Memulai Kembali, Mencari Benang Merah

43

BAB 5 Memulai Kembali, Mencari Benang Merah

Perjalanan panjang ini berlanjut kembali setelah satu minggu sebelumnya dipenuhi dengan mengkaji ulang konsep yang telah dibuat sebelumnya dan mencari teori baru yang dapat mendukung proses desain sekaligus merepresesntasikan tema Humanopolis. Berkaca dari minggu lalu, maka penulis memulai proses riset lebih awal, bahkan pada saat akhir pekan penulis tetap melakukan riset dan mencari teori yang dapat memperkuat serta membantu menginterpretasikan desain bangunan yang Humanopolis. Penulis kembali melakukan diskusi dengan beberapa rekan sehingga pikiran menjadi lebih terbuka serta membuat lebih banyak ide dapat keluar. Diskusi merupakan salah satu cara yang efektif untuk penulis dalam memecahkan masalah, karena dengan melakukan diskusi terjadi proses tukar pikiran yang membuat ide dapat ditelaah secara simultan karena proses ini akan membuat penulis mengeluarkan yang kemudian diterima oleh rekan penulis bersamaan. Kali ini penulis mengawali jadwal studio lebih awal, yaitu pada hari minggu saat penulis memiliki jadwal yang kosong. Di sela waktu santai, penulis dan beberapa rekan mengunjungi salah satu gerai kafe internasional yang sangat sering dikunjungi dan menjadi gaya hidup masyarakat urban. Penulis merupakan satu dari sekian banyak pengunjung kafe tersebut dan sudah cukup sering berkunjung dan menjadi pelanggan tetap. Sapaan ramah dari barista setiap ada pengunjung yang datang membuat penulis berpikir bahwa interaksi seperti ini merupakan salah satu perwujudan dari Humanopolis. Salah satu kriteria sebuah ruang binaan dikategorikan sebagai ruang yang berhasil adalah adanya interaksi di dalamnya, 25 walaupun penulis sadar interaksi dan sapaan oleh barista 25 Disadur dari jurnal Project for Public Spaces, http:www.pps.orgreferencegrplacefeat Universitas Sumatera Utara 44 tersebut merupakan standard operational procedure SOP dari gerai kafe internasional ini, tetapi tetap saja menarik untuk penulis, karena implementasinya berhasil dan telah menjadi kebiasaan tanpa harus diperingatkan lagi oleh atasannya. Kembali ke diskusi dengan rekan-rekan penulis, di tengah suasana yang nyaman gerai kopi ini, kami dapat dengan bebas untuk berdiskusi dan berbicara satu sama lain, ditemani musik yang tidak terlalu keras volume-nya, terasa sangat pas di telinga dan memberikan suasana yang berbeda jika dibandingkan dengan suasana kosong tanpa musik. Ditengah diskusi yang santai tersebut, tiba-tiba salah satu rekan berbicara mengenai kebutuhan dasar hidup manusia atau kebutuhan primer manusia yang oleh guru sudah diajarkan sejak masih di sekolah dasar, yaitu sandang, pangan, dan papan. Ternyata hal ini membuka pikiran penulis tentang pengelompokan kebutuhan manusia berdasarkan tingkatan kebutuhannya, yang secara sederhana dijelaskan di sekolah dasar sebagai kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Bagaimana jika hierarki ruang dan pembangunan zona dilandaskan atas tingkat kebutuhannya, sehingga terjadi susunan dan pola yang dapat menyesuaikan dengan tingkatan kebutuhan hidup manusia tersebut. Dalam benakku, ide ini sangatlah brilian, karena selain bentuk dan ruangannya dapat disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi prinsip dari tema Humanopolis, secara filosofis susunan ini memiliki arti yang bermakna dan tentunya sesuai dengan tema diatas. Universitas Sumatera Utara 45 Abraham Maslow Setelah mendapatkan ide tersebut, maka penulis memulai riset yang lebih dalam lagi mengenai teori yang dapat mendukung kebutuhan dasar manusia. Secara umum menurut penulis, teori ini seharusnya ada dan dapat diterapkan di dalam arsitektur, sehingga penulis optimis bisa mendapatkan teori ini dan memulai proses desain penulis. Setelah berusaha mencari dan melakukan browsing mengenai hierarki, kebutuhan manusia, arsitektur, bahkan sampai aspek psikologisnya, penulis membaca sebuah teori yang menarik, yaitu teori dari seorang psikolog asal Amerika Serikat, Abraham Maslow. Maslow mengemukakan ide yang dikenal sebagai Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow. 26 Pada tahun 1943, dalam artikelnya Maslow merumuskan sebuah kerangka kerja yang berbasis motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang berdasarkan pengalaman langsungnya dengan manusia, bukan seperti teori-teori sebelumnya seperti Freud dan BF Skinner, yang sebagian besar teorinya didasari oleh perilaku hewan. 