Pelaksanaan Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Online dalam Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

PELAKSANAAN PEMBUATAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) SECARA ONLINE DALAM MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

RINI HANDAYANI 072600079

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Pelaksanaan Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Online dalam Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”, guna memenuhi salah satu syarat untuk menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Berikut salawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah diutus Allah SWT kedunia untuk membebaskan manusia dari dunia yang tidak berilmu pengetahuan ke dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang kita rasakan sekarang ini.

Dalam tulisan laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, masukan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka dalam kesenpatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arifin Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan pengarahan kepada penulis.


(3)

4. Bapak Drs. Korpen Damanik, selaku supervisor lapangan yang banyak memberikan data dan informasi kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan beserta para Staff Administrasi.

6. Terutama sekali untuk Ayahanda Nurdin dan Ibunda Jumsari yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta Kakanda Ratna Sari Dewi, SS, Ratih Wahriani Dewi, S.Psi dan Riswahyono, SE.

7. Kepala Seksi Pelayanan beserta seluruh Staff pegawai Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang banyak memberikan data dan informasi kepada penulis.

8. Untuk Suriya Ambari, terimakasih atas kasih sayangnya selama 5 tahun ini dan telah banyak bersabar dan banyak memberikan bantuan dan semangatnya.

9. Teman-teman seperjuangan Genk Ge-eR, Fadliah R. Hasibuan (Mami), Rahmadhani K. Lubis (Kakak Pertama), Rupina Tarigan (Kakak Kedua) dan Lida Nur Pratiwi (Adeq), yang banyak memberikan masukan dan sama-sama berjuang dari awal perkuliahan hingga akhir.

10. Smua anak-anak kelas B yang walaupun memiliki Genk masing-masing tetapi tetap kompak antara satu Genk dengan Genk yang lain (Bhineka Tunggal Ika).


(4)

12. Sahabat-sahabat Q sewaktu di sekolah (Nuraida, Dini Hayati dan Nurhayati) yang juga banyak memberikan masukan-masukan positifnya.

Kepada rekan, sahabat, saudara, dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas setiap bantuan yang diberikan. Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan yang penulis dapatkan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya.

Medan, Juni 2010 Penulis

Rini Handayani


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) …... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM……… 4

C. Ruang Lingkup PKLM ……….. 6

D. Metode PKLM……… 7

E. Metode Pengumpulan Data………. 8

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ……….. 9

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ……… 12

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia………. 17


(6)

BAB III : GAMBARAN DATA NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

A. Ketentuan Umum dan Dasar Perpajakan ………... 23

1. Pengertian Pajak ………. 23

2. Fungsi Pajak……… 24

3. Sistem Pemungut an Pajak ……….. 26

B. Pendaftaran Wajib Pajak ………... 27

1. Kewajiban Mendaftarkan Diri……… 27

2. Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online (e-Registration) .. 29

C. Nomor Pokok Wajib Pajak ……… 30

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)………… 30

2. Fungsi NPWP ………. 31

3. Kode Seri NPWP……… 32

4. Penerbitan NPWP secara Jabatan ……….. 33

5. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP ………. 33

6. Tempat Pendaftaran NPWP……… 34

7. Penghapusan NPWP ……….. 34

8. Wajib Pajak yang Tidak Wajib Mempunyai NPWP …….. 36

9. Sanksi bagi WP yang tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh NPWP……… 37


(7)

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem

E-Registration………. 39

1. Dokumen Persyaratan Pendaftaran ……… 39 2. Tata cara pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP

melalui e-Registration ……… 41 3. Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena

Pajak melalui e-Registration ……….. 46 B. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Setelah Sistem

E-Registration Diterapkan di KPP Pratama Medan Polonia ……. 50 C. Hambatan Dalam Pengurusan NPWP Secara Online …………... 51 D. Upaya Yang Dilakukan KPP Pratama Medan Polonia

Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak………. 53

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 57

B. Saran ……….. 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Secara Onlline

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia…… 50 Tabel 2 : Jumlah Keseluruhan Wajib Pajak Terdaftar


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.

Guna memenuhi tuntutan kerja dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.


(10)

Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbesar. Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam APBN, dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak terus mengalami peningkatan. Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam APBN. Tak bisa dipungkiri, pajak sebagai mesin penghasil uang negara telah menjadi primadona penerimaan negara semenjak berakhirnya era kejayaan minyak yang dahulu berfungsi sebagai penghasil utama penerimaan negara. Namun demikian, jumlah Wajib Pajak (WP) terdaftar yang tercermin dalam jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) masih belum memenuhi target, dan tax ratio pajak di Indonesia masih sangat kecil bila dibandingkan dengan negara tetangga. Awal 2007, Direktorat Jenderal Pajak gencar memperluas basis pajak melalui program ekstensifikasi. Tujuannya, memperbanyak jumlah pembayar pajak. Penambahan jumlah pembayar pajak itu ditandai dengan bertambahnya jumlah warga negara yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Direktorat Jenderal Pajak melakukan dua program ekstensifikasi secara bersamaan, yakni memodernisasi Kantor Pelayanan Pajak dan memperkenalkan e-Registration melalui internet.

Persepsi masyarakat sebagai Wajib Pajak seringkali mempertanyakan perihal transparansi dan penggunaan dari pajak yang mereka bayarkan. Untuk mengatasi hal


(11)

tersebut, banyak upaya yang telah dilakukan DJP. Salah satunya dengan melakukan modernisasi melalui pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Secara bertahap DJP telah memodernisasi sistem dan manajemen perpajakan agar WP dapat melakukan aktifitas perpajakannya melalui secara terpusat, Online dan real time. Hal ini diawali dengan memberikan layanan melalui sistem e-Registration di situs resmi DJP,

Sistem pendaftaran Wajib Pajak secara Online (e-Registration) adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak. Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara Online dan sistem yang dipergunakan oleh petugas pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

Meski belum populer di masyarakat, sistem e-Registration terbukti ampuh mendongkrak jumlah Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I (Sumut I). Tujuan dari sistem e-Registration adalah untuk memberikan kemudahan kepada calon WP untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dimanapun ia berada. Selain mampu meningkatkan jumlah WP, e-Registration juga bermanfaat membuat sistem database secara nasional. Dari sisi eksternal, e-Registration juga mampu meningkatkan citra transparansi (bebas korupsi dan kolusi) di lembaga pajak.


