Tata Cara Pendaftaran Dan Perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

(1)

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEROLEHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

KOTA Disusun oleh :

Nama : SABRINA HASIBUAN

NIM : 072600009

Untuk memenuhi salah satu syarat

Menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI

PERPAJAKAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH:

Nama : SABRINA HASIBUAN

Nim : 072600009

Program Studi : D III Administrasi Perpajakan

Judul : TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEROLEHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA Ketua Prodip III Dosen Pembimbing Supervisor Adm.Perpajakan

Drs.M.H.Thamrin Nst,Msi Siswati Saragih Alfan Jamil NIP. 196401081991021001 NIP. 060078528

Dekan

Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA NIP. 196207031987111001


(3)

PERPAJAKAN LEMBAR PENGESAHAN

Laporan PKLM ini telah diujikan oleh Panitia Penguji Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU

Pada Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tim Majelis Penguji

Tanda Tangan

1. Ketua ( )


(4)

KATA PENGANTAR Asalamualaikum Wr.Wr.

Alhamdililiahirobbil’alamin.Berkst rahmat dan ridho serta kemudahan dari Allah SWT, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan pada Kantor Samsat Pematang Siantar.Yang mana tugas akhir ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagaimana manusia yang tidak terluput dari kekurangan, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini belum cukup sempurna.Masih banyak kelemahan dan kekurangan yang membutuhkan saran dan perbaikan, demi peningkatan kualitas keilmiahan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat dipergunakan dimasa yang akan datang.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidaklah dari pertolongan Allah AWT, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :


(5)

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan pengarahan kepada penulis.

4. Seluruh Dosen Program Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan dan Staff Administrasi.

i

5. Teristimewa sekali buat Ayahanda Muhammad Sutan Jailani Hasibuan dan Ibunda Mahdinah.

6. Kakak tersayang Saprida Hasibuan dan Adik-adik tercinta Sapriani Hasibuan dan Saparuddin Hasibuan.

7. Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan dan seluruh Staff pegawai Seksi Tata Usaha Perpajakan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang banyak memberikan data dan informasi kepada penulis.

8. Buat Seseorang yang ada di hati yang selalu memberikan semangat.

9. Sobat-sobat yang banyak memberikan dukungan (D’Yanie, D’Hana, Pay, Kumeng, Bembenk, Tycka, D’Sucy, K’Tyna, Novin) dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Teman-teman seperjuangan di D-III FISIP USU stambuk 2007, Fitri Anjellina, Amar Hamzah, dan Tri Ismanto.


(6)

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Medan, 17 Juni 2010

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR PUSTAKA ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ...4

C. Ruang Lingkup Paraktik Kerja Lapangan Mandiri...5

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri...6

E. Metode Pengumpulan Data ...7

F. Sistematik Penulisan Laporan ...8

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ...10

B. Visi, Misi, dan Nilai ...22

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ...24


(8)

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan Umum dan Dasar Perpajakan ...32

1. Pengertian Pajak ...32

2. Fungsi Pajak...32

3. Sistem Pemungutan Pajak...33

B. Nomor Pokok Wajib Pajak ...34

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak ...36

2. Pendaftaran Wajib Pajak...37

3. Kewajiban Mendaftarkan Diri ...38

4. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak ...40

5. Pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak...40

6. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ...41

7. Jangka Waktu Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ...41

8. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Memperoleh NPWP ...42

9. Wajib Pajak yang Tidak Mempunyai NPWP ...42

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP pada KPP Pratama Medan Kota ...44

B. Tata Cara Pemberian NPWP dan Pengukuhan PKP Secara Jabatan...51

C. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota...54


(9)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...61 B. Saran ...62


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Melakukan Riset di KPP Pratama Medan Kota

Lampiran 2 : Bagan Organisasi Direktorat Jendral Pajak

Lampiran 3 : Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Kota

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Riset di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota

Lampiran 5 : Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak Untuk Wajib Pajak

Orang Pribadi

Lampiran 6 : Formulir Permohonan Pendftaran Wajib Pajak Untuk Wajib Pajak

Badan/Joint Operation

Lampiran 7 : Surat Keterangan Terdaftar Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi


(11)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam menjalankan roda pemerintahan, bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang seluruh rakyatnya ingin menciptakan negara yang maju dan mempunyai keinginan yang besar untuk membangun bangsa dan negara hendaknya didukung dengan tersedianya dana yang cukup dan memadai untuk pelaksanaan semua program pembangunan yang direncanakan tersebut.

Dana yang dimaksud sebagian besar dari sektor penerimaan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Sumber Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 )

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dimana sistem perpajakan berdasarkan Undang-Undang tersebut adalah sistem self assestment. Sistem self assetsment ini adalah suatu sistem yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang, mulai dari menetapkan, menghitung. Menyetor, sampai


(12)

2

melaporkan sendiri pajak yang terhutang. Dalam sistem ini fiskus tidak ikut campur tangan dan hanya mengawasi.