27 Dari teori ini, para pakar psikologi saat itu menyimpulkan teori Maslow 26 Abraham Maslow, Father of Modern Management Psychology - http:www.abraham- maslow.comamIndex.asp 27 A preface to motivation theory . Psychosomatic Medicine, 1943, 5, 85-92 Ilustrasi 21 - Hierarki Kebutuhan Maslow Universitas Sumatera Utara 46 menjadi sebuah hierarki berbentuk piramida yang menggambarkan kebutuhan manusia berdasarkan yang paling dasar baik secara fisik maupun psikologis, sampai tertinggi. Bentuk piramida dan hierarkinya sendiri seperti terlihat pada Figure 1, yang menggambarkan bagaimana kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan secara fisiologis, kemudian meningkat berturut-turut menjadi kebutuhan akan keamanan, rasa memiliki dan dimiliki, kepercayaan diri, dan aktualisasi diri. Dalam teori Maslow, kebutuhan fisik yang merupakan kebutuhan paling fundamental harus terlebih dahulu dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya terpenuhi, karena dengan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut maka hasrat untuk memenuhi kebutuhan di tingkat berikutnya mulai muncul. Selain itu keinginan manusia yang tidak pernah terpuaskan dari segala aspek dan motivasi semakin memperkuat teori Maslow ini. Pada tingakatan teratas, Maslow menyebutkan “Apa yang bisa dilakukan seseorang, maka dia bisa melakukannya” merupakan dasar dari kebutuhan yang dirasakan manusia untuk mengaktualisasikan diri, sehingga mampu memenuhi potensi dirinya. 28 Pada tahap ini adalah hasrat unutk memenuhi kebutuhan mengenai apa hal terbaik yang mampu dilakukan oleh satu individu, dan memiliki karakteristik yang berbeda antara satu sama lain. Maslow juga menyebutkan, pemenuhan kebutuhan ini tidak terpenuhi begitu saja saat seluruh kebutuhan lainnya terpenuhi, karena bentuknya berlawanan dengan kebutuhan lainnya dalam hierarki tersebut. Jika kebutuhan lainnya berupa deficiency-cognition yang didasarkan hasrat selalu merasa kurang, aktualisasi diri merupakan bentuk dari being-cognition yaitu sebuah kondisi yang lebih holistik dan berbasis menerima. 29 28 Maslow, A. 1954. Motivation and personality. New York, NY: Harper. pp. 91 29 Maslow, Abraham 1998. Towards a Psychology of Being. Wiley; 3 edition. p. 89 Universitas Sumatera Utara 47 Interpretasi Dalam Humanopolis Maka dalam desain yang Humanopolis, penulis mencoba mengelompokan zona bangunan berdasarkan hierarki tersebut. Membuat zoning bangunan yang menerima dan dikelompokan berdasarkan Hierarki Kebutuhan Maslow ternyata memberikan sebuah tantangan baru dan membuat tipologi desain menjadi berbeda dibandingkan dengan tipologi bangunan mall pada umumnya. Jika pada umumnya sebuah pusat perbelanjaan akan menempatkan retail yang termahal pada lantai terbawah, maka jika merunut pada Hierarki Kebutuhan Maslow, penempatan zona paling bawah seharusnya merupakan zona yang paling dasar dan dapat dikunjungi oleh semua orang. Kelebihan dari sistem ini adalah memberikan kesan bahwa bangunan ini tidak eksklusif untuk orang-orang kelas atas saja, dan memberikan penegasan bahwa bangunan ini menyambut setiap kalangan yang datang dan menggunakan bangunan ini. Pada zona bawah ini, dibuat gerai- gerai usaha kecil mikro dan menengah UMKM serta diberikan ruang kepada pedagang kaki lima untuk membuka lapaknya disana secara tertib dan mengikuti peraturan serta pengawasan dari pihak pengelola. Pengelompokan zona bawah sebagai zona yang dapat diakses semua kalangan akan membuka potensi terjadinya interaksi sehingga kawasan menjadi lebih hidup serta terasa cair. Zona bawah ini mungkin akan terdiri dari 2 atau 3 lantai, yang pada zona ini Ilustrasi 22 - Gubahan Massa Bangunan Universitas Sumatera Utara 48 kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, rasa