(12)

Dengan dasar inilah penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia sebagai tempat penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi minor yang diberi judul : “ PELAKSANAAN PEMBUATAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) SECARA ONLINE DALAM MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Setiap kegiatan dilaksanakan tentunya mempunyai tujuan. a) Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Untuk mengetahui cara membuat NPWP secara Online

2. Untuk mengetahui pengaruh pembuatan NPWP melalui e-Registration terhadap jumlah pertambahan Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I khususnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

1. Untuk mengetahui masalah maupun kendala dalam pembuatan NPWP secara Online


(13)

b) Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Bagi Mahasiswa

a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan b) Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

c) Untuk mengetahui secara langsung bagaimana sebenarnya pembuatan NPWP secara Online dan bagaimana penerapannya di masyarakat maupun di Kantor Pajak itu sendiri

d) Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan secara mendalam tentang NPWP dan Teknologi Informasi (TI)

e) Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan PKLM mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul

f) Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan PKLM tersebut.

Bagi Universitas Sumatera Utara

a) Dapat meningkatkan kerja sama antara Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan KPP Pratama Medan Polonia b) Dapat memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara


(14)

c) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

d) Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli dibidangnya dilingkungan Universitas Sumatera Utara

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

a) Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak Sumut I khususnya KPP Pratama Medan Polonia.

b) Dapat menambah pemikiran-pemikiran dalam perpajakan guna meningkatkan penerimaan pajak dari WP.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut pelaksanaan pembuatan NPWP secara Online dan pengaruhnya dalam meningkatkan jumlah wajib pajak di KPP Pratama Medan Polonia mulai dari :

1. Cara pembuatan NPWP melalui e-Registration dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan NPWP tersebut

2. Pelaksanaan pembuatan NPWP secara Online dalam masyarakat

3. Untuk mengatahui penyebab subjek pajak yang masih belum memiliki NPWP walaupun sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif


(15)

4. Pengaruh e-Registration dalam meningkatkan jumlah wajib pajak

5. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi dalam palaksanaan pembuatan NPWP secara Online

D. Metode Praktik Kerja Lapangna Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, penentuan tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, seminar proposal, serta konsultasi dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Perpajakan.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data , mempelajari data yang ada hubungan dengan pelaksanaan pembuatan NPWP secara Online dalam meningkatkan jumlah wajib pajak.


(16)

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri melalui dua cara yaitu :

• Data Primer (data yang diperoleh dari orang yang memahami terhadap masalah yang dibahas dan berkompeten untuk memberi masukan data dan infomasi )

• Data Sekunder (data yang diperolah dari referensi ilmiah yang mendukung seperti laporan atau dokumen).

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi sata secara kualitatif yang kemudian akan diinterpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar Pertanyaan

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Dan dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah


(17)

yang dibahas untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan kebutuhan penulis.

2. Daftar Observasi

Yaitu menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati, melalui observasi peneliti akan memperoleh informasi/data yang tidak mungkin bisa dihimpun melalui wawancara. Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

3. Daftar Dokumentasi

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan PKLM.

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari laporan. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan,


(18)

manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, sruktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai KPP Pratama Medan Polonia.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis memaparkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dilakukan secara Online, mulai dari ketentuan umum dan dasar perpajakan, pengertian NPWP, fungsi NPWP, jangka waktu pendaftaran NPWP.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh, serta menganalisis masalah yang timbul serta alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternative pemecahan masalah, serta menganalisa data untuk menjawab perumusan masalah.


(19)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan masalah, masalah yang timbul tentang teori dari pelaksanaan pemilihan judul pada saat melaksanakannya dan beberapa saran yang penulis berikan.

DAFTAR ISI LAMPIRAN


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Sebelum disebut Kantor Pelayana Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1989, mulai bulan April Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri dua kantor yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli e. Kec. Medan Belawan f. Kotamadya Binjai g. Kab. Langkat

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi :

a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai


(21)

d. Kab. Karo

e. Kotamadya Tebing Tinggi

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 pada tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Sehingga tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak di seluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak, dari dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara dan Kantor Inspeksi Medan Selatan dipecah menjadi tiga Kantor Pelayanan Pajak yaitu:

1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Belawan

2. KPP Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai c. Kec Medan Polonia d. Kec. Medan Maimun


(22)

3. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi :

a. Kec. Medan Tuntungan b. Kec. Medan Sunggal c. Kec. Medan Binjai d. Kab. Langkat e. Kab. Karo

f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kab. Deli Serdang menjadi KPP Tebing Tinggi

Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No.Kep.758.KMK01/1993 tanggal 13 Agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera Utara I terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi empat KPP yang baru dibentuk yaitu:

1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Belawan b. Kec. Medan Marelan c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli

2. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:


(23)

b. Kec. Medan Petisah c. Kec. Medan Polonia d. Kec. Medan Maimun e. Kec. Medan Baru f. Kec. Medan Selayang g. Kec. Medan Sunggal h. Kec. Medan Helvetia i. Kec. Medan Tuntungan

3. KPP Medan Timur dengan alamat Jl. Diponegoro No. 30A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Perjuangan c. Kec. Medan Area d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Tembung f. Kec. Medan Kota g. Kec. Medan Amplas h. Kec. Medan Johor

4. KPP Binjai dengan alamat Jl. Asrama No. 7A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kotamadya Binjai b. Kab. Langkat


(24)

c. Kab. Tanah Karo

d. Enam Kecamatan di Deli Serdang yaitu: 1. Kec. Medan Sunggal

2. Kec. Pancur Batu 3. Kec. Hamparan Perak 4. Kec. Sibolangit 5. Kec. Kutalinbaru 6. Kec. Labuhan Deli

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.