Dari sistem ini tampak bahwa wajib pajak mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan ketentuan Undang-Undang perpajakan dengan semua peraturan pelaksanaannya. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kesengajaan menggelapkan pajak maka fiskus diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan, penelitian dan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) dari Wajib Pajak yang bersangkutan. Tindakan ini dilakukan untuk melihat kepatuhan dari Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya yang akhirnya akan meningkatkan penerimaan pajak.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak akan memerlukan saranan administrasi yang jelas dan juga mengetahui dengan jelas prosedur untuk menyampaikan serta memenuhi kewajibannya tersebut. Sarana administrasi yang dimaksud adalah Nomor Pokok Wajib Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

Nomor Pokok Wajib Pajak sangatlah perlu bagi Wajib Pajak dan pihak fiskus terutama dalam proses pengadministrasian dokumen atau berkas-berkas perpajakan seperti dalam hal penyortiran, pengarsipan berkas-berkas Wajib Pajak. Prosedur dan tata cara untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak di setiap Kantor Pelayanan Pajak adalah sama. Setiap Wajib Pajak yang memperoleh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib/harus mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib


(13)

Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (orang pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Apabila orang pribadi/badan yang seharusnya mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi orang pribadi/badan tersebut tidak mendaftarkan dirinya, maka dapat dikenakan sanksi perpajakan.

Di sini penulis akan melakukan praktik di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Wilayah kerja Kantor Pelayan Pajak Medan Kota meliputi Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Denai. Untuk itu disini penulis ingin mengetahui jumlah Wajib Pajak yang terdaftar setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

Berdasarkan uraian tersebut diatas,penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) yang merupakan salah satu starat kelulusan dalam program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dengan judul “TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEROLEHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA”.


(14)

4

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Untuk mengetahui tata cara mendaftarkan dan pemberian Nomor Pokok Wajib di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang diberikan kepada Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

4. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi masalah ataupun hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak baik dari pihak fiskus maupun dari pihak Wajib Pajak.

5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :

1. Bagi Mahasiswa

1) Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yang telah dipelajari terhadap masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan dunia kerja dalam upaya


(15)

peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Wajib Pajak Medan Kota.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya pemberian, pengukuhan, dan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak. 3) Mendorong untuk belajar dan berprestasi.

4) Untuk menciptakan dan menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

2. Pihak Kantor Pelayanan Pajak

1) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.

2) Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam hal Sosialisasi Perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang akhirnya akan mengabdikan Ilmu Perpajakan kepada masyarakat.

3. Pihak Universitas

1) Mempererat Hubungan Universitas dengan Kantor Pelayanan Pajak. 2) Menguji pendidikan yang diberikan.

3) Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai penghasil Sumber 4) Daya Manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.

C. Ruang Lingkup Paraktik Kerja Lapangan Mandiri


(16)

6

1. Tata cara pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Tata cara penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak.

3. Tata cara melaksanakan pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. 4. Masalah yang muncul dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis melakukan metode- metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Adapun Metode yang digunakan penulis adalah :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Dalam tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(17)

3. Observasi Lapangan

Didalam tahap ini penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data-data yang ada pada instansi yang bersangkutan mengenai prosedur pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-datayang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja LapanganMandiri antara lain :

- Data Primer (bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota). - Data Skunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, Undang-Undang yang

berhubungan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Analisis dan Evaluasi

Penulis melakukan analisa dan evaluasi sesuai dengan fakta-fakta yang ada secara faktual dan cermat mengenai Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, antara lain :


(18)

8

1. Daftar Pertanyaan

Yaitu dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan.

2. Daftar Observasi

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan atau dasar hukum yang berhubungan dengan tata cara pendaftaran dan perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak.

F. Sistematik Penulisan Laporan A. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(19)

B. BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJALAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum objek/lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkat, serta struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak.

C. BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran tentang data pajak seperti ketentuan perpajakan.

D. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluasi data tersebut.

E. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Pemungutan pajak sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda, namun dengan nama dan system yang berbeda dengan saat ini. Kantor Pelayanan Pajak dulunya disebut dengan Kantor Inspeksi Pajak, dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara Merupakan satu-satunya Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan saat itu. Dan Kantor Pelayanan Pajak inilah yang nantinya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Pada tahun 1975 Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan mencakup wilayah-wilayah meliputi :

1. Kotamadya Medan 2. Kabupaten Langkat 3. Kabupaten Karo

4. Kabupaten Deli Serdang

Pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu : 1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

1

2. Kantor Inspeksi Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Ditahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan


(21)

pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.276/PMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuk dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993, maka pada tanggal 01 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur Merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak perubahan menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat


(22)

12

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kemudian berdasarkan SK No.433/KMK/0.1/2001 tanggal 23 Juli 2001 perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah I Direktorat Jendral PajakSumatera Bagian Utara (KANWIL DJP SUMBAGUT) terhitung mulai tanggal 1 Januari 2002, Kantor Pelayanan Pajak di Medan menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak meliputi :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdomisili di Jl.Diponegoro No.30 A Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berdomisili di Jl. Sukamilia No. 17 A Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berdomosili di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan

5. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang berdomisili di Jl. Jambi No. I Rambung Barat Binjai Selatan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berdomisili di Jl. Asrama No. 7 A Medan


(23)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mulai berlaku I April 2007, Kantor Pajak (KPP) terbagi menjadi :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdomisili di Jl.Diponegoro No.30 A Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berdomisili di Jl. Sukamilia No. 17 A Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berdomosili di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan

5. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang berdomisili di Jl. Jambi No. I Rambung Barat. Binjai Selatan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berdomisili di Jl. Asrama No. 7 A Medan

Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.443/PMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Timur


(24)

14

2) Kecamatan Medan Area 3) Kecamatan Medan Tembung 4) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Barat

2) Kecamatan Medan Sunggal 3) Kecamatan Maedan Petisah 4) Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Kota

2) Kecamatan Medan Denai 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun 3) Kecamatan Medan Baru 4) Kecamatan Medan Tuntungan 5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Belawan


(25)

3) Kecamatan Medan Labuhan 4) Kecamatan Medan Deli 6. Kantor Pelayanan Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan guna pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara I lantai IV dan beralamatkan dijalan Diponegoro No.30 A Medan. Adapun Sejarah Singkat dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001.

b. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.58/KMK.01/2002 tanggal 26 Juli 2002.