aman, interaksi sosial dan kebutuhan lainnya akan menjadi fokus utama. Dalam interpretasi penulis, kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam zona bawah terdiri atas kebutuhan fisik dan psikologis. Secara fisik, tempat ini harus cukup untuk menaungi pengunjung yang datang, dan mampu menampung kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Secara psikis, pengguna bangunan yang menggunakan zona ini harus merasa aman sesuai faktor dalam hierarki kebutuhan Maslow, yaitu safety baik secara fisik yaitu dia merasa aman dari tindak kriminal, aman dari kecelakaan yang mungkin terjadi, serta secara ekonomi harus merasa aman yang diwujudkan dalam bentuk rasa aman saat mengunjungi dan menggunakan tempat tanpa harus takut kehabisan atau tidak cukup uang untuk menikmati fasilitas-fasilitas dasar. Selain itu faktor psikis lainnya adalah sosial atau rasa memiliki dan dimiliki. Saat sebuah ruang menjadi milik publik, maka rasa saling memiliki sebuah ruang dapat tercipta, selain itu kesamaan dalam rasa memiliki ruang ini juga akan membuat setiap pengguna memiliki semacam ikatan secara tidak langsung, yang akan memicu terjadinya interaksi antara pengguna fasilitas tersebut. Pada zona atas, penempatan fasilitas-fasilitas yang bersifat eksklusif dan terbatas ditempatkan. Hal ini juga merupakan bentuk dari interpretasi terhadap hierarki kebutuhan Maslow, yang menempatkan kebutuhan ini sebagai yang paling terakhir.Berbagai macam produk branded dan impor serta gerai-gerai yang termasuk kedalam kelas atas ditempatkan disini, sehingga tidak secara langsung mengintimidasi ruang publik yang ada dibawahnya. Jumlah dari gerai-gerai ini pun lebih sedikit dan memiliki luasan per retail yang lebih luas daripada retail yang ada di zona bawah. Zona ini merupakan perwujudan dari keinginan manusia yang ingin dihargai dan merasa terpandang. Kata gengsi mungkin paling tepat untuk menggambarkan zona ini, karena zona ini akan digunakan oleh sosialita yang menginginkan sesuatu yang bergengsi untuk dirinya. Zona yang diatasnya Universitas Sumatera Utara 49 akan digunakan sebagai zon kantor, yang memiliki diferensiasi khusus sebagai Creative Office, sebuah kantor yang merupakan pusat dari orang-orang yang memiliki orientasi memenuhi passion hidupnya. Zona ini merupakan interpretasi dari aktualisasi diri yang disebut dalam hierarki Maslow. Mengambil judul dari buku seorang Career Coach terkenal di Indonesia yaitu Rene Suhardono yaitu Your Journey to be the UltimateU, zona ini akan dikhususkan sebagai kantor yang memiliki prinsip fun dan produktif. Area perkantoran yang berbasis produktivitas dan panggilan jiwa untuk memenuhi potensi diri akan diberikan fasilitas-fasilitas yang khusus seperti area video game, common room untuk interaksi, sky garden, sky cafe, dan fasilitas lainnya sehingga kantor ini menjadi nyaman dan memiliki tipologi kantor pada umumnya yang sangat tertutup dan terasa seperti penjara. Setelah berhasil merumuskan konsep diatas, maka penulis mulai melakukan proses desain yang sesuai tema penulis. Proses yang masih panjang memang, karena untuk menuangkan konsep ke komputer dalam bentuk 2 dimensi atau 3 dimensi membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Paling tidak secercah pencerahan sudah terlihat dan jembatan yang sebelumnya tidak terlihat mulai diseberangi selangkah demi selangkah menuju tujuan akhir Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Ilustrasi 23 - Gubahan Massa Awal, Pembagian Sesuai Zona Universitas Sumatera Utara 50 Evaluasi Tahap 1 Proses panjang desain tidak terasa sudah mulai terlewati tahap demi tahap, beranjak dari jurnal satu ke jurnal lainnya serta draft demi draft yang penuh tantangan dikerjakan dengan penuh semangat dan dedikasi untuk menyelesaikannya. Proses ini pun sampai ke tahap evaluasi yang pertama, yaitu sidang preview 1, dimana pada sidang kali ini seluruh konsep-konsep dan gambar skematik yang telah dibuat kemudian diuji oleh dosen dan arsitek profesional. Perasaan yang bercampur aduk saat menunggu hari-hari sebelum sidang muncul satu per satu, takut, gelisah, ragu, senang, dan