Kondisi Fisik Deskripsi Daerah Penelitian

47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik

a. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Desa Tieng merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Letak Desa Tieng yaitu di bagian utara Kecamatan Kejajar. Jarak Desa Tieng ke Ibukota Kecamatan Kejajar adalah 2 km, jarak ke Ibukota Kabupaten Wonosobo adalah 18 km, dan jarak Desa Tieng ke Ibukota Provinsi Jawa Tengah adalah 207 km. Desa Tieng merupakan dataran tinggi dengan luas wilayah yaitu 222 hektar. Secara astronomis, Desa Tieng terletak antara 7° 13’31”LS - 7°14’26”LS dan 109°55’14”BT - 109°57’03”BT. Secara administratif Desa Tieng mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar Sebelah Timur : Desa Surengede, Kecamatan Kejajar Sebelah Selatan : Desa Serang, Kecamatan Kejajar Sebelah Barat : Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar Peta Administratif Desa Tieng dapat dilihat pada halaman 48. Gambar 2. Peta Administrasi Desa Tieng 48 Gambar 3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Wonosobo 49 b. Topografi Topografi merupakan tinggi rendahnya suatu tempat terhadap permukaan air laut. Desa Tieng adalah daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 1.618 m di atas permukaan air laut Profil Desa Tieng, 2012: 4. Desa Tieng pada ketinggian tersebut, maka wilayah ini cocok untuk pertanian tembakau rakyat. c. Jenis Tanah Tanah merupakan media yang sangat penting dalam aktivitas pertanian, karena tanah merupakan media utama sebagai tempat tumbuh tanaman. Jenis tanah di satu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda, ketinggian suatu tempat mempengaruhi jenis tanah. Tanah di dataran tinggi berbeda dengan tanah di dataran rendah, hal tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman pertanian yang dapat dibudidayakan. Berdasarkan peta jenis tanah yang Kabupaten Wonosobo tahun 2013, jenis tanah di Desa Tieng adalah asosiasi tanah andosol dan tanah regosol. Tanah andosol berwarna cokelat kekelabuan hingga hitam, memiliki kandungan organik yang tinggi, kelembaban tingggi, berasal dari bahan induk abu tuf gunungapi, tekstur geluh dan berdebu, struktur remah, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah regosol berwarna keabuan, kaya unsur hara, bersifat subur, bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, mudah menyerap air Junun Sartohadi dkk, 2013: 116 dan 118. Jenis tanah andosol dan regosol ini sesuai untuk budidaya tanaman holtikultura. d. Iklim Keadaan temperatur dan curah hujan menentukan iklim di suatu wilayah. Temperatur udara dapat dihitung berdasarkan pada ketinggian suatu tempat dari permukaan air laut. Letak suatu tempat dari permukaan air laut akan menentukan keadaan temperatur di tempat tersebut, semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut maka temperatur akan semakin rendah. Keadaan rata-rata curah hujan dapat dihitung berdasarkan rata-rata banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam kurun waktu sepuluh tahun. Menurut Braak dalam Ance Gunarsih Kartsapoetra 2008: 10 besarnya temperatur pada suatu tempat dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: T = temperatur 2,63 = temperatur rata-rata daerah pantai tropis 0,61 = angka gradient temperatur h = ketinggian tempat T = 2,63 – 0,61 h Ketinggian Desa Tieng yaitu 1.618 m di atas permukaan air laut, maka temperatur rata-rata Desa Tieng dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: T = 2,63 – 0,61h °C = 2,63 – 0,611.618100°C = 2,63 – 0,61 . 