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota diatas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 mei 2008 sesuai dengan peraturan Mentri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Mentri Keuangan


(26)

16

Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan peraturan Mentri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.

Sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Tata Kerja Instansi Vertikal Direktotar Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Waji Pajak besar dua, dan KPP Badan Usaha Milik Negara.

2) KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tanggerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Ma dya Jararta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Madya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo. KPP Madya Malang, KPP Madya Balik Papan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3) KPP Pratama

Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam table berikut :


(27)

NO URAIAN KPP WP BESAR KPP MADYA

KPP PRATAMA

1 Skala Wajib Pajak

BUMN & WP Besar Nasional

WP Besar Kanwil (Regional)

WP Menengah Kecil ( SME)

2 Jenis Wajib Pajak Badan (Corporate) Badan (Corporate) dan Ekspatriat

Badan dan OP

3 Jumlah Wajib

Pajak 300-400 200-500 Ribuan

4 Jenis Pajak PPh, PPN, dan PTLL

PPh, PPN, dan PTLL

PPh, PPN, PTLL, PBB, dan

BPHTB

5 PPN Sentralisasi Sentralisasi Disentralisasi

6 P2PPh Disentralisasi Disentralisasi Disentralisasi 7 Penugasan AR Sektor Industri Sektor Industri Wilayah

8 Fungsi

Ekstensifikasi Tidak Ada Tidak Ada Ada 9 Jumlah Eselon

IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10 (Sepuluh)

10 Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Karakteristik dari KPP ini di mulai pada tahun 2002, di mana pada saat itu KPP di bagi menjadi 3 bagian yaitu KPP LTO (large tax office), MTO ( middle tax office), dan STO (small tax office). Pada tahun itu WP hanya berkisar sekitar 300-400 wajib pajak se Indonesia. Di dalam LTO ini lah adanya di sebut sebagai Wajib Pajak Besar karena merupakan penyumbang terbesar se Indonesia. Dan pembagian atau


(28)

18

pengelompokan KPP WP Besar ini mulai berlaku sejak saat modernisasi perpajakan hingga saat ini. Skala wajib pajak KPP WP Besar ini adalah BUMN & WP Besar. BUMN ini seperti Telkom, mandiri, dan WP Besar seperti exsom mobil, caltex. Dengan pajak bersifat nasional dan jenis pajak yang terdiri dari badan ( corporate). Jenis pajak dalam KPP WP Besar ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL ( pajak tidak langsung lain-lain). Dalam PTLL ini termasuk didalamnya penerimaan negara bukan pajak seperti sewa rumah dinas. Pembayaran dalam KPP ini bersifat sentralisasi atau dlakukan di dalam kantor pusat saja, sedangkan untuk P2PPh dapat bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat. Adapun fungsi AR( account representative) ini dIlakukan pada sektor industri.

Selain KPP WP Besar, dalam modernisasi perpajakan ini juga ada KPP Madya. Dalam KPP ini terdiri dari wajib pajak besar yang berada di Kanwil atau Madya. Wajib Pajak besar yang tidak termasuk di dalam KPP WP Besar dimasukkan ke dalam KPP Madya. WP besar di dalam KPP Madya ini merupakan ruang lingkup wajib pajak dalam Kanwil SUMUT 1 yang melakukan pembayaran pajak terbesar di KPP tersebut. Adapun skala wajib pajak bersifat regional dengan jenis pajak badan dan ekspakriat ( Wajib Pajak Luar Negeri) serta jumlah wajib pajak berkisar antara 200- 500 WP. Jenis pajak dalam KPP Madya ini terdiri dari PPh, PPN dan PPTL dengan pembayaran yang juga bersifat sentralisasi atau di KPP Pusat sedangkan P2PPH yang bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat dengan Fungsi AR dibagian sektor industri.


(29)

KPP Pratama juga merupakan pembagian dari jenis KPP pada masa modernisasi yang terdiri dari Wajib Pajak menengah. Tidak termasuk dalam kelompok KPP WP Besar dan KPP Madya. KPP Pratama ini terdiri dari WP OP dan Badan dengan jumlah wajib pajak yang terdiri dari ribuan WP. Jenis pajak yang ada di KPP Pratama ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL, PBB, dan BPHTB. Jenis pembayaran PPN dalam KPP ini bersifat desentralisasi atau dilakukan di KPP setempat dengan fungsi AR yang bekerja di wilayah KPP tersebut.

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini berjumlah 15 KPP Pratama, yaitu, KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan Pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia yang direncanakan telah diselesaikan akhir tahun 2008.  

Sebagai lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik : Organisasi berdasarkan fungsi, sistem informasi yang terintegrasi, sumber daya manusia yang kompeten, sarana kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, penggabungan KPP, KPPBB, dan Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada ke masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya yang sama digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.


(30)

20

Fungsi keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), pengurangan/ penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl.19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya ada di Kanwil.

Fungsi pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa dan Kanwil, dilaksanakan KPP Pratama oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan, sedangkan fungsi pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan semula dilaksanakan oleh Karikpa Kanwil.