lain-lain yang mungkin memang sangat sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Banyak diantara kami yang mengikuti proses Studio Perancangan Arsitektur 6 ini mengalami perasaan yang sama. Pada hari minggu malam yaitu satu hari sebelum sidang dilaksanakan, penulis menyempatkan diri untuk mengunjungi studio kami di kampus, ternyata masih banyak rekan-rekan yang sedang mempersiapkan diri untuk sidang besok. Melihat bagaimana rekan-rekan penulis sedang berjuang, tentunya melecut semangat penulis untuk melakukan yang terbaik saat sidang. Hari yang ditunggu akhirnya tiba, proses penilaian dan evaluasi pertama terhadap desain yang telah dilakukan selama ini akan segera dilakukan. Penulis kebetulan mendapatkan giliran sidang kedua, giliran yang sangat ideal menurut penulis karena pada urutan kedua, keadaan masih lebih segar dan masih pagi dibandingkan jika mendapatkan giliran yang terakhir. Dengan pikiran dan suasana yang lebih segar, tentunya membuat sidang akan terasa lebih nyaman dan sedikit lebih rileks. Setelah rekan penulis menyelesaikan sidangnya, maka tibalah giliran penulis untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah dilakukan pada tahap pertama ini. Inilah untuk pertama kalinya penulis merasakan gugup sebelum presentasi, beberapa kata yang telah disiapkan sebelumnya buyar dan terlupakan sama sekali. Beruntung sebelum presentasi, penulis Universitas Sumatera Utara 51 menyempatkan diri untuk membuat panduan garis besar isi presentasi yang akan penulis sampaikan. Walaupun pada kenyataannya tidak dapat membantu banyak karena ada beberapa poin yang terlewatkan dalam presentasi tersebut sebelum akhirnya penulis menutup presentasi dan moderator memberikan kesempatan kepada penguji untuk memberikan pertanyaan dan saran. Universitas Sumatera Utara 52 Sebuah komentar pembuka yang menyatakan bahwa konsep dari bangunan penulis dianggap cukup menarik sangat melegakan, paling tidak sedikit beban dari bahu penulis terangkat dan pikiran-pikiran negatif mengenai apa yang akan terjadi pun perlahan menghilang. Apapun yang akan dikatakan oleh penguji berikutnya mungkin akan berbeda dibandingkan dengan pembukaannya, tetapi paling tidak pernyataan itu membuat penulis semakin yakin bahwa penulis sudah berada di jalan yang benar. Setelah melewati saran dan beberapa pertanyaan, maka selesailah usailah sidang preview 1 yang menegangkan ini. Masukkan dan kritik yang diberikan penguji memberikan pencerahan bagi penulis, karena penguji dapat melihat melalui sudut pandang yang lebih luas mengenai desain penulis. Misalnya dari segi luasan bangunan, ternyata menurut penguji Ilustrasi 24 - Promenade Universitas Sumatera Utara 53 luasan bangunan yang penulis miliki sangat kurang dan membuat pembangunan menjadi tidak efisien karena harga tanah di daerah tersebut cukup mahal. Tentunya hal ini akan menjadi masalah saat proyek akan dibangun dan beroperasi, karena tujuan dari bangunan ini adalah fungsi komersil dengan orientasi utama mendatangkan keuntungan. Dengan orientasi semacam itu, tentunya sebagai arsitek penulis harus memahami bahwa ada aspek bisnis disini. Harus dicapai tahap yang disebut Break Even Point BEP, yang dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. 30 Dengan menambah luasan bangunan maka jumlah dan luasan ruang yang dapat disewakan untuk calon penyewa akan lebih banyak, dan ini artinya semakin banyak penghasilan yang akan didapatkan oleh pengembang. Penulis sangat setuju dengan hal ini, tetapi masalah berikutnya adalah jika bangunan terlalu besar maka akan terasa masif 30 http:elearning.gunadarma.ac.iddocmodulkursus_financial_analysisBEP.pdf Ilustrasi 25 - Siteplan Awal Universitas Sumatera Utara 54 dan memiliki kemungkinan mengurangi ruang terbuka publik di lahan. Tetapi jika lahan yang berfungsi sebagai ruang terbuka publik digunakan hanya sebagai area hijau saja, maka secara ekonomi tidaklah efisien dan sangat besar peluang untuk dibangun lagi oleh pengembang, sehingga ruang terbuka tersebut sebaiknya memiliki nilai guna untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi. Solusi