukan: ”Orang asing yang sesudah berlakunya undang-undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu didalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu dilepas, maka hak tersebut hapus karena hukumdan tanahnya jatuh kepada negara, dan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.” Demikian pula bagi warga negara rangkap tidak diperkenankan untuk memiliki tanah dengan hak milik. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 21 ayat 4 UUPA: “Selama seseorang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan bagunya berla ku ketentuan dalam ayat 3 pasal ini.” Ketentuan-ketentuan tersebut menunjukan baik warga negara asing maupun warga negara Indonesia yang memiliki kewarganegaraan rangkap dengan kewarganegaraan asing tidak dibolehkan untuk memiliki tanah dengan hak milik di Indonesia. 4. Terjadinya Hak Milik Berdasarkan ketentuan pasal 22 UUPA bahwa hak milik itu dapat terjadi melalui dua cara, yaitu : a. Hak milik terjadinya karena hukum adat yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. b. Hak milik terjadi karena: 1. Penetapan Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 2. Ketentuan undang-undang. 5. Peralihan Hak Milik Pasal 20 ayat 2 UUPA menyatakan: “Hak milik atas tanah dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.” Yang dimaksud dengan beralih adalah bahwa hak milik atas tanah dapat beralih tanpa melalui perbuatan hukum tertentu dari para pihak, atau demi hukum hak milik itu dapat beralih ke pihak lain. Misalnya beralihnya hak milik atas tanah karena pewarisan, yaitu hak milik atas tanah demi hukum akan beralih ke ahli warisnya jika pewaris meniggal dunia. Sedangkan yang dimaksud dengan dialihkan adalah bahwa hak milik atas tanah itu baru bisa beralih atau berpindah kepihak lain apabila dialihkan oleh pihak pemiliknya. Dalam hal ini terjadi suatu perbuatan hukum tertentu antara pemilik dengan pihak lain tersebut, misalnya dengan melalui jal beli, tukar menukar, sewa menyewa, hibah, perwakafan tanah milik, dan sebagainya. Peralihan hak milik dapat dilakukan dengan jual beli, tukar menukar, penghibahan, pemberian dengan wasiat, perwakafan tanha milik, serta menjadikan hak milik sebagai jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan dan karena pelepasan hak. Peralihan hak milik tersebut dapat dilakukan baik untuk selama- lamanya, seperti jual beli lepas, tukar menukar, penghibahan. Pemberian dengan wasiat dan perwakafan tanah milik serta pelepasan hak, maupun peralihan hak untuk sementara waktu seperti menjadikan hak milik sebagai jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan, dan jual beli sementara. Arba 2015 : 100 6. Hapusnya Hak Milik Berdasarkan ketentuan pasal 27 UUPA bahwa hak milik atas tanah hapus bila: a. Tanahnya jatuh kepada negara, 1. karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18, 2. karena penyerahan dengan suka rela oleh pemiliknya, 3. karena ditelantarkan, 4. karena ketentuan pasal 21 ayat 3 dan 26 ayat 2. b. Tanahnya musnah. Tanah ditelantarkan kalau dengan sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan daripada haknya.

2.8.2 Hak Pakai