ISBN: 978-602-8580-19-9 http:snpe.fkip.uns.ac.id
the Teachers Training College MADIUN PGRI has prepared students to face the MEA 2015. The readiness is seen in terms of learning outcomes, curriculum, instructional strategies, learning
facilities and infrastructure, educators, as well as quality assurance in their respective study programs.
Keywords: MEA, PGRI MADIUN, descriptive qualitative
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan kesepakatan negara-negara ASEAN dalam meningkatkan kerja sama bidang perekonomian yang akan diberlakukan pada
31 Desember 2015. Negara-negara ASEAN terdiri dari 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Tujuan dibentuknya MEA 2015 untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi
antarnegara ASEAN. Dampak atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang dan jasa bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja
terampil, dan dampak arus bebas modal. Indonesia yang merupakan salah satu negara yang ikut ambil bagian dalam MEA 2015 memiliki potensi dan peluang yang besar untuk
meningkatkan perekonomian nasional.
Selain peluang yang besar, ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya: pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih
rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di
Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index
GCI 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Ketiga, sektor industri yang rapuh karena
ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor
Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia Suroso, 2015.
Generasi muda seperti mahasiswa harus mempersiapkan diri ketika pasar bebas ASEAN sudah diberlakukan. Perguruan Tinggi PT sebagai lembaga pendidikan tertinggi
harus dapat menghasilkan lulusan yang kompeten agar siap menghadapi persaingan di MEA. Perguruan tinggi di Indonesia harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas
lulusan untuk turut berkompetisi menghadapi persaingan secara global dan mampu merebut peluang pasar. Peran PT dalam menciptakan daya saing bangsa yang kuat, yaitu tidak hanya
dari segi produk, namun juga sumber daya yang dibutuhkan. Pembentukan lulusan yang berkualitas harus menjadi prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia
yang berdaya saing tinggi, terutama dalam menghadapi persaingan global terlebih lagi dalam persaingan pasar tunggal ASEAN 2015.
Pihak perguruan tinggi khususnya pihak jurusan atau program studi sudah seharusnya mempersiapkan para lulusan yang mampu bersaing di dalam tingkat nasional
ataupun ASEAN. Mahasiswa dilingkungan fakultas pendidikan harus menjadi motor yang fleksibel, dinamis dalam setiap perubahan, sehingga setiap perubahan harus berkonsekuensi
pada tataran paradigma baru. Efeknya dapat meningkatkan softskill, hardskill, integritas, profesionalisme, karakter, etika, maupun kemandirian yang tumbuh dalam 4 pilar kebangsaan
pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari hidup. Perombakan kurikulum perlu dilakukan agar dapat menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan sesuai tuntutan pasar.
Menurut Suroso 2015 dalam bidang pendidikan, pemerintah dapat melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai
pencetak sumber daya manusia SDM berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi
ISBN: 978-602-8580-19-9 http:snpe.fkip.uns.ac.id
keharusan agar lulusannya siap menghadapi persaingan. Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA yang
berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya. Suttipun 2012 menyatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris, masalah moral dan
etika, serta kesiapan perguruan tinggi merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi mahasiswa pendidikan akuntansi di Thailand dalam menghadapi ASEAN Economic
Community AEC. Di sisi lain, kemampuan bahasa, pengetahuan budaya dan isu-isu politik merupakan faktor paling umum yang mempengaruhi pendidikan di Thailand. Dalam kesiapan
mahasiswa akuntansi Thailand menuju AEC, masalah moral dan etika akuntan, kerja sama tim, keterampilan komputer dasar, dan kesiapan universitas adalah tema yang paling umum.
Kemampuan lainnya seperti, pengetahuan tentang standar akuntansi internasional, dan persaingan akuntan di pasar AEC merupakan faktor paling umum dalam kesiapan mahasiswa
Thailand.
Perguruan tinggi perlu meningkatkan jiwa kewirausaahan di kalangan mahasiswa sebagai bagian dalam menciptakan lulusan yang dapat berwirausaha serta menciptakan
lapangan kerja. Selain itu para mahasiswa harus meningkatkan kemampuan dalam berbahasa asing terutama bahasa Inggris serta harus memiliki skills khusus. Berdasar latar belakang
tersebut didapat suatu rumusan masalah berupa bagaimana kesiapan IKIP PGRI MADIUN dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 khususnya dalam mempersiapkan
calon tenaga kerja terdidik.
II. METODE PENELITIAN