(31)

Penggabungan KPP, KP PBB dan KARIKPA


(32)

22

B. Visi, Misi, dan Nilai

a. Visi Direktorat Jendral Pajak

Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “ Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”

Dari penggalan kalimat visi yang pertama menegaskan bahwa Direktorat Jendral Pajak ingin menjadi suatu institusi pemerintah yang menjalankan system administrasi perpajakan modern, efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat. Efektif dan Efisien artinya bahwa Direktorat Jendral Pajak melakukan pengukuran dan pertanggung jawaban terhadap system modern yang dijalankan tersebut. Dipercaya oleh masyarakat memiliki arti yaitu Direktorat Jendral Pajak memastikan masyarakat yakin bahwa system administrasi perpajakan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, bangsa, dan Negara.

b. Misi Direktorat Jendral Pajak

Sesuai dengan tugas yang diberikan kepada Direktorat Jendral Pajak sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006, maka Direktorat Jendral Pajak memiliki misi “Menghimpun Penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”


(33)

Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan Direktorat Jendral Pajak adalah untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah. Peran Direktorat Jendral Pajak tersebut dijalankan melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. System administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka menjalani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan.

c. Nilai Direktorat Jendral Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Direktorat Jendral Pajak berpedoman pada nilai-nilai sebagai berikut :

- Integritas

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.

- Profesional

Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan social.


(34)

24 - Inovasi

Memiliki perkiraan yang bersifat terobosan dan/atau alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.

- Teamwork

Memiliki kemampuan untuk bekersama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh Sumber daya Manusia Direktorat Jendral Pajak dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak menunjang tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan selanjutnya untuk memudahkan Direktorat Jendral Pajak dalam visi dan misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.

C. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan salah satu instansi vertical Direktorat Jendral Pajakyang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Bagian Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota dipimpin oleh seorang kepala kantor.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrative, dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di


(35)

bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yaitu meliputi :

1) Kecamatan Medan Kota 2) Kecamatan Medan Amplas 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Denai

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, KPP Medan Kota menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Waji Pajak

2. Penelitian dan piñatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa serta berkas Wajib Pajak

3. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nila, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya.

4. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, banding dan penyelesaian restitusi PPh, PPN, dan PPTL

5. Verivikasi dan penerapan sanksi Perpajakan 6. Pengurus pemberian Surat Ketetapan Pajak 7. Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan


(36)

26

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota memakai struktur organisasi dan staf yang dipakai leh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendrak Pajak Sumatera Utar, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negri Sipil Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya stuktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan kepadanya, sehingga rencana dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Secara umum tugas Kepala Kantor masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karipka maka Kepala Kantor KPP Pratama mempumyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan


(37)

Hak atas Tanah dan Bangunandalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Sub.Bagian Umum

Membantu dan mrnunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasi pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tatausaha penerimaan pajak pengalokasiandan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan tekhnis komputer,pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.


(38)

28

5. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

7. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan, penerbitan pemeriksaan perpajakan lainnya.


(39)

8. Kepala Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, Tekhnologi Informatika dan Sistem Informasi dimanfaatkan secara optimal.

Perbedaan Struktur Organisasi Lama Dengan Struktur Organisasi Baru

Pada Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai Bumi (PPnBm), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan lain-lain. Sedangkan struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang sekarang dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut kedalam setiap bagian, misalnya terdapat masalah pajak baik itu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB),


(40)

30

Pajak Pertambahan Nilai Bumi (PPnBm, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak lagi dibagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasikan di bagian pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian yang lainnya. Sehingga pekerjaan setiap bagian lebih efektif dan efesien.


(41)

Bagan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

KANTOR

 

PELAYANAN

 

PAJAK

 

PRATAMA

 

 

KANTOR PELAYANAN,  PENYULUHAN DAN  KONSULTASI 

PETUGAS TATA USAHA  SEKSI PENAGIHAN  SEKSI PENGEWASAN 

DAN KONSULTASI III 

SEKSI EKSTENSIFIKASI  PERPAJAKAN 

KELOMPOK JABATAN  FUNGSIONAL 

SEKSI PEMERIKSAAN  SEKSI PENGAWASAN  DAN KONSULTASI IV  SEKSI PENGAWASAN  DAN KONSULTASI II  SEKSI PELAYANAN 

SEKSI PENGOLAHAN  DATA DAN INFORMASI 

SEKSI PENGAWASAN  DAN KONSULTASI I  SUBBAGIAN UMUM


(42)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan Umum dan Dasar Perpajakan

Dasar hokum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi pajak


(43)

a. Fungsi budgeting

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakansanaan pemeritah dalam bidang ekonomi.

 

3. Sistem Pemungutan Pajak

Didalam peraturan perpajakan, system pemungutan pajak terdiri dari:

a. Official Assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besar pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self Assessment Syistem

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Di Indonesia saat ini menggunakan sistem Self Assessment. Wajib Pajak berhak menghitung, menghitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.


(44)

34

c. With Holding Syistem

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Waji Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 belum diatur dengan jelas persyaratan subjektif mengenai : saat dimulainya kewajiban perpajakan Wajib Pajak, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Penghasilan Kena Pajak (PKP), serta pengaturan criteria penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan objektif mengenai : saat dimulainyakewajiban perpajakan Wajib Pajak, pemberian Nomor Pokok WAjib Pajak (NPWP) dan Penghasilan Kena Pajak (PKP), serta pengaturan kriteria penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pencabutan Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan bahwa “ Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya di berikan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(45)

Pengaturan masalah Nomor Pokok Wajib Pajak ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : KEP-161/PJ/2001 tentang jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan.