Pada tanggal 26 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari:

1. KPP Pratama Binjai 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Belawan 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Petisah 6. KPP Pratama Medan Polonia 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Lubuk Pakam


(25)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang terletak di Jalan Ponegoro No. 30A Medan mempunyai wilayah kerja yang meliputi :

1. Kecamatan Medan Johor 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan 6. Kecamatan Medan Polonia

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia

Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menggambarkan sistematika penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggungjawab masing-masing bagian pada suatu organisasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Struktur organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan dengan tujuan untuk mencapai yang diinginkan dan yang telah ditargetkan oleh KPP Pratama Medan Polonia. Dengan struktur organisasi masing-masing pegawai akan mengetahui kewajiban, wewenang dan tanggungjawabnya. Agar penyelenggaraan kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar hendaknya pegawai ditempatkan pada tempat dan tugas yang tepat sesuai dengan bakat dan pendidikan, pengalaman, dan keahliannya. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya.


(26)

Gambaran Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut :

1. Sub. Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) 6. Seksi Pemeriksaan

7. Kelompok Fungsional 8. Seksi Pelayanan 9. Unit Fiskal Luar Negeri

KPP Pratama Medan Polonia memakai struktur organisasi garis staff yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan Republik Indonesia.

C. Deskripsi Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 1. Sub. Bagian Umum

Sub. Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub. Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut :


(27)

b. Pengurusan keuangan kantor misalnya pengurusan gaji pegawai, pengajuan usul pengangkatan bendahara, penyusunan daftar realisasi anggaran belanja, pembayaran tagihan, lembur pegawai dan lain-lain.

c. Pengurusan rumah tangga dan perlengkapan yang dibutuhkan d. Penerimaan dokumen, pemprosesan dan penatausahaan dokumen

masuk di Sub bagian Umum dan penyampaian dokumen. 2. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi ini mempunyai fungsi:

a. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan penelitian kantor dan lapangan.

b. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP

c. Pelaksanaan penilaian individual objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

d. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan. e. Pemeliharaan data ojek dan subjek PBB f. Pendaftaran Wajib Pajak.


(28)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan e-Filing dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

Untuk melakukan tugas tersebut seksi penagihan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan/Keberatan/Putusan banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi.

b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak (WP) c. Usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak d. Penghapusan piutang pajak


(29)

e. Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang dan Permohonan Pembatalan Lelang.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, PBB, BPHTB, dan pajak lainnya), bimbingan/himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil WP, analisis kinerja WP, rekonsiliasi data WP dalam rangka melakukan intensifikasi dan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat empat Waskon yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan dan perpajakan lainnya.

7. Kelompok Fungsional

Kelompok Fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan


(30)

sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

8. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam halpnetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan SPT dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Unit Fiskal Luar Negeri

Unit Fiskal Luar Negeri bertugas member pelayanan fiscal luar negeri kepada warga negara yang hendak berpergian ke luar negeri. Unit ini berada di Bandara Internasional Polonia Medan, dan bertugas setiap hari.

Jumlah Pegawai dan struktur organisasi KPP Pratama Medan Polonia (7 Juni 2010) terdiri dari:

- Kepala Kantor = 1 orang

- Kepala Seksi = 6 orang

- Supervisor = 2 orang

- Account Representative = 16 orang

- Pemeriksa Pajak = 6 orang

- Pelaksana

Jumlah = 85 orang


(31)

BAB III

GAMBARAN DATA NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

A. Ketentuan Umum dan Dasar Perpajakan

Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) adalah Undang Nomor 16 tahun 2000 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007.

1. Pengertian Pajak

Definisi pajak yang terkenal dalam dunia akademik dikemukakan oleh Prof. Rochmat Soemitro yaitu : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2006:1)

Dari definisi di atas terlihat bahwa pajak harus berdasarkan Undang-Undang sehingga pajak merupakan ketentuan berdasarkan kehendak rakyat, bukan kehendak penguasa semata. Pembayar pajak tidak akan mendapat imbalan langsung dan manfaat dari pajak akan dirasakan oleh seluruh masyarakat baik yang membayar pajak maupun yang tidak membayar pajak.


(32)

Adapun definisi pajak menurut Undang-undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Fungsi dari pajak yaitu untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa publik. Namun demikian, dalam literatur-literatur perpajakan terdapat beberapa fungsi pajak, yaitu sebagai berikut:1

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi penerimaan adalah fungsi utama pajak. Pajak ditarik terutama untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka menyediakan barang dan jasa publik. Saat ini sekitar 70% Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia dibiayai oleh pajak. Dua pajak penyumbang penerimaan terbesar adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dengan demikian, dua jenis pajak ini lebih memiliki fungsi penerimaan (budgetair) ketimbang fungsi mengatur.

