Ruang Publik, Ruang Untuk Semua

14

BAB 2 Ruang Publik, Ruang Untuk Semua

Dinginnya udara pagi kota Medan membuat tubuh dan mata terasa berat untuk meninggalkan kasur yang walaupun tidak mewah, tapi cukup nyaman bagi penulis. Waktu sudah menunjukan pukul 5.45 pagi, tapi rasa lelah setelah beraktivitas seharian kemarin agaknya tidak terbayarkan oleh tidur malam ini. Dalam pikiran tiba-tiba penulis terbayang bagaimana di setiap pagi yang dingin seperti ini masyarakat urban di Jakarta harus bangun jauh lebih awal daripada penulis sekarang untuk berangkat ke kantor atau sekolah dan menghindari kemacetan yang pada kenyataannya tetap tidak terhindari juga. Terlintas di dalam pikiran, jika kota Medan tidak ditata dengan baik mungkin dalam 5, 10 atau 15 tahun lagi kondisi serupa dapat terjadi disini bahkan bisa jadi situasinya menjadi lebih akut daripada kemacetan Jakarta. Transportasi Umum Situasi di kota-kota besar Indonesia pada pagi hari sangatlah identik antara satu sama lainnya, dimana jalan “dikuasai” oleh pengguna sepeda motor. Sangatlah jelas dan nyata jika dilihat dari jumlahnya pada tahun 2012 jumlah mobil penumpang berjumlah 10.432.259 7 , dan jika dibandingkan dengan jumlah sepeda motor? Angka yang sangat fantastis muncul yaitu 76.381.183, penulis bisa memastikan bahwa pembaca tidak salah 7 Badan Pusat Statistik “Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987- 2012” - http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1id_subyek=17notab=12 Ilustrasi 9 – Kepadatan Lalu Lintas DKI Jakarta Universitas Sumatera Utara 15 membaca ataupun terdapat kesalahan dalam penulisan, tujuh puluh enam juta sepeda motor berseliweran di jalanan Indonesia. Kondisi ini akan terlihat lebih buruk jika kita beranjak ke fakta berikutnya mengenai salah satu moda transportasi umum di Indonesia, yaitu bus. Jumlah total bus di seluruh Indonesia jika dibandingkan dengan mobil penumpang terlihat menyedihkan, apalagi jika dibandingkan dengan sepeda motor, yaitu hanya sejumlah 2.273.821. Fakta-fakta diatas tentunya sangat menyedihkan jika ditelisik, terlebih lagi jika dibandingkan dengan kemampuan angkut dan luas jalan yang dibutuhkan per penumpang, bus memiliki efektifitas yang jauh lebih tinggi daripada mobil atau sepeda motor. Apabila dihitung, satu mobil dengan lebar rata-rata 1,5 m dan panjang 3-4 m, mampu mengangkut 4-6 orang maka didapatkan luas per mobil di jalan sekitar 6 m 2 yang artinya menghabiskan area sekitar 1- 1,5 m 2 per penumpang tanpa memperhitungkan jarak antar kendaraan. Sedangkan pada bus dengan lebar 2,5 m dan panjang 12 m, daya angkutnya rata-rata adalah 50 orang sehingga luas per penumpangnya adalah 0,5 m 2 . 8 Dapat dibayangkan efisiensi dengan bus saja mencapai 3x lipat dibandingkan mobil pribadi. Lamunan penulis teralih sejenak karena tiba-tiba alarm berbunyi, pertanda penulis harus segera bersiap-siap pergi menuju kampus. Sepanjang jalan penulis tetap memikirkan lamunan pagi hari tadi, sambil membayangkan betapa nikmatnya jika kota ini memiliki sarana transportasi yang murah, mudah, nyaman dan aman. Sejujurnya bagi penulis menggunakan tranportasi umum jauh lebih menyenangkan dan nyaman 8 Dikutip dari bab Mencegah Keambrukan Lalu Lintas “Wawasan Lingkungan dalam Pembangunan Perkotaan” – Eko Budihardjo. Ilustrasi 10 – Dimensi Bus berdasarkan Data Arsitek Neufert Universitas Sumatera Utara 16 dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi, terlebih lagi jika harus menyetir sendiri. Karena perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dapat menjadi sangat melelahkan jika dilakukan pada jam-jam puncak kepadatan lalu lintas. Waktu yang terbuang pada saat seperti itu tentunya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif misalnya membaca buku, atau mungkin kegiatan rekreatif seperti mendengar musik dan bermain video game, yang hanya bisa dilakukan jika kita tidak sedang berkendara. Brisbane Tak disangka-sangka lamunan tadi pagi memberikan ide bagaimana proyek desain Perancangan Arsitektur 6 seharusnya dibuat. Penulis mendapatkan ide bagaimana sebuah kota dan kawasan haruslah memberikan rasa nyaman dan manusiawi terhadap penggunanya. Segala aspeknya sebaiknya memperhatikan unsur-unsur manusia dan tanggapannya terhadap lingkungan sekitar. Penulis memutuskan aspek manusia dan lingkungan sekitar akan menjadi kerangka serta pondasi dari desain yang akan penulis buat nantinya. Mengapa? Karena pertanyaan pertama dan yang paling fundamental setelah sebuah lingkungan binaan dirancang dan dibangun adalah, apakah tempat itu digunakan oleh penggunanya? Menurut sudut pandang pribadi penulis, dalam konteks ini apalah guna