16,18 °C = 26,3 – 9,87 °C = 16, 43 = 16 °C Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui temperatur rata-rata di Desa Tieng adalah 16°C. Temperatur yang sesuai dengan dengan tanaman tembakau sangat bervariasi, tergantung pada varietas tembakau. temperatur yang sesuai untuk tanaman tembakau pada umumnya adalah 21°C – 32,3°C. Tanaman tembakau di dataran tinggi memerlukan temperatur yang lebih rendah, sedangkan tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang lebih tinggi Bambang Cahyono, 1998: 32. Temperatur di tempat penelitian adalah 16°C, sehingga cocok untuk tanaman tembakau rakyat di daerah dataran tinggi. Data rata-rata curah hujan di Desa Tieng selama sepuluh tahun 2003-2012 sebagai berikut: Tabel 4. Data Rata-rata Curah Hujan Desa Tieng Tahun 2003-2012 No Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Juml ah Rata- rata 1 Januari 490 652 471 451 138 374 611 516 183 545 4431 443,1 2 Februari 67 383 513 217 434 270 544 446 220 340 3434 343,4 3 Maret 662 320 382 156 431 564 430 514 432 466 4357 435,7 4 April 197 396 462 353 348 377 364 446 449 268 3660 366,0 5 Mei 154 380 199 233 142 255 434 396 302 231 2726 272,6 6 Juni 20 9 207 56 103 111 95 255 43 167 1066 106,6 7 Juli 41 98 89 24 4 142 47 7 452 45,2 8 Agustus 41 53 43 117 319 573 57,3 9 September 121 130 151 73 45 32 358 60 970 97,0 10 Oktober 309 193 56 195 256 96 341 97 223 1766 176,6 11 November 604 471 196 44 457 457 454 439 393 262 3777 377,7 12 Desember 427 441 570 88 635 463 661 357 556 520 4718 471,8 Jumlah 3051 3264 3495 1654 3088 3313 3725 4529 2782 3029 31930 3193, Bulan Basah 8 8 10 5 9 10 7 12 7 9 85 8,5 Bulan Lembab 1 1 1 2 2 2 9 0,9 Bulan Kering 3 4 1 6 1 2 3 3 3 26 2,6 Sumber: Data Curah Hujan Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo Tipe curah hujan sesuai dengan teori Schmidt dan Ferguson dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut: Q = x 100 Nilai Q Quotient setelah diketahui, langkah selanjutnya dicocokkan ke dalam kelas krietria tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson sebagai berikut: Tabel 5. Kriteria Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Nilai Q Tipe Iklim Keterangan ≤ Q 0,143 A Sangat basah 0,143 ≤ Q 0,333 B Basah 0,333 ≤ Q 0,600 C Agak basah 0,600 ≤ Q 1,000 D Sedang 1,000 ≤ Q 1,670 E Agak kering 1,670 ≤ Q 3,000 F Kering 3,000 ≤ Q 7,000 G Sangat kering 7,000 ≤ Q - H Luar biasa kering Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2008: 21-22 Berdasarkan data curah hujan pada Tabel 3, maka nilai Q dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Q = x 100 Q = x 100 Q = 30,59 Perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menunjukkan nilai Q sebesar 30,59 = 0,3059. Perhitungan tersebut masuk kedalam klasifikasi nilai Q antara 0,143 ≤ Q 0,333 klasifikasi dapat dilihat pada tabel 5, sehingga klasifikasi tipe curah hujan di daerah penelitian termasuk ke dalam tipe B yaitu basah. Lebih jelasnya mengenai pembagian tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson dapat dilihat pada diagram tipe curah hujan berikut: Gambar 4. Diagram Tipe Curah Hujan menurut Schmidt dan Ferguson Iklim pada daerah penelitian berpengaruh pada proses pengelolaan usahatani tembakau, dengan jumlah rata-rata bulan basah yang mampu mengimbangi jumlah rata-rata bulan kering maka kebutuhan air untuk tanaman tembakau dapat terpenuhi. Klasifikasi iklim menurut Oldeman menitikberatkan pada jumlah bulan basah, karena pada dasarnya tanaman tembakau membutuhkan air kurang lebih 260 mm per bulan, sehingga dengan curah hujan rata-rata 3193 mm per tahun sudah dapat mencukupi kebutuhan air pada tanaman tembakau. e. Tata Guna Lahan Perbedaan kondisi lahan masing-masing daerah menyebabkan perbedaan penggunaan lahan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Luas wilayah Desa Tieng adalah 222 hektar dengan tata guna lahan berupa tegalan, pemukiman, pekarangan,bangunan fasilitas umum, hutan Negara, dan lainnya. Tabel berikut menunjukkan tata guna lahan di Desa Tieng: Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Tieng No Penggunaan Lahan Luas ha Persentase 1 TegalanLadang 175,34 78,98 2 Hutan Negara 35,00 15,77 3 Pekarangan 8,66 3,90 4 Tanah keperluan lain 3,00 1,35 Jumlah 222,0 100,00 Sumber: Profil Desa Tieng Tahun 2011 Tabel 6 menunjukkan bahwa penggunaan lahan paling luas adalah untuk tegalanladang yaitu 78,98, kemudian urutan kedua yaitu berupa hutan Negara dengan luas lahan 15,77.

2. Kondisi Demografis