1


(33)

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, pajak juga memiliki fungsi mengatur. Dalam fungsi ini, pajak mengarahkan perilaku sekelompok warga negara agar bertindak sesuai yang diinginkan. Contoh, agar masyarakat Indonesia mendapatkan minyak goreng yang murah, maka terhadap ekspor CPO akan dikenakan pajak ekspor yang tinggi. Contoh lain, agar masyarakat tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, maka terhadap jenis barang seperti ini dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) yang tinggi. Jenis pajak yang biasanya digunakan sebagai instrumen mengatur ini adalah Pajak Ekspor, Bea Masuk dan PPnBM.

c. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Apabila ditelusuri lebih jauh, ada satu lagi fungsi pajak yang harus dicatat. Fungsi tersebut adalah fungsi distribusi kekayaan di mana kelompok yang lebih


(34)

mampu akan membayar pajak lebih banyak sementara kelompok yang kurang mampu akan mendapatkan manfaat lebih banyak dibandingkan dengan pajak yang dia bayar. Bahkan untuk kelompok tertentu, seperti penerima Bantuan Langsung Tunai, penerima subsidi Bahan Bakar Minyak, dan penerima subsidi pupuk, mungkin dia tidak membayar pajak tapi dia mendapatkan manfaat langsung dari pajak. Dan memang karena alasan itulah adanya pajak.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Didalam peraturan perpajakan, sistem pemungutan pajak terdiri dari: a. Official Assessment System

Adalah satu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besar pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (WP). b. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Di Indonesia saat ini telah menggunakan Self Assessment system. Wajib Pajak berhak menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(35)

B. Pendaftaran Wajib Pajak

Pendaftaran Wajib Pajak / Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diatur dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Setiap Wajib Pajak (WP) yang memperoleh penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak dimana Wajib Pajak bertempat tinggal/bertempat kedudukan dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Disamping melalui KPP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-Registration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik Online (internet).

1. Kewajiban Mendaftarkan Diri Yang wajib mendaftarkan diri adalah :

a. Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Bagi setiap WP yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan sebagai berikut:

a) Rp 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi b) Rp 1.320.000 tambahan untuk tambahan WP kawin


(36)

c) Rp 15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami d) Rp 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota

keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga

Catatan : Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat berubah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan karena perkembangan ekonomi.

2. Untuk wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah dengan suami berdasarkan hakim dan dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian.

b. Wajib Pajak Badan

Setiap WP Badan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat badan tersebut berkedudukan.

c. Bentuk Usaha Tetap

Yaitu bentuk usaha tetap yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 ayat 5 Undang-Undang Pajak Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).


(37)

d. Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai(PPN ) dan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM), tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkannya menjadi Pengusaha Kena Pajak.

e. Wajib Pajak sebagai pemungut/pemotong pajak (Wajib Pajak Non Subyek) seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan.

2. Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online (e-Registration)

Secara umum, sistem pendaftaran Wajib Pajak secara Online (e-Registration) adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009, sistem e-Registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui sistem yang terhubung langsung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak.


(38)

Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara Online dan sistem yang dipergunakan oleh Petugas Pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

Tujuan e-Registration

1. Memberikan kemudahan bagi WP untuk mendaftar kapanpun serta dimana saja dan memperoleh NPWP saat itu juga

2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan juga mengefisienkan operasional dan administrasi Direktorat Jenderal Pajak

3. Memberikan fasilitas terkini bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri secara Online dengan memanfaatkan teknologi internet

4. Memudahkan Petugas Pajak dalam melayani dan memproses pendaftaran Wajib Pajak

C. Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang KUP Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP ) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.


(39)

Dalam terminologi Pajak Penghasilan, seseorang atau badan yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif maka secara otomatis orang itu akan menjadi Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif ini wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, seseorang memenuhi syarat subjektif jika orang tersebut berada atau bertempat tinggal di Indonesia melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Syarat objektif terpenuhi jika orang tersebut mendapatkan atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PTKP dalam satu tahun pajak.

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Beberapa fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan

c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan, karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak

d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan NPWP


(40)

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan menvantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang diajukan, seperti dokumen impor (PIB) ataupun dokumen ekspor (PEB)

f. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan. 3. Kode Seri Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Kode NPWP terdiri dari 15 digit, dengan perincian sbb : 1) 2 digit pertama merupakan identitas wajib pajak, yaitu :

- 01 sampai dengan 03 = Wajib Pajak Badan - 04 dan 06 = Wajib Pajak Pengusaha

- 05 = Wajib Pajak Karyawan

- 07, 08 dan 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi

2) 6 digit kedua merupakan nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor Pusat DJP kepada KPP, contoh : 855.081

3) 1 digit ketiga diberikan untuk KPP sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP, contoh : 4

4) 3 digit keempat adalah kode untuk KPP, contoh : 121

5) 3 digit terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal, Pusat atau Cabang), yaitu : - 000 = Tunggal atau Pusat

-00, dst = Cabang ke-, dst

contoh : NPWP Tuan Budi : 05.855.081.4-121.000, dengan penjelasan sbb : - 05 artinya WP Karyawan


(41)

- 4 artinya kode cek digit

- 121 artinya kode KPP Medan Polonia - 000 artinya status WP adalah WP tunggal

4. Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seseorang yang telah memenuhi syarat objektif dan subjektif wajib mendaftarkan diri sesuai dengan sistem Self Assesment. Namun demikian, untuk menjamin dipatuhinya ketentuan ini, Direktur Jenderal Pajak (DJP) dapat menerbitkan NPWP secara jabatan apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan diri secara sukarela.

Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

5. Jangka Waktu Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008, maka jangka waktu pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diatur sebagai berikut :

1. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

2. Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.


(42)

3. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.

6. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Tempat pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu :

1. Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (orang pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Jika tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada pada 2 atau lebih Wilayah kerja Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

3. Pendaftaran juga dapat dilakukan melalui e-Registration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik

7. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh :

a. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Misalnya :


(43)

1. WP meninggal dan tidak meninggalkan harta warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang.

2. WP meninggal dan meninggalkan warisan. Apabila selesai dibagi kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya keterangan keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh ahli warisnya.

3. WP orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP, disyaratkan surat pernyataan dan keterangan dari instansi yang berwenang.

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di

Indonesia.

Penghapusan NPWP juga dilakukan jika dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain karena:


(44)

a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan atau;

b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dianggap dikabulkan.

Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan, Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan Nomor Pokok Wajib pajak dalam jangka waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu 6 bulan atau 12 bulan tersebut berakhir.

8. Wajib Pajak Yang Tidak Wajib Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang tidak mempunyai kewajiban untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

a. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan netto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

b. Istri yang memperoleh penghasilan tetapi penghasilan dan hartanya digabung dengan suami. Dengan kata lain, wanita kawin dengan tidak pisah harta tidak


(45)

wajib mempunyai NPWP. Dalam hal seperti ini, apabila suaminya mempunyai penghasilan maka yang wajib mempunyai NPWP adalah suaminya.

9. Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Pasal 39 ayat (1) Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan setiap orang yang dengan sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap

e. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya

f. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Hal ini dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, sehingga WP tersebut dapat dikenai sanksi berupa hukuman pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang


(46)

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pidana tersebut akan ditambah 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak pidana menyalahgunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Kena Pajak atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau dikompensasi atau pengkreditan yang dilakukan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.


(47)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration

Dasar hukum tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan perubahan data Wajib Pajak (WP) dan/atau PKP dengan sistem e-Registration adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009.

1. Dokumen Persyaratan Pendaftaran

Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, harus mengisi dan menandatangani formulir registrasi WP dan melengkapinya dengan persyaratan yang terdiri dari :

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan/tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing.

b. Untuk Wajib Pajak Badan :

a) Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap.


(48)

c) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung jawab.

c. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong : a) Surat penunjukan sebagai bendaharawan.

b) Kartu Tanda Penduduk bendaharawan.

d. Untuk Joint Operation (JO) sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong: a) Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai JO.

b) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung jawab.

c) NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab JO.

Pengisian alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha pada formulir didasarkan pada kenyataan atau menurut keadaan sebenarnya, tanpa harus sesuai dengan alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha pada dokumen formal seperti KTP/Paspor.

2. Tata cara pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP melalui

e-Registration2

a. Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak

1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

2. Memilih menu sistem e-Registration.

3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-

2


(49)

Registration.

4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat.

5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP”.

6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau Bendahara)

7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan benar.

8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP.

9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS melalui aplikasi e-Registration.

10. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar.

b. Petugas pendaftaran Wajib Pajak pada KPP tempat Wajib Pajak seharusnya terdaftar.

1. Memantau informasi permohonan Wajib Pajak pada sistem e-Registration setiap hari kerja.

2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian Formulir Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP yang disampaikan melalui sistem e-Registration.


(50)

3. Menerbitkan SKT, Kartu NPWP, dan/atau SPPKP paling lama 1 hari kerja sejak informasi pendaftaran dan/atau pengukuhan melalui Sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP diisi secara lengkap.

4. Menyampaikan SKT, NPWP dan/atau SPPKP kepada Wajib Pajak. 5. Setelah menerbitkan SKT dan Kartu NPWP serta SPPKP, Kepala

Kantor dalam jangka waktu paling lama 1 tahun menugaskan petugas konfirmasi lapangan untuk melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas sesuai tingkat resiko Wajib Pajak dalam rangka membuktikan kebenaran pengisian formulir permohonan yang disampaikan Wajib Pajak.

6. Kategori Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak berisiko antara lain:

a) Wajib Pajak yang dikirimi surat tetapi “Kembali dari Pos (Kempos)” dengan dibubuhi catatan dari Kantor Pos berupa:

 Nama tidak dikenal; atau

 Alamat tidak ditemukan; atau

 Rumah/gedung tidak dihuni. b) Tidak menyampaikan SPT.

c) Wajib Pajak yang sering berpindah KPP tempat terdaftar. d) Wajib Pajak yang sering berpindah alamat tempat tinggal atau

tempat kedudukan atau tempat usaha.


(51)

f) Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor (terlihat dari adanya pembayaran pajak dalam rangka impor) tetapi tidak berstatus sebagai PKP.

g) Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi.

h) Wajib Pajak yang tidak berstatus sebagai PKP tetapi menyampaikan SPT Masa PPN.

i) Wajib Pajak yang baru berdiri dan langsung melakukan penyerahan dalam jumlah besar tetapi jumlah kurang bayarnya relatif kecil.

j) Wajib Pajak Badan yang akte pendiriannya dibuat di hadapan notaris yang sama dan tanggal pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan.

k) Wajib Pajak yang memiliki nama yang aneh (misalnya Mr. X, PT ABCDE, XYZ).

l) Wajib Pajak lain yang menurut pertimbangan Kepala KPP termasuk Wajib Pajak berisiko.

7. Dalam hal hasil konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan oleh Wajib Pajak terdaftar dan/atau PKP terdaftar tidak benar, KPP menerbitkan Surat Penghapusan NPWP, Surat Pencabutan SKT dan/atau Surat Pencabutan SPPKP secara jabatan untuk disampaikan kepada Wajib Pajak dan/atau PKP.


(52)

Catatan :

Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan usaha dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dan/atau PKP di wilayah KP2KP yang tidak sekota dengan KPP, Kepala KPP dapat meminta bantuan KP2KP untuk membuktikan kebenaran pengisian formulir yang diisi melalui sistem e-Registration.


(53)

Gambar 1 : Tata Cara Pendaftran NPWP dan/atau PKP dengan sistem e-Registration3

3


(54)

3. Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak melalui

e-Registration

Perubahan data Wajib Pajak dan/atau PKP antara lain meliputi :

a. Perubahan Nama Wajib Pajak dan/atau PKP karena penggantian nama; b. Perubahan bentuk badan hukum;

c. Perubahan alamat Wajib Pajak dan/atau PKP karena perpindahan tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama;

d. Perubahan status Wajib Pajak dan/atau PKP;

e. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha Wajib Pajak dan/atau PKP.