Prosedur Kerja

a. Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya.

b. Petugas TPT menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap, berkas pendaftaran dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap, Petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas pendaftaran kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.


(46)

36

d. Pelaksanaan Seksi Pelayanan mencetak Surat Keterangan Tardaftar (SKT) dan Kartu NPWP kemudian menyerahkan ke Kepala Seksi Pelayanan.Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP diterbitkan dalam rangkap dua :

Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak

Lembar ke-2 : untuk Arsip Kamtor Pelayanan Pajak

e. Kepala Seksi Pelayanan Menandatangani Surat Keterangan Terdaftar.

f. Proses dilanjutkan dengan SO? Tata Cara Penuntasan Dokumen dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

g. Proses Selesai

Jangka Waktu Penyelesaian :

Paling lama 1 (satu) hari kerja setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratan diterima secara lengkap (Keputusan Dirjen Pajak KEP-161/PJ/2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang Jangka waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

1. Pengertian Nomor Pokok wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.


(47)

Dengan mendapatkan NPWP berarti tidak satupun Wajib Pajak, Wajib Potong, atau Wajib Pungut yang mempunyai tanda pengenal yang sama dengan wajib Pajak, Wajib Potong, atau Waji Pungut telah terdaftar di Direktorat Jendral Pajak.

Setiap Wajib Pajak hanya memiliki 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak mempunyai 12 (dua belas) angka dengan susunan sebagai berikut :

a. 8 (delapan) angka merupakan Nomor Pokok b. 1 (satu) angka merupakan angka pencetakan

c. 3 (angka) merupakan Nomor Pokok Kantor Pelayanan Pajak.

Contoh dari suatu Nomor POkok Wajib Pajak adalah 21.027.013.8-122.000

21.027.013 = Nomor Pokok

8 = Nomor Pengecekan

122 = Nomor Pokok Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

2. Pendaftaran Wajib Pajak

Pendaftaran Waji Pajak / Nomor Pokok Wajib Pajak diatur dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Prpajakan. Setiap Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib harus mendaftarkan diri pada Direktorat Jendral Pajak dimana Wajib Pajak bertempat tinggal / bertempat kedudukan dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(48)

38

Sebelum memenuhi kewajibannya dalam perpajakan, Wajib Pajak harus sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Seseorang yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak, dapat dikenakan sanksi perpajakan.

3. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Yang wajib mendaftarkan diri adalah :

a. Wajib Pajak Badan

Setiap Wajib Pajak Badan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut berkedudukan.

b. Wajib Pajak Perseorangan (Orang Pribadi)

1. Bagi setiao Wajib Pajak yang memperoleh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan sebagai berikut :

- Rp 13.200.000 untuk diri Wajib Pajak

- Rp 1.200.000 tambahan untuk Wajib Pajak Kawin Keluarga

- Rp 1.200.000 untuk tanggungan setiap orang sedarah semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

- Rp 13.200.0000 tambahan untukseorang istri yang mempunyai penghasilan dari usaha atau dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lain.


(49)

Catatan : Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat berubah sesuai dengan SK Menteri Keuangan karena perkembangan ekonomi.

2. Untuk wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan hakim dan dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian.

c. Bentuk Usaha Tetap

Yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 ayat 5 Undang-Undang PPh Nomor 17 Tahun 2000.

d. Wajib Pajak sebagai Pemungut/Pemotong Pajak (Wajib Pajak Non Subyek) seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan.

e. Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dendan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkannya menjadi Pengusaha Kena Pajak.


(50)

40

4. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak adalah :

a. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

c. Untuk keperluan yang berhubbungan dengan dokumen perpajakan, karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam dokumen-dokumen yang diajukan, seperti dokumen-dokumen impor (PIB), dokumen ekspor (PEB). f. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan. 5. Pencantuman Nomr Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak harus dituluskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada :

a. Formulir perpajakan yang dipergunakan Wajib Pajak. b. Surat menyurat dalam hubungan perpajakan.


(51)

c. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajubkan mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak.

6. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tentang pendaftaran ditentukan sebagai berikut :

a. Tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak adalah di Kantor Direktorat Jendral Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (Orang Pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada pada dua atau lebih wilayah kerja Kantor Direktorat Jendral Pajak, Direktorat Jendral Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak.

7. Jangka Waktu Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

a. Untuk Wajib Pajak Usahawan, jangka waktu pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak adalah paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. b. Untuk Wajib Pajak Non Usahawan, jangka waktu pendaftaran Nomor Pokok

Wajib Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya apabila sampai dengan suatu bulan berikutnya apabila sampai dengan suatu bulan tahun buku memperoleh pengfhasilan yang melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Jangka waktu penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya.


(52)

42

8. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan didalam pasal 39 ayat (1) disebut setiap orang yang dengan sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak;

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/ atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

9. Wajib Pajak Yang Tidak Wajib Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak

a. Wajib Pajak yang tidak mempunyai penghasilan lain penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan dalam hubungan kerja, dan pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dari satu pemberi kerja.

b. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan netto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

c. Istri yang memperoleh penghasilan tetapi penghasilan dan hartanya digabung dengan suami. Dengan kata lain wanita kawin dengan tidak pisah garta tidak


(53)

wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak. Dalam hal seperti ini apabila suaminya mempunyai penghasilan maka wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suaminya.