estetika jika tidak memberikan manfaat bagi penggunanya. Berangkat dari kerangka tersebut, maka penulis memulai proses menganalisa aspek-aspek yang akan mempengaruhi desain kawasan dan bangunan. Banyak sekali aspek yang harus dianalisa sebelum melakukan desain bangunan, mulai dari aspek tapak sampai ke manusianya itu sendiri. Aspek pertama yang akan dianalis adalah masalah akses menuju tapak, hal ini membawa penulis ke memori 7 tahun yang lalu saat penulis mengunjungi salah satu kota di Australia. Pada satu sore disana kebetulan penulis memiliki waktu yang agak senggang dan memutuskan untuk pergi ke Brisbane River, Universitas Sumatera Utara 17 yaitu sungai yang membelah kota Brisbane menjadi 2 bagian utara dan selatan. Untuk pergi kesana penulis harus berjalan kaki kira-kira 600 m untuk mencapai pemberhentian bus terdekat, dan penulis melakukan itu dengan perasaan yang senang tanpa keberatan sama sekali selain karena jaraknya yang tidak terlalu jauh 9 kemudian dapat ditempuh dengan sangat nyaman dengan lebar pedestrian kurang lebih 2 m serta dipenuhi dengan vegetasi yang rindang dan udara yang bersih. Sekitar 3 menit setelah sampai di halte, bus tiba sesuai jadwal yang terpajang di papan informasi, sangat kontras jika dibandingkan pengalaman penulis saat menunggu Transjakarta beberapa bulan yang lalu, saat itu penulis menunggu bus datang lebih dari satu jam di dalam kotak besi yang sangat panas. Kembali ke perjalanan ke Brisbane River, perjalanan memakan kurang lebih 20 menit untuk sampai ke pemberhentian bus terdekat. Mudahnya akses untuk pergi kesana merupakan salah satu alasan mengapa tempat ini ramai dikunjungi, walaupun sebenarnya hampir semua daerah di Brisbane terjangkau dengan transportasi publik dan nyaman dilalui, tetapi sekali lagi hal ini memberikan gambaran bagaimana pentingnya kemudahan akses terutama pejalan kaki untuk mencapai suatu tempat. 9 Walkcore – Measure walkability score - http:www.walkscore.commethodology.shtml Ilustrasi 11 – Pemberhentian Bus di Chermside, suburb Brisbane Universitas Sumatera Utara 18 South Bank Desain dari South Bank- nama daerah ini disebut- memang dengan sengaja dibuat sebagai tempat berkumpul penduduk Brisbane. Terdapat berbagai macam fasilitas yang mendukung seperti jogging track, stan makanan toilet umum dan sebagainya. Bahkan tidak Cuma fasilitas umum, terdapat juga titik-titik yang dapat menjadi generator aktivitas seperti moda transportasi Citycat, sebuah kapal yang namanya diambil dari catfish ikan lele karena bentuknya yang mirip dengan ikan lele dan digunakan untuk menyeberangi sungai serta kini berhasil menjadi salah satu magnet wisata yang menarik bagi turis, museum seni, amphiteater, apartemen, mini market dan lain-lain. Saat itu, penulis tidak menyadari bahwa desain disepanjang muka sungai itu sangat berhasil mengakomodasi kebutuhan penggunanya, yang ada dipikiran hanyalah bagaimana suasana saat itu tidak pernah penulis temukan di Indonesia. Bagaimana penduduk kota Brisbane berbaur dan bercampur di tempat tersebut, mulai dari turis, warga lokal, kulit hitam, kulit putih, asia semua bercampur disana. Bayangan tempat nilah yang menjadi acuan bagaimana kegiatan di muka sungai desain studio perancangan arsitektur 6 seharusnya. Banyaknya generator aktivitas disana serta dikombinasikan dengan mudahnya dan nyamannya akses menjadi faktor yang sangat besar bagaimana sebuah tempat bisa memiliki tingkat okupansi yang tinggi dan tetap nyaman digunakan. Penulis sangat Ilustrasi 12 – City Cat, Moda Transportasi Sekaligus Magnet Wisata Brisbane Universitas Sumatera Utara 19 terkesima bagaimana banyak sekali orang menggunakan South Bank dalam beraktivitas dan bersosialisasi. Keragaman ini juga menunjukan bahwa ruang terbuka publik tersebut secara desain telah sukses 10 dan dapat menjadi acuan untuk desain ruang terbuka yang baik. Keragaman aktivitas tadi tidak terlepas dari banyaknya titik-titik aktivitas yang ada disana seperti disebutkan diatas, oleh karena itu penulis berpikiran bagaimana desain riverfront penulis nanti memiliki keragaman aktivitas yang dapat dilakukan dan mampu mengakomodasi aktivitas-aktivitas tersebut. Potensi ini sungguhnya ada, karena secara umum penduduk kota Medan terdiri dari berbagai macam golongan, suku agama dan alatar belakang yang berbeda-beda. Kemampuan penulis untuk merangkul pihak-pihak inilah yang nantinya akan menjadi kunci keberhasilan desainnya. 10 Project for Public Spaces | What Mak es a Successful Place? - http:www.pps.orgreferencegrplacefeat56 Ilustrasi 13 – Festival Sebagai Generator Aktivitas Universitas Sumatera Utara 20

BAB 3 Membangun Ruang Terbuka yang Manusiawi