Tata cara Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak melalui e-Registration4

a. Wajib Pajak dan/atau PKP

1. Melakukan kegiatan yang sama sebagaimana pada bagian A.2.a angka 1 sampai dengan 4.

2. Memilih menu “Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP”.

4


(55)

3. Memilih Jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau Bendahara).

4. Mengisi Formulir Permohonan Perubahan Data pada layar komputer dengan lengkap dan benar.

5. Memilih tombol “perbarui” untuk mengirim Formulir Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP.

6. Mencetak Formulir Permohonan Perubahan Data yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS melalui sistem e-Registration.

7. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP Wajib Pajak terdaftar.

b. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada KPP Tempat Wajib Pajak Seharusnya Terdaftar.

1. Memantau informasi permohonan Wajib Pajak pada Sistem e-Registration setiap hari kerja.

2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian Formulir Permohonan Perubahan Data yang disampaikan melalui sistem e-Registration.

3. Menerbitkan SKT, Kartu NPWP, dan/atau SPPKP paling lama 1(satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran dan/atau pengukuhan melalui Sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP diisi secara lengkap dan


(56)

meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani SKT dan/atau SPPKP.

5. Menyampaikan SKT dan Kartu NPWP dan/atau SPPKP kepada Wajib Pajak.

6. Mengarsipkan permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP yang diajukan WP dan/atau PKP.


(57)

Gambar 2 : Tata Cara Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP dengan Sistem e-Registration5

5


(58)

B. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Setelah Sistem E-Registration Diterapkan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Perkembangan jumlah wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 1 : Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Secara Onlline Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Sumber Data dari Basis Data KPP Pratama Medan Polonia tanggal 07 Juni 2010

Tabel 2 : Jumlah Keseluruhan Wajib Pajak Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Wajib Pajak 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

2010 1 Jan -7 Jun Orang Pribadi 3.721 3.713 1.637 2.488 1.901 18.184 12.832 24.197 5.829

Badan 401 416 417 515 516 674 699 749 414

Sumber Data dari Basis Data KPP Pratama Medan Polonia tanggal 07 Juni 2010 Wajib Pajak 2004 2005 2006 2007 2008 2009

2010 1 Jan - 7 Jun Orang Pribadi - 48 129 16.128 9.309 13.038 1.701


(59)

Dilihat dari tabel diatas, sistem pendaftaran secara Online baru terealisasi pada tahun 2005, sedangkan pendaftaran secara Online sudah ada sejak tahun 2004 (KEP-173/PJ/2004), itu pun hanya Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang sudah menggunakan e-Registration. Jika dilihat dari jumlah keseluruhan WP, ditahun 2007 barulah terlihat bahwa e-Registration memegang peranan penting dalam meningkatkan jumlah WP di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, walaupun hal itu tidak terlalu mendominasi ditahun-tahun berikutnya.

Peningkatan jumlah Wajib Pajak, menunjukkan naiknya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Kesadaran masyarakat ini akan terus tumbuh, apabila proses pembuatan NPWP ini mudah dan tidak menghabiskan banyak waktu.

C. Hambatan Dalam Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Online Jika dilihat dari pihak petugas pajak, maka tidak banyak hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak secara Online ini. Hambatan yang sering terjadi biasanya dari jaringan Online yang sering bermasalah, selain itu tidak ada hambatan lagi bagi WP untuk mendapatkan NPWP. Jika semua persyaratan telah dilengkapi oleh WP, maka petugas pajak dapat langsung melaksanakan prosedur pengurusan NPWP secara Online tersebut. Setelah WP memberikan Surat Kerangan Terdaftar Sementara (SKTS) ke KPP Pratama Medan Polonia, maka Nomor Pokok Wajib Pajak dapat langsung diterbitkan karena data WP sudah ada. NPWP dapat diterbitkan paling lama pada hari kerja berikutnya setelah diterimanya SKTS dari WP. Pengiriman SKTS juga dapat dilakukan melalui pos.


(60)

Jika dilihat dari pihak WP, maka ada beberapa hambatan dalam pengurusan NPWP secara Online maupun manual. Hambatan tersebut antara lain : 6

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat dengan Teknologi Informasi seperti internet Sistem e-Registration NPWP ini sudah ada sejak tahun 2004. Tetapi dengan minimnya pengetahuan masyarakat dengan Teknologi Informasi ini, system e-Registration belum dapat dijalankan sesuai dengan yang diharapkan. Walaupun dengan menggunakan sistem ini dapat mempermudah WP untuk mendapatkan NPWP, tetapi dengan ketidak tahuan masyarakat untuk menggunakannya maka mereka malas untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak, terutama dengan menggunakan jasa Online.

2. Kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Setiap Badan Usaha atau Orang Pribadi yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi kadang WP kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk mendaftarkan dirinya untuk memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Untuk meningkatkan kesadaran dari WP agar mereka mau mendaftarkan dirinya, maka petugas pajak perlu melakukan pendekatan atau sosialisasi kepada masyarakat. Dan menjelaskan pentingnya pajak bagi Negara, serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perpajakan, supaya mereka mengerti apa itu pajak dan tahu cara menggunakan self assessment system dengan baik.

6


(61)

3. Wajib Pajak tidak mau mendaftarkan dirinya

Hingga saat ini banyak masyarakat yang belum melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Banyak dari masyarakat yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak tetapi mereka tidak mau mendaftarkan dirinya menjadi WP. Hal ini disebabkan karena mereka jika mereka mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan mereka harus membayar pajak dengan begitu mereka menganggap membayar pajak dapat mengurangi jumlah penghasilan mereka.

D. Upaya Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak

Dilihat dari hambatan-hambatan yang terjadi, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia membuat langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Upaya yang dilakukan antara lain :

1. Melakukan Ekstensifikasi Pajak

Dalam istilah dilakukan untuk memberikan Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai, maupun Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan.