yang dapat dilakukan agar lahan tetap memiliki nilai guna dan tetap berfungsi sebagai ruang terbuka salah satunya dengan menggunakan bagian dari basement dari lahan tersebut menjadi area yang memiliki fungsi. Sehingga pada bagian ground tapak akan menjadi ruang terbuka yang bisa diolah lebih lanjut fungsinya, sedangkan pada basement dapat digunakan sebagai area komersil misalnya sebagai pasar swalayan, atau area pusat atm dan bank. Ilustrasi 26 - Promenade Masukkan lain yang menjadi perhatian penulis adalah membuat fasade bangunan memiliki orientasi ke segala arah, sehingga tidak ada satu bagian fasade yang membelakangi bangunan sekitarnya. Keuntungan dari fasade seperti ini jelas, karena dapat dipastikan dengan memiliki fasade pada seluruh sisi, bangunan ini akan memiliki orientasi ke dalam, yang akan sangat menguntungkan area komersil karena bangunan Universitas Sumatera Utara 55 bertindak sebagai titik tujuan utama dari seluruh area. Saran lainnya yang diberikan adalah mengenai akses pejalan kaki. Bagaimana pejalan kaki dapat mengakses bangunan ini tanpa kesulitan dan berbenturan sirkulasinya dengan kendaraaan bermotor. Poin ini sangat penting mengingat tema yang penulis pilih memiliki orientasi khusus terhadap penggunaan angkutan umum, pedestrian dan sepeda. Kedua saran tersebut adalah pencerahan yang sangat besar, penuntun sehingga desain ini dapat menjadi lebih baik lagi jika mampu diimplementasikan dan dieksekusi dengan baik juga. Sebagai wujud dari implementasi saran tersebut, maka dalam tahap perbaikan penulis melakukan perubahan yang sedikit radikal dari desain pedestrian, dimana akses langsung untuk pejalan kaki didekatkan sehingga pejalan kaki dan pengguna angkutan umum dapat langsung mengakses bangunan tanpa perlu kesulitan. Untuk sirkulasi kendaraan, penulis memilih untuk mengalihkan jalur kendaraan langsung menuju basement, sehingga tidak terjadi persilangan antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Kemudian dilanjutkan dengan membuat jogging atau walking track yang dapat digunakan oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana yang asri dan teduh di sepanjang jalur tersebut. Jalan ini didesain mengelilingi tapak dan bangunan, sehingga di setiap jalurnya terdapat kontinuitas dan sirkulasi yang cair. Masalah yang timbul adalah dengan tapak yang besar, maka akan jalan ini akan menjadi sangat panjang dan tentunya akan memiliki efek psikologis yang melelahkan jika terlihat seperti itu. Maka untuk menyiasatinya, jalan yang panjang ini seakan-akan dipecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, sejajar pandangan mata, serta memiliki landmark dan focal point secara lokal. 31 31 THE CITIES OF THE FUTURE ARE PEOPLE-FRIENDLY CITIES - http:denmark .dk engreen-liv ingbicy cle-culturethe-cities-of-the-future-are-people-friendly -cities Universitas Sumatera Utara 56 Pedestrian yang mengelilingi tapak dan bangunan ini juga akan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk melakukan aktivitas outdoor seperti lapangan futsal, lapangan basket dan area pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Diharapkan dengan adanya fasilitas ini, ruang terbuka dapat lebih hidup dan menjadi lebih manusiawi karena mampu menjangkau kalangan yang biasanya termarjinalkan oleh pembangunan kawasan komersil seperti ini. Manfaat lain dari sirkulasi yang mengelilingi tapak adalah kemudahan untuk membuat akses dari segala arah. Misalnya dengan menggunakan alur sirkulasi seperti ini, maka pejalan kaki atau pengguna sepeda dari arah Jl. Tembakau Deli dapat dengan mudah mengakses bangunan, karena tersedia jalur sirkulasi yang memadai dan nyaman untuk dilintasi. Kritik dan saran yang diberikan ternyata berhasil membukakan pintu untuk penulis menjadikan desain ini lebih baik lagi daripada sebelumya. Sudut pandang kita terhadap kritik yang diberikan tentunya mempengaruhi bagaimana sebuah kritik itu diartikan dan dapat menjadi kesempatan yang besar bagi diri kita terus untuk berkembang dan menjadi lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara 57

BAB 6 Sistem atau Desain