(54)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Pada Kanter Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Berdasarkan KEP-161 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, maka petugas pendaftaran wajib mempunyai tugas :

1. Menerima Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.41-00), berfungsi sebagai formulir Permohonan Pendaftaran yang telah ditanda tangani Wajib Pajak atau kuasanya yang sah beserta lampirannya.

2. Memeriksa kelengkapan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak yang terdiri :

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas (non usahawan).

Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Pasport ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa bagi orang asing.

b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.


(55)

- Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor ditambah surat keterangan dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa bagi orang asing.

- Surat keterangan tempat kegitan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa.

c. Untuk Wajib Pajak Badan

- Fotocopy Akte Pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT).

- Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Indonesia atau Paspor ditambah surat keterangan dari intansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atay kepala desa bagi orang-orang dari salah seorang pengurus aktif.

- Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari intansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari kyrah atau kepala desa.

d. Untuk Bendaharawan sebagai Wajib Pajak Pemungutan/Pemotongan.

- Fotocopy surat petunjuk sebagai bendarawan.

- Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bendarawan.

e. Untuk Joint Operasion sebagai Wajib Pajak Pemungutan/Pemotongan.

- Fotocopy Perjanjian Kerjasama sebagai Joint Opetasion.

- Fotocopy Karatu Nomor Pokok Wajib Pajak Masing – masing anggota Joint

Operation.

- Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari intansi yang berwenang


(56)

46

sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus Joint Operation.

Catatan :

a. Bagi pemohon berstatus cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidakpisah harta harus melampirkan fotocopy Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) Kantor Pusat/domisili/suami;

b. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, harus dilengkapi surat kuasa khusus;

c. Dalam hal formulir dan persyaratannya belum lengkap, dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi

3. Mengisi kolom-kolom pada formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00) yang diisi oleh dinas.

4. Meneliti administrasi Kantor Pelayanan Pajak untuk mengetahui apakah Wajib Pajak sudah terdaftar atau belum.

Catatan :

a. Dalam hal Wajib Pajak tersebut sudah terdaftar, maka kepadanya diberikan Nomor Wajib Pajak lagi;

b. Dalam hal Wajib Pajak pernah terdaftar, maka kepadanya diberikan Nomor Wajib Pajak yang sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak semula;

c. Dalam hal Wajib Pajak pernah terdaftar,maka kepadanya diberikan Nomor Wajib Pajak. Khusus untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang pribadi


(57)

pengusaha tertentu atau wanita tidak pisah harta diberikan Nomor Pokok Wajib Pajakdengan aturan sebagai berikut:

- Kode Wajib Pajak sana dengan Kode Wajib Pajak pusat, Kode Wajib Pajak domisili atau Kode Wajib Pajak Suami

- Kode Administrasi Perpajakan sesuai yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak mendaftar.

5. Merekan data Wajib Pajak dari fomulir Permohonan dan Perubahan Data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentuka. Mencetak Lembar Pegawasan Arus Dokumen (LPAD) serta menyerahakan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib Pajak, setelah ditandatangani oleh petugas;

6. Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak:

a. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4-00). Surat Keterangan Terdaftar diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani ;

b. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4-00) kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta pendaftarannya diterima secara lengkap.

7. Dalam hal Wajib Pajak selain mendaftarkan diri juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak :


(58)

48

a. Mencetak Surat Tugas Pembuktian Alamat (KP.PDIP.4.6-00) Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya diteruskan Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani ;

Catatan :

Dalam hal tempat/kedudukan /kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang tidak sekota dengan Kantor Pelayanan Pajak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak menginstruksikan untuk pembuktian kebenaran alamat Pengusaha Kena Pajak kepada Kepala Kantor Penyuluhan Pajak tersebut.

b. Menerima dan merekam Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat (KP.PDIP.4.7-00) pada komputer.

c. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (KP-PDIP.4.2-00), Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00). Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar;

d. Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.8-00), selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) untuk ditandatangani dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti tidak benar.

e. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00), Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4-00) atau Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.8-00) paling lama tiga hari


(59)

kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diterima secara lengkap.

8. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diberikan diformulir Perohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wai Pajak (KP.PDIP.4.1-00), selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran Wajib Pajak dan surat lainnya untuk diteruskan ke-Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

9. Mengirimkan daftar nominative penambahan data Wajib Pajak suatu bulan ke Kantor Penyuluhan Pajak tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau kegiatan usaha Wajib Pajak paling lambat 10 bulan berikutnya.

Bentuk dan jenis formulir yang digunakan :

1. KP.PDIP.4.1-00 (Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib

Pajak)

2. KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)

3. KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Tidak Kena Pajak) 4. KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak) 5. KP.PDIP.4.5-00 (Bukti Pendaftaran Wajib Pajak) 6. KP.PDIP.4.6-00 (Surat Tugas Pembuktian Alamat) 7. KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Pembuktian Alamat)


(60)

50

Pelaporan Pengusaha Kena Pajak) 9. KP.PDIP.3.16-96 (Lembar Pengawasan Arus Dokumen)

Menurut analisa penulis ada satu tahapan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh petugas pajak, misalnya pada tahapan pembuktian kebenaran alamat. Dimana pada tahapan ini petugas pajak harus dapat membuktikan kebenaran alamat dari Wajib Pajak dengan meninjau langsung kelapangan. Sebenarnya tahapan ini tidak perlu dilakukan oleh petugas pajak, karena pembuktian alamat tersebut dapat dilakukan dengan melihat Surat Keterangan Tempat Tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak dari lurah yang diberikan oleh Wajib Pajak sebagai persyaratan untuk lampiran dalam melengkapi formulir Permohonan Pendaftaran.

Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak tidak dikenakan biaya dalam pengurusnya, dengan kata lain pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak gratis. Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak akan diterima oleh Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.


(61)

B. Tata Cara Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan

Prosedur Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan berdasarkan KEP-161 tentang Tata Cara Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

1. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan pajak mempunyai tugas : a. Menerima data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang telah

memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan oleh petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak. b. Meneliti Administrasi Kantor Pelayanan Pajak untuk mengetahui apakah Wajib

Pajak sudah terdaftar apa belum.

Catatan :

1) Dalam hal Wajib Pajak tersebut sudah terdaftar, maka kepadanya tidak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2) Untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak terpisah harta diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak dengan aturan sebagai berikut :

- Kode Wajib Pajak sama dengan Kode Wajib Pajak Pusat, Kode Wajib Pajak Domisili atau Kode Wajib Pajak Suami.


(62)

52

- Kode Administrasi Perpajakan sesuai yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak mendaftar.

3) Dalam hal Wajib Pajak pernah terdaftar, maka kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak yang sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak semula.

c. Mengisi formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00) dari data yang diterima.

d. Menandatangani Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00) pada kolom diisi oleh dinas dalam hal pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan.

e. Merekam data Wajib Pajak dari formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00) sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan, mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan dengan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00).

f. Dalam hal pengukuhan Penguaha Kena Pajak petugas mengisi dan merekam Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat (KP.PDIP.4.7-00) dari data yang diterima.

g. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00), Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.2-00), Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4-00) dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


(63)

(KP.PDIP.4.3-00) dan kemudian diteruskan kepada kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.

h. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00), Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.3-00) kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat paling lama pada hari kerja berikutnya.

i. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah diberikan di formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00), selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak dan Surat Lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP)

2. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada Kantor Penyuluhan Pajak mempunyai tugas :

a. Menerima data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan atau ekstensifilasi.

b. Mengirimkan data Wajib Pajak pada butir diatas ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya.

Bentuk dan jenis formulir yang digunakan :

1. KP.PDIP.4.1-00 (Surat Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak)

2. KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)

3. KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) 4. KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak)


(64)

54

5. KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat)

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan dapat dilakukan apabila ada orang atau badan yang menurut ketentuan perpajakan sudah harus mendaftarkan dirinya untuk menjadi Wajib Pajak dan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi orang pribadi atau badan tersebut tidak mendaftarkan dirinya, maka kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabtan biasanya dilakukan oleh petugas pajak yaitu dengan jalan penyisiran yang dilakukan diwilayah kerja kantor pelayanan pajak tersebut.

Penyisiran merupakan salah satu cara meningkatkan jumlah Wajib Pajak. Penyisiran dilakukan guna mengetahui apakah masyarakat sudah mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak serta melaksanakan kewajiban perpajakannya.

C. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(65)

JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA Per 1 Januari 2008 s/d 15 Mei 2010

Wajib Pajak Terdaftar

Per 1 Jan 2008

Per 1 Jan 2009

Per 1 Jan 2010

01-01-2010 s/d 15-05-2010

WP Orang Pribadi 49.241 63.954 83.732 89.599

WP Badan 4.484 5.027 5.608 5.947

Total 53.725 68.981 89.340 95.546

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak yang terdaftar baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan 62,06%.

Cara perhitungan sebagai berikut :

95.546 – 89.340 = 6.206

100 = 6.206 1 – x


(66)

56

Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yaitu :

1. Karena takut kena Sunset policy atau denda Administrasi

2. Untuk Menjaga Ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan Administrasi Perpajakan

3. Untuk Tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Selain itu, dengan adanya KEP-338/PJ./2000 tentang pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Karyawan yang penghasilannya diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak.

D. Hambatan Dalam Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Jika dilihat dari pihak petugas pajak, maka tidak ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Jika semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak maka petugas pajak dapat langsung melaksanakan prosedur pengurusan Nomor pokok Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat diterbitkan paling lama pada hari kerja berikutnya setelah diterimanya formulir pendaftaran.

Jika dilihat dari pihak Wajib Pajak,maka ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Hambatan tersebut antara lain:

1. Kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.


(67)

Setiap Badan Usaha atau Orang Pribadi yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi kadang Wajib Pajak kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Wajib Pajak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Untuk meningkatkan kesadaran dari Wajib Pajak agar mereka mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak,maka petugas pajak perlu melakukan pendekatan atau sosialisasi kepada masyarakat tetang arti pentingnya membayar pajak. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan Wajib Pajak yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak menyadari akan kewajibannya untuk mendaftarkan diri memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak.

2. Sistem Perpajakan yang sulit dipahami

Peraturan-peraturan tetang perpajakan yang sering berubah-ubah juga membuat masyarat menjadi bingung. Sistem perpajakan sulit dipahami karena masyarakat tidak banyak yang mengetahui tentang perpajakan. Untukitu perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan tentang perpajakan dari petugas pajak agar masyarakat mengetahui sistem perpajakan yang berlaku saat ini sehingga tidak ada lagi kesulitan dalam pelangsanaannya.

3. Kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankan.


(68)

58

Setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dikenakan pajak atas usaha yang dilakukannya itu. Orang Pribadi atau Badan tersebut harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Tetapi kadang Wajib Pajak kurang mengerti bahwa atas usaha yang dijalankan itu dirinya dikenakan pajak sehingga ia tidak mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. Hal ini disebabkan kaerena minimnya pengetahuan masyarakat tentang perpajakan.