Ekstensifikasi pajak ini dilakukan dengan jalan penyisiran. Penyisiran dilakukan didaerah-daerah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan


(62)

Polonia. Dengan penyisiran ini, maka akan diketahui ada atau tidak masyarakat yang belum memiliki NPWP. Bagi masyarakat yang penghasilannya dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) memang tidak diwajibkan memiliki NPWP, tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya sudah diatas PTKP dan menurut ketentuan perpajakan sudah harus memiliki NPWP, maka kepadanya akan diberikan NPWP secara jabatan.

2. Melakukan Pendekatan atau Sosialisasi

Sosialisasi dapat pula dilakukan dalam bentuk pengarahan secara langsung ke masyarakat melalui pendekatan ke masing-masing kecamatan, desa, sampai RT/RW. Sosialisasi ini berupa penyuluhan secara langsung kepada masyarakat di mana telah ada utusan khusus yang bertugas memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya pajak. Layaknya penyuluhan yang telah umum seperti penyuluhan di bidang kesehatan, penyuluhan di bidang peternakan dan pertanian.

Dalam pelaksanaannya penyuluhan dapat dilakukan pada kegiatan yang biasa ada di masyarakat. Misalnya pengajian rutin, kerja bakti, pertemuan karang taruna, dan kegiatan masyarakat lain. Menyisipkan metode ini ke lingkungan sekolah juga dirasa cukup efektif untuk menumbuhkan jiwa sadar akan pajak sejak dini.

Dalam penyuluhan ini beberapa hal yang harus ditekankan yaitu, pemahaman, pelaporan, pengawasan dan persuasif. Pemahaman merupakan poin yang harus diperoleh oleh masyarakat, di mana masyarakat harus mengerti apa itu pajak, bagaimana prosedurnya, serta untuk apa nantinya pajak itu. Pelaporan merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh penyuluh yaitu dengan menjelaskan uang pajak


(63)

berasal dari mana saja, dikelola oleh siapa, diperuntukkan untuk apa saja dan dijelaskan secara konkret contoh yang telah ada di masyarakat. Persuasif merupakan cara untuk mempengaruhi masyarakat dan mengajak masyarakat. Cara ini menekankan siapa yang dapat membayar, dan dapat mengajak orang lain untuk membayar. Dalam hal ini, aka ada keuntungan tersendiri bagi si pengajak, semacam menciptakan suatu link system dalam pembayaran pajak.

Kelancaran dalam sistem perpajakan sangat bergantung pada sisi internal dan eksternal. Internal datang dari pelayanan dari pemerintah itu sendiri, dan eksternal berasal dari tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Karena pembayar pajak tidak menerima imbalan secara langsung, maka pajak harus dikelola dengan baik. Melalui administrasi pengelolaan pajak yang baik diharapkan mampu membangun kepercayaan masyarakat bahwa pajak pada akhirnya akan dikembalikan kepada masyarakat pula.

3. Membuat Kerjasama (Memorandum of Uderstanding) dengan instansi lainnya.

Untuk memperluas perpajakan, saat ini seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Medan melakukan kerjasama dengan instansi lainnya. Fiskus juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan diperguruan tinggi yang mempunyai program studi perpajakan, untuk menyebarluaskan informasi mengenai perpajakan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai pihak penerus penyampaian informasi, dimana dapat dijadikan suatu materi latihan sebagai pihak penerus penyampai informasi, dimana


(64)

dapat dijadikan suatu materi latihan sebagai tenaga penyuluh perpajakan sehingga diharapkan penyebaran informasi akan lebih merata dan cakupannya lebih luas. Dengan demikian, diharapkan Subjek Pajak akan semakin tertarik untuk mengurus NPWP sekaligus mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak.

4. Modernisasi Perpajakan

Ada konsep terbaru yang dicoba untuk digalakkan oleh pemerintah Indonesia dari sisi Internal yaitu konsep modernisasi pajak yang berupa pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Hal mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat, kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.

Namun konsep ini akan kurang maksimal apabila eksternal masyarakat tidak terlebih dahulu diberi pengaruh untuk menyukai membayar pajak. Untuk menghilangkan kesan negatif, perlu kiranya diadakan suatu metode yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Dengan frekuensi informasi yang begitu sering diterima oleh masyarakat dapat secara perlahan merubah pandangan masyarakat tentang pajak ke arah yang positif.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada ba-bab sebelumnya dapat ditari kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara Online di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009. Tidak banyak kendala yang terjadi dalam sistem e-Registration ini, kendala yang terjadi yaitu apabila sistem jaringannya sedang terganggu. Jika hal ini terjadi, maka Wajib Pajak harus mendaftarkan dirinya langsung ke Kator Pelayanan Pajak dimana dia tinggal. Tetapi jika jaringannya tidak terganggu, maka Subjek Pajak dapat dengan mudah mendaftar dirinya, hanya dengan membuka situs Web pajak dan melakukan langkah-langkahnya maka Wajib Pajak sudah secara langsung terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dimana dia tinggal. Hanya dengan mencetak Surat Keterangan Terdaftar Sementara dan mengirimnya ke KPP baik secara langsung maupun dikirim melalui Pos, maka Wajib Pajak sudah mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(66)

2. Jumlah Wajib Pajak yang mendaftar secara online di KPP Pratama Medan Polonia setiap tahunnya berubah dan tidak selalu meningkat dan tidak mendominan jumlah Wajib Pajak secara keseluruhan. Tetapi pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak Secara online terbukti ampuh dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak.

3. Semua upaya telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, sekarang yang terpenting adalah tanggapan dan respon dari masyarakat itu sendiri. Apakah mereka mau sadar akan pajak atau mereka masih tetap menghindari pajak.

B. SARAN

Pada bagian akhir dan sekaligus sebagai penutup dari penulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran, yaitu sebagai berikut :

1. Petugas perpajakan diharapakan dapat menjaga dan memelihara sistem jaringan online, supaya Wajib Pajak dapat dengan mudah melakukan kewajiban perpajakannya melalui situs online, khususnya kewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Petugas pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atau penjelasan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan dalam masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan melaksanakan kewajiban pajaknya dengan sukarela.


(67)

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi pajak dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti pentingnya membayar pajak.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Pandiangan, Liberti, 2008, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, PT Elex Media Komput indo, Jakarta.

Rusjdi, Muhammad, 2007, KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), PT Indeks, Jakarta.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Setiawan, Agus & Musri, Basri, 2006, Perpajakan Umum, Rajawali Pers, Jakarta. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara

Perpajakan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009 Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem e-Registration.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 30/Pj/2009 Tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration. Juliatin, 2009, Penyuluhan Pajak Berbasis Sosialisasi dan Reward untuk

Meningkatkan Kesadaran Wajib Pajak.

Anton, 2009, Urus Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Online.


(1)

berasal dari mana saja, dikelola oleh siapa, diperuntukkan untuk apa saja dan dijelaskan secara konkret contoh yang telah ada di masyarakat. Persuasif merupakan cara untuk mempengaruhi masyarakat dan mengajak masyarakat. Cara ini menekankan siapa yang dapat membayar, dan dapat mengajak orang lain untuk membayar. Dalam hal ini, aka ada keuntungan tersendiri bagi si pengajak, semacam menciptakan suatu link system dalam pembayaran pajak.

Kelancaran dalam sistem perpajakan sangat bergantung pada sisi internal dan eksternal. Internal datang dari pelayanan dari pemerintah itu sendiri, dan eksternal berasal dari tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Karena pembayar pajak tidak menerima imbalan secara langsung, maka pajak harus dikelola dengan baik. Melalui administrasi pengelolaan pajak yang baik diharapkan mampu membangun kepercayaan masyarakat bahwa pajak pada akhirnya akan dikembalikan kepada masyarakat pula.

3. Membuat Kerjasama (Memorandum of Uderstanding) dengan instansi lainnya.

Untuk memperluas perpajakan, saat ini seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Medan melakukan kerjasama dengan instansi lainnya. Fiskus juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan diperguruan tinggi yang mempunyai program studi perpajakan, untuk menyebarluaskan informasi mengenai perpajakan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai pihak penerus penyampaian informasi, dimana dapat


(2)

dapat dijadikan suatu materi latihan sebagai tenaga penyuluh perpajakan sehingga diharapkan penyebaran informasi akan lebih merata dan cakupannya lebih luas. Dengan demikian, diharapkan Subjek Pajak akan semakin tertarik untuk mengurus NPWP sekaligus mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak.

4. Modernisasi Perpajakan

Ada konsep terbaru yang dicoba untuk digalakkan oleh pemerintah Indonesia dari sisi Internal yaitu konsep modernisasi pajak yang berupa pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Hal mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat, kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.

Namun konsep ini akan kurang maksimal apabila eksternal masyarakat tidak terlebih dahulu diberi pengaruh untuk menyukai membayar pajak. Untuk menghilangkan kesan negatif, perlu kiranya diadakan suatu metode yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Dengan frekuensi informasi yang begitu sering diterima oleh masyarakat dapat secara perlahan merubah pandangan masyarakat tentang pajak ke arah yang positif.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada ba-bab sebelumnya dapat ditari kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara Online di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009. Tidak banyak kendala yang terjadi dalam sistem e-Registration ini, kendala yang terjadi yaitu apabila sistem jaringannya sedang terganggu. Jika hal ini terjadi, maka Wajib Pajak harus mendaftarkan dirinya langsung ke Kator Pelayanan Pajak dimana dia tinggal. Tetapi jika jaringannya tidak terganggu, maka Subjek Pajak dapat dengan mudah mendaftar dirinya, hanya dengan membuka situs Web pajak dan melakukan langkah-langkahnya maka Wajib Pajak sudah secara langsung terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dimana dia tinggal. Hanya dengan mencetak Surat Keterangan Terdaftar Sementara dan mengirimnya ke KPP baik secara langsung maupun dikirim melalui Pos, maka Wajib Pajak sudah mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.


(4)

2. Jumlah Wajib Pajak yang mendaftar secara online di KPP Pratama Medan Polonia setiap tahunnya berubah dan tidak selalu meningkat dan tidak mendominan jumlah Wajib Pajak secara keseluruhan. Tetapi pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak Secara online terbukti ampuh dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak.

3. Semua upaya telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, sekarang yang terpenting adalah tanggapan dan respon dari masyarakat itu sendiri. Apakah mereka mau sadar akan pajak atau mereka masih tetap menghindari pajak.

B. SARAN

Pada bagian akhir dan sekaligus sebagai penutup dari penulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran, yaitu sebagai berikut :

1. Petugas perpajakan diharapakan dapat menjaga dan memelihara sistem jaringan online, supaya Wajib Pajak dapat dengan mudah melakukan kewajiban perpajakannya melalui situs online, khususnya kewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Petugas pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atau penjelasan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan dalam masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan melaksanakan kewajiban pajaknya dengan sukarela.


(5)

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi pajak dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti pentingnya membayar pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Pandiangan, Liberti, 2008, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, PT Elex Media Komput indo, Jakarta.

Rusjdi, Muhammad, 2007, KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), PT Indeks, Jakarta.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Setiawan, Agus & Musri, Basri, 2006, Perpajakan Umum, Rajawali Pers, Jakarta.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009 Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem e-Registration.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 30/Pj/2009 Tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dan Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration. Juliatin, 2009, Penyuluhan Pajak Berbasis Sosialisasi dan Reward untuk

Meningkatkan Kesadaran Wajib Pajak.

Anton, 2009, Urus Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Online.