4. Wajib Pajak tidak mau mendaftarkan dirinya.

Saat ini masih banyak masyarakat yang belum melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Banyak dari masyarakata yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak tetapi mereka tidak mau mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajakdan memiliki Nomor Pokok Waji Pajak. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap jika mereka mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan memilki Nomor Pokok Wajib Pajak, maka mereka harus membayar pajak. Bagi mereka membayar pajak merupakan suatu beban sehingga mereka tidak mau mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

E. Usaha Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota selalu melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Cara yang dilakukan untuk


(69)

meningkatkan jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain :

1. Melakukan Ekstensifikasi Pajak

Ekstensifikasi pajak ini dilakukan dengan jalan penyisiran. Penyisiran dilakukan didaerah-daerah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota. Dengan penyisiran ini maka akan diketahui ada atau tidak masyarakat yang penghasilannya dibawah penghasilan Penghasilan Tidak Kena Pajak memang tidak diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan menurut ketentuan perpajakan sudah harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

2. Melakukan Pendekatan atau Sosialisasi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota melakukan sosialisasi dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya membayar pajak. Penyuluhan ini dilakukan secara berkala satu bulan sekali ataupun tiga bulan sekali yang dilakukan oleh petugas pajak beserta pemerintah Kota setempat. Cara yang dilakukan untuk meningkatkan Wajib Pajak dengan cara memberikan penyuluhan, sejauh ini sudah terbukti berhasil. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai


(70)

menyadari akan kewajibannya memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak.


(71)

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001. Tata cara tersebut harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan prosedur yang ada. Ada beberapa tahapan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, misalnya pada tahapan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, misalnya pada tahapan pembuktian alamat. Petugas pajak harus dapat membuktikan alamat Wajib Pajak dengan meninjau langsung kelapangan, tetapi sebenarnya tahapan ini tidak perlu dilakukan. Petugas Pajak harus dapat membuktikan kebenaran alamat Wajib Pajak dengan melihat Surat Keterangan Tempat Tinggal dari Lurah atau Kepala Desa.

2. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sudah adanya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.


(72)

62

3. Pada dasarnya menurut pihak petugas pajak tidak ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Medan Kota, tetapi jika dilihat dari pihak Wajib Pajak maka ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Hambatan tersebut karena kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak, system perpajakan yang sulit dipahami, kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankannya dan memang Wajib Pajak tersebut tidak mau mendaftarkan dirinya.

B. SARAN

Adapun saran penulis adalah :

1. Petugas Perpajakan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat / Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota agar member himbauan kepada masyarakat yang telah mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja agar mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(73)

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan cara melakukan kegiatan ekstensifikasi pajak dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti dari pentingnya membayar pajak.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal, 1995, Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan, Rineka Cipta, Jakarta.

Cyrus Sihaloho, 2002, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Mardiasmo, 1999, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta.

Undang-Undang Pajak Tahun 2007, Edisi Ketiga.

KEP-161/PJ./2001 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.


(1)

59

meningkatkan jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain :

1. Melakukan Ekstensifikasi Pajak

Ekstensifikasi pajak ini dilakukan dengan jalan penyisiran. Penyisiran dilakukan didaerah-daerah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota. Dengan penyisiran ini maka akan diketahui ada atau tidak masyarakat yang penghasilannya dibawah penghasilan Penghasilan Tidak Kena Pajak memang tidak diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan menurut ketentuan perpajakan sudah harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

2. Melakukan Pendekatan atau Sosialisasi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota melakukan sosialisasi dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya membayar pajak. Penyuluhan ini dilakukan secara berkala satu bulan sekali ataupun tiga bulan sekali yang dilakukan oleh petugas pajak beserta pemerintah Kota setempat. Cara yang dilakukan untuk meningkatkan Wajib Pajak dengan cara memberikan penyuluhan, sejauh ini sudah terbukti berhasil. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak


(2)

melaksanakan kewajibannya membayar pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001. Tata cara tersebut harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan prosedur yang ada. Ada beberapa tahapan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, misalnya pada tahapan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, misalnya pada tahapan pembuktian alamat. Petugas pajak harus dapat membuktikan alamat Wajib Pajak dengan meninjau langsung kelapangan, tetapi sebenarnya tahapan ini tidak perlu dilakukan. Petugas Pajak harus dapat membuktikan kebenaran alamat Wajib Pajak dengan melihat Surat Keterangan Tempat Tinggal dari Lurah atau Kepala Desa.

2. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sudah adanya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh


(4)

3. Pada dasarnya menurut pihak petugas pajak tidak ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Medan Kota, tetapi jika dilihat dari pihak Wajib Pajak maka ada hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Hambatan tersebut karena kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak, system perpajakan yang sulit dipahami, kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankannya dan memang Wajib Pajak tersebut tidak mau mendaftarkan dirinya.

B. SARAN

Adapun saran penulis adalah :

1. Petugas Perpajakan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat / Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota agar member himbauan kepada masyarakat yang telah mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja agar mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(5)

63

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan cara melakukan kegiatan ekstensifikasi pajak dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti dari pentingnya membayar pajak.


(6)

Amin Widjaja Tunggal, 1995, Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan, Rineka Cipta, Jakarta.

Cyrus Sihaloho, 2002, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Mardiasmo, 1999, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta.

Undang-Undang Pajak Tahun 2007, Edisi Ketiga.

KEP-161/PJ./2001 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.